• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KACAMATA DI OPTIK KING RANCAEKEK KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KACAMATA DI OPTIK KING RANCAEKEK KABUPATEN "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KACAMATA DI OPTIK KING RANCAEKEK KABUPATEN

BANDUNG 2023

Syifa Ayati Salam1, Jaja Muhamad Jabbar2, Hotman P. Simanjuntak3, Arie Sulistyawati4.

1Optometri, STIKes Dharma Husada (Syifa Ayati Salam) email: syifa.ayati@gmail.com

2 Optometri, STIKes Dharma Husada (Jaja Muhamad Jabbar) email: jabbar_muhammad20@yahoo.co.id

3 Optometri, STIKes Dharma Husada (Hotman P. Simanjuntak) email: omanvw@gmail.com

4 Optometri, STIKes Dharma Husada (Arie Sulistyawati) email: sulistiyawatiarie@gmail.com

Abstract

Glasses are a visual aid for someone who has a visual impairment. Glasses require special care when worn or not worn. Based on the preliminary study conducted, it was found that 3 people had oily and rusty lenses and frames, 2 people with lenses full of finger spots and dust, 1 person with moldy lenses, and 6 people with scratched lenses and changes in frame position. not symmetrical. The purpose of this study was to describe the patient's knowledge about spectacles care, especially regarding the care of frames and eyeglass lenses at Optics King Rancaekek Bandung Regency 2023. The research method was carried out quantitatively descriptive with Patient/Client respondents who visited King Rancaekek Optics in April - May of the year 2023. The results showed that most of the patients' knowledge about eye care at Optics King Rancaekek, Bandung Regency, had less knowledge, 76%, good knowledge about eye care frames, 39% and lenses, 4%, sufficient knowledge about eye care frames. / frame is 46% and lens is 2%, lack of knowledge about eye care, frame / frame is 15% and lens is 94%. It is recommended to increase knowledge and awareness about eye health and the importance of maintaining vision rehabilitation equipment/glasses according to the procedure.

Keywords: Eyeglasses Care, Frame, Lens

Abstrak

Kacamata merupakan sebuah alat bantu penglihatan bagi seseorang yang memiliki gangguan pada indera penglihatan. Kacamata membutuhkan perawatan khusus pada saat dipakai maupun tidak dipakai. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, ditemukan 3 orang dengan lensa dan bingkai / frame berminyak dan berkarat, 2 orang dengan lensa penuh bercak jari dan berdebu , 1 orang dengan lensa berjamur, dan 6 orang tersebut dengan keadaan lensa tergores dan perubahan posisi bingkai / frame yang tidak simetris. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien tentang perawatan kacamata khususnya terhadap perawatan bingkai / frame dan lensa kacamata di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023. Metode penelitian yang dilakukan deskriptif kuantitatif dengan responden pasien yang berkunjung Optik King Rancaekek pada bulan April - Mei Tahun 2023. Hasil penelitian didapatkan pengetahuan pasien tentang perawatan kacamata di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung sebagian besar memiliki pengetahuan kurang sejumlah 76 %, pengetahuan baik tentang perawatan kacamata bingkai / frame sejumlah 39 % dan lensa sejumlah 4%, pengetahuan cukup tentang perawatan kaca mata bingkai / frame sejumlah 46 % dan lensa sejumlah 2 %, pengetahuan kurang tentang perawatan kaca mata bingkai / frame sejumlah 15 % dan lensa sejumlah 94%. Di sarankan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepeduliaan tentang kesehatan mata dan pentingnya perawatan alat rehabilitasi penglihatan/kacamata sesuai prosedur..

Kata Kunci: Perawatan Kacamata , Bingkai / Frame, Lensa. I. PENDAHULUAN

Kacamata merupakan alat rehabilitas yang dapat membantu dalam proses penglihatan seseorang menjadi lebih optimal. Dalam

penelitian Novida, Erma (2018) menyatakan bahwa ; “Kacamata merupakan sebuah alat bantu penglihatan bagi seseorang yang memiliki gangguan pada indera penglihatan”.

(2)

Sedangkan menurut penelitian Nugroho,

Anggit dkk (2021) menyatakan bahwa :

“Kacamata adalah alat bantu penglihatan (bukan obat) dan melindungi mata dan di tempatkan di depan mata pada posisi yang sewajarnya. Dan memberikan nilai plus bagi yang memakainya”.

Berdasarkan kedua kutipan diatas dapat diketahui bahwa kacamata hanya berperan sebagai alat bantu penglihatan saja bukan sebagai obat yang dapat menyembuhkan kelainan refraksi yang dialami oleh seseorang yang memiliki kelainan refraksi.

Pada penggunaannya kacamata banyak digunakan dari segi fungsional seperti melindungi mata dan alat bantu untuk meningkatkan tajam penglihatan seseorang, sedangkan dari segi kosmetik untuk memperindah penampilan. Kemudian pada segi perawatannya masih banyak orang yang abai terhadap perawatan kacamata itu sendiri.

Kacamata membutuhkan perawatan khusus pada saat dipakai maupun tidak dipakai.

Perawatan kacamata bertujuan untuk menghindari penumpukan kotoran yang dapat menimbulkan goresan pada lensa dan menghindari dari lensa yang cepat tergores.

