• Tidak ada hasil yang ditemukan

GOVERNMENT EXPENDITURE TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "GOVERNMENT EXPENDITURE TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ALOKASI

GOVERNMENT EXPENDITURE TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA

(Studi Kasus Pada 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012-2017)

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh:

Neviani Ayu Nisrina 155020107111010

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019

(2)
(3)

ANALISIS KONTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ALOKASI GOVERNMENT EXPENDITURE TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA

(Studi Kasus Pada 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012-2017) Neviani Ayu Nisrina, David Kaluge

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email: neviayu29@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia di 38 Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2012-2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistika (BPS) dan Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan (DJPK) yang menggunakan metode regresi data panel sebanyak 228 observasi dengan pemilihan model analisis fixed effect. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel PDRB per kapita dan pengeluaran pemerintah fungsi kesehatan berpengaruh signifikan positif, pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan berpengaruh signifikan negatif sedangkan pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia.

Kata kunci: PDRB per kapita, Pengeluaran Pemerintah Berdasarkan Fungsi, Indeks Pembangunan Manusia.

A. PENDAHULUAN

Pada hakikatnya pembangunan merupakan suatu proses yang meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara menaikkan standar kehidupan, harga diri dan kebebasan individu (Todaro dan Smith, 2011:6). Tujuan dalam suatu pembangunan manusia agar dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik, pertama adanya peningkatan ketersediaan dan perluasan distribusi barang kebutuhan hidup yang pokok, kedua yakni peningkatan standar hidup bukan dilihat melalui pendapatan namun juga ketersediaan tenaga kerja, pendidikan yang lebih baik, serta perhatian pada nilai-nilai budaya dan kemanusiaan (Todaro dan Smith, 2011:27). Dari adanya capaian pembangunan manusia yang telah terpenuhi maka suatu negara dapat memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, berkompeten dan memiliki daya saing tinggi. Sehingga keberhasilan pembangunan tidak hanya dilihat melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) saja, tetapi juga melalui upaya peningkatan pembangunan manusia.

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Timur berada diatas rata- rata IPM Indonesia. Perkembangan Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana mulai tahun 2012 yang hanya 66,74 hingga di tahun 2017 mencapai 70.27. Namun, dari adanya peningkatan tersebut antara kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur masih mengalami kesenjangan antara lain kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep dengan nilai masing-masing sebesar 62,30; 59,90 dan 64,28 di tahun 2017. Hal tersebut berbeda dengan Kota Madiun, Kota Malang dan Kota Surabaya yang mencapai nilai IPM diatas 80. Sehingga perlu diperhatikan aspek penting dalam menunjang pembangunan manusia yaitu melalui dimensi pengetahuan dengan indikator rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah, dimensi kesehatan dengan indikator angka harapan hidup dan standar hidup layak yang diukur melalui pengeluaran per kapita. Dari adanya ketiga dimensi tersebut jika berjalan dengan baik maka sumber daya manusia dapat berkontribusi lebih baik dalam pembangunan ekonomi suatu daerah atau negara.

Perekonomian suatu daerah memiliki indikator yang digunakan untuk menilai perekonomian apakah berlangsung dengan baik atau buruk yang dilihat melalui PDRB Per kapita. Pada variabel PDRB per kapita yang terendah di dominasi oleh Pulau Madura pada tahun 2012-2017 yang meliputi Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Bangkalan. Selanjutnya PDRB per kapita terendah se-Jawa Timur antara lain Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Kediri meskipun nilai IPM Kabupaten tergolong tinggi yakni 70.47, namun realitanya PDRB per kapita masih jauh dibawah kabupaten/kota lainnya seperti Kabupaten Jombang dan

(4)

Lamongan. Sedangkan PDRB per kapita tertinggi dominasi oleh wilayah berbasis industri pengolahan, perdagangan dan reparasi serta konstruksi seperti Kota Kediri, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kota Surabaya, Kota Madiun, dan Kota Malang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap wilayah memliki perbedaan pendapata per kapita antara satu dengan yang lainnya, meskipun memiliki IPM yang tinggi.

