Tugas Esai TK302 Kajian Teknologi dan Vokasi | Prodi Arsitektur, FPTK UPI 2023 2103575 – Putri Nabila Anhar
MEMBANGUN DENGAN DINDING TRANSPARAN:
GLASS PAVILION AT THE TOLEDO MUSEUM OF ART
Sepanjang perkembangan jaman, manusia terus melakukan pembaharuan demi menunjang kehidupan manusia yang diharap terus bergerak ke arah yang baik. Gerakan pada masa Revolusi Industri menjadi bukti nyata bahwa pembaharuan yang dilakukan oleh manusia memiliki pengaruh yang besar.
Arsitektur, sebagai ilmu yang tak lepas dari kebutuhan manusia, ikut berkembang tak hanya secara arsitektural, namun mencakup juga aspek struktur bangunan, utilitas, keamanan, serta material. Bagi cakupan ilmu Arsitektur, Revolusi Industri pada abad ke-19 ini dianggap memiliki peran yang besar dalam hal penemuan dan pengadaan massal material-material bangunan baru, salah satunya adalah material kaca.
Glass Pavilion at the Toledo Museum of Art (2001-2006) merupakan paviliun yang terletak di kawasan Museum Seni Toledo, Kota Toledo, Ohio. Tepatnya, museum ini berada di seberang Museum Seni Toledo. Paviliun ini dirancang oleh dua orang arsitek berkebangsaan Jepang, Kazuyo Sejima dan Ryue Nishizawa (SANAA). Didirikan di atas tanah seluas 20.000 m2 dengan luas bangunan sebesar 7.000 m2, paviliun ini dibangun dengan pengembangan sistem dinding menggunakan kaca. Hal inilah yang
kemudian menjadi daya tarik Glass Pavilion. Namun, bagaimana kaca yang terkenal sebagai bahan rapuh bisa menggantikan kekokohan material untuk struktur bangunan?
Gambar 1.1 Glass Pavilion Sumber: SAH-Archipedia
Dalam perancangannya, paviliun ini direncanakan untuk memiliki fungsi sebagai ruang pameran serta loka karya pembuatan seni dari bahan kaca. Kota Toledo sendiri pada abad ke-19, saat revolusi industri terjadi, berhasil membuat dan melakukan produksi kaca yang kemudian menjadi basis ekonomi kota tersebut. Hal ini membuat banyak orang yang terampil dalam membuat karya seni kaca. Para
perancang, Sejima dan Nishizawa, berpendapat bahwa bangunan yang akan didedikasikan untuk karya seni kaca juga harus terbuat dari kaca. Dari pemikiran inilah akhirnya, sesuai dengan namanya, Glass Pavilion dibangun dengan dinding yang terbuat dari material kaca.
Tugas Esai TK302 Kajian Teknologi dan Vokasi | Prodi Arsitektur, FPTK UPI 2023 2103575 – Putri Nabila Anhar
Gambar 1.2 Potongan Glass Pavilion Sumber: Archdaily.com
Bangunan Glass Pavilion terdiri dari dua tingkatan lantai; lantai pertama bangunan yang difungsikan sebagai area pameran, serta di tingkat bawah yang terkubur sebagian sebagai tempat praktik dan loka karya pembuatan kaca.
Struktur pada bangunan Glass Pavilion at the Toledo Museum Art dibuat agar bangunan dapat terlihat menggunakan dinding kaca. Secara sederhana, Glass Paviliun menggunakan atap tipis yang ringan sehingga atap terlihat seolah-olah mengambang di atas sebuah lantai dengan balutan kaca. Namun, penggunaan kaca yang dominan pada interior bangunan juga mengakibatkan sulitnya mengatur sistem bangunan seperti sistem elektrikal, plumbing, serta struktur bangunan.
Untuk menyiasati konsep dinding kaca, bangunan ini menggunakan sistem dua arah dari plat baja yang ringan. Hal ini dilakukan agar pembebanan pada bangunan dapat berkurang serta rentang rasio kedalaman pada pondasi dapat dimaksimalkan. Kolom-kolom pada bangunan juga dibuat lebih sedikit dan diletakkan pada titik-titik yang bukan termasuk grid bangunan. Demi mencapai tujuan dinding transparan, banyak dilakukan pemecahan solusi pembangunan yang tidak biasa.