• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANESHA LAW REVIEW - Ejournal2 Undiksha

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "GANESHA LAW REVIEW - Ejournal2 Undiksha"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

63

PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK DALAM ASPEK HUKUM INTERNASIONAL

Ni Ketut Suriati, Ni Putu Rai Yuliartini, Dewa Gede Sudika Mangku Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha, E-mail: [email protected]

Info Artikel

Abstract

This article aims to (1). Children and Child Protection in Indonesian Law. (2). How to Protect Children's Rights in Aspects of International Law. The results of the discussion of this article show that (1) In Law no. 23 of 2002 concerning the protection of children, states that children are a mandate and gift from God Almighty, in which the dignity and worth of being a complete human being is inherent in him. Guaranteed rights for children are protected through Law no. 34 of 2014, there are 4 general principles of child protection, namely the principle of non-discrimination, the principle of the best interests of the child, the principle of the right to life and the principle of respect for the opinion of children, the regulation regarding the protection of children's rights in Indonesia is also contained in the 1945 Constitution Article 28B Paragraph ( 2), as well as in Law no. 39 of 1999 concerning Human Rights, and Law no. 23 of 2002 concerning Child Protection. (2) The regulation regarding the protection of children's rights in the aspect of international law is contained in the Convention on the Rights of the Child which was declared unanimously on November 20, 1989 by the United Nations General Assembly (UN Resolution No.

44/25 dated December 5, 1989). -Children's rights are also contained in the ILO Conventions

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk (1). Anak Dan Perlindungan Anak Dalam Undang-Undang Di Indonesia. (2).

Bagaimana Perlindungan Hak-Hak Anak Dalam Aspek Hukum Internasional. Hasil pembahasan dari artikel ini

GANESHA LAW REVIEW

Volume 4 Issue 2, November 2022 P-ISSN: 2656 – 9744 , E-ISSN: 2684 – 9038

Open Access at : https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/GLR

Masuk: 1 Januari 2022 Diterima: 3 Maret 2022 Terbit: 1 May 2022 Keywords:

Child, Protection of Children’s Rights, International Law

Kata kunci:

Anak, Perlindungan Hak- Hak Anak, Hukum Internasional

(2)

Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

menunjukan bahwa (1) Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 yang membahas tentang perlindungan anak, menyatakan bahwa anak adalah amanah dan karuni Tuhan Yang Maha Esa, dimana dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Jaminan hak untuk anak dilindungi melalui UU No. 34 Tahun 2014, terdapat 4 prinsip umum perlindungan anak yakni prinsip non-deskriminasi, prinsip kepentingan terbaik untuk anak, prinsip hak hidup dan prinsip penghargaan terhadap pendapat anak, pengaturan mengenai perlindungan hak-hak anak di Indonesia juga dimuat dalam UUD 1945 Pasal 28B Ayat (2), serta di dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. (2) Pengaturan mengenai perlindungan Hak-Hak Anak dalam aspek Hukum Internasional terdapat pada Konvensi Hak Anak yang dideklarasikan pada tanggal 20 November 1989 secara bulat oleh Majelis Umum PBB (Resolusi PBB No. 44/25 tanggal 5 Desember 1989), selain itu perlindungan Hak-Hak Anak juga di muat di dalam Konvensi ILO.

@Copyright 2022.

PENDAHULUAN

Secara keseluruhan hukum internasional adalah sebuah hukum yang mengatur kaidah serta asas-asas yang dimana hukum tersebut mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, yakni antarnegara dengan negara serta negara dengan subjek hukum lain yang bukan negara atau subjek bukan negara satu sama lain.

Diperlukanya hukum Internasional oleh masyarakat dikarenakan masyarakat internasional itu sendiri tidak statis sehingga hal ini menyebabkan hukum internasional berkembang berdasarkan perkembangan masyarakat.1Masyarakat internasional sebagai landasan sosiologis dari hukum internasional akan terus berkembang sehingga menyebabkan hukum internasinal akan terus berkembang pula. Maka dengan adanya hal seperti ini sangat penting bagi kita untuk mengetahui perkembangan hukum internasional itu sendiri.