Untuk mengembangkan pembangunan manusia dengan kualitas lebih baik dilakukan dengan instrumen kebijakan fiskal. Penyediaan pelayanan dasar dilaksanakan melalui mekanisme anggaran.

Otonomi daerah diberikan keleluasaan dalam mengatur penerimaan dan pengeluaran yang sesuai dengan kepentingan daerahnya masing masing untuk menyusun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Tujuannya adalah meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan otonomi daerah.

Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai.

Anggaran pemerintah terkait dengan penentuan jumlah alokasi dana untuk setiap program dan aktivitas yang meggunakan dana milik mayarakat

B. LANDASAN TEORI

Secara harfiah pembangunan manusia merupakan sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar mampu memiliki lebih banyak pilihan, khususnya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Untuk menangani masalah pembangunan manusia yaitu lembaga UNDP (United Nations Development Programme) membentuk Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia dengan memperhatikan empat pilar pokok yang mencakup produktifitas, pemeretaan, kesinambungan dan pemberdayaan. Produktifitas yakni Kemampuan masyarakat dalam meningkatkan produktifitas dan berperan penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan memenuhi kebutuhan hidup. Pemerataan artinya penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial. Kesinambungan merupakan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial yang dipastikan tidak hanya untuk generasi saat ini tetapi juga generasi yang akan mendatang. Pemberdayaan yakni penduduk harus berpartisipasi dalam keputusan dan proses yang akan menentukan arah kehidupan mereka dan dapat mengambil manfaat dari proses pembangunan.

IPM memiliki tiga dimensi yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup manusia yang mencakup umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living). Untuk melihat capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antar wilayah dapat dilihat melalui pengelompokkan yang terbagi menjadi empat klasifikasi menurut (Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik), diantaranya IPM rendah ( IPM ≤ 60 ), IPM sedang ( ≥ 60 IPM ≤ 70 ), IPM tinggi (≥ 70 IPM ≤ 80 ), IPM sangat tinggi (IPM

≥ 80). Adanya IPM berguna agar mengetahui bagaimana manusia mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari proses pembangunan, sebagai bagian dari haknya seperti dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. IPM dapat digunakan sebagai salah satu ukuran kinerja daerah khususnya dalam hal evaluasi terhadap pembangunan kualitas hidup masyarakat. Meskipun, dapat menjadi indikator penting dalam mengukur keberhasilan tetapi IPM juga belum tentu mencerminkan kondisi sesungguhnya dimana suatu daerah bisa saja mengalami ketimpangan.

Namun kegunaan IPM berfungsi sebagai satu-satunya indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pembangunan kualitas hidup manusia.

Variabel lain dalam mendukung kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui indikator PDRB per kapita dimana dapat ditunjukkan melalui sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode. Mankiw (2014:18) pendapatan per kapita memberi informasi tentang pendapatan dan pengeluaran warga rata-rata dalam perekonomian karena sebagian besar akan memilih untuk memperoleh pendapatan lebih besar dan menikmati pengeluaran lebih banyak.Sehingga PDRB per kapita menjadi ukuran standar hidup masyarakat di suatu negara. Apabila memiliki PDRB per kapita yang tinggi umummnya memiliki standard of living yang tinggi pula dibandingan dengan daerah atau negara lainnya karena pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daya beli masyarakat sehingga tingginya pendapatan per kapita juga mencerminkan kesejahteraan ekonomi masyarakat (Purba dalam Zamharir, 2016:41).

