• Tidak ada hasil yang ditemukan

gempa bumi di Indonesia. Berdasarkan data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "gempa bumi di Indonesia. Berdasarkan data "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI DENGAN METODE SCHOOL WATCHING TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA SEKOLAH DASAR PLUS BAITURRAHMAN PADA

SAAT GEMPA BUMI KOTA BANDUNG

Taskia Chesa Kirani1, Putri Puspitasari1, dan Depi Lukitasari2 Program Studi Sarjana Keperawatan Stikes Dharma Husada Bandung

Abstrak

Gempa bumi adalah bencana yang sering terjadi di Indonesia. Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang paling rawan terjadinya gempa bumi. Gempa di Jawa Barat disebabkan oleh akitivitas sesar lokal salah satunya yaitu sesar lembang. Kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan bencana dapat meningkatkan tindakanindividu dalam melindungi dan menyelamatkan diri dari bahaya bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya pengaruh pemberian edukasi metode school watching terhadap kesiapsiagaan siswa sekolah dasar plus baiturrahman pada saat bencana gempa bumi. Jenis penelitian ini menggunakan metode pre eksperimen dengan sampel sebanyak 34 responden yang diambil dengan sampel purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang pengetahuan anak mengenai bencana alam gempa bumi. Hasil Analisa Hasil Univariat menggunakan median dengan nilai diberikan intervensi yaitu 0,00 (sebelum) sedangkan sesudah diberikan intervensi yaitu 15,00 (sesudah). Hasil Analisa bivariat menggunakan Uji Wilxocon menunjukan adanya pengaruh dengan nilai p-value 0,010 pada pengaruh edukasi metode school watching terhadap pengatahuan kesiapsiagaan bencana gempa bumi padaanak SD PlusBaiturrahman

Kata kunci: Pemberian Edukasi,Pengetahuan,Kesiapsiagaan,Gempa Bumi

PENDAHULUAN

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-Undang No.24, Tahun 2007). Bencana alam yang dapat menimbulkan banyak korban yang berjatuhan dan memiliki tingkat kematian yang tinggi salah satunya adalah gempa bumi (CRED, 2015 dalam Simandalahi et al., 2019). Pelepasan energi yang terjadi didalam perut bumi akan mengakibatkan pergerakan sehingga terjadi gempa bumi.

Wilayah Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3 Lempeng tektonik utama dunia yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Interaksi Lempeng ini menyebabkan wilayah Indonesia memiliki

tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi (Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), 2017) Indonesia berada di jalur gempa aktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yaitu suatu posisi yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya gempa bumi karena

dapat menghasilkan tumpukan energi (Sari & Suciana,2019).

Jawa Barat merupakan salah satu daerah

yang paling rawan mengalami bencana

gempa bumi di Indonesia. Berdasarkan data

sejarah, gempa bumi di Jawa Barat

disebabkan oleh aktivitas dari Lempeng

Indonesia – Australia terhadap Lempeng

Eurasia, sehingga Jawa Barat menjadi

wilayah yang mempunyai tingkat kegempaan

yang tinggi di Indonesia. Selain itu, Jawa

Barat juga rentan terhadap aktivitas sesar

(2)

lokal. Berdasarkan kedalaman pada gempa, aktivitas seismik di Jawa Barat didominasi oleh aktivitas seismik dangkal dan sedang (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2019).

Kota Bandung juga dipengaruhi oleh kegempaan yang bersumber dari aktivitas karak samudera di selatan Pulau Jawa. Sesar Lembang merupakan salah satu patahan geseran aktif yang panjangnya mencapai 29 kilometer dari titik nol diujung barat Kota Bandung (Cimahi dan Kecamatan Ngaprah) sampai ke sisi timur Kota Bandung (Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung dan sebagian area Jatinangor sampai dengan Sumedang) (Ricky, 2021).

Pada hasil perhitungan bahwa siklus gempa yang diakibatkan oleh Sesar Lembang berada di antara 170 tahun sampai 670 tahun dan menurut hasilriset Tim Pusat Studi Gempa Nasional, Sesar Lembang terakhir menimbulkan gempa besar pada tahun 1400-an. Getaran yang dapat ditimbulkan dari adanya patahan dari sesar lembang ini bisa mencapai 6,8 - 7,0 skala Ritcher. (Pusgen, 2017 dalam Ricky, 2021). Di Kota Bandung wilayah Gedebage, Sekolah Dasar Plus Baiturahman,dan sekitarnya merupakan daerah paling rendah yang akan merasakan guncangan yang lebih hebat dibandingkan dengan tempat lain (Hardi Warsono,2019).

Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan saat menghadapi situasi bencana karena mereka memiliki keterbatasan dalam melindungi dirinya sehingga anak-anak cenderung bergantung pada orang yang lebih dewasa dari dirinya (Hilyard, dkk., 2011 dalam (Susilo et al., 2017). United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menjelaskan bahwa ada sekitar 65 juta anak di seluruh dunia terdampak dengan bencana alam yang terjadi (Susilo et al., 2017). Lebih dari 300.000 penduduk yang terdampak oleh adanya gempa bumi yang terjadi di Aceh pada tahun 2012 lalu, sekitar 100.000 diantaranya merupakan anak- anak. Faktor utama penyebab timbulnya banyak korban akibat terjadinya gempa bumi adalah karena minimnya pengetahuan tentang bencana dan kesiapsiagaan dalam mengatasi bencana tersebut (Sudaryono&Fima, 2012 dalam Susilo et al., 2017).

Anak usia sekolah terhadap kesiapsiagaan bencana alam melalui metode simulasi menghibur anak sekolah dalam kesiapsiagaan bencana di sekolahnya menjadi startegis efektif,dinamis, dan berkesinambungan dalam upaya penyebarluasan pendidikan kebencanaan sehingga anak mampu mengenal tanda bencana alam yang terjadi disekita tempat tinggalnya (Susiloet al., 2017). Di Jepang simulasi tanggap bencana dilakukan sejak dini.Anak sudah dilatih untuk tanggap terhadap terjadinya bencana alam.

Keberhasilan Jepang dalam menerapkan mitigasi bencana dapat dilihat dari peristiwa The Miracle Kamaishi, anak-anak usia sekolah menerapkan hasil dari pelatihan selama bertahun-tahun (The Cabinet Office, 2015 dalam Widiandari, 2021).

Salah satu metodenya ialah dengan metode school watching dengan mengajak siswa untuk berkeliling lingkungan dengan mengenali benda- benda disekitar sekolahnya yang berbahaya, pada saat terjadi bencana khusunya gempa bumi untuk menemukan benda-benda berbahaya yang harus dihindari, dan tempat-tempat aman untuk berlindung saat terjadi bencana, kemudian anak membuat peta lingkungan sekolah dengan kreatifitasnya sendiri untuk lebih mengingat jalur evakuasi (Astini, 2018).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putu Susy Naths Astini yang berjudul edukasi dengan metode school watching meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana didapatkan bahwa menunjukkan kesiapsiagaan siswa sebelum diberikan edukasi berada pada kategori hampir siap, sebanyak 30 orang (42,9%), dan setelah diberikan edukasi hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kesiapsiagaan siswa, sebagian besar siswa berada pada kategori sangat siap, sebanyak 36.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 5 April 2023 di Sekolah Dasar Plus Baiturrahmah didapatkan dari hasil wawancara oleh bapak shoimun sebagai Humas bahwa Belum adanya pembekalan pendidikan kebencanaan yang diberikan kepada murid SD . Peneliti sempat berinteraksi dengan murid SD dan menanyakan perihal Gempa Bumi. Jawaban yang diberikan anak SD terkait gempa bumi menyatakan bahwa Saya tahu gempa itu yang terasa bergoyang-goyang tetapi saya tidak tahu harus bagaimana dan melakukan apa pada saat gempa bumi terjadi. Pada kondisi gempa yang pernah terjadi saat belajar mengajar berlangsung,

(3)

anak-anak langsung diarahkan untuk keluar kelas dan berkumpul di lapangan terbuka

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka identifikasi dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Pemberian Edukasi Dengan Metode School Watching Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Sekolah Dasar Plus Baiturahman Kelas 1 Pada Saat Bencana Gempa Bumi?”.