Dalam penelitian Handini, Wahjoe (2021) menyatakan bahwa :

“Pemakaian kacamata yang baik salah satu aspeknya adalah penderita kelainan refraksi harus mengetahui prosedur perawatan kacamata.

Perawatan kacamata yang tidak sesuai prosedur dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kenyamanan. Lensa kacamata dapat rusak lebih cepat jika perawatannya tidak sesuai prosedur yang dianjurkan”.

Sedangkan dalam penelitian Rahmawati, Iis (2021), menyebutkan bahwa :

“Apabila perawatan kacamata tidak sesuai dengan ketentuan atau anjuran dari petugas Refraksionis Optisien, atau bahkan tidak dilakukan sama sekali maka kacamata yang digunakan akan berkurang kenyamanannya dan masa pakainya”.

Dari kedua kutipan diatas dapat diketahui bahwa perawatan kacamata merupakan hal yang perlu diperhatikan dan tidak bisa dianggap remeh bagi para pengguna kacamata.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perawatan kacamata itu sendiri ialah faktor

manusia. Dalam penelitian Rahmawati, Iis (2021), menyebutkan bahwa :

“Perawatan kacamata merupakan hal penting yang harus diketahui oleh

pemakai kacamata. Agar masa pakai kacamatanya panjang dan diperolehnya penglihatan yang nyaman. Beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan kacamata yaitu faktor bingkai / frame, faktor lensa, dan faktor manusia”.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 18 Februari 2023 di Optik King Rancaekek melalui wawancara terhadap 10 orang pasien yang datang di hari tersebut, ditemukan 3 orang dalam keadaan lensa dan bingkai / frame berminyak serta berkarat, 2 orang dalam keadaan lensa penuh bercak jari dan debu , 1 orang dalam keadaan lensa berjamur, dan 6 orang tersebut dalam keadaan lensa tergores serta perubahan posisi bingkai / frame yang tidak simetris. Dasar pemilihan lokasi penelitian di Optik King Rancaekek yaitu karena Optik King Rancaekek merupakah satu – satunya optik yang bekerjasama dengan BPJS di daerah tersebut sehingga jumlah pasien yang datang lebih banyak dibandingkan dengan optik lain yang ada di daerah Rancaekek, serta kebanyakan pasien Optik King Rancaekek adalah para lansia yang belum mengatahui perawatan kacamata dengan baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien tentang perawatan kacamata di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023.

Penelitian ini diharapkan agar masyarakat lebih memahami pentingnya perawatan kacamata dalam menggunakan alat rehabilitasi penglihatannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Pengetahuan

Pengetahuan merupakan aset yang dimiliki setiap orang dan dapat diperoleh berdasarkan pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 884) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal pekerjaan. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang objek

(3)

tertentu yang diperoleh melalui

pendekatan atau cara pandang (approch), metode (methode), dan sistem tertentu.

Menurut Sutrisno (2014) mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.

Pengetahuan menurut Sutrisno (2014:207) adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu.

Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks dan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Yuniarsih dan Suwatno (2013) mengatakan bahwa pengetahuan adalah suatu informasi yang dimiliki seseorang khususnya pada bidang spesifik.

Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang mempengaruhi terhadap tindakan yang dilakukan. Pengetahuan yaitu seseorang yang tidak secara mutlak dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima yang kemudian menjadi dipahami (Notoatmodjo dalam Albunsyary 2020).

Bagian (2015:27) berpendapat bahwa pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang memiliki makna yang dimiliki seseorang dalam bidang kajian tertentu menurut Prasetyo dalam Maspriyadi (2019) pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala kita, kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Maka dalam Konsep Pengetahuan yang dipilih ini yaitu konsep pengetahuan menurut Notoatmodjo (dalam Albunsyary 2020) pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang mempengaruhi terhadap tindakan yang dilakukan. Pengetahuan yaitu seseorang yang tidak secara mutlak dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang

diterima yang kemudian menjadi dipahami.

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu:

a. Faktor Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima informasi tentang obyek atau yang berkaitan dengan pengetahuan.

Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa.

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima, serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi.

b. Faktor Pekerjaan

Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.

c. Faktor Pengalaman

Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

d. Keyakinan

Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat secara turun – temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu, keyakinan positif dan keyakinan negatif dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

e. Sosial Budaya Kebudayaan

Sosial budaya kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Menurut (Arikunto, 2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

(4)

menanyakan tentang isi materi yang akan

di ukur dari subjek atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya, adapun jenis kuesioner yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum di bagi menjadi 2 jenis yaitu:

a) Kuesioner subjektif

Penggunaan kuesioner subjektif dengan jenis pernyataan esai digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.

b) Kuesioner objektif

Jenis kuesioner objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul salah dan kuesioner menjodohkan dapat di nilai secara pas oleh penilai.

Menurut (Arikunto, 2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu sebagai berikut :

1) Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan benar dari total jawaban kuesioner.

2) Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan benar dari total jawaban kuesioner.

3) Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56%

dari total jawaban kuesioner.

2. Pasien Sebagai Konsumen

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018, pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di rumah sakit. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2015 menyatakan pasien adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sosial yang mendapatkan pelayanan refraksi optisi / optometri.

