• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspos Haptik Lensa Intraokular Bilik Mata Depan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Ekspos Haptik Lensa Intraokular Bilik Mata Depan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kasus : Ekspos Haptik Lensa Intraokular Bilik Mata Depan Penyaji : Pradistya Syifa Yudiasari

Pembimbing : Dr. dr. Budiman, Sp.M (K), M.Kes

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing

Dr. dr. Budiman, Sp.M(K), M.Kes

Senin, 21 Desember 2020 09.30 WIB

(2)

EXPOSED HAPTIC ANTERIOR CHAMBER INTRAOCULAR LENS Abstract

Introduction : Anterior chamber intraocular lens (ACIOL) is one of surgical option for complicated cataract surgery with minimal or no capsular support. Complication result from ACIOL usually result with chronic inflammation, bullous keratopathy, glaucoma or macular edema. Scleral perforation and exposed haptik is a rare complication of ACIOL.

Purpose : To report a case of patient with exposed haptic anterior chamber intraocular lens.

Case Report : A 70 years old female came to National Eye Center Cicendo Eye Hospital with chief complaint blurry vision on left eye since 1 month ago accidentally hit by her grandchild. General examination is normal condition. Ophthalmology examination showed visual acuity of left eye 3 meters on counting finger with exposed haptik on the superior side of bulbi conjunctiva and seidel examination showed no leak.

Patient was diagnosed with Exposed Haptic ACIOL OS + Pseudophakic OS + Imatur Senile Cataract OD. Management in this patient is IOL Exchange To Iris Claw Retoropupil OS and Primary Suture on Cornea on her left eye.

Result : Ophthalmology examination in this patient is uncorrected visual acuity (UCVA) is 1/300. This is because on post operative day 1 the patient still has inflammation in anterior chamber and edema in the cornea. The patient will follow up on 1 week post operative.

Conclusion : Exposed haptic ACIOL is a rare complication of cataract surgery. The incidence of exposed haptic ACIOL has many risk factor that had to be asses to prevent iit i the future. Surgical management in patient with exposed haptic ACIOL also challenging because of that preoperative assesment needed in this cases.

Keywords : exposed haptic anterior chamber iol, post cataract surgery, iris claw retropupillary

I. Pendahuluan

Pemasangan lensa intraokular bilik mata depan (LIO BMD) merupakan salah satu prosedur operasi katarak yang dapat digunakan bila didapatkan komplikasi intraoperatif dengan keadaan minimal ataupun tidak ada sokongan kapsul. Faktor- faktor yang perlu diperlukan dalam pemasangan LIO BMD adalah kedalaman bilik mata depan, ukuran dan bahan LIO BMD maupun riwayat glaukoma sebelumnya.

Komplikasi yang bisa terjadi dalam pemsangan LIO BMD adalah inflamasi kronis, keratopati bulosa, glaukoma maupun cystoid macular edema (CME). Eksposur haptik secara spontan maupun tidak merupakan salah satu komplikasi yang jarang terjadi.

1

(3)

II. Laporan Kasus

Pasien Ny. M usia 70 tahun, datang ke Poli Katarak dan Bedah Refraktif di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada tanggal 23 November 2020 dengan keluhan buram pada mata kiri sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan mata merah dan nyeri. Keluhan mual dan muntah tidak dirasakan pasien. Pasien mengatakan mata sempat terpukul oleh cucu 1 bulan yang lalu diikuti dengan keluhan buram perlahan. Pasien memiliki riwayat operasi katarak mata kiri 3 tahun yang lalu di salah satu di Bandung. Pasien saat ini mengeluhkan mata kanan terasa buram seperti terhalang asap dan silau. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu meminum obat amlodipin 1x5 mg, coronary artery disease (CAD) dan low back pain (LBP). Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat diabetes melitus, asma, glaukoma maupun alergi.