METODE

Desain penelitian ini dengan one group pre test - post test design. One grup pre test – post test design yaitu kegiatan penelitian yang memberikan tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan, setelah diberikan perlakuan barulah memberikan tes akhir (pos test). Salah satu alasan peneliti menggunakan menggunakan pengambilan sampel probability sampling dengan jenis penelitian purposive sampling. Menurut Sugiyono,2017 sampel dihitung menggunakan teknik slovin, Maka untuk sampel yang diambil adalah 34 orang. Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara terlebih dahulu. Penelitian ini menggunakan Analisa data secara univariat dan bivariat.Analisis univariat dalam penelitian ini untuk menjabarkan proposal penelitian dari karakteristiktiap variabel yang ada. Pada umumnya dalam analisis ini hanya dapat menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel yang diteliti. Analisis bivariat dalam dalam penelitian ini untuk mengetahui keterampilan Kesiapsiagaan sebelum dilakukan edukasi metode School Watching. Pada uji statistik penelitian untuk menentukan Uji Parametrik atau Uji Non Parametrik akan dilakukan dengan Uji Normalitas. Dalam penelitian maka akan dilakukan Uji Normalitas.

Pada penelitian ini uji normalitas data akan dilakukan menggunakan Uji Normalitas Shapiro Wilk dengansimulasi data yang tidak lebih dari 50 sampel (N<50).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Tabel 1 Keterampilan

anak sebelum diberikannya metode school watching

bencanaGempaBumi

Kategori N Maksimu

m MIinimu

m Media

n SD

Dilakukan Tidak dilakukan

3 4

12 0 5,59 4,887

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hasil pemberian pretest pada kelompok eksperimen menunjukan bahwa sebanyak 12 anak SD dalam kategori “Tidak Dilakukan”.

Nilai tengahnya adalah 3,00 dengan standar deviasi 4,887. Nilai minimun pada kelompok eksperimen adalah 0 dan nilai maksimumnya adalah 1

Tabel 2. Keterampilan anak setelah diberikannya bencana gempa bumi

Kategori N Maksimu

m MIinimum Median SD

Dilakukan 34 12 3 10,79 2,983

Tidak dilakukan 5

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil pemberian postest pada kelompok eksperimen menunjukan bahwa sebanyak 5 anak SD dalam kategori “Tidak Dilakukan” setelah diberikannya metode school watching dalam menghadapi bencana gempa bumi. Sedangkan 29

anak SD lainnya dalam kategori “Dilakukan”

Nilai Tengah pada keterampilan anak setelah diberikan metode school watching yakni sebesar 12,00 dengan nilai maksimum yang didapat 12 dan nilai minimunya 3

Tabel 4.3 Pengaruh Pemberian Metode School Watching bencana gempa bumi terhadap keterampilan anak

Intervensi

Pengukuran Median SD Min-

Makx p- value

Sebelum 5,59 4,887 0-12

Sesudah 10,79 2,983 3-12 0,000

(4)

Tabel 4.3 tersebut merupakan uji Wilxocon menggunakan SPSS, interpretasi uji wilxocon adalah jika nilai Asymp.Sig (<0,05) maka

“Hipotesis Diterima” dan jika nilai Asymp.Sig (>0,05) maka “Hipotesis Ditolak”. Dapat diketahui bahwa p- value uji Wilxocon lebih kecil dari (0,05) yaitu bernilai 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa “Hipotesis Diterima”

artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh edukasi Dengan metode school watching terhadap kesiapsiagaan gempa bumi antarasebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) diberikan edukasi bencana alam gempa bumi.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka data yang diperoleh dari hasil pemberian pretest dan postest terhadap pengetahuan kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi pada anak adalah sebagai berikut:

A. Keterampilan anak sebelum dilakukan Metode School Watching bencana gempa bumi

Pada penelitian ini dilakukan juga penilaian terhadap kemampuan anak menghadapi bencana alam gempa bumi. Kemampuan yang dimaksud adalah keterampilan pada anak dalam menjaga dirinya saat gempa bumi terjadi..

Penilaian keterampilan diambil dari pertanyaan yang telah dirancang dan disesuaikan dengan tahapan pemberian metode school watching. Hal tersebut dinilai untuk melihat apakah ada perbandingan dari keterampilan anak sebelum dan sesudah diberikannya metode school watching. Dan pada saat penelitian anak menggambar benda yang berbahaya, Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya pengaruh pemberian Edukasi dengan Metode School watching terhadap kesiapsiagaan siswa sekolah dasar Plus Baiturrahman pada saat Bencana Gempa Bumi. Salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang adalah keterpaparan informasi. Informasi bisa didapatkan dari berbagai sumber, baik di sekolah maupun dengan membaca dari berbagai media massa seperti internet dan juga buku-buku ataupun majalah dan koran (Simandalahi, Apriyeni, et al., 2019).