Ada beberapa istilah mengenai hukum internasional yakni hukum internasional publik dan juga hukum perdata internasional serta ada juga istilah mengenai hukum antara negara. Namun disini jika kita memakai istilah hukum antar bangsa/negara maka bahasannya hanya pada hukum yang mengatur tentang hubungan anatar bangsa/negara saja, sedangkan disini hukum internasional ini tidak hanya mengatur tentang hubungan antar bangsa/negara saja, tetapi juga mengatur hubungan yang dilakukan antar bangsa/negara dengan subyek hukum internasional bukan negara contoh hubungan antar negara dengan organisasi internasional, misal hubungan antara Indonesia dengan PBB, serta hubungan antara organisasi internasional yang satu dengan yang lainya, hubungan anatara negara dengan Tahta Suci dan hubungan anatar negara dengan individu lainya 2.

Sebenarnya definisi maupun pengertian dari hukum internasional ini adalah

1 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R, Agoes, opcit hal 4

2 Prof. Dr. Sri Setianingsih, S. M., 2006. Pengertian Hukum Internasional, Jakarta:

Suriati

(3)

Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

tergantung dari peristilahan yang digunakan. Hukum internasional erat kaitanya dengan negara, dimana dalam hukum internasional ini negara adalah merupakan objek utama dan satu-satunya objek hukum internasional, sehingga pada masa lampau hukum internasional itu sendiri disebut dengan hukum antarnegara (inter-states law).

Paham kebangsaan timbul pada sekitar abad pertengahan, timbulnya paham kebangsaan ini dilatarbelakangi dengan adanya negara yang diidentikan dengan bangsa. Istilah hukum internasional (internasional law) mulai diperkenalkan setelah perang Dunia ke-II, hal ini bersamaan dengan mulai banyaknya negara yang muncul serta semakin bertabahnya hubungan maupun pergaulan internasional. Digunakanya istilah hukum internasional sampai sekarang dikarenakan, istilah hukum internasional lebih mencerminkan substansinya dibandingkan dengan hukum antarnegara.

Meskipun istilah hukum internasional sudah meluas, tetapi dalam karya-karya para sarjana hukum setelah perang Dunia II masih ada yang menggunakan istilah hukum bangsa-bangsa3.

Dalam konteks ilmu hukum, hukum internasional dipahami sebagai suatu aturan atau kaedah yang berlaku bagi subyeknya. Hukum internasional digunakan sebagai instrumen yang digunakan oleh pemerintahan suatu negara untuk mencapai tujuan nasional atau internation al law as instrument of national policy. Fungsi hukum internasional sebagai instrumen harus dibedakan dengan hukum internasional sebagai suatu kaedah. Dalam eksistensinya sebagai instrumen politik, hukum internasional didasarkan pada realitas hubungan antar negara. Hukum internasional digunakan sebagai instrumen politik oleh negara dalam mengkongritkan permasalahan4.

Sampai saat ini, hak-hak anak memang belum menjadi badan hukum yang jelas dapat dipisahkan dari alam semesta yang dimana hal ini lebih besar dari hak asasi manusia individu. Pendapat para sarjana hukum menganggap hal ini adalah sebuah hak anak yang berasal dari hak orang tua atau hak individu yang diakui oleh hukum internasional ataupun nasional. Namun, beradab-adab seperti yang telah dijelaskan, anak-anak tidak memiliki hak yang biasa kita pahami. Mereka seperti properti yang akan dibuang seperti keininan mereka sendiri. Lalu selama akhir abad ke-18 serta awal dari abad ke-19 para reformasi mulai melalukan agitasi untuk melindungi anak-anak dari eksploitasi Undang-Undang perburuhan, Undang-Undang Wajib sekolah, pelecehan dan penelantaran anak. Hukum dan bentuk lain negara terhadap penyalahgunaan orang tua.

Pada akhir Tahun 1880-an pembela hak untuk anak di Eropa dan Amerika Serikat, menuntut untuk anak-anak setidaknya diberikan sebagian dari hak-hak yang patutnya mereka dapatkan, hak-hak yang dimaksudkan adalah hak baik diarena hukum perdata maupun hukum pidana. Pada konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hak-Hak Anak harus diakui oleh pemerintah nasional mereka. Namun hal ini mengungkapkan ketegangan yang masih melekat di wilayah anak antara kontrol orang tua, dan pada tingkat yang lebih rendah negara. Menjaga anak-anak dan otonomi anak- anak dapat menuntut melalui hak-hak yang diakui dalam perjanjian internasional ini5 Maka berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dijawab dalam artike ini, antara lain (1). Anak Dan Perlindungan Anak Dalam Undang-

3 Dr. Dewa Sudika Mangku. S.H., L., 2021. Pengantar Hukum Internasional. 1st ed. Jawa Tengah: Lakeisha.

4 Juwana, H., 2012. Hukum Internasional Sebagai Instrumen Politik: Berharap Pengalaman Indonesia Sebagai Studi Kasus. Arena Hukum, 6(2), pp. 106-107.