Gambar 2.1 Pemeriksaan lampu celah pre operasi a. Pemeriksaan segmen anterior mata kiri b. Pemeriksaan tes fluoresen mata kiri

Status generalis keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 78x/mnt, respirasi 20x/mnt dan suhu 36,40C. Status generalis lain dalam batas normal. Pemeriksaan tajam penglihatan pada pasien VOD 1/60 dan VOS 3/60. Pemeriksaan refraktometri pada pasien didapatkan mata kanan no target dan mata kiri S+1.50 C-6.00 x 89. Pemeriksaan koreksi penglihatan jauh pada kedua mata tidak

a b

(4)

dapat dikoreksi. Tekanan intraokular dengan menggunakan tonometri non kontak OD 13 mmHg dan OS 12 mmHg. Posisi bola mata ortotropia dan gerakan bola mata kanan dan kiri baik ke segala arah. Pemeriksaan lampu celah pada segmen anterior OD didapatkan palpebra tenang, konjungtiva tenang, kornea jernih, bilik mata depan Van Herrick Grade. III, flare dan sel tidak ada. Pupil bulat, reflek cahaya +/+, reverse RAPD tidak ada, ukuran pupil kecil 2 mm, ukuran pupil lebar 6 mm, sinekia tidak ada, derajat kekeruhan lensa dengan menggunakan Lens Opacities Classification System III (LOCS III) NO4 NC4 P3. Pemeriksaan lampu celah pada segmen anterior OS palpebra tenang, konjungtiva didapatkan injeksi siliar disertai haptik yang terekspose di bagian superior terepitelialisasi dengan tes seidel tidak didapatkan kebocoran, kornea didapatkan neovaskularisasi di superior dan sisa kapsul menempel pada endotel, bilik mata depan Van Herrick Grade III, flare dan sel tidak ada dan didapatkan vitreus dan terdapat sisa kapsul. Pupil irregular, ukuran pupil kecil 5x4mm, ukuran pupil lebar 5 x 6 mm, reflek cahaya ↓/↓, RAPD sulit dinilai, sinekia tidak ada, terdapat LIO BMD (+) dengan posisi haptik oblik pada jam 13.00 dan 19.00 dan tidak ada sokongan kapsul.

Pemeriksaan segmen posterior OD papil bulat membayang dan media keruh sedangkan OS papil bulat, batas tegas, retina flat dan CD Ratio 0.4.

Pemeriksaan penunjang berupa keratometri didapatkan mata kanan K1 45.29 D Axis 1570, K2 46.00 D Axis 670 dan mata kiri K1 42.81 D Axis 870, K2 48.26 D Axis 1770. Kepadatan sel endotel kornea kanan 2564.6 sel/mm2, heksagonal 43% dengan ketebalan kornea 0.501 mm dan kornea kiri 1899.3 sel/mm2, heksagonal 23% dengan ketebalan kornea 0.471 mm. Pemeriksaan biometri optikal didapatkan panjang bola mata kanan 22.94 mm, ukuran LIO +19.50/118.40 dengan rumus Barret. Panjang bola mata kiri 22.89 mm, ukuran LIO +20.50/116.90 (retropupil) dengan target refraksi - 0.88 dan +19.50/115.7 (prepupil) dengan target refraksi -1.14. Pasien juga dilakukan pemeriksaan OCT Makula dengan hasil penebalan pada central subfield thickness dengan gambaran cairan pada lapisan subretinal kesan terdapat cystoid macular edema (CME).

(5)

Pasien kemudian di diagnosis Expos haptik lensa intraokular bilik mata depan OS + Pseudofakia OS + Katarak senilis imatur OD + Susp. CME OS + Hipertensi + LBP + CAD. Pasien direncanakan tindakan IOL exchange to iris claw retoropupil OS dalam monitored anesthesia care (MAC). Pasien dilakukan persetujuan sebelum operasi bahwa terdapat risiko yaitu dengan kepadatan sel endotel kornea yang rendah sehingga dapat menyebabkan dekompensasi kornea dan CME sehingga prognosis visual pasien tidak maksimal. Tindakan IOL exchange to iris claw retropupil OS + Hecting primer kornea OS dilakukan pada tanggal 10 Desember 2020. Durante operasi saat eksplorasi ditemukan ekspos haptik pada superior limbus mata kiri dengan luka terepitelisasi kurang lebih sepanjang 3 mm. Dilakukan pelebaran insisi pada bagian ekspos sepanjang 6 mm. Bagian haptik superior tersangkut di sklera sehingga eksplantasi LIO BMD dilakukan dengan cara dipotong beberapa bagian LIO menggunakan gunting.

Setelah semua bagian tereksplantasi, kemudian dilakukan pemasangan iris claw retropupil. Luka insisi dilakukan penjahitan kornea menggunakan etilon 10-0 dengan teknik simple interupted sebanyak 4 jahitan.