Asumsi peneliti, didapatkan rata- rata keterampilan anak sebelum diberikan Edukasi dengan metode school watching rendah dikarenakan anak belum pernah diberikan

pemahaman tentang gempa bumi baik disekolah maupun di rumah.

Pada penelitian ini dalam pemberian pretest didapatkan nilai tengah sebesar 3,00 hasil ini didapat dari nilai uji normalitas yang berdistribusi normal. Perolehan nilai presentase ini dipengaruhi oleh keterampilan anak yang kurang mengenai bencana alam gempa bumi.

Maka dari itu saat pemberian pretest terdapat 12 anak yang keterampilannya kurang mengenai bencana alam gempa bumi. Pemberian metode school watching menghadapi gempa bumi perlu diberikan sejak dini karena dapat meningkatkan kemampuan menghadapi gempa bumi pada anak untuk dapat melindungi dirinya.

Maka dari itu perlu diberikanya metode school watching menghadapi bencana alam gempa bumi kepada anak SD plus di Baiturrahmah, melihat dari hasil pre test yang diberikan bahwa masih banyak anak yang kategori pengetahuanya

“Kurang Baik”. Penelitian ini sejalan dengan ( putu susy , 2018) menjelaskan bahwa tujuan metode school watching menghadapi gempa yaitu guna mempersiapkan anak agar lebih matang dalam mengahadapi suatu situasi yang sebenarnya. Kemudian disini anak akan melihat dan merasakan secara langsung hambatan atau rintangan saat mereka melakukan penyelamatan diri dari gempa.

B. Keterampilan anak setelah diberikannya Metode school watching bencana gempa bumi terhadap keterampilan anak

Kemampuan anak untuk menilai keterampilan setelah diberikan simulasi bencana gempa bumi didapatkan sebanyak 29 anak memiliki keterampilan yang “Dilakukan”, sedangkan 5 lainya dikategorikan keterampilan yang “Tidak Dilakukan” . untuk pertanyaan yang banyak tidak dilakukan dan sulit dipahami pada pertanyaan

“Dilakukan menghitung nyata antar teman”

Sehingga pembelajaran dengan metode School watching dapat meningkatkan efektivitas keterampilan anak dalam menemukan dan memecahkan masalah yang akan dihadapinya dimasa yang akan datang(Dewi et al., 2021).

Didapatkan nilai median dari keterampilan setelah diberikan simulasi yakni sebesar 12,00 dengan nilai maksimum 13 dan minimum 2.

Metode school watching diberikan menggunakan metode roleplay. Metode School Watching yang digunakan dalam cara pengajaran dengan menggunakan situasi tiruan agar dapat menggambarkan situasi yang sebenarnya agar dapat mempermudah pemahaman tentang hakikat

(5)

suatu konsep, prinsip ataupun keterampilan tertentu. Selain itu, pembelajaran menggunakan metode school watching dapat membantu anak (kelompok eksperimen) dalam mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Dalam tahapan penelitian saat melakukan metode school watching, maka didapatkan hal positif yaitu peningkatan efektivitas kemampuan anak dalam menemukan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Dengan pembelajaran menggunakan metode school watching dapat memberikan pengalaman langsung kepada anak dalam suasana pendidikan Dari penilaian tersebut maka terdapat kenaikan jumlah anak yang sebelumnya hanya 5 anak yang memiliki kategori keterampilan “Tidak dilakukan” meningkat menjadi 29 anak dengan kategori “Dilakukan”.

