1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa peralihan dari kanak–kanak menuju dewasa. Remaja akan mengalami pertumbuhan fisik,kognitif, dan psikososial yang berlangsung sangat cepat. Puncak pertumbuhan akan memengaruhi perubahan komposisi tubuh sehingga memengaruhi kebutuhan gizi remaja. masa remaja putri seringkali rentan terkena masalah gizi remaja seperti obesitas, gizi lebih, anemia, dan gizi kurang (KEK).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) terjadi disebabkan kurangnya asupan energi dan protein dalam kurun waktu yang lama. Jika nantinya kelompok remaja putri yang mengalami KEK dan hamil, akan berpotensi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).(ibnu zaki, 2019).
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, status gizi pada remaja merupakan salah satu masalah gizi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Survei prevalensi status gizi yang dilakukan WHO dari tahun 2010-2014 menunjukkan angka 48,8% terhadap insiden status gizi kurang secara global. (Zurrahmi, 2020)
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2018) menunjukkan bahwa remaja pada umur 16-18 tahun terdapat 4,5% dan 22,4% remaja usia dengan status gizi pendek dan sangat pendek. Selain itu terdapat 1,4% dan 6,7% remaja dengan kondisi sangat kurus dan kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 4,0%.(Kementerian Kesehatan RI, 2018)
2 Menurut Riset Kesehatan Dasar Sulawesi Tenggara (Riskedas, 2018) menunjukkan bahwa remaja usia 16-18 tahun dengan prevelensi 1,03% sangat kurus, 5,87% status gizi pendek dan 85,57% normal. Selain itu terdapat 8,67% dan 1,58%
gemuk dan sangat gemuk. Sedangkan untuk kota Kendari remaja usia 16-18 tahun memiliki status gizi 0,72% sangat kurus, 9,87% status gizi kurus, 80,26% normal serta 4,17% dan 4,98% gemuk dan sangat gemuk. (Laporan Riskesdas 2018 Provinsi Sulawesi Tenggara I, 2018). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Hasan 2016 di SMAN 1 Kendari status gizi siswi Sebagian besar mengalami kelebihan berat badan yaitu sebesar 21,6%, obesitas sebasar 3,7%, normal 71%, kurus 2,8 dan sangat kurus 0,9%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan asupan energi baik ditemukan sebesar 100% status gizi normal, dan asupan energi kurang ditemukan 21,6 % status gizi overweight dan asupan energi kurang sebesar 3,7 % pada status gizi obesitas. Lain hal dengan hasil penelitian yang telah dilakukan pada asupan protein bahwa asupan protein baik ditemukan 27,3 % pada siswi dengan status gizi lebih, dan asupan protein kurang ditemukan 18,7 % pada siswi dengan status gizi lebih dan asupan protein kurang 1,3 % pada siswa status gizi kurus dan obesitas. (Hasan, 2016)
Sementara bila kita melihat status gizi siswi diluar kota Sulawesi yaitu di Kota Banda Aceh menunjukkan bahwa walaupun secara umum berstatus gizi baik (65,17%), masih terdapat 0,33% remaja dengan status gizi buruk, 3,48% gizi kurang, 15,42% remaja gemuk dan 15,59% remaja yang tergolong obesitas.(Kesuma &
Rahayu, 2017).
3 Masalah gizi pada remaja yang terjadi karena kebiasaan makan yang salah,antara lain obesitas, kurang gizi kronis, dan kekurangan zat gizi mikro seperti anemia gizi. Hal ini disebabkan pada masa remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan masa strategis karena memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai- nilai, dansifat-sifat yang sesuai dengan yangdiinginkan. (Ratih, 2020).
Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan zat gizi yang dapat memicu terjadinya kurang energi kronis (KEK). Di Indonesia kasus kekurangan energi kronis utamanya disebabkan karena kurang asupan gizi seperti energi dan protein, sehingga zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak tercukupi.