Gambar 2.2 Pemeriksaan lampu celah segmen anterior mata kiri pasca operasi 1 hari

Pemeriksaan satu hari setelah operasi mata kanan didapatkan tidak ada keluhan pada mata yang dilakukan operasi, pemeriksaan tajam penglihatan VOD 1/60 dan VOS 1/300. Pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometri nonkontak OD 13 mmHg

(6)

dan OS 11 mmHg. Pemeriksaan lampu celah pad segmen anterior didapatkan mata kanan didapatkan lensa keruh. Pemeriksaan lampu celah pada segmen anterior mata kiri didapatkan palpebra edema dan blepharospasm, pada konjungtiva injeksi siliar dan subkonjungtival bleeding, pada kornea neovaskularisasi pada bagian superior, edema, lipat descemet dan hecting 4 intak, dan tes seidel tidak didapatkan kebocoran. Bilik mata depan didapatkan Van Herick Grade III namun flare dan sel sulit dinilai, terdapat koagulum dan vitreus. Pupil ireguler, pada iris tidak didapatkan sinekia, terdapat enklavasi pada jam 1 dan jam 7 dan pada lensa didapatkan lensa intraokular bilik mata belakang (LIO BMB) iris claw retropupil. Pasien kemudian di diagnosis Pseudofakia OS + Katarak senilis imatur OD + Susp. CME OS + Hipertensi + LBP + CAD. Terapi yang diberikan pada pasien berupa Levofloksasin tetes mata 6x1 gtt OS, Prednisolon asetat 1% tetes mata 6x1 gtt OS dan Ciprofloxacin tablet 2x500 mg, kemudian pasien disarankan kontrol satu minggu.

III. Diskusi

Pasien yang tidak memiliki sokongan zonular maupun kapsul memiliki pilihan beberapa teknik dalam pemasangan LIO. Teknik pemasangan tersebut dapat berupa LIO BMD, anterior dan posterior iris claw, posterior iris sutured intraocular lens dan fiksasi sklera. Pemilihan LIO BMD yang memiliki haptik fleksibel merupakan pilihan yang sering dilakukan pada pasien yang tidak memiliki sokongan kapsul. Perbedaan LIO BMD dengan LIO lainnya adalah LIO BMD memiliki beberapa haptik yang berfungsi sebagai fikasasi sudut. Hal ini menyebabkan LIO BMD lebih stabil dan mencegah dislokasi LIO pada bilik mata depan.1–4

Zarbin dkk menyebutkan bahwa komplikasi LIO BMD yang sering terjadi dapat berupa kelainan pada endotel seperti edema kornea, inflamasi kronis, glaukoma sekunder, sindroma uveitis-glaukoma-hifema (UGH) dan CME. Penyebab komplikasi pada LIO BMD terjadi bisa karena bentuk LIO dengan batas optik yang tajam ataupun sudut haptik yang kasar sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan di segmen anterior. Kelainan pada blood-aquoes barrier menyebabkan peradangan sehingga

(7)

menyebabkan dekompensasi kornea dan CME. Namun, komplikasi seperti perforasi pada sklera yang diakibatkan oleh LIO BMD lebih jarang terjadi.2,5,6

Hsin-Le dkk melaporkan kasus yang cukup serupa yaitu ekspos haptik LIO BMD pada bagian limbus superior. Pada kasus ini terdapat erosi dan dehisens luka di sisi luka saat dilakukan ekstraksi katarak ekstra kapsular sehingga LIO BMD menonjol keluar menembus konjungtiva. Peneliti mengatakan bahwa pada posisi LIO BMD memberikan tekanan pada sisi luka sehingga mengganggu pada proses penyebuhan luka dan menyebabkan ekspos. Hossein dkk melaporkan kasus mengenai ekspos LIO BMD spontan dengan riwayat operasi 10 tahun yang lalu. Peneliti mengatakan panjang LIO BMD yang diekstraksi mencapai 13 mm sedangkan diameter kornea mata 11 mm.