Sejalan dengan penelitian (Putu Susy, 2018) menjelaskan bahwa kesiapsiagaan menghadapi bencana alam terkhusus tentang gempa bumi anak mengenai konsep maupun keterampilan yang hendak dicapai anak. Dengan adanya manipulasi atau tiruan dari suatu kejadian akan menumbuhkan spekulatif baru dari Pada pelaksanaan simulasi suatu bencana hendaknya memikirkan cakupan materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak (Surya et al., 2019) Pada saat kegiatan kesiapsiagaan gempa bumi kelas eksperimen di SD plus Baiturrahmah, banyak anak yang antusias untuk mengetahui tentang bencana gempa. Anak-anak bersemangat dan mencoba untuk fokus memperhatikan. Pada saat mengenalkan barang-barang apa saja yang dibawa. Anak-anak menunjukkan rasa ingin taunya karena tidak semua barang yang diketahui anak. Selanjutnya , sewaktu kegiatan metode school watching ada beberapa anak mengingat materi pelajaran yang telah dibahas walaupun masih terdapat anak yang masih panik serta merasa takut namun hal tersebut seiring waktu bisa diatasi oleh anak karena adanya penjelasan dan arahan dari peneliti (Dewi et al., 2021) C. Pengaruh pemberian simulasi bencana gempa bumi terhadap keterampilan Anak Setelah diberikannya simulasi maka akan diukur kembali tingkat pengetahuan anak dibandingkan dengan pre test dan post test. Pengujian yang dilakukan yakni menggunakan uji wilxocon dengan menggunakan metode pengolahan data Software diperoleh nilai P=0,00 pada derajat kemaknaan P<0,05. Hal tersebut membuktikan bahwa nilai P lebih kecil dari Alfa=0,05. Dengan demikian H1 diterima yang berarti adanya pengaruh dalam pemberian Edukasi dengan

metode school watching terhadap kesiapsiagaan siswa sekolah dasar Plus Baiturrahman pada saat bencana gempa bumi . Hasil tersebut diperkuat dengan hasil median pada pretest dengan jumlah 3,00 dan hasil mean post test dengan jumlah 12,00. Hal tersebut menunjukkan adanya kenaikan pada mean dengan jumlah 9,00

Pada saat penelitian dilakukan metode school watching dengan berkeliling ruang kelas mencari tempat berbahaya setelah itu diberikan roleplay.

roleplay merupakan suatu kegiatan yang dapat memberikan pengalaman pelajaran baru dan memudahkan anak untuk mendapatkan inti dari pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dengan adanya manipulasi atau tiruan dari suatu kejadian akan menumbuhkan spekulatif baru dari anak mengenai konsep maupun keterampilan yang hendak dicapai anak. Pada pelaksanaan simulasi suatu bencana hendaknya memikirkan cakupan materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak. Selain itu guru juga hendak memberikan media serta alat peraga yang menarik dan bervariasi agar anak tidak mudah bosan saat melakukan simulasi (Maharani et al., 2020).

Pemberian simulasi siaga bencana gempa bumi memberikan pengaruh positif terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi pada anak- anak. Pemberian informasi dengan metode roleplay sebagai bagian dari yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa- peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Hal ini sesuaidengan (Sari & Suciana, 2019) bahwa metode school watching merupakan suatu informasi kepada siswa untuk berkeliling lingkungan disekitar sekolahnya untuk menemukan benda – benda berbahaya yang harus dihindari dan tempat – tempat aman untik berlindung. Sehingga sangat efektif diberikan keterampilan teknis tentang cara – cara mengahadapi bencana alam.

Perkembangan anak usia sekolah/ Middle Childhood berada pada rentang usia 6 -12 tahun disebut potensi berkarya. Perkembangan motorik dan emosi sangat penting untuk membentuk kepribadian dan kepercayaan diri. Oleh karena itu, dibutuhkan Untuk itu dilakukan edukasi tumbuh kembang anak usia sekolah dasar Tujuan ini meningkatkan kemampuan siswa Sekolah Dasar, Metode edukasi dan kelompok adalah keterampilan dalam metode school watching berkeliling mencari tempat berbahaya dan dilakukan menggambar dan bermain .

Kemampuan kognitif anak mengenai kesiapannya dalam mengahadapi gempa sangat

(6)

penting dikembangkan. Hal ini dikarenakan pada umumnya anak usia dini rentan untuk menjadi korban dalam bencana gempa bumi. Oleh sebab itu pentingnya kita sebagai seorang pendidik maupun orang tua untuk menanamkan dan membekali anak dengan berbagai pengetahuan dan tindakan dalam mengahadapi gempa. Selain itu, pembelajaran menggunakan metode simulasi dapat membantuanak (kelompok eksperimen) dalam mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Dalam penelitian ini anak melibatkan logika dan perasaanya dalam tahapan pemecahan masalah. Dengan pembelajaran menggunakan metode simulasi dapat memberikan pengalaman langsung