(Kemenkes, 2015)(Kemenkes, 2018) Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsumen (Belanda), kata konsumen dalam bahasa Belanda tersebut oleh para ahli hukum pada umumnya

sudah disepakati untuk mengartikannya sebagai pemakai terakhir dari benda dan jasa (uiteindelijk gebruiker van goederen en dienstent) yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha (ondernemer).

Menurut Pasal 1 angka (2) Undang – Undang Perlindungan Konsumen, dijelaskan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, ataupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan, berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksud konsumen adalah konsumen akhir.

Berdasarkan penjelasan dari unsur – unsur konsumen dan dikaitkan dengan pasien, maka menurut penulis pasien juga dapat dikategorikan sebagai konsumen, yaitu konsumen jasa pelayanan kesehatan (medis), karena unsur-unsur pengertian konsumen telah terpenuhi dalam pengertian pasien, dan ketentuan di atas menjelaskan bahwa apabila dikaitkan dengan jasa pelayanan medis, dapat diartikan sebagai layanan atau prestasi kesehatan yang dilakukan oleh dokter dan disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan pasien sebagai konsumen. ( Nasution, 2001)

3. Kacamata

a. Definisi Kacamata

Kacamata adalah lensa tipis yang dihubungkan dengan dua buah tangkai untuk dikaitkan di telinga penggunanya. Kacamata membantu untuk meningkatkan fokus penglihatan pada mata dan salah satu bagian dari cara untuk menangani kelainan refraksi. Kacamata adalah sebuah alat yang digunakan untuk memberikan koreksi pada penglihatan dengan cara menyatukan dua lensa yang akan mengumpulkan bayangan dan sinar mencapai ke lensa mata. Selain untuk membantu penglihatan, kacamata juga berfungsi sebagai pelindung mata.

Umumnya kacamata terdapat dua bagian komponen. Komponennya adalah bagian bingkai rangka atau frame, kemudian komponen selanjutnya adalah lensa. Dua bagian

(5)

ini saling terhubung untuk membentuk

kacamata yang dapat dipakai. Konsep ini juga harus memperhitungkan pengaruh mode saat ini. Ada beberapa variasi dalam bentuk bingkai / frame dan yang terbaik adalah mengacu pada aturan desain klasik. (Stein, 2006)

b. Bingkai / Frame Kacamata

Bagian bingkai / frame kacamata dapat diubah mengikuti selera penggunanya karena terdapat berbagai macam pilihan bingkai / frame yang disukai. Namun bagian lensa kacamata tidak dilakukan secara sembarangan. Lensa kacamata dipilih berdasarkan kebutuhan dan kondisi penggunanya. Kebutuhan kacamata dapat berdasarkan faktor tertentu.

Frame adalah bingkai dari kacamata terbuat dari bahan plastik.

Fungsi dari frame kacamata adalah sebagai penopang lensa kacamata agar dapat digunakan.

Bagian frame dibedakan menjadi dua:

1) Bagian depan Frame (Front Frame) bagian yang memegang lensa, diantaranya :

a) Bridge : Area antara 2 lensa.

b)Eyewire / Rim : Bagian yang mengelilingi lensa.

c) Endpieces : Bagian ujung kanan dan kiri frame front.

d) Shield : Terdapat pada frame plastik yang gunanya menahan engsel (hinge).

e) Nose Pads : Potongan plastik untuk menahan frame di hidung.

f) Guard Arms : Kawat yang memegang nose pads pada frame.

2) Bagian samping (Temple) bagian yang mengait di telinga, diantaranya :

a) Butt Portion / Butt End : Bagian temple yang paling dekat dengan frame front, area engsel temple.

b) Bend : Bagian temple yang melengkung di atas telinga.

c) Shank / Shaft : Bagian temple antara butt end sampai bend.

d) Earpiece, Bend – Down Portion atau Curl : Bagian antara bend sampai ujung temple di belakang telinga.

e) Dowel Hole : Lubang mur pada engsel.

Syarat kacamata yang baik yaitu sesuai kebutuhan mata pemakai, memenuhi kenyamanan dan pemakaian, dan serasi dari segi kosmetik.

c. Jenis – Jenis Desain Kacamata Bingkai / frame kacamata berfungsi sebagai penyangga untuk mengaitkan kacamata ke telinga juga sebagai penghubung dari kedua lensa kacamata. Bingkai / frame kacamata memiliki dua jenis yang dapat disatukan yaitu jenis bingkai / frame kacamata berdasarkan tampilan dan jenis bingkai / frame berdasarkan bentuk. Berdasarkan Eye Buy Direct (2019) jenis-jenis bingkai / frame kacamata berdasarkan tampilan terdiri dari :

1) Full Rimmed Frames

Kacamata berbingkai penuh atau dikenal dengan Full Rimmed Frame ini memiliki ciri bingkai yang menutupi seluruh bagian tepi lensa. Dengan demikian pengguna dapat memilih intensitas tebal atau tipisnya. Bingkai / frame ini lebih kuat bila terjatuh dan melindungi lensa dari keretakan maupun kerusakan.

2) Rimless Frames

Jenis bingkai / frame ini memiliki ciri dimana tidak terdapat bingkai / frame yang menutupi bagian depan kacamata.

Dengan kata lain bagian depan hanya terdapat lensa yang terhubung dari bagian atas kacamata menuju gagang kacamata. Jenis bingkai / frame ini cocok untuk yang menyukai style minimalis selain itu jenis bingkai / frame ini ringan untuk dipakai.