5 Corcos, C. A., 1991. The Child in International Law: A Pathfinder and Selected Bibliography. Case Western Reserve Journal Of Internasional Law , 23(2), pp. 171-172.

(4)

Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

Undang Di Indonesia . (2). Bagaimana Perlindungan Hak-Hak Anak Dalam Aspek Hukum Internasional.

PEMBAHASAN

ANAK DAN PERLINDUNGAN DALAM UNDANG-UNDANG DI INDONESIA

Perlindungan anak adalah merupakan segala sesuatu atau kegiatan yang dilakukan agar dapat menjamin dan melindungi anak-anak untuk mendapatkan hak- haknya untuk dapat hidup serta beradaptasi secara dengan baik berdasarkan dengan harkat dan martabat kemanusian, dengan hal ini dengan perlindungan anak diharapkan dapat memberikan anak-anak perlindungan terhadap kekerasan dan deskriminasi.

Anak sebagai keturunan kedua yang merupakan hasil dari hubungan pernikahan pria dan wanita. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyatakan secara detail anak adalah anugrah yang harus dijaga, yang diberikan oleh Tuhan, dimana dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang utuh.

Mereka adalah sebuah tunas, yang berpotensi sebagai generasi muda yang meneruskan cita-cita perjuangan bangsa, dimana anak sebagai generasi penerus memiliki peran strategis serta mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa yang akan datang. Dengan hal yang demikian setiap anak perlu mendapatkan hak yang seluas-luasnya untuk tumbuh, berkembang secara optimal baik dalam hal fisik, mentak maupun sosial serta beraklah mulia, maka jika anak-anak telah mendapatkan hak nya tersebut, mereka akan bisa memikul kewajiban yang mereka taanggung.

Dalam pembuat perundang-undangan, yaitu DPR dan Pemerintah, seharusnya memiliki politik hukum yang responsif terhadap anak-anak dan terhadap perlindungan hak-hak anak. Sebagai amanah dari Yang Maha Kuasa anak seharusnya di tempatkan pada posisi yang mulia dimana posisi ini memiliki peran yang strategis dalam menjamin kelangsungan eksistensi negara dan juga bangsa. Jaminan hak untuk anak juga dilindungi melalui UU No. 34 Tahun 2014. Sedangkan dalam Komisi Pelindungan Anak Indonesia (KPAI), dimana KPAI bertanggung jawab dalam memberikan dan memfasilitasi segala yang bersangkutan dengan anak

Di Indonesia sendiri pemberhatian terhadap perlindungan anak menjadi salah satu tujuan dalam pembangunan Nasional. Seperti yang telah tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 mengenai perlindungan anak yang berbunyi “Perlindungan anak adalah: segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”6. Mengenai perlindungan bagi hak-hak anak juga disampaikan dalam Seminar Perlindungan Anak atau Remaja oleh Para Yuwana yang dilaksanakan pada Tahun 1997, yang dimana pada saat itu ada 2 rumusan yang dibahas dalam seminar tersebut mengenai hak-hak dan perlindungan anak.

Sebenarnya perlindungan anak juga merupakan sebuah pembinaan generasi muda, yang dimana hal ini menjadi bagaian dari pembangunan Nasional dalam hal masyarakat adil dan makmur serta aman dan damai yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Konsep dari perlindungan hak-hak anak itu sendiri meliputi hal-hal yang cukup luas, hal ini berarti bahwa perlindungan hak anak tidak hanya mengenai perlindungan jiwa dan raga anak saja melainkan mencakup pula perlindungan atas semua hak serta kepentingan yang dirasa dapat membantu dan menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang wajar pada anak, bak secara rohani, jasmani maupun sosial sehingga anak Indonesia dapat dan mampu berkarya untuk

6 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, (Bandung: Fokusmedia, 2014),

(5)

Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

mencapai dan memelihara tujuan pembangunan Nasional tersebut.