Hal ini memberikan penekanan pada sklera menyebabkan iskemi dan edema sehingga terjadi kerusakan jaringan sklera.7–9

Faktor risiko ekspos LIO BMD adalah struktur luka yang kurang baik, riwayat trauma, penggunaan steroid topikal janga panjang, grafitasi, ukuran LIO BMD yang terlalu besar maupun posisi LIO yang tidak baik. Kasus saat ini, LIO BMD terekspos pada bagian superior limbus. Pasien memiliki salah satu faktor risiko ekspos LIO BMD yaitu riwayat trauma sebelumnya. LIO BMD pada pasien terpasang oblik hal ini juga menjadi salah satu faktor risiko pada pasien karena LIO BMD memberikan penekanan pada jaringan di dekat luka. Proses penyembuhan luka dapat terganggu dan dapat menyebabkan ekspos haptik. Ljubimov dkk menyebutkan penyembuhan luka pada mata memiliki proses kompleks salah satunya adalah pemodelan ulang matriks ekstraselular. Kolagen merupakan salah satu komponen penyusun matrik ekstraselular sedangkan usia tua menurunkan komposisi kolagen di tubuh. Sehingga proses penyembuhan luka pada pasien terhambat karena jumlah kolagen yang lebih sedikit dan menyebabkan erosi. Gungle dkk menyertakan laporan kasus mengenai endoftalmitis setelah kejadian LIO BMD ekspos sehingga hal ini menjadi salah satu indikasi tindakan pada pasien.10–12

Tindakan pembedahan pada pasien dilakukan IOL exchange to iris claw retropupil.

Prosedur pembedahan ini memerlukan identifikasi beberapa faktor seperti sokongan

(8)

kapsul dan kondisi iris. Sokongan kapsul yang mencukupi menjadikan prosedur implantasi IOL dengan fiksasi sulkus lebih diutamakan. Tidak adanya sokongan kapsul sering terjadi pada pasien dengan riwayat trauma atau riwayat pembedahan yang kompleks. Wagoner dkk menyebutkan teknik implantasi IOL dengan fiksasi sklera, LIO BMD dan fiksasi iris aman dan efektif pada pembedahan katarak tanpa sokongan kapsul. Oltulu dkk menyebutkan pada grup ekplantasi LIO BMD teknik fiksasi yang sering digunakan adalah afakia diikuti fiksasi sklera dan skelra. Fiksasi iris merupakan salah satu pilihan yang dapat dipilih karena memiliki beberapa keuntungan seperti tingkat komplikasi yang rendah dan visus pasca operasi yang lebih baik. Sezer dkk mengatakan implantasi iris claw anterior maupun retropupil efektif dalam meningkatkan tajam penglihatan, kenyamanan pasien maupun kemudahan teknik pemasangan intraoperasi. Gicqueal dkk pemasangan LIO pada anterior chamber menyebabkan penurunan sel endotel yang signifikan jika dibandingkan dengan retropupil walaupun bentuk haptik LIO Artisan memiliki kontak yang rendah dengan endotel. Salah satu kekurangan pemasangan iris claw adalah membutuhkan insisi kornea yang cukup besar yaitu 5-6 mm karena besar optik iris claw adalah 5,4 mm.

Pemasangan iris claw retropupil memiliki beberapa kesulitan yaitu teknik yang dibutuhkan cukup sulit sehingga dapat terjadi risiko dislokasi LIO ke vitreus bila enklavasi tidak baik.13–15

Prognosis quo ad functionam pada pasien termasuk dubia karena jumlah sel endotel pada pasien sebesar 1899.3 termasuk rendah. Tindakan pembedahan katarak dapat menurunkan jumlah sel endotel kornea hingga 30% sehingga dapat meningkatkan risiko dekompensasi kornea. Hal lainnya adalah ditemukannya CME saat skrining preoperatif yang kemungkinan diakibatkan oleh riwayat pembedahan katarak sebelumnya. Lobo dkk menyebutkan CME dapat menyebabkan menurunnya tajam penglihatan pasca pembedahan katarak.5,6,15

(9)

IV. Simpulan

Ekspos haptik lensa intraokular ruang anterior merupakan salah satu risiko yang jarang terjadi pada operasi katarak. Kejadian ekspos haptik lensa intraokular memiliki banyak faktor risiko yang harus dianalisa sehingga dijadikan edukasi pencegahan untuk pasien. Tatalaksana operatif pada pasien juga cukup sulit sehingga perencanaan pre operatif dibutuhkan.

