1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang
Remaja merupakan salah satu kelompok rentan mengalami masalah gizi seperti gizi kurang maupun berlebih. Masalah gizi pada remaja perlu mendapatkan perhatian khusus, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan yang akan berdampak di masa dewasa.Masa remaja dapat dikatakan sebagai kesempatan kedua untuk mengejar pertumbuhan apabila mengalami defisit zat gizi di awal kehidupan. Pada fase ini laju pertumbuhan terjadi dengan cepat, karena remaja merupakan transisi dari masa anak- anak ke dewasa. Oleh karena itu, remaja putri membutuhkan zat gizi yang adekuat dari segi kuantitas dan kualitas untuk mengatasi pertumbuhan yang cepat dan risiko kesehatan lainnya yang meningkatkan kebutuhan gizi. Remaja harus memenuhi kebutuhan asupan energi, zat gizi mikro seperti protein dan zat gizi mikro seperti zat besi untuk dapat mencapai status gizi yang optimal. (Putri et al., 2022)
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spresial,karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas.perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan,absorbs,serta cara penggunaan zat gizi. Hal ini diserati dengan pembesaran organ dan jaringan tubuh yang cepat. Perubahan hormonal yang menyertai pubertas juga menyebabkan banyak perubahan fisiologis yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja (Zurrahmi,2020).
Anemia merupakan suatu keadaan dengan kadar hemoglobin dan eritrosit yang lebih rendah dari normal. Anemia gizi besi para remaja putri beresiko lebih
2 tinggi karena menyebabkan seseorang mengnalami penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena masalah kesehatan. (Anggoro,2020).
Anemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan jumlah masa eritrosit (red cell mass) yang ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin <11 g/dl,hemotokrit dan hitung eritrosit (red cell count). (Widodo et al,2019).Faktor resiko yang secara signifikan mempengaruhi kecenderungan status anemia yaitu factor jenis kelamin, umur, pendapatan orang tua dan status proteinuria. Adanya factor resiko tersebut dapat mempengaruhi kecenderungan status anemia seseorang terutama pada remaja yang berada dalam masa pertumbuhan.
Mengingat dampak yang terjadi akibat anemia sangat merugikan kualitas kerja dan mutu sumber daya manusia dimasa mendatang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,yaitu peningkatan status gizi masyarakat suatu status gizi yang baik akan mempengaruhi status kesehatan dan prestasi belajar seseorang.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2019, menyatakan bahwa di Indonesia angka kejadian anemia pada perempuan usia 15-49 tahun yaitu sebesar 31,2%.Di Asia Tenggara, 25-40% remaja putri mengalami kejadian anemia tingkat ringan dan berat. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki- laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes,2018).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, prevalensi anemia di antara anak umur 5-12 di Indonesia adalah 26%, pada wanita umur 13-18 yaitu 23%. Prevalensi anemia pada pria lebih rendah dibanding wanita yaitu 17% pada pria berusia 13-18 tahun. (Kemenkes, 2018).
3 Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi tenggara dapat diketahui bahwa prevalensi anemia di Sulawesi tenggara pada tahun 2017 sebanyak 33,2% dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 42,1%.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jamaluddin,dkk.tahun 2018 yang dilakukan di SMAN 8 kendari menyatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin menunjukkan dari 62 siswi SMAN 8 kendari yang mempunyai kadar hemoglobin dengan kategori anemia sebesar 75,8% sedangkan kategori normal sebesar 24,2%. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus oleh pemerintah,pihak sekolah dan puskesmas karena akan menjadi suatu permasalahan besar dibidang kesehatan.
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Fenti Nabila (2021),Remaja putri yang mengalami anemia sebanyak 42,9% ada hubungan asupan Fe,protein pada remaja putri di SMPN 19 Kota Bengkulu tidak ada asupan vitamin C dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMPN 19 kota Bengkulu.
