PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
- Bagi Akademik
- Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
- Definisi Transfusi Darah
- Tujuan Transfusi Darah
- Uji Silang Serasi
- Defenisi Uji Silang Serasi
- Tujuan Uji Silang Serasi
- Prinsip Uji Silang Serasi
- Metoda Pemeriksaan Uji Silang Serasi
- Penyebab Inkopatibilitas pada Uji Silang Serasi
- Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cell)
- Kandungan Sel Darah Merah Pekat
- Transfusi Sel Darah Merah Pekat
- Indikasi Transfusi Sel Darah Merah Pekat
- Reaksi Transfusi
- Penyebab Reaksi Transfusi
- Risiko Transfusi
Transfusi darah adalah rangkaian kegiatan mulai dari pengerahan dan konservasi pendonor sampai dengan pendistribusian darah. Transfusi darah merupakan tindakan klinis yang penting untuk mengobati penyakit dan menyelamatkan nyawa serta meningkatkan kesehatan pasien yang membutuhkan darah. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam praktek transfusi darah adalah faktor keamanan dan kualitas darah (Pratidina, 2001).
Indikasi yang tepat untuk transfusi darah dan komponen darah adalah mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan yang tidak dapat diobati dengan cara lain (Pratidina, 2001). Pada beberapa penyakit seperti talasemia, anemia sel sabit, anemia aplastik, hemoglobinopati, transfusi sel darah merah merupakan pengobatan utama, oleh karena itu transfusi darah untuk pasien ini sering dilakukan pada pasien yang menerima transfusi darah berulang, kemungkinan terjadinya alloantibodi sangat tinggi (Gantini, 2010). Adanya alloantibodi dalam serum pasien yang bereaksi dengan antigen yang ada pada sel darah merah donor.
Jika dibuat dengan sistem terbuka maka umur simpannya adalah 24 jam, sedangkan jika darah merah tua dibuat dengan sistem tertutup maka umur simpannya adalah whole blood. Sel darah merah pekat lebih efektif daripada sel darah merah lengkap dalam menyediakan kapasitas pengangkutan oksigen dan meningkatkan hematokrit pasien. Seperti darah utuh, sel darah merah dengan Sitrat Fosfat Dekstrosa-Adenin (CPD-A) yang disimpan di lemari es memiliki umur simpan 35 hari.
Kadang-kadang darah yang sudah PRC dikembalikan ke UTD dengan alasan transfusi darah menyebabkan demam pada pasien (Depkes RI, 2003). Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl jika signifikansi klinis dan laboratorium hipoksia atau hipoksemia ditemukan. Banyak transfusi sel darah merah dilakukan untuk kehilangan darah ringan atau sedang, meskipun kehilangan darah itu sendiri tidak menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas perioperatif.
Ag yang dimaksud disini adalah sel darah Ag dan Ab yang berasal dari plasma. Jenis Ag yang terdapat pada sel darah merah, leukosit dan trombosit serta Ab yang terbentuk akibat paparan Ag dikategorikan dalam suatu sistem. Reaksi hemolitik yang tertunda adalah reaksi hemolitik yang tertunda yang disebabkan oleh respon imun sekunder terhadap Ag pada sel darah merah donor.
Selama ini, sel darah merah donor masih berada dalam aliran darah pasien dan dapat dengan cepat dihancurkan karena bereaksi dengan Ab yang bersangkutan. Alloimunisasi merupakan reaksi komplikasi jangka panjang akibat transfusi, salah satunya adalah reaksi alloimunisasi yaitu pembentukan Ab terhadap paparan Ag sel darah merah, leukosit dan trombosit sebelumnya.
METODE PENELITIAN
- Waktu dan Tempat Penelitian
- Populasi Sampel
- Populasi
- Sampel
- Persiapan Penelitian
- Persiapan Alat
- Persiapan Bahan
- Prosedur Kerja
- Prosedur Persiapan Sampel Resipien dan Darah PRC 18
- Interpretasi Hasil Uji Silang Serasi
- Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus penerima, kemudian mengambil kumpulan darah untuk uji silang yang kompatibel dengan darah PRC dari donor dan sampel penerima. Solusinya adalah memberikan Packed Red Cells (PRC) atau menggantinya dengan darah donor lain, jika yang dibutuhkan adalah plasma, platelet, Whole Blood (WB) lakukan, kemudian lakukan cross match test lagi. Gantikan darah donor, ulangi pencocokan silang sampai positif ditemukan pada minor sama dengan atau kurang dari AC atau DCT.