Seseorang yang kekurangan energi dapat mengalami penurunan berat badan dan memicu rendahnya simpanan energi dalam tubuh yang akan menyebabkan kurang energi kronis (KEK).(Telisa, 2020)
Guliandra (2013) mengantakan bahwa ada hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi. Apabila asupan protein pada remaja kurang akan memiliki peluang 11,5 kali lipat menderita kurus dibandingkan dengan remaja yang asupan proteinnya cukup. Sedangkan seorang remaja berpeluang 9,4 kali menderita kurus apabilayang dikonsumsi kurangdibandingkan dengan remaja yang asupan energinya cukup. Sedangkan apabila seorang remaja asupan proteinnya dalam tubuh kurang makan akan memiliki peluang 11,5 kali akan mengalami KEK dibandingkan dengan remaja yang asupan gizi yang dikonsumsi terpenuhi dengan baik. Sejalan dengan penelitian Pratiwi (2014) dalam Regency (2019) bahwa asupan energi dan protein pada masa remaja harus terpenuhi secara baik sehingga status gizi pada remaja akan normal dan berjalan dengan baik. Sedangkan apabila remaja tersebut memiliki status gizi
4 kurang dapat dipastikan asupan protein dan energi yang dikonsumsi juga masih kurang sesuai dengan kebutuhan tubuh remaja tersebut. ((Regency, 2019)
Sehingga berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melihat kembali tentang gambaran status gizi asupan energi dan protein pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kendari.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran status gizi asupan energi dan protein pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kendari?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari gambaran status gizi asupan energi dan protein pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status gizi remaja putri di SMA Negeri 1 Kendari b. Untuk mengetahui asupan energi remaja putri di SMA Negeri 1 Kendari c. Untuk mengetahui asupan protein remaja putri di SMA Negeri 1 Kendari.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan dapat menjadi salah satu bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.
a. Manfaat Terhadap institusi s
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta sebagai sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kabupaten serta Dinas Kesehatan Kendari dalam penentuan arah kebijakan mengenai status gizi dan asupan
5 energy protein pada remaja putrin anak sekolah di kota Kendari khususnya dan di Sulawesi tenggara pada umumnya.
b. Sebagai bahan referensi dan bahan bacaan serta diharapkan bermanfaat dalam menambah kazanah pengetahuan mahasiswa Poltekkes Kendari, memberi masukan, serta saran.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu gizi, serta dapat menyampaikan kepada masyarakat tentang cara-cara untuk meningkatkan status gizi anak sekolah agar lebih baik.
Tabel 1
Keaslian Penelitian No Peneliti
an
Judul Penelitian
Desain Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaa n
Penelitian
Perbedaan Penelitian 1. (Arham
, 2021)
Gambaran Pola
Makan Dan Status Gizi Remaja Di SMAN 1 UEPAI Kabupaten Konawe
Statisfied, proposional dan simpel random sampling.
Berdasarkan hasil distribusi pola makan menunjukkan bahwa sebagian siswa di SMAN
1 Uepai
memiliki pla makan dengan kategori cukup, dan memiliki status gizi normal
sebanyak 43%
Variabel terikat ststus gizi
Di SMAN 1 UEPAI
2. (Winda, 2022)
Gambaran Asupan Energi,Prot ein dan Pola
Makan Pada
Probability sampling dengan metode acak bertingkat (matode
Hasil peneilitan yang telah diteliti pada 80 respoden, menunjukkan bahwa sebagian besar remaja
Variabel terikat Status gizi remaja putri
DI SMAN 6
KENDARI
6 Remaja
Putri Dengan Status Gizi KEK Di SMAN 6 Kota Kendari
random proportiona te
bertinngkat )
putrid dengan kejadian KEK sebanyak 41 (51,25%), dan pola makan kurang baik sebanyak 39 (48,75%)
Variabel bebas asupan energi, protein
3. (Hasan, 2016)
Hubungan Konsumsi Energi Dan Protein Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Putri Di SMAN 1 Kendari
Nonprobab ility accidental sampling
Tidak hubungan antara asupan protein dan status gizi
Variabel terikat status gizi remaja putri Variael bebas konsumsi Energi Protein
Observasio nal dengan pendekatan cross sectional