Hak-hak anak adalah salah satu segmen dari HAM yang pelaksanaanya harus dijamin, dilindungi dan juga dipenuhi baik itu dari orang tua yang sebagai lingkungan pertama dan utama, keluarga, masyarakat, negara dan serta pemerintah semua aspek ini memiliki peran yang important dalam memunuhi hak anak. Hak anak-anak yang dimaksudkan antara lain adalah

1. Hak atas lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif 2. Hak kesehatan dasar dan kesejahteraan

3. Hak pendidikan

4. Hak pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya, serta 5. Hak perlindungan khusus anak

Hak-hak anak tersebut perlu kita penuhi untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih baik. Pemenuhan hak-hak terhadap anak merupakan pondasi dan juga modal awal kita dalam menjaga anak sebagai tunas bangsa yang memiliki potensi serta generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Dengan adanya hal seperti ini seharusnya tidak boleh ada anak yang diabaikan dalam hal memperoleh haknya, dengan tidak memandang dimana anak itu berada, bagaimanapun kondisinya baik itu anak yang normal maupun anak yang menyandang disabilitas, karena anak-anak penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dalam berbagai kehidupan. Perlindungan hukum terhadap mempunyai spektrum yang cukup luas. Lalu berdasarkan Konvensi Hak Anak dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, terdapat 4 prinsip umum perlindungan anak yang dimana hal ini sebagai pondasi bagi bangsa dalam menyelenggarakan perlindungan anak, ke empat (4) prinsip tersebut antara lain

1. Prinsip Non-Deskriminasi ; Prinsip tersebut memiliki arti bahwa semua hak yang diakui dan yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak (KHA) harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip tersebut ada dalam Pasal 2 Ayat (1), yang dimana Pasal tersebut berbunyi “States parties respect and guarantee the rights set forth in this convention for every child within their jurisdiction without discrimination of any kind, regardless of race, color, sex, language, religion, political opinion or opinion. other, national, ethnic or social origin, ownership status, disability or not, birth or other status either from the child himself or from his legal guardian.” Ayat (2): “States parties will take all necessary steps to ensure that the child is protected from all discrimination or punishment based on the status, activities, expressed opinions or beliefs of the child's parents, legal guardians or family members.” Bunyi ayat ini mengandung makna bahwa setiap negara peserta harus dapat menghormati apa yang menjadi hak-hak anak dan tidak membedakan-bedakan mereka baik dalam RAS dan yang lainya.

2. Prinsip Kepentingan Terbaik Bagi Anak ; prinsip ini dimaksudkan bahwa negara harus dapat menjamin setiap kepentingan terhadap anak-anak yang menyangkut mengenai keberlangsungan hidup terbaik bagi anak. Sebagai lembaga pemerintahan harus menjamin apa-apasaja yang menjadi kepentingan bagi anak, misalkan baik itu dalam kepentingan dunia pendidikan, kehidupan yang layak dan lain sebagainya. Dalam prinsip ini juga mengandung unsur makna bahwa setiap orang tidak boeh menghancurkan masa depan anak-anak yang seharusnya di jaga.

3. Prinsip Hak Hidup, Kelangsungan Hidup dan Perkembangan ; hal ini tercantum dalam Konvensi Hak Anak (KHA) di dalam Pasal 6 Ayat (1) dan Ayat (2), yang dimana Pasal tersebut berbunyi; Ayat (1) “States parties recognize that every child has an inherent right to life.” Ayat (2): “States parties shall ensure to the maximum extent the survival and development of the child”. Prinsip ini menjelaskan bahwa bangsa harus menjamin tentang keberlangsungan hidup

(6)

Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

setiap anak. Contohnya seperti pemerintah negara bisa menyediakan sarpras yang dapat mendukung anak-anak dalam tumbuh dan berkembang. Memberikan bantuan berupa tunjangan pendidikan juga sangan dapat dilakukan pemerintahan negara dalam hal menjamin keberlangsungan kehidupan anak. Di Indonesia penerapan atau pemberian bantuan pendidikan banyak kita temui di daerah-daerah yang masyarakatnya bisa dikatakan kurang mampu. Bantuan pendidikan yang diberikan bisa berupa penunjang uang sekolah dan lain sebagainya.

Prinsip Penghargaan Terhadap Pendapat Anak ; dalam Konvensi Hak Anak, prinsip ini dimuat dalam pasal 12 Ayat (1), yang dimana Pasal tersebut berbunyi

States parties shall ensure that children who hold their own views have the right to express their views freely in all matters affecting the child, and those views will be assessed according to the age and level of readiness of the child”.prinsip ini dimaksudkan bahwa anak memiliki sebuah kepribadian yang tidak bisa dipandang sebelah mata saja (pandangan yang lemah. Hal ini bermaksud bahwa kita seharusnya memposisikan kepentingan anak menjadi kepentingan yang utama baik itu dalam hal apapun. Karena sebenarnya tanpa kita sadari anak ini memiliki keinginan berimajinasiyag harus kita pahami untuk menunjang apa yang mereka butuhkan7. Seperti yang telah diuraikan , upaya perlindungan hak-hak anak di Indonesia telah terbitkan dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan juga terdapat dalam UUD 1945 Pasal 28B Ayat (2).

PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK DALAM ASPEK HUKUM INTERNASIONAL

Hukum internasional telah berkembang pesat selama beberapa periode terakhir, hal ini dapat dilihat sejak terbentuknya PBB, ketika aturan dan norma yang mengatur kegiatan dilakukan di luar hukum bats-batas negara dikembangkan, lalu muncullah berbagai perjanjian Internasional-bilateral, yang bersifat regional atau multilateral yang dimana telah disepakati dan menjadi kebiasaan internasional. Berdasarkan hal ini lalu bagaimanakah perlindungan Hak-Hak Anak Dalam Aspek Hukum Internasional?

Perlindungan mengenai hak-hak anak dewasa ini menjadi sangat penting, hal ini dikarenakan beberapa tindakan yang dilakukan oleh beberapa organisasi bahkan individu, yang secara tegas melanggar kesejahteraan anak, dan bahkan memperlakukan anak bukan layaknya manusia, tetapi sebagai barang yang dijual. Beberapa orang menekan bahwa dizaman modern seperti ini, anak-anak jauh lebih terlindungi daripada dekade terakhir. Lalu untuk mempertimbangkan semua hal ini, penting untuk memeriksa bagaiamana masyarakat internasional melindungi anak-anak, langkah- langkah apa yang perlu diambil untuk mengamankan hak-hak anak di bawah umur.

Dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-HaK Anak terdapat dokumen inovatif, konsesus hukum dan politik internasional pendapat mengenai hak-hak yang anak-anak harus harapkan untuk diakui oleh pemerintah nasional mereka. Sampai Konvensi dibuka dan ditandatangani, para pembela hak-hak anak telah menyalurkan tuntutan untuk anak-anak di bawah umur melalui konvensi-konvensi lain dan perjanjian seperti Kovenan Internasional mengenai Sipil dan Politik Hak. Sekarang ini banyak perjanjian internasional yang berfokus pada hak-hak asasi manusia di hukum internasional, dan implikasinya yang mecakup perlindungan hak anak di bawah hukum internasional. Dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa “salah

7 Joni, Mohammad dan Tanamas, Zulchaina Z. (1999). Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak. Bandung: Citra Aditya Bakti

(7)

Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

satu tujuannya untuk menegaskan kembali kepercayaan pada manusia fundamental hak, dalam martabat dan nilai pribadi manusia dalam persamaan hak antara anak laki- laki dan perempuan baik dalam bangsa-bangsa besar maupun kecil. Selain itu pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia juga mencerminkan bahwa konsensus internasional mengenai hak-hak dasar manusia dan yang menandakan dimulainya perjuangan untuk menciptakan norma-norma internasional yang dapat ditegakkan8.

Pada saat perayaan Tahun Anak Internasional, Polandia menyarankan agar Perserikatan Bangsa-Bangsa menyusun perjanjian yang akan memberlakukan prinsip- prinsip yang berkaitan dengan anak-anak yang diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau Declaration Of Human Rights. Melalui kewenangan dari Majelis Umum, Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB mulai menyusun Konvensi Hak Anak. Hal ini sebagai bagaian dari peringatan 30 Tahun Deklarasi Universal, berbagai kelompok mulai melobi untuk versi final dari konvensi tersebut dimana konvensi tersebut akan dipilih pada tahun 19899. Lalu dalam kurun waktu tiga (3) tahun, Komisi Hak Asasi Manusia bagian dari Dewan Ekonomi dan Sosial Persatuan Nations, meluncurkan kelompok kerja yang dimana misinya adalah untuk memperlajari gak-hak anak dalam hukum internasional. Badan-badan PBB lainya juga secara aktif mempelajari hak-hak anak termasuk United Nations Children’s Emergency Fund (UNICEF) dan juga Organisasi Kesehatan Dunia lainya. Setelah melalui proses yang panjang, upaya perlindungan hak anak akhirnya membuahkan hasil nyata, hal ini dapat dilihat dari di deklarasikanya Konvensi Hak Anak pada tanggal 20 November 1989 secara bulat oleh Majelis Umum PBB (Resolusi PBB No. 44/25 tanggal 5 Desember 1989). Mulai sejak di deklarasikannya hal tersebut, anak-anak diseluruh dunia memperoleh perhatian khusus dalam standar Internasional. Lalu, pada dasarnya, tujuan dibentuknya sistem peradilan pidana anak dalam The Beijing Rules, tercantum dalam Rule 5.1 yang menyatakan Sistem peradilan anak harus menekankan kesejahteraan anak dan harus menjamin bahwa setiap reaksi terhadap pelaku anak harus selalu proporsional dengan keadaan pelaku dan pelanggarannya.