Untuk mewujudkan sarana dan prasarana guna mendukung kualitas hidup manusia, tentunya terdapat kebijakan pemerintah untuk membiayai administrasi pemerintahan dan sebagian lain digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan. Dimana pemerintah mengatur

(5)

besarnya penerimaan atau pengeluaran setiap tahunnya yang tercermin dalam APBN ataupun APBD. Dalam fokus penelitian ini lebih ditekankan pada alokasi pengeluaran pemerintah terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi apakah sudah tepat sasaran atau pemerintah dalam menjalankan kebijakan tidak berpihak pada kepentingan masyarakat. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerimnkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakan tersebut (Mangkoesubroto, 1999). Sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintahan dan sebagian lainnya adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan agar mampu menyejahterahkan masyarakat.

Melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara mengenai keuangan negara yaitu belanja rutin dan pembangunan. Dimana Undang-Undang ini membahas mengenai pengeluaran jangka menengah dan konsep penganggaran berbasis kinerja.

Dalam penyusunan ABK (Anggaran Berbasis Kinerja) berdasarkan target kinerja yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Waluyo dalam Imron (2018:38) menjelaskan dengan penerapan ABK ini diharapakan output yang ditetapkan dalam program dan kinerja mencapai hasil dengan tingkat efisiensi pada setiap unit kerja

C. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis data pada penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan (DJPK). Data sekunder yang digunakan terdiri dari data time series (data berkala) dan data cross section. Data time series yang digunakan berdasarkan periode dari waktu ke waktu. Dimana, data ini berkisar enam tahun yakni mulai tahun 2012-2017.

Penelitian ini menggunakan 38 Kabupaten/Kota di di Jawa Timur. Penelitian ini terdiri dari variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini yang diduga berpengaruh pada variabel terikat antara lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan, pengeluaran pemerintah fungsi kesehatan, dan pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi di kabupaten/kota Jawa Timur

Model dan Variabel Penelitian

IPMit = α + β1LNPDRBKAPITAit + β2 LNBUDGETEDUit + β3LNBUDGETHEALTH + β4LNBUDGETECOit + εit

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

Nama Variabel Nama dalam Persamaan

Satuan

Indeks Pembangunan Manusia IPM Persentase

PDRB per kapita LNPDRBKAPITA Log natural

milyar rupiah Pengeluaran Pemerintah Fungsi

Pendidikan

LNBUDGETEDU Log natural

milyar rupiah Pengeluaran Pemerintah Fungsi

Kesehatan

LNBUDGETHEALTH Log natural milyar rupiah Pengeluaran Pemerintah Fungsi

Ekonomi

LNBUDGETECO Log natural

milyar rupiah D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah PDRB per kapita (X1), pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan (X2), pengeluaran pemerintah fungsi kesehatan (X3) pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi (X4).

(6)

Tabel 2 : Hasil Estimasi Model Fixed Effect Dependent Variable: IPM

Method: Panel Least Squares Date: 05/08/19 Time: 22:47 Sample: 2012 2017

Periods included: 6 Cross-sections included: 38

Total panel (balanced) observations: 228

Variable Coefficient Std.

Error

t-Statistic Prob

C 6.783686 2.575147 2.634291 0.0091

LNPDRBPERKAPITA 5.695030 0.265907 21.41735 0.0000

LNBUDGETEDU -0.222358 0.089965 -2.471591 0.0144

LNBUDGHETHEALTH 0.468265 0.125104 3.743015 0.0002

LNBUDGETECO 0.032715 0.142095 0.230230 0.8182

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.992830 Mean dependent var 68.78557

Adjusted R-squared 0.991249 S.D. dependent var 5.462275 S.E of regression 0.510973 Akaike info criterion 1.659822 Sum squared resid 48.56338 Schwarz criterion 2.291544 Log Likelihood -147.2197 Hannan-Quinn criter 1.914703

F-statistic 628.1566 Durbin-Watson stat 1.402339

Prob (F-statistic) 0.000000 Hasil Penelitian

a. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R-squared dari hasil regresi data cross section adalah sebesar 0.992830 artinya bahwa kemampuan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terkait adalah sebesar 99,28%

sisanya sebesar 0,72% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam model