(10)

9

DAFTAR PUSTAKA

1. Wagoner MD, Cox TA, Ariyasu RG, Jacobs DS, Karp CL. Intraocular Lens Implantation in the Absence of Capsular Support. American Academy Ophthalomology. 2003. hlm : 840–59.

2. Zarbin M, Chu D, Por YM, Lavin MJ. Techniques of Intraocular Lens Suspension in the Absence of Capsular / Zonular Support. Survey of Ophthalmology. 2005. hlm : 429–62.

3. Donaldson KE,Gorscak JJ,Budenz DL,Feuer WJ,Benz MS,Forster RK. Anterior chamber and sutured posterior chamber intraocular lenses in eyes with poor capsular support. Journal of Cataract and Refractive Surgery.2005.hlm: 903–9.

4. Oetting TA, Beaver H, Johnson AT. Intraocular Lens Design, Material and Delivery. Essentials of Cataract Surgery. 2014. hlm : 168–70.

5. Lobo C. Pseudophakic Cystoid Macular Edema. Ophthalmologica. 2012. hlm : 61–7.

6. Rusu I, Chen Z, Zizva J, Myung JS, Wald KJ. Incidence of cystoid macular edema with iris-fixated posterior chamber intraocular lenses in patients presenting with lens dislocation. International of Ophthalmology. 2014. hlm : 1153–8.

7. Lin H, Tseng G. A spontaneous protruded angle-supported anterior chamber intraocular lens. Medicine . 2019. hlm : 1–5.

8. Mohammad-rabei H, Arabi A, Shahraki T, Azari AA. Anterior Chamber Intraocular Lens Exposure through Prelimbal Sclera : a Case Report. Journal of Ophthalmic and Optometry Science. 2018. hlm : 35–40.

9. Spierer O, O’Brien TP. Spontaneous Scleral Perforation of an Anterior Chamber Intraocular Lens. Karger. 2016. hlm : 249–52.

10. Ljubimov A V, Saghizadeh M. Progress in corneal wound healing. Program Retina and Eye Research. 2016. hlm : 17–45.

11. Gungel H, Altan C, Baylancicek DO. Endophthalmitis due to exposure of anterior chamber intraocular lens haptic tip. Journal of Cataract and Refractive Surgery. 2009. hlm : 1633–6

12. Rangaraj A, Harding K, Leaper D. Role of collagen in wound management.

Wounds International Journal. 2011.hlm : 7.

13. Oltulu R, Ersan I, Satirtav G, Donbaloglu M, Kerimogle H, Ozkagnici A.

Intraocular lens explantation or exchange : indications , postoperative interventions , and outcomes. Arquivos Brasileiros de Oftalmologia. 2015. hlm : 154–7.

14. Helvacı S, Demirdüzen S, Öksüz H. Iris - claw intraocular lens implantation : Anterior chamber versus retropupillary implantation. Indian Journal Ophthalmology. 2016. hlm : 45–9.

15. Anandhi D, Sravya MR. Clinical Outcome of Iris-Claw Intraocular Lens Implantation. Journal Ophthalmic Science. 2019. hlm :3–7.

Referensi

Dokumen terkait

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode

Pada pasien didapatkan keluhan penglihatan buram setelah trauma, dan pada pemeriksaan segmen anterior didapatkan lensa subluksasi ke medial dijam 12-6, sehingga

Pemeriksaan segmen anterior mata kiri didapatkan hasil palpebra superior dan inferior blefarospasme, konjungtiva bulbi terdapat injeksi siliar, kornea donor intak dengan

Seorang wanita umur 69 tahun datang ke poli mata dengan keluhan mata kabur sudah beberapa bulan, dan pada pemeriksaan ditemukan visus OD 4/60 OS 6/60, segmen depan mata

Panduan ini dibuat untuk menjadi panduan kerja bagi semua staf dalam menyiapkan rencana pemulangan pasien yang dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II..

Faktor pendukung dalam meningkatkan minat baca yaitu kemauan warga masyarakat dalam diri untuk memanfaatkan waktu luangnya mengunjungi TBM, menambah wawasan pengetahuan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem penjualan kredit di PT. Surya Putra Sumatera Raya II Pasir Putih Pasir Pengaraian terhadap penarikan

Dari enam kriteria sifat biodiesel yang telah diuraikan di atas, maka biodiesel yang dihasilkan dari lemak sapi mendekati karakteristik biodiesel sesuai dengan standar mutu ASTM