kepada anak dalam suasana pendidikan (Ricky, 2021).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Astini, 2018) bahwa pemberian metode school watching bencana gempa bumi memberikan pengaruh positif terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi pada anak-anak. Pemberian informasi dengan metode school watching sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang (Surya et al., 2019).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Keterampilan Siswa kelas 1 SD Plus Baiturrahman sebelum diberikan eduk asi mendapatkan nilai tengah (mean) diantaranya sebanyak 5,29 anak mendapatkan nilai dibawah nilai tengah (mean) sedangkan 34 anak lainnya mendapatkan nilai diatas (mean).

2. Keterampilan Siswa kelas 1 SD Plus Baiturrahman sesudah diberikan edukasi mendapatkan nilai tengah (mean) 10,97 diantaranya sebanyak 25 anak mengalami peningkatan diatas nilai (mean) sedangkan 9 anak lainnya masih mendapatkan nilai dibawah (mean).

3. Ada pengaruh pemberian edukasi dengan metode school watching terhadap kesiapsiagaan siswa sekolah dasar plus baiturrahman pada saat bencana gempa bumi dinyatakan adanya pengaruh karena dibuktikan dengan hasil uji Wilxocon p- value 0,010.

SARAN

1.

Bagi

Ilmu Keperawatan

Bagi ilmu keperawatan gawat darurat keperawatan anak serta perawat diharapkan mampu melakukan perannya dengan optimal sebagai pemberi asuhan keperawatan educator, koordinator dan kolaborator dalam melaksanakan pendidikan atau penyuluhan tentang kesiapsiagaan gempa bumi untuk anak sekolah dasar sehingga siap menghadapi dan mengurangi resiko jika terjadi bencana gempa bumi

2. Bagi Responden

Disarankan kepada anak sekolah dasar kelas 1 SD plus Baiturrahman agar dapat turun aktif dalam mengikuti kegiatan edukasi kesiapsiagaan bencana gempa bumi yang diberikan oleh pihak sekolah dan dapat menyampaikan segala informasi yang berkaitan dengan kesiapsiagaan gempa bumi kepada masyarakat yang ada di desa tersebut untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi.

3. Bagi Institusi Terkait

Disarankan kepada SD plus Baiturrahman untuk dapat memberikan pengarahan mengenai hal-hal yang perlu dilakukan sebelum, saat dan sesudah terjadinya bencana gempa bumi utnuk dapat mengasah pengetahuan hingga keterampilan kader dan masyarakat menghadapi gempa bumi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti lebih dalam bahkan sampai simulasi kesiapsiagaan bencana gempa bumi dengan sampel yang berbeda dan lebih banyak lagi , serta dapat membahas mengenai bencana alam lebih dalam serta yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

(7)

Ainun Rosyida, Ratih Nurmasari, Suprapto. Vol. 10, No. 1 Tahun (2019).

ANALISIS PERBANDINGAN

DAMPAK KEJADIAN BENCANA

HIDROMETEOROLOGI DAN

GEOLOGI DI INDONESIA DILIHAT DARI JUMLAH KORBAN DAN

KERUSAKAN (STUDI: DATA

KEJADIAN BENCANA INDONESIA 2018) . Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana., Statistisi BNPB,Kasubbid Data Spasial BNPB

Anak&Remaja. PT REMAJA ROSDAKARYA.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2012, Draft Pedoman Penyelenggaraan Latihan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta.Diakses tanggal 20 Desember 2017

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2017. Earthquake Database, (online), available:

http://repogempa.bmkg.go.id/. Diakses tanggal 20 Desember 2017

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2012, Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2012, (Online), Available:

Http://Bpbd.Karanganyarkab.Go.Id/Wp Content/Uploads/2016/01/Perka-Bnpb- 04-Tahun-2012-Pedoman- Penerapan- Sekolahmadrasah-Aman-Dari-

Bencana.Pdf., Diakses tanggal 22 Desember 2017

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2017, Potensi dan Ancaman Bencana, (online), available:

http://bnpb.go.id/home/potensi, Diakses tanggal 20 Desember 2017

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2016, Potensi dan Ancaman Bencana, (online), available:

http://bnpb.go.id/home/potensi, Diakses tanggal 20 Desember 2017

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2017. Earthquake Database, (online), available:

http://repogempa.bmkg.go.id/. Diakses tanggal 20 Desember 2017

Buku Pintar Penanggulangan Gempa bumi.(n.d). (n.p.) : DIVA PRESS

Center for Research on the Epidemiology of Disaster (CRED) (2016) ‘Annual Disaster Statistical Review 2010: The numbers and trends’, Review Literature And Arts Of The Americas, pp. 1–50.

doi: 10.1093/rof/rfs003.Diakses tanggal 28 Desember 2017

Fika Nur Indriasari. (2016).