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variable bebas terhadap variable terikat secara bersama-sama atau simultan. Berdasarkan hasil regresi diperoleh dari nilai probabilitas sebesar 0.000000. Dari hasil tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa variabel PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan, pengeluaran pemerintah fungsi kesehatan dan pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan perbandingan antara nilai probabilitas hasil estimasi yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%.

c. Uji t

Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variable bebas secara individual terhadap variable terikat yang dapat dilihat apabila nilai lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% dapat dinyatakan memiliki pengaruh secara parsial terhadap variable terikat. Berikut ini pengaruh masing-masing variable independen terhadap variable dependen.

1. Variabel PDRB per kapita memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000, nilai probabilitas tersebut < tingkat signifikansi 5%, dengan nilai koefisien 5.695030.

Sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel PDRB per kapita berpengaruh signifikan positif terhadap indeks pembangunan manusia.

2. Variabel pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0144, nilai probabilitas tersebut < tingkat signifikansi 5%, dengan nilai koefisien -0.222358.Sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan berpengaruh signifikan negatif terhadap indeks pembangunan manusia.

(7)

3. Variabel pengeluaran pemerintah fungsi kesehatan memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0002, nilai probabilitas tersebut < tingkat signifikansi 5%, dengan nilai koefisien 0.468265. Sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel pengeluaran pemerintah fungsi kesehatan berpengaruh signifikan positif terhadap indeks pembangunan manusia.

4. Variabel pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi memiliki nilai probabilitas sebesar 0.8182, nilai probabilitas tersebut > tingkat signifikansi 5%, dengan nilai koefisien 0.032715. Sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi tidak berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia.

Analisis Pengujian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari variabel PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan, pengeluaran pemerintah fungsi kesehatan, pengaluaran pemerintah fungsi ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan (DJPK) dan diolah menggunakan software Eviews 9. Berikut adalah pembahasan rinci dari variabel PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan, pengeluaran pemerintah fungsi kesehatan, pengaluaran pemerintah fungsi ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Jawa Timur tahun 2012-2017.

Pengaruh PDRB Per Kapita Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan fixed effect model menunjukkan bahwa PDRB per kapita berpengaruh signifikan positif terhadap indeks pembangunan manusia. Melihat hasil estimasi tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Zamharir (2015) yang menyebutkan bahwa variabel PDRB per kapita berpengaruh secara signifikan terhadap Human Development Index. Hal tersebut juga sejalan dengan teori pertumbuhan ekonomi klasik Adam Smith. Kuncoro dalam Zamharir (2011:21) yang menyebutkan jika pertumbuhan ekonomi di bagi kedalam tiga komponen, diantaranya sumber daya alam yang tersedia, jumlah penduduk dan stok modal Ketika terjadi peningkatan penduduk setiap tahunnya, maka secara otomatis kebutuhan ekonomi akan mengikutinya sehingga dibutuhkan kenaikan pendapatan pula dan juga jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja. Todaro dan Smith (2011) dalam Imron (2018) menambahkan bahwa output perkapita diartikan sebagai pola konsumsi atau daya beli masyarakat dimana disesuaikan dengan PDRB per kapita. Sehingga apabila terjadi pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan daya beli masyarakat dan jika akumulasikan akan meningkatkan IPM.

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Fungsi Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan fixed effect model menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan berpengaruh signifikan negatif terhadap indeks pembangunan manusia. Hasil estimasi tersebut juga sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aini dkk (2016) bahwa pengeluaran pemerintah sektor pendidikan memiliki pengaruh terhadap fluktuasi investasi pembangunan manusia di Indonesia. Dalam beberapa waktu terakhir pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan sangat meningkat tajam, peningkatan tersebut tidak seimbang dengan peningkatan yang terjadi pada tingkat pembangunan manusia dan juga pengeluaran pemerintah sektor kesehatan. Dan juga sejalan oleh penelitian Imron (2018) yang menyebutkan bahwa hasil penelitian tersebut sejalan dengan temuan Bank Dunia tahun 2013 dalam laporan Education Public Expenditure,dimana anggaran fungsi pendidikan sebesar 20 persen dari APBN belum sepenuhnya efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia

Selanjutnya didukung oleh beberapa fenomena di lapangan yang menunjukkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas di Jawa Timur masih kurang dari target pemerintah yakni wajib belajar 9-12 tahun yang telah dicanangkan pada tahun 2012 sebagai lanjutan program pendidikan dasar sebelumnya. Kota Surabaya hanya memiliki rata-rata lama sekolah senilai 10,45 tahun sedangkan Kabupaten Sampang senilai 4,12 tahun saja. Hal tersebut terjadi kesenjangan karena pada daerah perkotaan cenderung memiliki sarana dan prasarana memadai dan kemudahan akses. Selain itu dalam penelitian terdahulu (Sulaihah, 2018) juga menyebutkan bahwa pada Kota

(8)

Surabaya, Kota Malang, Kota Madiun, Kabupaten Sidoarjo yang memiliki angka rata-rata lama sekolah tertinggi dan harapan lama sekolah tertinggi menyebabkan seseorang untuk meneruskan pendidikan diluar asal daerahnya. Sehingga hal tersebut menyebabkan IPM wilayah perkotaan, khususnya pada dimensi pendidikan semakin tinggi.

Selain itu, berdasarkan hasil pemetaan permasalahan oleh tim Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Pendidikan, dapat diketahui akar masalah utama dari pengelolaan pendidikan yaitu lemahnya pengendalian internal, lemahnya sistem administrasi, lemahnya kontrol sosial maupun publik dan adanya kekosongan pengawasan khususnya pada transfer dana daerah seperti Dana Alokasi Khusus (DAK), Tunjangan Profesi Guru (TPG) dan adanya potensi kebocoran dana BOS seperti melakukan manipulasi laporan terkait jumlah siswa penerima dan bos dan adanya keterlambatan dalam penyaluran dana BOS.

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Fungsi Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan fixed effect model menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah fungsi kesehatan berpengaruh signifikan positif terhadap indeks pembangunan manusia. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 3 yang menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Fakta di lapangan menyatakan pada tahun 2017 Provinsi Jawa Timur mempunyai jumlah Posyandu sebesar 46.710 unit. Selain itu terdapat Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) yang merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Tercatat sampai tahun 2017 jumlah Puskesmas di Jawa Timur sebanyak 964 puskesmas yang terdiri dari 623 puskesmas rawat inap dan 341 puskesmas non rawat inap dengan kategori terakreditasi paripurna meliputi Kabupaten kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Magetan dan Kota Surabaya.

Selanjutnya sarana dan prasarana berupa Rumah Sakit (RS) dimana jumlah RS di Provinsi Jawa Timur mengalami perubahan setiap tahun. Tahun 2015 sebanyak 365 rumah sakit, tahun 2016 sebanyak 369 rumah sakit, tahun 2017 sebanyak 373 rumah sakit. Jika ditinjau berdasarkan kepemilikan rumah sakit miliki pemerintah sejumlah 74 rumah sakit, TNI POLRI sejumlah 25 rumah sakit, BUMN sejumlah 15 rumah sakit dan swasta berjumlah 259 rumah sakit. Sehingga apabila melihat dalam sisi penganggaran dalam fungsi kesehatan maka dapat dikatakan telah efektif jika ditinjau dari aspek ketersediaan sarana prasarana berupa fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas, Dokter Praktek Mandiri, Dokter Gigi Swasta, Klinik Pratama dan juga fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang berupa Rumah Sakit Umum maupun khusus dan juga klinik utama harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan merata dan hal tersebut dapat dibuktikan pada peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) di setiap kabupaten/kota setiap tahunnya.

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Fungsi Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan fixed effect model menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi tidak berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia.

Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan pendapat Kuncoro (2009) dalam pengembangan UMKM juga menghadapi kendala yakni permasalahan dasar yang dihadapi antara lain kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh sumber-sumber permodalan yang memadai, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil, iklim usaha yang kurang kondusif. Bappeda Provinsi Jatim (2018) kondisi UMKM di Jawa Timur juga memiliki kendala seperti struktur pelaku usaha didominasi usaha mikro yang memiliki aset dan akses pada pembiayaan serta produktivitas yang terbatas, belum dikembangkannya ekonomi korporasi dalam suatu usaha yang terangkai dari hulu ke hilir dengan nilai tambah yang bisa dinikmati masyarakat setempat dan terbatasnya akses pemasaran produk

(9)

UMKM ke konsumen serta rendahnya kualitas sumber daya manusia yang meliputi kurangnya pendidikan, tidak sesuai keahlian dan lingkungan yang tidak mendukung. Sehingga adanya faktor- faktor tersebut akan mempengaruhi jumlah UMK Jatim untuk bisa berkembang pesat. Tercatat hanya ada 1,671 UMKM yang berkontribusi dari total keseluruhan 6,8 juta UMKM di tahun 2013 dengan jumlah UMKM berasal dari industry pengolahan sebesar 29,97 persen, 17,84 persen dari perdagangan besar dan kecil serta 14,42 persen di industri pertanian atau perkebunan. Selain itu, penyaluran kredit UMKM pada Provinsi Jawa Timur secara spasial masih terkonsentrasi pada lima daerah yang meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Malang dan Kota Malang yang didominasi oleh pelaku UMKM di sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor jasa

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;

1. Variabel PDRB per kapita berpengaruh signifikan positif terhadap indeks pembangunan manusia. output pe rkapita diartikan sebagai pola konsumsi atau daya beli masyarakat dimana disesuaikan dengan PDRB per kapita. Sehingga apabila terjadi pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan daya beli masyarakat dan jika akumulasikan akan meningkatkan IPM

2. Variabel pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan berpengaruh signifikan negatif terhadap indeks pembangunan manusia karena pengeluaran pendidikan di Jawa Timur masih belum efektif dalam pengelolaan dana pendidikan yang harusnya sebesar 20% yang disebabkan kebocoran dana BOS pada kabupaten Madiun, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek. Dengan kasus seperti manipulasi laporan anggaran, keterlambatan penyaluran dana BOS dan juga rata-rata lama sekolah kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur masih dibawah program wajib belajar 9-12 tahun.

3. Variabel pengeluaran pemerintah fungsi kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia.Hasil tersebut sejalan dengan profil kesehatan Provinsi Jawa Timur dimana sarana dan prasarana yang meliputi Puskesmas, rumah sakit dan posyandu dalam kegiatan peningkatan tumbuh kembang bayi dan balita, kesehatan dasar bagi para ibu hamil, ibu menyusui dan wanita usia subur sudah memadai sehingga mampu meningkatkan AHH kabupaten/kota di Jawa Timur.

4. Variabel pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi tidak berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia karena masih terdapat kendala seperti akses pada pembiayaan serta produktivitas yang terbatas, belum dikembangkannya ekonomi korporasi dalam suatu usaha yang terangkai dari hulu ke hilir dan terbatasnya akses pemasaran produk UMKM ke konsumen serta rendahnya kualitas sumber daya manusia dan penyaluran kredit hanya terkonsentrasi pada lima daerah saja.