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Devi Rotua Simbolon(2019),asupan protein remaja putri yang mengalami anemia di MTs Nurul ittihidayah lubuk pakam yaitu sekitar 59,6% atau 31 dari 52 orang megalami asupan protein yang termasuk kategori deficit. Asupan zat besi remaja putri yang mengalami anemia di MTs nurul ittihidayah lubuk pakam yaitu 100% atau seluruh remaja putri yang anemia mempunyai asupan zat besi yang termasuk kedalam kategori deficit.
4 Sehingga berdasarkan uraian-uraian diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Gambaran pengetahuan gizi,asupan protein,asupan zat besi dan status anemia di SMAN 8 kendari”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas,maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran pengetahuan gizi, asupan protein, asupan zat besi dan status anemia pada remaja putri di SMAN 8 Kendari”.
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan gizi, asupan protein, asupan zat besi dan status anemia pada remaja putri di SMAN 8 kendari tahun 2022
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengetahuan gizi siswi SMAN 8 kendari b. Mengetahui asupan protein siswi SMAN 8 kendari c. Mengetahui asupan zat besi siswi SMAN 8 kendari d. Mengetahui status anemia pada siswi SMAN 8 kendari
D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti lain
Penelitian ini bisa dijadikan sarana untuk menambahkan wawasan ilmu pengetahuan serta menerapkan berbagai ilmu yang telah didapatkan selama di bangku kuliah.
5 2. Bagi remaja putri
Hasil penelitian ini memberikan pemahaman dan pengetahuan untuk menjaga pola makan,dan asupan makanan sehingga dapat di cegah dan tidak terjadi anemia.
6 E. Keaslian penelitian
No Penelitian Judul penelitian Desain penelitian
Hasil penelitian Persamaan Perbedaan 1) Fenti
nabila,2021
Hubungan asupan protein,zat besi,viam in C,dengan kejadian anemia
Cross sectional
Remaja putri yang mengalami anemia sebanyak 42,9%
Ada hubungan asupan fe,protein anemia pada remaja putri di SMPN 19 kota bengkulu
Tidak ada asupan vitamin C dengan kejaian anemia pada remaja putri di SMPN 19 kota bengkulu
Asupan protein, asupan zat besi dengan kejadian anemia
Gambaran pengetahuan gizi.
2. Devi rotua simbolon,2019
Gambaran asupan proten dan zat besi (fe) pada remaja putri anemia
disekolah MTs Nurul ITTIHADIHA H LUBUK
PAKAM.
observasional Asupan protein remaja putri yang mengalami anemia di MTs Nurul ittihadiyah lubuk pakam yaitu sekitar 59,6% atai 31 dari 52 orang memiliki asupan proein yang termasuk kedalam kategori defisit
Asupan
protein,asupan zat besi pada remaja putri anemia
Tempat penelitian
7 Asupan zat besi remaja putri
yang mengalami anemia di MTs Nurul ittihadiyah lubu pkam yaitu 100% atau seluruh remaja putri yang anemia mempunyai asupan zat besi yang termasuk kedalam kategori deficit
3. Lindah Elma tania,2018
Hubungan asupan zat besi,protein dan vitamin C,dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMK Yamas Jakarta timur tahun 2018.
Cross sectional
Kejadian anemia:
Siswi yang menagalami anemia
sebanyak 36 siswi
(48,6%).sedangkan siswi yang tidak mengalami anemia sebanyak 38 orang (51,4%).
Asupan zat besi:
Frekuensi asupan zat besi sebanyak 36 orang (48,6%) yang memiliki asupan zat besi cukup,serta 38 (51,4%) orang dengan asupan zat besi kurang.
Asupan protein :
Frekuensi asupan protein sebanyak 50 orang (50%) yang memiliki asupan protein cukup,serta 50 (50%) orang
Sama-sama membahas tetang asupan
protein,asupan zat besi dan status anemia
Tempat penelitian
8 dengan asupan protein kurang.
Asupan vitamin C:
Frekuensi berdasarkan asupan vitamin C sebanyak 37 orang (50%) yang memiliki asupan vitamn C cukup,serta 37 (50%) orang dengan asupan kurang .
9