PENGARUH PELATIHAN SIAGA

BENCANA GEMPA BUMI

TERHADAP KESIAPSIAGAAN

ANAK SEKOLAH DASAR DALAM MENGHADAPI BENCANA., AKPER NOTOKUSUMO Yogyakarta.

Fitri Suciana, Ulva Nur Aini, Saifudin Zukhri. (2021). PENGARUH METODE SCHOOL WATCHING TERHADAP

PERILAKU KESIAPSIAGAAN

BENCANA ANAK SEKOLAH.

University Research Colloqium 2021Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Hardi, W., & R Ahmad, B. (2019).

Kolaborasi Penanganan Bencana.

Husna, N. F., & Suryana, D. (2019).

Efektivitas Simulasi Kesiapsiagaan Gempa Terhadap Sikap Anak di Taman Kanak-kanak Ekasakti Padang.

Indonesian Journal of Islamic Early Childhood Education, 4(1), 9 -18.

Husnul Khatimah, Sri Adelila Sari, M.

Dirhamsyah. Volume 2, No. 1, Febuari (2015).PENGARUH PENERAPAN

METODE SIMULASI SCHOOL

WATCHING TERHADAP SIKAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI. Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) ISSN 2355-3324 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

(8)

Maharani, N., Khaerismawati, N. P. E.,

& Sari, N. L. P. W. (2020). Sosialisasi dan Simulasi Gempa Bumi di SMPN 3 Kuta Selatan Badung Bali. Jurnal Bakti Saraswati (JBS): Media Publikasi Penelitian dan Penerapan Ipteks, 9(1).

Meilianingsih,Lia,Sugiyanto. Vol 14 No 2, Oktober (2022). PENGARUH

METODE SCHOOL WATCHING

TERHADAP KESIAPSIAGAAN

SISWA SD DALAM MENGHADAPI

BENCANA DI KECAMATAN

CICENDO KOTA BANDUNG.

JURNAL RISET KESEHATAN

POLTEKKES DEPKES BANDUNG Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M. pd.

(2016). Psikologi Perkembangan

Putu Susy Natha Astini,Ida Erni Sipahutar, Ida Ayu Diah Nareswari Keniten. (2018). EDUKASI DENGAN

METODE SCHOOL

WATCHINGMENINGKATKAN KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA. Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar,Bali,Indonesia

Ricky, N. K. dan M. A. B. (2021).

Pemetaan Potensi Kerawanan Bencana Gempa Bumi Akibat Sesar Lembang di Kawasan Kabupaten Bandung Barat.

Seminar Nasional Dan Diseminasi Tugas Akhir, 563–576.

Sari, S. A., Milfayetty, S. and Khatimah, H. (2015) ‘The Implementation ofSchool Watching Method to Enhance The Knowledge of Preparedness in The Efforts of Earthquake Disaster Risk Reduction for Elementary School Students Academic Year 2014-2015’.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D / Sugiyono. Alfabeta.

Susilo, C., Kurniawan, H., & Ni’am, M.

S. (2017). Keterlibatan Anak Prasekolah Tentang Pengenalan Kesiapsiagaan Bencana Alam Melaui Metoda Simulasi.

The Indonesian Journal of Health Science, 9(1).

Referensi

Dokumen terkait

iii Proceeding of International Seminar on Science Education Yogyakarta State University, October 31st 2015 Science Process Skill Approach for Acquiring Science And Technology

단위 : 천 원 Uint: thousand yen 미맥류 기타곡류 육류 어패류 소채과실 장류1 주류담배 기호품2 기타 가공식3 합계 Rice and barley Other cereals Meat Fishes Vegetables and fruits Soy sauce Liquors, tobacco, etc.. Note