3) Semi Rimless Frames

Semi rimless frames adalah penggabungan dari full rimmed dan rimless frames dimana bagian atas dari bingkai / frame ini ditutupi dengan bingkai namun di bagian bawahnya hanya lensa saja.

Kekurangan dari bingkai / frame

(6)

ini biasanya terdapat bekas yang

terjadi akibat lensa yang tidak tertutup bingkai sehingga menindih kulit dan membekas.

Selain berdasarkan tampilan juga terdapat bingkai / frame berdasarkan bentuk. Bingkai / frame kacamata berdasarkan bentuk adalah dimana bingkai / frame dan lensa dibentuk berdasarkan ukuran baik lebar maupun tingginya.

Dalam Eye Buy Direct (2019), frame kacamata berdasarkan bentuknya antara lain:

1) Bingkai / frame kacamata persegi panjang

Sesuai namanya, bingkai / frame ini berbentuk persegi panjang. Merupakan jenis bingkai / frame kacamata klasik yang paling sering digunakan.

Kacamata persegi panjang ini terlihat lebih lebar daripada tinggi dengan menampilkan bagian sudut yang tajam.

Bagian jembatan atau bagian atas juga dibuat secara tebal.

2) Bingkai / frame kacamata oval Dengan bentuk yang oval, bingkai / frame kacamata jenis ini memiliki lebar yang lebih besar daripada tingginya yang juga melengkung. Biasanya pada bingkai / frame kacamata jenis ini memiliki bagian sudut yang lebih runcing daripada bingkai / frame persegi panjang. Selain itu bentuk ini juga hampir menutupi alis.

3) Bingkai / frame kacamata bulat Lebar dan tinggi nya yang seimbang ini merupakan jenis kacamata yang memberikan nuansa klasik retro kepada penggunanya. Selain itu kacamata bulat sebenarnya sudah ada sejak kacamata ditemukan, hal ini dibuktikan dari beberapa lukisan dan foto – foto klasik dari abad – abad sebelumnya yang menunjukkan ilustrasi kacamata berbentuk bulat.

4) Bingkai / frame kacamata persegi Kacamata dengan bingkai / frame persegi menampilkan sudut yang tajam dan lebih menampilkan bagian mata

dengan jelas sehingga memberikan kesan yang ikonik.

5) Bingkai / frame kacamata Cat Eye Bingkai / frame kacamata jenis ini menyesuaikan bentuk mata kucing dengan bagian ujung bingkai / frame yang lebih runcing. Kacamata ini dikenal dengan bentuknya yang menawan dan biasanya sering dipakai sebagai kacamata gaya.

6) Bingkai / frame kacamata Aviator Aviator yang berarti penerbang merupakan representasi dari bentuk bingkai / frame kacamata jenis ini.

Bingkai / frame kacamata aviator memiliki ciri dimana terdapat dua bagian jembatan di bagian atasnya.

Selain itu jenis bingkai ini sering dipadu menjadi kacamata hitam.

7) Bingkai / frame kacamata Wayfarer Wayfarer diartikan sebagai seseorang yang bepergian dengan berjalan kaki atau disebut juga dengan musafir.

Wayfarer merupakan bentuk yang populer digunakan untuk bentuk kacamata hitam saat ini. Wayfarer dicirikan memiliki bentuk trapesium yang khas yang hampir mirip dengan bentuk cat eye atau bentuk persegi.

d. Lensa

1) Definisi Lensa

Lensa adalah sebuah alat untuk mengumpulkan dan menyebarkan cahaya, umumnya lensa dibentuk dari sepotong gelas yang kemudian dibentuk. (Novida dan Sunandar, 2018, h.326) Lensa adalah sebuah alat untuk mengumpulkan atau menyebarkan cahaya, biasanya dibentuk dari sepotong gelas yang dibentuk. Konstruksi lensa yang paling umum adalah lensa speris (spherical lens), yaitu lensa dengan bidang antarmuka yang melengkung speris (spherical curvature), yaitu kelengkungan bidang permukaan bola dengan radius speris (radius of curvature) tertentu. Pembentukan bayangan pada lensa mematuhi aturan berikut.

a) Sinar datang pada lensa cembung sejajar dengan sumbu lensa akan

(7)

dibiaskan menuju titik fokus lensa.

Sebaliknya jika sinar datang melewati titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu lensa.

b) Sinar datang pada lensa cekung sejajar dengan sumbu lensa akan dibiaskan seolah – olah berasal dari titik fokus lensa. Sebaliknya jika sinar datang menuju titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu lensa.

c) Sinar yang datang melalui pusat lensa akan diteruskan.

2) Jenis – Jenis Lensa

Lensa merupakan bagian penting untuk menciptakan kacamata yang sempurna. Terdapat beragam jenis lensa yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Sudah suatu kepentingan untuk memilih jenis lensa kacamata yang baik dan benar agar menimbulkan kenyamanan kepada penggunanya. Lensa kacamata dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain :

a) Lensa kacamata berdasarkan materialnya adalah:

1.1 Lensa Kaca

Lensa kacamata yang berbahan kaca umumnya memiliki keunggulan dari sisi kualitasnya. Lensa kaca lebih tidak mudah tergores dan memiliki sifat mengumpulkan cahaya yang baik. Namun lensa kaca cenderung digunakan untuk gagang atau frame tertentu saja. Selain terasa lebih berat, lensa kaca juga memerlukan perawatan khusus karena rentan rusak atau pecah.

