• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP TINGKAT

KEMISKINAN (STUDI KASUS DI MALANG RAYA TAHUN 2004-2013)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Anggi Aprillia 115020100111051

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2015

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA, DAN INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN (STUDI KASUS DI MALANG RAYA TAHUN 2004-2013)

Yang disusun oleh :

Nama : Anggi Aprillia

NIM : 115020100111051

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 23 Juni 2015.

Malang, 23 Juni 2015 Dosen Pembimbing,

Dr. Moh. Khusaini, SE., M.Si., MA.

NIP. 19710111 199802 1 001

(3)

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Tingkat Kemiskinan

(Studi Kasus di Malang Raya Tahun 2004-2013) Anggi Aprillia

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka, dan IPM terhadap tingkat kemiskinan di wilayah Malang Raya. Alat analisis yang digunakan adalah regresi data panel yang mencakup 3 unit wilayah yang meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu selama kurun waktu sepuluh tahun. Hasil penelitian ini diperoleh temuan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Malang Raya adalah IPM. Sedangkan, variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran terbuka.

Kata kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka, IPM, dan Tingkat Kemiskinan

A. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara berkembang. Pada negara berkembang banyak terjadi permasalahan dan problematika yang mendasar dalam pembangunan. Masalah kemiskinan merupakan masalah pokok yang dihadapi oleh negara berkembang. Adanya peningkatan pada berbagai indikator ekonomi tidak secara merata dirasakan oleh masyarakat. Peningkatan dalam berbagai sektor ekonomi hanya dirasakan oleh beberapa wilayah yang memiliki sumber daya manusia yang siap.

Akibatnya, wilayah lain yang belum mantap dalam mempersiapkan sumber daya manusia akan tertinggal dengan wilayah lain yang memiliki sumber daya manusia yang baik. Adanya disparitas tersebut yang memunculkan masalah kemiskinan. Kemiskinan memiliki pengertian yang berbeda- beda. Namun, secara mendasar kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Kebutuhan dasar menurut BPS terdiri dari makanan dan nonmakanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Sedangkan, menurut Kuncoro (1997) kebutuhan dasar yang dimaksud meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan.

Wahyudi (2010) memandang kemiskinan terdiri dari tiga aspek yang meliputi aspek ekonomi, politik, dan sosial. Kemiskinan secara ekonomi dilihat sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memiliki sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Kemiskinan secara politik diartikan sebagai tingkat akses seseorang dalam kekuasaan dan sistem politik dalam menentukan kemampuan menggunakan sumber daya. Sedangkan, kemiskinan sosial dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial dalam meningkatkan produksi.

Di negara berkembang khususnya Indonesia, pembangunan ekonomi merupakan indikator penting untuk menunjang perekonomian agar lebih mapan. Pembangunan ekonomi merupakan keadaan atau proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang dibarengi dengan adanya sistem kelembagaan yang lebih baik (Arsyad, 2005). Dalam pembangunan ekonomi, target utama adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Suatu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dikatakan negara tersebut telah mampu dan berhasil dalam menjalankan perekonomiannya. Pada perekonomian tradisional, pembangunan ekonomi hanya diukur dari pertumbuhan PDB. Melalui peningkatan pertumbuhan PDB dapat memunculkan prinsip trickle down effect, yaitukondisi demi terciptanya kemerataan, baik di bidang ekonomi maupun sosial.

Namun, pandangan baru pada saat ini tidak lagi berorientasi pada peningkatan PDB saja. Oleh sebab itu, tujuan dari pertumbuhan ekonomi harus dapat mengatasi masalah yang lebih kompleks pada saat ini, yaitu masalah kemiskinan. Dalam melihat masalah kemiskinan, keadaan kemiskinan di Malang Raya yang meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu pada tahun 2004- 2008 memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi. Dimana, unit wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi adalah Kabupaten Malang yang mencapai 17,1% tahun 2006.

(4)

Gambar 1.1: Keadaan Kemiskinan Malang Raya Tahun 2004-2008

Sumber: Data dan Informasi Kemiskinan, diolah (2015).

