• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran umum tentang MT. TRANSKO ANTASENA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Gambaran umum tentang MT. TRANSKO ANTASENA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran umum tentang MT. TRANSKO ANTASENA penulis peroleh dari crew maupun para perwira diatas kapal melalui wawancara pada saat penulis melaksanakan praktek laut diatas kapal MT. TRANSKO ANTASENA. Pada tahun 2020.

1. Sejarah singkat MT. TRANSKO ANTASENA

MT. TRANSKO ANTASENA adalah nama dari sebuah Kapal Tanker yang dioperasikan oleh PT. PERTAMINA TRANS KONTINENTAL. Tempat pembuatan kapal berada di PT. ASL Shipyard. Kapal ini memiliki speed 12 knots.

2. Data-data Teknis MT. TRANSKO ANTASENA (ship’s particular)

Adapun data-data kapal atau ship particular MT. TRANSKO ANTASENA sebagai berikut :

Ship Name : MT. TRANSKO ANTASENA

Nationality : Indonesia

Classification : NK (Nippon Kaiji Kyokai) Port of Resistry : Panama

Signal Letter : 3FOC2

Date of Delivery 2017

IMO Number 9827607

(2)

Kind Of Ship : Tanker

Gross Tonnage : 5.339 GRT

Net Tonnage : 1.805 Net Tonnage Length Over All : 108.00 m

Breadth : 19.20 m

Speed : 12 knots

L. B. P : 102.60 m

Depth Moulded : 9.30 m

Main Engine : Hanshin LH46L, 2,800 kVV X 197 min- 1. Cylinder Bore x stroke 460x880 4 stroke cycle, 6 cylinder

Jumlah awak kapal : 21 Orang

Gambar 4.1 ( Gambar kapal MT.TRANSKO ANTASENA)

Sumber : MT.Transko Antasena

(3)

2. Crew List MT. TRANSKO ANTASENA

Crew List adalah daftar nama dari seluruh anggota / awak kapal yang telah terdaftar didalam sijil kapal. Adapun Crew List dari MT. TRANSKO ANTASENA adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 daftar crew list MT.Transko Antasena

No. Nama Jabatan

1. Capt. Rahmat Karim Master 2. Bobby F Rondonuwu Chief Officer 3. Miftakhul Anif Second Officer 4. Castiawati Amelianti S Third Officer 5. Helmi Antasari Chief Engineer 6. Aris Kurnianto Wibowo Second Engineer

7. Yohanis Pati Third Engineer

8. Anton Hidyatullah Fourth Engineer

9. Eko Handoyo Boatswain

10. Akbar Hidayat AB

11. Fachrurozi AB

12. Ribut Sutikno AB

13. Momon Budi Santoso Electriciant

14. Agus Sugiman Oiler

15. Dyas Fitria Oiler

16. Edi Sabara Oiler

(4)

17. Sutrisno koki

18. Riyanto Mess boy

19. Ricardo Simon Loppies Cadet 20. Bhrahmana Prakassa M Cadet 21. Jeremia Clemendt Tino Cadet

B. HASIL PENELITIAN

Sesuai dengan masalah yang diangakat dalam penulisan KIT tentang penerapan ISM CODE Part A Chapter 6.2 yaitu perusahaan harus menetapkan dan mempertahankan prosedur untuk mengindetifikasi pelatihan yang diperlukan dalam menunjang sistem manajemen keselamatan dan menjamin bahwa pelatihan terserbut diberikan kepada semua personil terkait.

PT Pertamina Trans Kontinental Telah melaksanakan setiap pekerjaan dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja pekerja di atas kapal. Prosedur keselamatan di atas kapal sangatlah penting bagi crew maupun orang yang berada di atas kapal.

Dikarenakan Menyangkut Keselamatan jiwa. Sesuai isi dari ISM CODE ISM CODE Part A Chapter 6.5 Dan juga untuk mengetahui peranan ISM CODE untuk keselamatan kapal. dan apakah penerapan ISM CODE di atas kapal.

(5)

Prosedur keselamatan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tentang keselamatan crew kapal merupakan ketetapan yang pasti dan wajib dipatuhi oleh semua crew kapal. Seperti hal sederhana yang menjadi kewajiban semua crew kapal adalah meggunakan APD lengkap dan digunakan secara benar dan setiap saat untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja di atas kapal dan diatas kapal wajib melakukan pelaksanan safety meeting, toolbox meeting dan drill, dril di jadwalkan sesuai matrix yang diberikan oleh perusahaan.