1.2 Lensa High Index

Untuk penderita kelainan refraksi yang membutuhkan koreksi visual yang tinggi dapat direkomendasikan menggunakan lensa high index.

Selain itu high index memiliki ukuran tipis dan cocok untuk keperluan gaya. Lensa high index juga Memberikan kenyamanan yang tahan lama karena tahan goresan dan dapat digunakan di banyak bingkai.

1.3 Lensa Trivex

Lensa trivex dapat disandingkan dengan lensa polikarbonat karena

keunggulannya hampir sebanding.

Namun lensa trivex mampu membelokkan cahaya dengan lebih baik daripada lensa polikarbonat.

Lensa trivex mempunyai tegangan internal yang minim sehingga dapat memberikan penglihatan yang lebih tajam.

1.4 Lensa Polikarbonat

Dibandingkan dengan kaca, lensa polikarbonat lebih tipis dan ringan dibandingkan kaca. Lensa ini juga menahan sinar UV matahari tanpa memerlukan pelapis lensa UV- blocking khusus. Lensa polikarbonat memiliki daya tahan benturan sehingga sering direkomendasikan untuk orang – orang yang sering melakukan kegiatan luar ruangan seperti berolahraga.

1.5 Lensa Plastik

Lensa plastik dikenal lebih ringan daripada lensa kaca. Lensa plastik umumnya memiliki harga yang terbilang murah. Selain itu lensa plastik lebih ringan dan kemungkinan pecahnya lebih kecil bila dibandingkan dengan lensa kaca.

Lensa plastik memungkinkan transmisi cahaya dan penyerapan sinar ultraviolet yang lebih baik. Namun bila dibandingkan dengan lensa kaca, lensa plastik lebih rentan dengan goresan (Kresna, 2015).

Selain berdasarkan materialnya, lensa kacamata juga dapat ditentukan berdasarkan bentuknya.

b) Lensa kacamata berdasarkan bentuknya terbagi menjadi tiga yaitu : 1.1 Lensa Plano atau Flat, Lensa flat ini bersifat meneruskan sinar/cahaya yang datang.

1.2 Lensa Cekung atau Concave, Lensa ini bersifat meneruskan sinar/cahaya dan memperkecil bayangan.

1.3 Lensa Cembung atau Convex Lensa ini bersifat meneruskan sinar/cahaya dan memperbesar bayangan. Selain berdasarkan materialnya, dan bentuknya lensa

(8)

kacamata juga dapat ditentukan

berdasarkan fungsinya.

c) Lensa kacamata berdasarkan fungsinya terbagi menjadi empat yaitu:

1.1 Lensa Single Vision

Lensa Single Vision atau juga dikenal sebagai monofocal atau bisa juga disebut lensa fokus tunggal.

Lensa ini hanya mempunyai satu titik fokus saja dimana berfungsi untuk memperbaiki gangguan penglihatan untuk satu ukuran tertentu seperti pada penglihatan jauh atau hanya penglihatan dekat saja.

1.2 Lensa Bifokal

Lensa bifokal ialah lensa yang memiliki dua titik fokus untuk membantu penglihatan yaitu lensa jarak jauh yang berada di titik fokus bagian atas lensa yang berguna untuk memfokuskan penglihatan jarak jauh sedangkan bagian bawah lensa berguna untuk memfokuskan penglihatan jarak dekat.

1.3 Lensa Trifokal

Lensa trifokal merupakan lensa yang mempunyai tiga titik fokus. Pada titik fokus pertama berfungsi untuk penglihatan jauh, pada titik fokus kedua untuk penglihatan menengah, dan pada titik fokus ketiga untuk penglihatan dekat.

1.4 Lensa Kacamata Multifokal Lensa Multifokal disebut juga lensa multifocus atau lensa progressive.

Lensa jenis ini mempunyai banyak titik fokus, menggunakan gradasi penambahan power lensa pada design lensanya. Gradasi dimulai dari ukuran penglihatan jauh pemakai dari bagian atas lensa, hingga ukuran penglihatan dekat pemakai pada bawah lensa. Hal ini membuat lensa mempunyai banyak fokus dalam tiap kepingnya dan dapat difungsikan untuk penglihatan jauh, menengah, dan dekat. Meskipun lensa progressive ini fugsinya hampir mirip dengan lensa trifokal, tetapi karena menggunakan konsep gradasi menjadikan segmen pembatasnya

tidak nampak, sehingga tampilannya menyerupai lensa single vision.

e. Cara Perawatan Kacamata

Perawatan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima. (Kurniawan, 2013:11) Kacamata yang digunakan setiap hari beresiko akan mengalami penumpukan kotoran dan lensa tergores, pasien harus memahami perlunya perawatan dan pembersihan kacamata mereka, terlalu sering pasien datang ke dokter mata memakai kacamata yang kotor dan tergores yang tidak diragukan lagi menyebabkan penglihatan kabur, dapat diketahui cara merawat kacamata agar mengurangi resiko tersebut dengan melakukan cara – cara dibawah ini : 1) Bingkai / frame harus tetap bersih.