Saran

Dari kesimpulan yang sudah diuraikan sebelumnya, maka berikut ini adalah beberapa saran untuk pihak-pihak terkait;

1. Pemerintah sebaiknya mengalokasikan anggaran pendidikan tepat sasaran melalui program-program prioritas misalnya peningkatan rata-rata lama sekolah yang sesuai dengan target pemerintah yakni program wajib belajar 12 tahun serta dapat memperbaiki akses dan fasilitas di bidang pendidikan serta pemberian bantuan kepada masyarakat kurang mampu agar mendapatkan sekolah gratis sesuai dengan usia wajib sekolah sedangkan upaya untuk mencegah kebocoran alokasi dana seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang tidak tepat sasaran dapat melakukan pengawasan yang berbasis teknologi

2. Untuk mengoptimalkan pengelolaan anggaran dan memberikan peningkatan anggaran pada sektor kesehatan selain dalam pembangunan sarana prasarana juga memperhatikan program aktivitas sosial masyarakat seperti adanya peningkatan jaminan kesehatan, program kesejahteraan hari tua, menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta mencegah adanya gizi buruk pada anak.

(10)

3. Pemerintah sebaiknya meningkatkan akses keuangan atau kemudahan kredit dan daya saing UMKM di Jawa Timur dapat dilakukan melalui edukasi keuangan, program pengendalian inflasi melalui pembentukan klaster dimana pengembangan klaster ketahanan pangan seperti beras, daging sapi, bawang merah, bawang putih, dan cabe merah agar mendorong produktivitas suatu wilayah. Selanjutnya untuk pembagian alokasi dana tidak hanya terpusat pada 5 kabupaten/kota besar saja namun bisa menyeluruh sesuai dengan produktivitas unggulan di setiap daerah

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aditia, Ngakan Made Agung. 2018. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud 7(2), pp. 212-242.

Aini, Nurul. 2016. Determinan Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Jember.

Anggraeni, Merlin. 2017. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan, Kesehatan dan Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1970- 2015. Yogyakarta.

Arifin. M.Y, 2015. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan, Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Jawa Timur 2006- 2013. Jember.

Badan Pusat Statistik. 2015. Indeks Pembangunan Manusia Menurut BPS dan UNDP.

https://ipm.bps.go.id/page/ipm. Diakses pada 26 November 2018.

Badan Pusat Statistik. 2017. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.https://ipm.bps.go.id/data/kabkot/metodebaru/3500#. Diakses pada 27 November 2018.

Bappeda Provinsi Jawa Timur. 2018. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Provinsi Jawa Timur 2017. Surabaya.

Bank Indonesia. 2017. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur November 2017. Surabaya: Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah.

Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Jawa Timur. 400 Bendahara dan Kepala SD-SMP se-Kabupaten Malang dikumpulkan Inspektorat.

http://surabaya.bpk.go.id/?p=20781, diakses pada 20 Juni 2019

BPS Provinsi Jawa Timur. 2015. Jumlah proyeksi Penduduk Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. 2011- 2015. https://jatim.bps.go.id/

statictable/2015/10/02/323/-jumlah-penduduk-hasil-proyeksi-2011-2015-menurut- jenis-kelamin-dan-kabupaten-kota.html, diakses pada 15 Januari 2019.

BPS Provinsi Jawa Timur. 2018 Jumlah Penduduk, dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur 2010,2016,2017.

https://jatim.bps.go.id/statictable/2018/10/29/1324/jumlah-penduduk-dan-laju- pertumbuhan-penduduk-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-timur-2010- 2016-dan-2017.html, diakses pada 15 Januari 2019.

(11)

BPS Provinsi Jawa Timur. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur menurut Lapangan Usaha 2012-2016. Surabaya.

BPS Provinsi Jawa Timur. 2018. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha 2013-2017. Surabaya.

BPS Provinsi Jawa Timur. 2017. Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2017. Surabaya.

Boediono, 2016. Ekonomi Moneter. Edisi Kedelapan Belas. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Destilunna, Fauziah Gitri dan Zain. 2018 Pengaruh dan Pemetaan Pendidikan, Kesehatan, serta UMKM terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel dan Biplot. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol 4, No 2.

