• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gejala positif atau gejala nyata, yaitu : 1) Halusinasi : Persepsi sensori yang salah atau pengalaman yang tidak terjadi dalam realitas.

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Gejala positif atau gejala nyata, yaitu : 1) Halusinasi : Persepsi sensori yang salah atau pengalaman yang tidak terjadi dalam realitas."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diprediksi, kecenderungan untuk menyendiri, perilaku tanpa tujuan dan perasaan, pengaruh abnormal, hanya tersenyum dan tertawa, proses berpikir yang tidak teratur, dan ucapan yang tidak koheren. Gambaran perilakunya adalah stupor (kehilangan semangat), gaduh, gelisah, menampilkan postur tubuh yang tidak wajar, negativisme (perlawanan), rigidity (postur tubuh kaku), fleksibilitas area, mematuhi perintah otomatis, dan pengulangan kalimat yang tidak jelas. d) Jenis skizofrenia tidak ditentukan (F20.3). 9 . skizofrenia, tetapi tidak dapat diklasifikasikan menjadi tipe depresi paranoid, katatonik, hebefrenik, residual, dan pasca-skizofrenia. e) Depresi setelah skizofrenia (F20.4).

Gejala depresi menonjol dan mengganggu, memenuhi setidaknya kriteria untuk episode depresi, dan muncul setidaknya selama 2 minggu. f) Skizofrenia tipe residual (F20.5). Gejala negatif dominan (psikomotor lambat, aktivitas berkurang, bicara cadel), riwayat psikosis (halusinasi dan delusi) dan tidak ada gangguan mental organik. g) Skizofrenia tipe simpleks (F20,6). Restraint adalah terapi yang menggunakan alat mekanis atau manual untuk membatasi mobilitas fisik pasien (Riyadi dan Purwanto Seklik.

Isolasi adalah salah satu bentuk terapi dimana pasien dikurung di ruangan khusus (Riyadi and Purwanto Phototherapy atau terapi cahaya). Gangguan persepsi sensorik adalah perubahan persepsi terhadap rangsangan baik internal maupun eksternal terkait dengan respon yang berkurang, berlebihan atau menyimpang (Tim Pokja DPP PPNI SDKI, 2017 Menurut Tim Pokja DPP PPNI SDKI (2017), gejala yang paling penting dan kurang penting gangguan persepsi sensorik sebagai berikut.

Seseorang yang merasa lingkungannya tidak menerima dirinya sejak bayi akan merasa dikucilkan, kesepian dan curiga terhadap lingkungannya. 3) Faktor biokimia.

Jenis Halusinasi

Gangguan rangsangan ditandai dengan rasa sakit atau ketidaknyamanan tanpa rangsangan yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik yang berasal dari lantai, benda mati, atau orang lain. Gangguan rangsangan yang ditandai dengan persepsi fungsi tubuh seperti aliran darah melalui vena atau arteri, makanan yang dicerna, atau pembentukan urin.

Tahapan Proses Halusinasi

Menyalahkan, tingkat kecemasan yang tinggi, umumnya halusinasi menimbulkan perasaan antisipasi dengan ciri-ciri pengalaman indrawi yang menakutkan, merasa disalahgunakan oleh pengalaman indrawi, mulai merasa lepas kendali, menarik diri dari orang lain. Perilaku pasien yang menjadi ciri stadium II adalah peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, penurunan perhatian terhadap lingkungan, konsentrasi pada pengalaman sensorik, kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dari kenyataan. Mengontrol, tingkat kecemasan yang parah, pengalaman halusinasi tidak dapat lagi disangkal dengan karakteristik pasien menyerah dan menerima pengalaman sensorik (halusinasi), konten halusinasi menjadi menarik dan kesepian ketika pengalaman sensorik berakhir.

Perilaku pasien pada fase III yaitu menuruti perintah halusinasi, sulit berhubungan dengan orang lain, berkurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitar, hanya beberapa detik, tidak dapat mengikuti perintah perawat, tremor dan berkeringat. Perilaku pasien pada stadium IV adalah perilaku panik, risiko cedera tinggi, agitasi atau katatonik, tidak mampu merespon lingkungan.

Rentang Respon Gangguan Persepsi Sensori

Respon maladaptif adalah respon individu terhadap pemecahan masalah yang menyimpang dari norma sosial budaya dan lingkungan.

Mekanisme Koping Halusinasi

Respon fisik adalah individu melarikan diri atau melarikan diri dari sumber stressor, sedangkan respon psikologis adalah perilaku apatis, mengucilkan diri, tidak tertarik, seringkali disertai rasa takut dan permusuhan.

23 . perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien, walaupun yang dirawat adalah fisik pasien, tetapi tujuan terapi adalah perilaku pasien. Jenis terapi somatik meliputi bonding, ECT, isolasi, dan fototerapi. a) Restraint adalah terapi dengan menggunakan alat mekanis atau manual untuk membatasi mobilitas fisik pasien, yang dimaksudkan untuk melindungi dari bahaya fisik pasien sendiri atau orang lain. Terapi elektrokonvulsif adalah suatu bentuk terapi pada pasien dengan menimbulkan kejang (grandmal) dengan mengalirkan arus listrik berkekuatan rendah (2-3 joule) melalui elektroda yang dipasang selama beberapa detik pada pelipis kiri/kanan pasien (lobus frontal).