Deposit dari minyak dan kotoran pada bingkai / frame dan lensa sebaiknya dihilangkan dengan mencuci dan merendam dalam air hangat.

2) Hindari membersihkan lensa atau dipoles saat lensa dalam keadaan kering, karena dapat mudah tergores.

3) Memakai dan melepas kacamata hendaknya selalu menggunakan kedua tangan.

4) Jangan meletakkan kacamata dengan posisi puncak lensa dibawah atau berbenturan dengan benda keras.

5) Saat tidak digunakan, kacamata harus disimpan di tempatnya.

6) Membersihkan kacamata menggunakan kain (lap) pembersih kacamata.

7) Untuk bingkai / frame plastik jangan menyimpan kacamata di dalam dashboard mobil karena beresiko frame meleleh.

8) Jangan menyimpan kacamata di dalam kantong baju/celana tetapi gunakan tempat (box) kacamata.

9) Hindarkan meletakan kacamata dekat dengan cairan kimia.

10) Anjurkan membersihkan kacamata dengan alcohol 70%, tissue basah, lap micro clear, dan pembersih yang direkomendasikan.

(9)

11) Menaruh kacamata di dalam wadah

kacamata dengan posisi lensa dibawah menggunakan alas.

12) Membersihkan kacamata dengan satu arah.

13) Tidak disarankan menaruh kacamata diatas kepala karena dapat menyebabkan kotoran atau minyak menempel pada kepala.

14) Penggunaan kacamata selama beraktivitas dan melepas nya ketika mandi dan tidur

15) Selama musim dingin, lensa sering berkabut dan penglihatan kabur. Ini bisa dihindari dengan mengolesi cairan anti kabut yang tipis, hasilnya akan menghentikan pengkabutan pada lensa selama beberapa hari. Sejumlah solusi defogging juga tersedia secara komersial.

(Stein, 2006)

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencara dan terstuktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. (Sugiyono, 2020)

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien Optik King Rancaekek Tahun 2023. Perhitungan populasi mengacu dengan jumlah pasien di bulan Maret, April dan Mei pada tahun 2022 yang berjumlah 536 pasien. Teknik pengambilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel aksidental.

Sampel aksidental adalah teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa yang kebetulan ditemukan oleh peneliti yang dipandang cocok sebagai sumber data pada saat pengumpulan data. Dengan begitu maka sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian ini adalah responden pasien Optik King Rancaekek yang berkunjung pada bulan April minggu keempat hingga bulan Mei minggu ketiga tahun 2023 yaitu sejumlah 178 responden.

Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah

kuesioner yang disesuaikan tujuan penelitian yang mengacu pada kerangka konsep dan definisi operasional yang telah dibuat oleh peneliti. Pada penelitian ini peneliti akan memberikan kuesioner yang berisi 15 kuesioner mengenai perawatan kacamata yang berisi kuesioner mengenai perawatan kacamata terdapat pada soal nomor 1, 2 , 5, 7, 9, 10, 12, 15. Perawatan bingkai / frame kacamata terdapat pada soal nomor 6, 11, 13 dan kuesioner mengenai perawatan lensa kacamata terdapata pada soal nomor 3, 4, 8, 14. Sebelum digunakan penelitian, kuesioner ini dilakukan validasi kepada kedua orang ahli optometri, kemudian peneliti diberi masukan oleh kedua validator diantaranya adalah pengelompokkan pertanyaan yaitu cara pembersihan kacamata, cara pemakaian kacamata, dan cara penyimpanan kacamata, serta penggabungan pertanyaan yang terpisah tentang bingkai / frame dan lensa menjadi dalam satu pertanyaan yaitu kacamata, perbaikan kalimat pada pertanyaan yang masih kurang tepat, perubahan opsi pilihan jawaban pada kuesioner, dan jumlah pertanyaan yang tadinya genap menjadi ganjil pada kuesioner agar mempermudah proses perhitungan skor dan persentase pada saat dilakukan olah data (untuk lebih detailnya dapat dilihat dalam lampiran). Setelah kuesioner diperbaiki dapat dinyatakan bahwa instrumen penelitian berupa kuesioner tersebut sudah relevan artinya layak digunakan untuk penelitian responden di lapangan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuesioner (angket). Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung oleh peneliti. Langkah pertama peneliti mengajukan izin penelitian kepada pihak Manajemen Optik King, selanjutnya meminta dukungan dari Pimpinan dan staf untuk dilakukan penelitian ini terhadap para pasien Optik King Rancaekek yang berkunjung. Sebelumnya, peneliti melakukan pembuatan kuesioner dari materi yang terdapat di dalam Bab II bersumber dari buku, kemudian mengajukan validasi kuesioner kepada dosen ahli optometri dan melakukan penelitian terhitung pada minggu keempat bulan April sampai minggu ketiga bulan Mei.