Namun hal sederhana tersebut banyak di remehkan oleh crew kapal karena ketidaktahuan atau kesengajaan. Akibat dari kelalaian tersebut dapat menimbulkan kecelakaan kerja seperti tergelincir, sampai hilangnya nyawa crew kapal. Dan di bawah ini adalah kejadian kecelakaan yang berada pada MT. Transko Antasena.

1. Terluka parah jari kelingking AB yang terkena hook wire di kapal MT.Transko Antasena.

pada tanggal 22 juni 2019 pada jam 17.18 WIB yang berlokasi di TBBM Pertamina Banyuwangi, kapal sedang melaksanakan proses pemasangan hose connect, pada saat pemasangan hose connect dan pergantian reducer dengan bantuan crane, bosun selaku operator crane yang mengadjust hook wire yang menepel pada pipa line stripping pada saat ab mengambil hook wire tiba tiba kapal goyang yang disebabkan

(6)

ombak sehingga hook wire mengayun pada saat itu korban tidak menyadi bahwa tangan kana korban memegang pipa line stripping sehingga hook wire yang menganyun membentur jari kelingking tangan korban, pada saat korban membuka sarung tangan korban mengalami luka berat. Nahkoda dan mualim jaga langsung memberikan pertolongan pertama dan Nahkoda mengistrusikan mualim II untuk mengantar AB tersebut ke Rumah Sakit Blambangan, Banyuwangi. dan Dikarenakan Kapal sudah OHN Nahkoda mengutus agent Pertamina Trans Koninental untuk mengurus lebih lanjut dan Nahkoda mengirimkan incident report ke HSSE Pertamina Trans Konintal sebagai Informasi awal ke perusahan dan incedent report terlapir pada lampiran II.

2. Tergelincirnya bosun pada saat akan masuk ke pump room di MT.Transko Antasena.

Seperti kejadian yang terjadi pada saat bongkar muatan di Lombok. Saat itu tepatnya pukul 19.32 WITA, kapal mengalami kebocoran pada strainer cargo pump dikarenakan packing dari trainer cargo pump nomor 2 mengalami kebocoran atau rembes yang mengakibatkan muatan premium keluar hingga merendam setidaknya seperempat lantai pumproom sehingga indikator bilges menyala, sehingga bosun atas nama Eko Handoyo berlari menuju pumproom tanpa

(7)

menggunakan APD yang lengkap, sehingga pada saat bosun memasuki pumproom bosun tergelincir di depan pumproom dikarenakan tidak menggunakan safety shoes yang menyebabkan tergelincirnya bosun dan terjadi cidera keseleo pada tangan kirinya kejadian tersebut terjadi pada tanggal 28 Mei 2020.

Gambar 4.2 (Orang yang mengalami cidera)

Sumber : Dokumentasi C. Analisis Data

Dari data yang sudah penulis uraikan diatas dapat dianalisis bahwa persuhaan Pertamina trans Kontinental telah melaksanakan pelatihan dan menunjang keselamatn berkerja di atas kapal dilakukan penulis diatas kapal terkait aspek keselamatan crew penulis mendapatkan data. Sebelum para crew onboard di kapal, crew telah diberi pengarahan oleh HSSE Pertamina Trans Kontinental, tentang keselamatan kerja di atas kapal. Perusahan telah

(8)

melaksanakan dan memberi prosedur akan menunjanng keselamatan dan sebelum melaksanakan pekerjaan sudah dilaksanakan toolbox meeting di atas kapal MT.Transko Antasena akan tetapi sebagian crew kapal tidak menerapkan himbauan- himbauan dari perusahaan tentang keselamatan kerja di atas kapal.

sehingga menyebabkan kecelakanan kerja diatas kapal. dan kurangnya kesadaran akan keselamatan

D. Pembahasan

Pada bagian ini penulis membahas masalah yang telah di uraikan dan dijelaskan.bahwa persuhaan Pertamina trans Kontinental telah melaksanakan pelatihan dan menunjang keselamatan berkerja di atas kapal seperti Familiarisasi

1. Familiarisasi merupakan salah satu program HSSE berupa pengenalan (orientasi) kepada personil baru dan personil yang dimutasi ke posisi baru terkait keselamatan kesehatan kerja diatas kapal dan perlindungan lingkungan sesuai dengan tugasnya. Tujuan diadakannya familiarisasi yakni agar kru kapal dapat mengenal dan memahami mengenai tugas pokok, pengaturan kapal dan semua prosedur kerja yang berlaku di atas kapal.