Convention on the Right of The Child atau Kovensi Hak Anak merupakan sebuah perjanjian internasional yang menjabarkan mengenai hal-hal yang menjadi dasar bagi penjaminan mengenai hak-hak anak diseluruh dunia. Berdasarkan Hukum Internasional, konvensi diklasifikasikan sebagai sumber hukum internasional, selain sebagai kebiasaan internasional (Internasional Custom), prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab atau Asas-Asas Hukum Yang Diakui Oleh Bangsa-bangsa Beradab dan keputusan atau resolusi organisasi internasional (vide Pasal 38 Ayat 1 Statuta Mahkamah Agung Internasional). PBB yang khususnya mengatur mengenai persoalan anak di seluruh dunia, KHA adalah merupakan konvensi PBB dimana konvensi ini menjadi konpensi paling komplit dalam menjabarkan serta memberikan pengakuan mengenai instrumen-instrumen HAM dilihat dari awal mula perkembangan organisasi Perserikatan tersebut (Ikhsan, 2002). Yang dapat dilihat dalam Konvensi Hak Anak mengenai hak anak terdapat pada Asas 1, Asas 2, serta Asas 9 yang menyatakan bahwa

8 G.A. Res. 217A, U.N. Doc. A/810 at 71 (1948). B.G. RAMCHARAN, THE CONCEPT AND PRESENT STATUS

OF THE INTERNATIONAL PROTECTION OF HUMAN RIGHTS: FORTY YEARS AFTER THE UNIVERSAL DECLARATION (1988), provides a learned study of the impact of the Universal Declaration and related covenants.

9 Batt suggests other UN organizations with an interest in children's rights, including "the Commission for Social Development, the Commission on the Status of Women, the International Research and Training Institute for Women, the United States Development Programme, the Food and Agriculture Organization of the United Nations and the International Fund for Development Alternatives." Id. at 68.

(8)

Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

a. Asas 1 ; “children should enjoy all the rights set forth in this declaration. Every child, without any exception, shall receive these rights, without distinction or discrimination of race, colour, sex, language, religion, political or other opinion, national or social origin, property, birth or other social status. , both himself and his family”. Maksud dari asas yakni setiap negara harus menjamin semua hak- hak yang dimiliki oleh setiap anak tanpa harus melihat dari suku mana anak itu berasal, artinya semua anak memperoleh hak yang sama dengan tidak membedakan RAS mereka.

b. Asas 2 ; “Children must enjoy special protection and must be given opportunities and facilities, by law or other regulations, to enable them to grow physically, spiritually, mentally, mentally and socially in a healthy and normal condition in conditions of freedom and dignity. In establishing laws for this purpose, the best concern is when the child should be the first consideration.” Asas ini menjelaskan bahwa negara harus mampu memberikan kesempatan bagi semua anak agar dapat menikmati semua fasilitas yang dimana hal tersebut dapat membantu para anak-anak untuk dapat berkembang dengan sehat secara fisik maupun mental sesuai dengan apa yang telah kita harapkan bersama.

c. Asas 9, “Children must be protected from all forms of neglect, cruelty and exploitation. Children should not be the target of trafficking in all its forms. Maksud dari asas ini semua orang harus mampu meberikan perlindungan kepada anak- anak dari semua aspek kezaliman. Dan anak-anak juga tidak boleh dijual10 (Child, 1989).

Kovensi Hak Anak juga membenani kewajiban-kewajiban tertentu bagi negara di seluruh dunia. Dan hal ini bisa dilihal didalam Konvensi Hak Anak pada Pasal 6 Ayat (1) yang berbunyi “The participating countries recognize that every child has an inherent right to life” yang dimana hal ini memiliki makna bahwa anak itu “melekat” atas kehidupan yang dimana hak tersebut bukanlah pemberian negara melainkan hak itu adalah merupakan bagian dari anak itu sendiri. Selain itu disebutkan juga pada Pasal 27 Ayat (1) yang berbunyi “ negara-negara peserta mengakui setiap anak atas taraf hidup yang layak bagi pengembangan fisik, mental,spiritual, moral dan sosial anak”.