(10)

Dalam Penelitian ini proses analisa

yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan kurang, cukup, baik pada setiap kategorinya sesuai kuesioner yang telah di sebar, sehingga memudahkan untuk mendapatkan nilai skor berdasarkan hasil jawaban dari masing-masing responden dengan penentuan nilai dan persentase pengetahuan kurang, pengetahuan cukup, pengetahuan baik perawatan bingkai / frame.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada Pasien Optik King Rancaekek, Kabupaten Bandung yang dilaksanakan pada hari Rabu, 26 April hingga Jum’at, 19 Mei 2023. Adapun data yang didapat dari hasil kuesioner tentang pengetahuan perawatan kacamata adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Kacamata Di

Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023

Grafik Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Kacamata Di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023

Gambar 4.1 Grafik Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Kacamata Di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023

Hasil penelitian ini pada tabel diatas menggambarkan dari 178 responden, didapatkan yang memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan kacamata adalah

76% dan yang memiliki pengetahuan baik tentang perawatan kacamata adalah 2% di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023.

Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Pasien Optik King Rancaekek Terhadap Perawatan Bingkai / Frame Kacamata

Grafik Pengetahuan Pasien Tentang

Perawatan Bingkai / Frame Kacamata di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023.

Gambar 4.2 Grafik Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Bingkai / Frame

Kacamata di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023.

Hasil penelitian ini pada tabel diatas menggambarkan dari 178 responden, didapatkan yang memiliki pengetahuan cukup tentang perawatan bingkai / frame pada kacamata adalah 46% dan yang memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan bingkai / frame pada kacamata adalah 15% di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023.

Tabel 4.3 Gambaran Pengetahuan Pasien Optik King Rancaekek Terhadap Perawatan Lensa Kacamata.

Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Kacamata

Frekuensi Persentase

Kurang 134 76%

Cukup 40 22%

Baik 4 2%

Jumlah 178 100%

Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Bingkai / Frame

Frekuensi Persentase

Kurang 26 15%

Cukup 82 46%

Baik 70 39%

Jumlah 178 100%

Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Lensa

Frekuensi Persentase

Kurang 167 94%

Cukup 5 2%

Baik 6 4%

Jumlah 178 100%

(11)

Grafik Pengetahuan Pasien Tentang

Perawatan Lensa Kacamata di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023.

Gambar 4.3 Grafik Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Lensa Kacamata di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023

Hasil penelitian ini pada tabel diatas menggambarkan dari 178 responden, didapatkan yang memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan lensa pada kacamata adalah 94% dan yang memiliki pengetahuan cukup tentang perawatan lensa pada kacamata adalah 2% di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023.

B. Pembahasan

Berdasarkan data keseluruhan diperoleh dari 178 responden, yang memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan kacamata adalah 76% dengan jumlah responden terbanyak yang menjawab pertanyaan dengan salah adalah pertanyaan tentang membersihkan kotoran dan minyak pada bingkai / frame dan lensa kacamata.

Hal ini di dukung karena pasien yang berkunjung mayoritas bukan pasien tetap Optik King Rancaekek yang sudah mendapatkan sosialisasi dan edukasi tentang perawatan kacamata. Sehingga mempengaruhi hasil dari penelitian, Optik King Rancaekek tetap memberikan sosialisasi dan edukasi berkacamata harus disertai dengan perawatan kacamata yang sesuai prosedur. Walaupun setelah di berikan sosiaslisai dan edukasi belum memastikan bahwa pengetahuan pasien menjadi baik, penelitian ini di dukung dengan hasil penelitian Iis Rahmawati dkk, 2021 bahwa adanya peningkatan tingkat pengetahuan perawatan kacamata di kalangan pelajar SMA Al-Muttaqin

Tasikmalaya termasuk dalam kategori sedang.

Berdasarkan pengetahuan perawatan bingkai / frame pada kacamata, didapatkan hasil yang memiliki pengetahuan cukup tentang perawatan bingkai / frame pada kacamata adalah 46% dengan jumlah responden terbanyak yang menjawab pertanyaan dengan benar adalah pertanyaan tentang posisi bingkai / frame saat disimpan pada wadah (box) kacamata yaitu dengan melipat kaki bingkai / frame kacamata di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023. Hal ini di dasarkan kepedulian pengguna kacamata terhadap kacamatanya, bahwa kacamata merupakan penting sekali, sehingga pengguna selalu berupaya menyimpannya dalam wadah, hal ini sebanding dengan hasil penelitian Wahjoe Handini dkk, 2021 kepedulian penderita kelainan refraksi terhadap perawatan lensa kacamata bahwa faktor penyimpanan kacamata sudah sangat tinggi sebagian besar responden sudah menyimpan kacamata di dalam kotak kacamata sebesar 62,5%.

Berdasarkan pengetahuan perawatan lensa pada kacamata, didapatkan yang memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan lensa pada kacamata adalah 94%

dengan jumlah responden terbanyak yang menjawab pertanyaan dengan salah adalah pertanyaan tentang membersihkan lensa kacamata dalam keadaan lensa seperti apa.

Seharusnya, lensa dibersihkan langsung jika terdapat kotoran yang bisa mengganggu kenyamanan penglihatan dan semestinya pengguna kacamata lebih memperhatikan penggunaan cairan pembersih kacamata agar kacamata lebih awet, cairan pembersih yang dapat digunakan misalnya alkohol (dicampur dengan air dengan perbandingan 1:1), tissue basah, dan cairan pembersih khusus kacamata. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahjoe Handini dkk, 2021 menggambarkan faktor penggunaan cairan pembersih sebagian besar responden tidak menggunakan cairan pembersih dalam membersihkan lensa kacamata sebesar 47,5%.