Penatalaksanaan terapi keperawatan pada pasien skizofrenia dengan halusinasi bertujuan untuk membantu pasien mengontrol halusinasinya, sehingga diperlukan berbagai tindakan keperawatan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan keperawatan generalis individual ditujukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan dan psikomotorik yang harus dimiliki oleh pasien skizofrenia dengan halusinasi, diantaranya. Group Activity Therapy (TAK) yang dilakukan pada pasien skizofrenia dengan halusinasi adalah Perceptual Stimulation Group Activity Therapy (TAK) yang terdiri dari 5 sesi yaitu.

Sesi kedua melawan halusinasi dengan menegur, c) sesi ketiga dengan melakukan aktivitas,.. d) sesi keempat mencegah halusinasi dengan berbicara dan e) sesi kelima patuh minum obat. Terapi khusus akan diberikan kepada pasien skizofrenia dengan halusinasi setelah pasien menyelesaikan terapi generalis individu dan kelompok. Terapi spesialis meliputi terapi individu, keluarga dan kelompok yang juga diberikan melalui paket terapi Cognitive Behavioral Therapy (CBT).

Terapi Cognitive Behavioral Therapy (CBT) awalnya dikembangkan untuk mengobati gangguan afektif, namun kini telah dikembangkan untuk pasien yang resistan terhadap pengobatan.

  • Diagnosis Keperawatan
  • Perencanaan Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Terapi perilaku kognitif (CBT) pada awalnya dikembangkan untuk pengobatan gangguan afektif, namun kini telah dikembangkan untuk pasien yang resistan terhadap pengobatan C. Asuhan keperawatan gangguan persepsi sensorik 1. Pengkajian. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan dimaksudkan untuk mengidentifikasi respon individu pasien, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berhubungan dengan kesehatan (PPNI, 2017).

Diagnosis negatif menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sakit atau berisiko mengalami nyeri, sehingga diagnosis ini akan mengarah pada intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan, penyembuhan dan pencegahan. Penyebab gangguan persepsi sensorik adalah gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan penciuman, gangguan sentuhan, hipoksia serebral, penyalahgunaan zat, usia tua, paparan racun lingkungan. Hasil standar (outcome) adalah aspek yang dapat diamati dan diukur termasuk kondisi, perilaku, atau persepsi pasien, keluarga, atau masyarakat dalam menanggapi intervensi keperawatan.

Hasil negatif menunjukkan keadaan, perilaku, atau persepsi yang tidak sehat, sehingga mengidentifikasi hasil ini akan memandu intervensi keperawatan yang ditujukan untuk pengurangan. Sementara hasil positif menunjukkan keadaan, perilaku atau persepsi yang sehat, sehingga menentukan hasil ini memandu intervensi keperawatan yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan (PPNI, 2018). Intervensi keperawatan adalah semua perawatan atau tindakan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pengetahuan dan penilaian.

Label adalah nama intervensi keperawatan yang terdiri dari kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi keperawatan. Implementasi perawat atau tindakan perawat adalah perilaku tertentu yang dilakukan oleh perawat untuk melakukan tindakan. Perawat memantau keberhasilan intervensi yang dilakukan dan menilai kemajuan pasien dalam mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan.

Implementasi keperawatan adalah bagian dari proses keperawatan, kategori perilaku keperawatan yang melibatkan pengambilan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil asuhan keperawatan yang diharapkan. Evaluasi keperawatan merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menunjukkan kerapian diagnosa keperawatan rencana intervensi dan pelaksanaannya, evaluasi sebagai perbandingan status kesehatan pasien yang terencana dan sistematis. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2011).

Evaluasi formatif, atau disebut juga dengan evaluasi proses, merupakan evaluasi respon yang terjadi segera setelah upaya keperawatan selesai. Evaluasi penting dilakukan untuk menilai status kesehatan pasien setelah tindakan keperawatan dan menilai pencapaian tujuan jangka panjang dan jangka pendek serta memutuskan untuk melanjutkan, mengubah atau menghentikan asuhan keperawatan yang diberikan (Deswani, 2011).

Konsep Chromotherapy 1. Definisi

Macam Warna Terapi

Warna ini membantu meningkatkan kepercayaan diri, mengurangi perasaan tidak berdaya dan mengobati gangguan mental dan saraf.

Pengaruh Antara Gangguan Perepsi Sensori Dengan Chromotherapy

Referensi

Dokumen terkait

15 Yang penulis maksud Kebebasan beragama itu adalah prinsip yang mendukung kebebasan individu atau masyarakat, untuk menerapkan agama atau kepercayaan mereka dalam

(2016), Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan (Size), Leverage (DER) dan Profitabilitas (ROA) Terhadap Tindakan