Data hasil penelitian hasil uji silang pada sel darah merah kemasan di Unit Transfusi Darah PMI Kota Padang diolah secara manual dan dianalisis secara naratif. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Unit Transfusi Darah PMI Kota Padang mengenai hasil uji silang kecocokan darah PRC dengan jumlah 100 penerima, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.1. Dari Tabel 4.1 diatas, berdasarkan seluruh resipien yang melakukan uji crossover di UTD PMI Kota Padang, didapatkan hasil paling cocok dan tidak cocok pada darah asal China usia 19-44 tahun sebanyak 41 orang (41%).
Dari tabel 4.2 diatas diperoleh hasil berdasarkan seluruh penerima yang melakukan uji silang di UTD PMI Kota Padang. Dari Tabel 4.3 di atas, berdasarkan pemeriksaan silang semua penerima di UTD PMI Kota Padang, didapatkan hasil darah PRC yang cocok dan tidak cocok paling banyak pada diagnosis transfusi CKD sebanyak 24 penerima (24%). Dari Tabel 4.5 di atas, berdasarkan semua cross-test kecocokan, terdapat hasil cross-match penerima ketiga yang tidak sesuai sebanyak 12 mata pelajaran (92,3%) di UTD PMI Kota Padang.
Dari hasil pengambilan data yang dilakukan di Laboratorium Uji Silang Kepatuhan Unit Transfusi Darah PMI Kota Padang, terdapat 100 penerima. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap gambaran hasil uji silang kecocokan darah PRC di UTD PMI Kota Padang, berdasarkan pemeriksaan ulang penerima, 12 penerima (92,3%) tidak sesuai dengan silang ketiga. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di UTD PMI Kota Padang tentang gambaran hasil cross match test darah asal China, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Berdasarkan usia penerima yang dilakukan pemeriksaan silang paling banyak berusia 19-44 tahun yaitu sebanyak 41 orang (41%) dan paling sedikit pada kelompok usia 0-18 tahun sebanyak 29 orang (29%). Berdasarkan hasil cross matched test penerima yang melakukan pemeriksaan lebih dari satu kali dengan hasil sumbang diperoleh 12 (92,3%). Lampiran 3 Tabel Data Penerima UTD PMI Kota Padang bulan Agustus 2020 cek kesesuaian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Survei yang dilakukan Aditya pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 14,29 transfusi darah di RRC diberikan kepada pasien dengan penyakit dasar seperti talasemia, leukemia, sepsis, keganasan, anemia, keganasan, penyakit jantung dan ginjal. Transfusi darah tidak hanya sebagai pengobatan tetapi juga dapat digunakan sebagai terapi, sehingga permintaan akan darah donor semakin meningkat. Namun, karena transfusi darah adalah satu-satunya pengobatan untuk penerima, darah yang tidak cocok masih ditransfusikan, memfasilitasi lisis yang cepat dari darah donor yang ditransfusikan atau bahkan reaksi transfusi yang lambat dapat terjadi.
Berdasarkan diagnosis resipien, yang terdiagnosis penyakit ginjal kronik terbanyak adalah 24 orang (24%) dan sedikitnya 9 orang terdiagnosa leukemia (9%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan agar penerima dengan hasil yang sesuai menerima transfusi darah agar tidak menimbulkan reaksi transfusi, bagi penerima yang mendapatkan hasil sumbang, agar dapat dilakukan pemeriksaan antibodi sebagai pemeriksaan lanjutan. Perbedaan hasil cross-match metode uji gel inkubasi dan non inkubasi pada pra transfusi darah.
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Transfusi dan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah.
PENUTUP
Saran
Analisis kontrol darah di Unit Transfusi Darah Departemen (UTDC) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Depok, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.