(12)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan pengolahan data dan penelitian tentang gambaran pengetahuan Pasien tentang perawatan kacamata di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung 2023 terhadap 178 responden, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan Pasien tentang perawatan kacamata di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung sebagian besar memiliki pengetahuan kurang sejumlah 76 % .

2. Pengetahuan Pasien di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung didapatkan pengetahuan baik tentang perawatan kaca mata bingkai / frame sejumlah 39 % dan lensa sejumlah 4%.

3. Pengetahuan Pasien di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung didapatkan pengetahuan cukup tentang perawatan kaca mata bingkai / frame sejumlah 46 % dan lensa sejumlah 2 %.

4. Pengetahuan Pasien di Optik King Rancaekek Kabupaten Bandung didapatkan pengetahuan kurang tentang perawatan kaca mata bingkai / frame sejumlah 15 % dan lensa sejumlah 94%.

B. Saran

1. Optik King Rancaekek

Selain memberikan sosialisasi dan edukasi pada setiap pengambilan kacamata, disarankan kepada Optik King Rancaekek serta optik – optik lainnya untuk membuat pamflet (kartu kecil) berisi tentang perawatan kacamata dan dimasukkan kedalam paper bag pengambilan atau kedalam wadah (box) kacamata, sehingga menjadi pengingat untuk meningkatkan kepedulian masyarakat itu sendiri sebagai alat rehabilitas penglihatannya.

2. Profesi Optometri

Dengan hasil penelitian ini, disarankan dapat berkolaborasi dengan pihak terkait dalam

mengambil kebijakan

promosi/sosialisasi dan edukasi kesehatan mata, khususnya perawatan

kacamata sebagai alat rehabilitasi penglihatan.

3. Program Studi Optometri

Disarankan dapat menambah dan meningkatakan kegiatan Pengabdian Masyarakat seperti Bakti Sosial baik dari segi keilmuan dan pelayanan kesehatan mata, khususnya terkait perawatan kacamata baik bingkai / frame dan lensa kacamata.

4. Pasien

Di sarankan meningkatkan pengetahuan dan kepedulian mengenai kesehatan mata dan pentingnya perawatan alat rehabilitasi penglihatan/kacamata secara benar sesuai prosedur, melalui berbagai media informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Clifford W. Brooks (1983) Essentials For Ophthalmic Lens Work, 1983.

Handini, W. Et Al. (2021) ‘Pro Health Jurnal Ilmiah Kesehatan Kepedulian Penderita Kelainan Refraksi Terhadap Perawatan Lensa Kacamata Di Optik Mitra Husada Semarang’, Pp. 138–142.

Hidayat, A.. (2014) Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kemenkes (2018) ‘Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien Dan Klien’, Pp. 1–35.

Kemenkes (2015) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2015 Tentang Standar

(13)

Pelayanan Refraksi Optisi/Optometri

Kepemimpinan, P. Et Al. (No Date)

‘Pengaruh Kepemimpinan, Pengetahuan, Keterampilan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bojonegoro’.

Kresna, N.A. (2023) ‘Asal Nyaman, Pakai Kacamata Dengan Lensa Plastik Atau Kaca Oke-Oke Saja Kok’. Available at:

https://Health.Detik.Com/Ulasan- Khas/D-2901404/Asal-Nyaman-Pakai- Kacamata-Dengan-Lensa-Plastik-Atau- Kaca-Oke-Oke-Saja-Kok.

Kurniawan, F. (2013) Manajemen Perawatan Industri Teknik Dan Aplikasi : Implementasi Total Productive Maintenance (Tpm), Preventive Maintenance & Reliability Centered Maintenance (Rcm).

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Morgan (2023) ‘Types Of Frames For Eyeglasses _ Eyebuydirect’.

Nasution, A. (2002) Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta:

Diadit Media.

Notoatmodjo, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Novida, E., Sunandar, H. And Pendahuluan, I. (2018) ‘Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Produk Lensa Kacamata Menggunakan Metode Promethee Ii’, 6, Pp. 325–332.

Nugroho, A.V.X. V, Optik, D.I. And

Cirebon, A. (2021) ‘Risiko Kacamata Tanpa Pupil Distance Yang Tepat’, Xv, Pp. 306–311.

Pamekasan, P. (2020) ‘Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman Kerja, Kompetensi SDM Dan Pengembangan Karier Terhadap Prestasi Kerja Personel Polsek Pamekasan’.

Saat, Et Al (2020) Pengantar Metodologi Penelitian Panduan Bagi Peneliti Pemula.

Stein, H.A. (2006) The Opthalmic. 8th Editio. Canada: Elsevier Mosby.

Sugiyono (2020) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, E. (2014) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pranada Media Group.

Suwatno, T.Y. (2013) Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.

Tasikmalaya, S.M.A.A. Et Al. (2021) ‘Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan Dan Farmasi Volume 21 Nomor 2 Agustus 2021’, 21, Pp. 239–

246.

Wilson, D. (2012) ‘Brien Holden Vision Institute (Bhvi)’. Australia.

Https://Www.Wikihow.Health/Teach-Kids- To-Wear-Eyeglasses Diakses Selasa, 23 Mei 2023, 15.57.38 Wib.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

• Ethernet is a certain type of a local area network LAN • Ethernet is a system for connecting a number of computer systems to form a local area network, with protocols to control the