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. 2018. LGF Anggaran (Fungsi) 2012-2017 Provinsi Jawa Timur.http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?page_id=316, diakses pada 13 Desember 2018.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Pencairan Dana BOS Triwulan Ke II Tahun 2015.http://dindik.jatimprov.go.id/berita/detail/452/pencairan-dana-bos-triwulan-ke- ii-tahun-2015.html, diakses pada 16 Juni 2019.

Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur. 2015. Rencana Strategis Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) Provinsi Jawa Timur 2014-2019. Sidoarjo.

Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur. 2015. Kredit Dana Bantuan ke UMKM Jadi Rp 1,7 Triliun. http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/kredit-dana- bantuan-ke-umkm-jadi-rp-1-7-triliun, diakses pada 20 Juni 2019.

Ezkirianto, Ryan dan Findi, M. 2013. Analisis Keterkaitan Antara Indeks Pembangunan Manusia dan PDRB Per Kapita di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan. Vol 2 No 1, pp. 14-29.

Gujarati, Damodar N. dan Porter, Dawn C. 2015. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi 5. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Imron, Choirunnasihin. 2018. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Kesehatan, Infrastuktur Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur 2011-2016. Skripsi. Malang:

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2017. Pengelolaan APBN Dan Implikasinya Terhadap APBD. Surabaya: Direktorat Penyusunan APBN, DJA.

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2018. Deskripsi APBD dan Strategi Fiskal. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2015. Laporan Tahunan 2015 Menolak Surut. Jakarta:

Komisi Pemberantasan Korupsi.

Mangkoesubroto, Guritno.1993. Ekonomi Publik. Edisi 3. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.

Marhaeni, Dwi. 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran Di Bidang Pendidikan dan Kesehatan Dari Pemerintah dan Rumah Tangga, Serta Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Terhadap Indeks Pembangunan Gender di Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur.

Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Pemerintah Provinsi Jatiim. 2017. UMKM Jatim Sumbang 54,98 Persen Terhadap PDRB.http://jatimprov.go.id/read/berita-pengumuman/umkm-jatim-sumbang-54-98- persen-terhadap-pdrb, diakses pada 20 Juni 2019.

(12)

Pratama, Yudha Mardiyand. 2018. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. Surakarta.

Prijambodo, Bambang. 1995. Teori Pertumbuhan Endogen Tinjauan Teoritis Singkat dan Implikasi Kebijaksanaanya.

Profil Bisnis UMKM di Indonesia. 2015. Lembaga Pengembangan dan Perbankan Indonesia (LPPI) dengan Bank Indonesia.

Rahardja, P. Dan Manurung, M. 2001. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta.

Rahmini, Yuli Suci. 2017. Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia). Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos. Vol 6 No 1

Rochman, Arifur Rif’at. 2018. Determinan Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Siboro, Konstantin. 2019. Pengaruh Alokasi Belanja Modal, Belanja Pendidikan, dan Belanja Kesehatan Melalui Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau. Medan: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumetera Utara.

Sriyana, Jaka. 2014. Metode Regresi Data Panel. Yogyakarta: Ekonisia.

Tambunan,Tulus. 2012. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Todaro, M. P & Smith, S.C 2011. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesebelas (Terjemahan Bahasa Indonesia). Jakarta: PT Erlangga.

Tri, Kustiyono. Analisis Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah Tahun Anggaran 2008-2010. Semarang: Fakultas Ekonomi Semarang.

Winarti, Astri. 2014. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan, Kemiskinan dan PDB Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia Periode 1992-2012. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Zakaria, Rizaldi. 2017. Pengaruh Tingkat Jumlah Penduduk, Pengangguran, Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2016. Yogyakarta.

Zamharir, Amirul. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, PDRB Per Kapita, dan Upah Minimum Terhadap Human Development Index: Studi Kasus 12 Provinsi Dengan Kategori Lower Medium Di Indonesia. Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS

Analisis Pengaruh Aglomerasi, Infrastruktur, Upah Minimum, Jumlah Orang Bekerja, Dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Kabupaten/Kota Jawa