Selanjutnya, mengenai Pasal 28 Ayat 1 menyatakan bahwa negara-negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan dan untuk mewujudkan hak ini maka secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang sama, maka dengan hal ini negara seharusnya dapat menjamin setiap hak dasar anak seperti hak untuk pendidikan dasar, hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Selain itu untuk dapat menjamin setiap hak anak tersebut, negara juga bisa memberikan atau menyediakan agar anak- anak dapat mengambil langkah-langkah yang baik. Negara juga bisa melakukan hal seperti memberikan bantuan pendidikan bagi anak yang kurang mampu dalam meraih pendidikan. Anak-anak juga harusnya terbebas dari pekerjaan usia dini yang tidak seharusnya mereka dapatkan. Hal tersebut dapat merenggut hak mereka untuk berpendidikan. Negara juga harus menjamin kalau anak-anak harus bebas dari perdagangan anak, karena sekarang dalam zaman ini banyak oknum-oknum yang menggunakan anak sebagai tempat untuk mencari penghasilan dengan cara dijual.

Perlindungan mengenai hak anak juga terdapat didalam Konvensi Internasional Labour Organization (ILO). Dimana Internasional Labour Organization juga menghsilkan konvensi yang mengatur mengenai perlindungan pekerja anak. Dimana hal ini

10 Child, C. o. t. R. o. t., 1989. Adopted and opened for signature, ratification and accession by General Assembly resolution 44/25 of 20 November 1989 entry into force 2 September 1990, in accordance with article 49. New York , -.

(9)

Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

berkaitan dengan hal diperbolehkanya mempekerjakan anak atau tidak. Didalam konvensi Internasional Labour Organization Nomor 138 Tahun 1973 menganai Usia Minumum untuk diperbolehkan Bekerja. Dalam konvensi ini negara-negara didorong untuk menetapkan kebijakan nasional untuk menghapus praktek mempekerjakan anak dan meningkatkan usia bekerja minum. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Ayat (1) Konvensi ILO tersebut maka negara diseluruh dunia harus meningkatkan usia bekerja minumum. Seperti contohnya negara Indonesia, berdasarkan Konvensi ILO tersebut Indonesia telah mendekarasikan usia minumum bekerja adalam 15 Tahun, hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 yang meratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 Tahun 197311.

KESIMPULAN

Perlindungan anak adalah merupakan segala sesuatu atau kegiatan yang dilakukan agar dapat menjamin dan melindungi anak-anak untuk mendapatkan hak- haknya untuk dapat hidup serta beradaptasi secara dengan baik berdasarkan dengan harkat dan martabat kemanusian, dengan hal ini dengan perlindungan anak diharapkan dapat memberikan anak-anak perlindungan terhadap kekerasan dan deskriminasi.

Anak sebagai keturunan kedua yang merupakan hasil dari hubungan pernikahan pria dan wanita. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyatakan secara detail anak adalah anugrah yang harus dijaga, yang diberikan oleh Tuhan, dimana dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang utuh.

Mereka adalah sebuah tunas, yang berpotensi sebagai generasi muda yang meneruskan cita-cita perjuangan bangsa, dimana anak sebagai generasi penerus memiliki peran strategis serta mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa yang akan datang. Dengan hal yang demikian setiap anak perlu mendapatkan hak yang seluas-luasnya untuk tumbuh, berkembang secara optimal baik dalam hal fisik, mentak maupun sosial serta beraklah mulia, maka jika anak-anak telah mendapatkan hak nya tersebut, mereka akan bisa memikul kewajiban yang mereka taanggung.

SARAN

Perlindungan mengenai hak-hak anak dewasa ini menjadi sangat penting, hal ini dikarenakan beberapa tindakan yang dilakukan oleh beberapa organisasi bahkan individu, yang secara tegas melanggar kesejahteraan anak, dan bahkan memperlakukan anak bukan layaknya manusia, tetapi sebagai barang yang dijual. Beberapa orang menekan bahwa dizaman modern seperti ini, anak-anak jauh lebih terlindungi daripada dekade terakhir. Lalu untuk mempertimbangkan semua hal ini, penting untuk memeriksa bagaimana masyarakat internasional melindungi anak-anak, langkah- langkah yang perlu diambil untuk mengamankan hak-hak anak di bawah umur. Dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hak-hak Anak terdapat dokumen inovatif, konsensus hukum dan politik internasional pendapat mengenai hak-hak yang anak yang harus untuk diakui oleh pemerintah nasional mereka. Sampai Konvensi dibuka dan ditandatangani, para pembela hak-hak anak telah menyalurkan tuntutan untuk anak-anak di bawah umur melalui konvensi-konvensi lain dan perjanjian seperti Kovenan Internasional mengenai Sipil dan Politik Hak. Sekarang ini banyak perjanjian internasional yang berfokus pada hak-hak asasi manusia di hukum internasional, dan implikasinya yang mecakup perlindungan hak anak di bawah hukum internasional.