a. Berdasakan hasil observasi yang dilakukan penulis,kegiatan familiarisasi diwajibkan kepada seluruh pekerja laut yang akan segera bekerja diatas kapal. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis di Ruang RIB II lantai 4 PT Pertamina Trans Kontinental

(9)

(head office) selama 3 jam. Dalam pelaksanaan Kegiatan familiarisasi semua crew kapal tersebut berkumpul dan dipimpin oleh HSSE Staff Ahli sesuai jadwal. Materi yang disampaikan yaitu terkait risk assesment, job safety analysis, firstaid diatas kapal, serta kewajiban menggunakan APD saat bekerja dan dalam aplikasinya pekerja yang mengikuti kegiatan ini diberikan kesempatan untuk melaporkan hal-hal terkait K3 yang menjadi masing-masing pengalaman berlayar di kapal sebelumnya. Materi tersebut disampaikan secara lisan dan visual berupa power point, foto, serta video keselamatan yang dimiliki oleh fungsi HSSE. Hal-hal yang dilaporkan oleh masing-masing pekerja dijadikan noted oleh staf ahli HSSE sebagai bahan evaluasi yang dapat disampaikan saat safety meeting. Kemudian diakhir kegiatan pekerja diberikan kesempatan untuk bertanya kepada staf ahli HSSE. walaupun kegiatan tersebut merupakan kegiatan wajib, namun dalam pelaksanaannya masih dianggap hanya sebatas formalitas sebagai syarat agar crew dapat berlayar. Hal tersebut dibuktikan oleh kurang aktif pekerja kapal dalam hal pelaporan wajib (on board) yang diwajibkan kepada tiap kapal milik PTK. Implementasinya, masih ada beberapa kapal yang kelengkapannya masih kurang dalam hal pelaporan. Kegiatan ini pula belum dilakukan evaluasi efektivitas program. dan bagi pihak kapal telah melaksanakan prosedur yang diberikan perusahaan seperti safety meeting bulanan dan drill terlampir.

(10)

b. Hasil wawancara dengan crew kapal terkait aspek penerapan ism code Chapter A bab 6.5 terlampir.

c. Penerapan sendiri terkait ism code Chapter A bab 6.5 telah dilaksanakan seperti arahan dari perusahaan, bahwa setiap pekerjaan agar dilaksanakn safety meeting ataupun toolbox meeting agar para crew kapal tau akan resiko kerja dan tugas masing masing crew tersebut, dan telah terdokumentasi sebagai berikut.

Gambar 4.3 (Safety meeting)

Sumber : Mt.Transko Antasena

(11)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peran ism code terhadap keselamatan itu sanagat penting dikarenakan pekerjaan di atas kapal mengandung resiko pekerjaan yang fatal sehingga penerapan ism code baik bagi penunjang keselamatan dan pihak perusahaan pertamina trans kontinental telah melaksanakan prosedur penunjang keselamatan bagi crew kapal sesuai ism code seperti:

1. berupa pelatihan (training) K3, 2. safety induction

3. safety sign 4. safety meeting, 5. toolbox meeting, 6. Familiarisasi

akan tetapi penerapan ism code yang dilakukan di atas kapal belum dilaksanakn dengan begitu baik dikarenakan sebagian crew menganggap pekerjaan yang kecil tidak ada resiko celaka bagi crew.

(12)

32

B. Saran

1. Melakukan evaluasi pelatihan K3 yang dapat terukur dan terdokumentasi yang sebaiknya dilengkapi dengan pengukuran untuk mengetahui efektivitas pelatihan K3 yang dilakukan.

2. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap familiarisasi dikarenakan banyak crew mengangap familiarisasi sebatas persyaratan on board

3. Melaksanakan sistem punish (hukuman) dalam implementasi setelah familiarisasi dilaksanakan setelah crew on board) dan menilai kefektifan orientasi ini dengan cara evaluasi lisan tanya jawab yang anntinya dinilai oleh fungsi HSSE yang dijadikan acuan sebagai dasar kelengkapan informasi pekerja.

Hal tersebut dilakukan karena diketahui msih banyak kapal/crew yang tidak melaksanakan beberapa anjuran yang diwajibkan oleh perusahaan.

4. Sebaiknya crew kapal yang diatas kapal wajib mengikuti prosedur keselamatan.

Referensi

Dokumen terkait

Halaman | 22 Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus 2, kemampuan siswa dalam melakukan passing atas bola voli mengalami peningkatan dari siklus 1 yaitu dari rata-rata nilai 64,5

Faculty of Mechanical and Aerospace Engineering No Code Course Credit Lecture Reguler