11 Bahter, K. T., 2020. PERANAN UNICEF DALAM ASPEK HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP PERLINDUNGAN ATAS HAK-HAK ANAK. Lex Et Societatis, VIII(2), pp. 1-8.

(10)

Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

DAFTAR PUSTAKA

Anak, K. H. -H., 1989. Konvensi Hak-Hak Anak Disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Pada tanggal 20 November 1989. New York, s.n.

Bahter, K. T., 2020. PERANAN UNICEF DALAM ASPEK HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP PERLINDUNGAN ATAS HAK-HAK ANAK. Lex Et Societatis, VIII(2), pp. 1-8.

Batt suggests other UN organizations with an interest in children's rights, including "the Commission for Social Development, the Commission on the Status of Women, the International Research and Training Institute for Women, the United States Development Programme, the Food and Agriculture Organization of the United Nations and the International Fund for Development Alternatives." Id. at 68.

Child, C. o. t. R. o. t., 1989. Adopted and opened for signature, ratification and accession by General Assembly resolution 44/25 of 20 November 1989 entry into force 2 September 1990, in accordance with article 49. New York , -.

Corcos, C. A., 1991. The Child in International Law: A Pathfinder and Selected Bibliography.

Case Western Reserve Journal Of Internasional Law , 23(2), pp. 171-172.

Dr. Dewa Sudika Mangku. S.H., L., 2021. Pengantar Hukum Internasional. 1st ed. Jawa Tengah: Lakeisha.

G.A. Res. 217A, U.N. Doc. A/810 at 71 (1948). B.G. RAMCHARAN, THE CONCEPT AND PRESENT STATUS OF THE INTERNATIONAL PROTECTION OF HUMAN RIGHTS: FORTY YEARS AFTER THE UNIVERSAL DECLARATION (1988), provides a learned study of the impact of the Universal Declaration and related covenants.

Ikhsan, E., 2002. Beberapa Catatan Tentang Konvensi Hak Anak. -, -(-), p. 1.

Juwana, H., 2012. Hukum Internasional Sebagai Instrumen Politik: Berharap Pengalaman Indonesia Sebagai Studi Kasus. Arena Hukum, 6(2), pp. 106-107.

Prof. Dr. Sri Setianingsih, S. M., 2006. Pengertian Hukum Internasional, Jakarta:

UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, (Bandung: Fokusmedia, 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dalam Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pengertian perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan

Namun, pada saat ini pengertian hukum internasional sudah menjadi sangat penting dan meluas hingga membahas tentang hubungan suatu negara dengan organisasi internasional, hubungan antar

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Kovenan tentang Hak Kovenan tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dan Hak Sipil dan Kebijakan yang menggunakan protokol opsional disebut

Upaya hukum internasional dalam penyelesaian persengketaan Kashmir adalah menyerukan PBB guna mencoba pendekatan baru dengan cara mengirimkan perwakilan PBB ke India & Pakistan agar

SARAN Satu- satunya jalur antara Timor Leste dan Indonesia yang belum dipilih hingga tulisan ini dibuat adalah Bidjael Sunan-ObenKedua negara membentuk Panitia Perbatasan Bersama

Dalam pandangan HAM Internasional perlindungan hukum bagi kaum LGBT adalah suatu keharusan karena pada dasarnya setiap orang berhak atas hak-hak dasarnya yang sebagaimana telah

Invasi tersebut tidak berdasarkan alasan-alasan yang dilegitimasi oleh PBB dan dalam invasi Rusia terhadap Ukraina berlangsung juga terdapat dugaan serangan yang mengenai objek sipil

Berdasarkan Hasil Penelitian yang dilakukan bahwa dalam proses penegakan hukum terhadap anak sudah dilakukan dengan baik dengan menggunakan dasar hukum yang sesuai dengan peraturan