Permasalah lain yang dimiliki negara berkembang selain masalah kemiskinan adalah masalah pengangguran. Sebab, pengangguran dan kemiskinan merupakan suatu masalah yang berjalan beriringan. Efek buruk yang ditimbulkan oleh adanya pengangguran adalah berkurangnya pendapatan masyarakat yang nantinya dapat menurunkan tingkat kemakmuran yang dimiliki seseorang (Sukirno, 2010). Tingkat pengangguran terbuka (TPT) disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertumbuhan jumlah tenaga kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga banyak tenaga kerja yang tidak terserap kedalam lapangan pekerjaan. Tenaga kerja yang tidak dapat terserap dalam pasar kerja bisa disebabkan karena persaingan kualitas SDM yang dimiliki masing-masing individu. Di wilayah Malang Raya, permasalahan pengangguran terbuka yang tinggi, khususnya pengangguran terbuka terjadi di wilayah kota, yaitu Kota Malang dan pengangguran terbuka rendah terjadi di Kabupaten Malang. Berkaitan dengan SDM, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur upaya dan kinerja program pembangunan manusia. Pembangunan manusia adalah inti dari pembangunan sebuah negara, karena pembangunan manusia adalah kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap kemajuan-kemajuan yang ada khususnya kemajuan teknologi (Todaro, 2003).

Dalam melihat pembangunan manusia yang diukur dari besarnya IPM, wilayah Malang Raya memiliki persentase IPM yang meningkat setiap tahunnya di masing-masing kabupaten/kota. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbaikan kualitas hidup yang dimiliki masyarakat Malang Raya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka menjadi penting untuk mengetahui seberapa besar dampak dari pertumbuhan ekonomi, TPT, dan IPM dalam mempengaruhi kemiskinan di Malang Raya.

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan IPM yang baik serta TPT yang menurun diharapkan mampu menurunkan tingkat kemiskinan yang ada.

B. KAJIAN PUSTAKA Kemiskinan

Kemiskinan diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan (Kuncoro, 1997). Badan Pusat Statistik mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Pandangan kemiskinan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu ekonomi, politik, dan sosial. Secara ekonomi, kemiskinan diartikan sebagai kurangnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan. Secara politik, kemiskinan didefinisikan sebagai tingkat akses terhadap kekuasaan atau sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumber daya. Sedangkan, secara politik kemiskinan dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas (Wahyudi, 2010). Menurut Chambers, kemiskinan merupakan suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu kemiskinan (proper), ketidakberdayaan (powerless), kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), ketergantungan (dependence), dan ketersaingan (isolation) baik secara geografis maupun secara sosiologis.

0 5 10 15 20

2004 2005 2006 2007 2008

Kab. Malang Kota Malang Kota Batu

(5)

Dalam mengukur kemiskinan, menurut BPS kemiskinan dilihat dari kebutuhan dasar (basic needs) yang diukur dari pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach) yaitu kebutuhan minimum energi 2100 kilo kalori perkapita per hari. Sedangkan menurut Maipata (2014), tingkat kemiskinan diukur dari garis kemiskinan. Dimana, garis kemiskinan diperoleh dari penjumlahan antara garis kemiskinan makanan (GKM) dengan garis kemiskinan nonmakanan (GKNM). Sehingga, seseorang dikatakan miskin apabila ia hidup dibawah garis kemiskinan yang ditetapkan.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya, dimana kenaikan kapasitas tersebut ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian- penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro, 2003). Menurut Todaro (2003), terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi, antara lain akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi.

Pengangguran

Pengangguran merupakan seseorang yang sudah digolongkan kedalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, namun tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Menurut Sukirno (2002), pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan yang belum diperolehnya. Sedangkan, Badan Pusat Stataistik mengartikan pengangguran sebagai penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha atau penduduk yang mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Pengangguran dibedakan kedalam dua jenis, yaitu berdasarkan penyebabnya dan berdasarkan cirinya. Pengangguran berdasarkan penyebabnya terdiri dari pengangguran alamiah, pengangguran friksional, dan pengangguran structural. Sedangkan, pengangguran berdasarkan cirinya terdiri dari pengangguran terbuka, pengangguran tersembunyi, pegangguran musiman, dan setengah menganggur. Dalam upaya mengatasi tingkat pengangguran, maka pemerintah pusat melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merumuskan beberepa kebijakan yang meliputi (1) meningkatkan efektivitas dan kemampuan kelembagaan pemerintah dalam menegakkan hubungan industrial yang manusiawi, (2) meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan perlindungan kerja, (3) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dalam rangka mengembangkan kemampuan kerja dan berusaha, serta (4) meningkatkan perlindungan terhadap buruh migran di dalam maupun di luar negeri.

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator yang digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan untuk menilai kualitas pembangunan manusia yang dilihat dari sisi dampaknya terhadap kondisi fisik manusia (kesehatan dan kesejahteraan) dan kondisi non-fisik manusia (intelektualitas). IPM digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara yang memiliki tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu lama hidup (diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir), pendidikan (diukur dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas), dan standar hidup (diukur dengan konsumsi perkapita) dengan nilai kisaran antara 0-100. Terdapat tiga variabel kesejahteraan yang diringkas dalam indeks komposit tunggal yang meliputi umur panjang (longevity), pendidikan, dan standar hidup yang dilihat melalui Purchasing Power Parity (PPP).

C. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya yang meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu dengan kurun waktu sepuluh tahun, yaitu tahun 2004-2013. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data tingkat kemiskinan, data pertumbuhan ekonomi, data PDRB menurut harga konstan 2000, data tingkat pengangguran terbuka, serta data IPM untuk

(6)

masing-masing kabupaten/kota. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka, dan IPM Malang Raya tahun 2004-2013. Sedangkan, variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan di Malang Raya tahun 2004- 2013. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis regresi data panel dengan pendekatan fixed effect model yang menggunakan program Eviews. Sehingga, fungsi yang digunakan adalah:

Y = f(X1, X2, X3) (1)

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + Uit (2)

Dimana, Tingkat Kemiskinan (%) (Y), Pertumbuhan Ekonomi (%) (X1), Tingkat Pengangguran Terbuka (%) (X2), Indeks Pembangunan Manusia (%) (X3), Error (U), Unit cross-section (i), Unit time-series (t), konstanta (β0), dan koefisien (β1, β2, β3).

D. PEMBAHASAN Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi diakibatkan oleh adanya kapasitas produksi yang meningkat dalam menyediakan barang ekonomi yang ditentukan oleh adanya kemajuan teknologi, kelembagaan, dan ideologis (Todaro, 2003). Berdasarkan hasil regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi (X1) terhadap tingkat kemiskinan (Y), menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Malang Raya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji t, dimana hasil dari uji t untuk variabel pertumbuhan ekonomi memiliki nilai probabilitas sebesar 0,3827 dengan alpha sebesar 5%.

Tabel 1.1: Hasil Regresi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan Dependent Variable: Kemiskinan?

Method: Pooled Least Square Date: 05/18/15 Time: 16:30 Sample: 2004 2013

Included observations: 10 Cross-section included: 3

Total pooled (balanced) observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PE? -0.333756 0.375365 -0.889152 0.3827

Effect Specification Cross-section fixed (dummy variable)

R-squared

Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.926840 0.911598 1.224285 35.97300 -45.29172 60.80950 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.

Durbin-Watson stat

9.208667 4.117675 3.419448 3.699688 3.509099 0.944508 Sumber: Hasil Regresi Eviews7, diolah (2015)

Pertumbuhan ekonomi yang ada di Malang Raya tidak berpengruh signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi sektoral dalam PDRB ditopang oleh sektor-sektor yang sedikit menyerap tenaga kerja. Sedangkan, sektor-sektor yang banyak menyerap tenaga kerja seperti pertanian memiliki pertumbuhan yang lambat. Hal tersebut khususnya terjadi pada Kabupaten Malang dan Kota Batu. Sehingga, adanya peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi secara total tidak dapat menurunkan kemiskinan yang terjadi di masyarakat.

Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan

Masalah pengangguran dan kemiskinan adalah masalah yang sangat kompleks dan berkaitan sangat erat (Arsyad, 1997). Dalam melihat masalah pengangguran, Sukirno (2010) menyebutkan bahwa efek buruk dari adanya pengangguran dapat menyebabkan pendapatan menjadi turun.

Ketika pendapatan turun, maka kesejahteraan yang dimiliki seseorang jugaakan turun, dimana hal tersebut dapat membuat seseorang terjerat dalam lubang kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.

(7)

Dalam melihat pengaruh dari TPT terhadap tingkat kemiskinan yang ada di Malang Raya, hasil regresi menunjukkan bahwa TPT (X2) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan (Y) di Malang Raya. Hal tersebut terlihat dari nilai probabilitas X2 sebesar 0,9216 dengan tingkat alpha sebesar 5%.

Tabel 1.2: Hasil Regresi TPT terhadap Tingkat Kemiskinan Dependent Variable: Kemiskinan?

Method: Pooled Least Square Date: 05/18/15 Time: 16:30 Sample: 2004 2013

Included observations: 10 Cross-section included: 3

Total pooled (balanced) observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

TPT? 0.010671 0.107252 0.099491 0.9216

Effect Specification Cross-section fixed (dummy variable)

R-squared

Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.926840 0.911598 1.224285 35.97300 -45.29172 60.80950 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.

Durbin-Watson stat

9.208667 4.117675 3.419448 3.699688 3.509099 0.944508 Sumber: Hasil Regresi Eviews7, diolah (2015).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa keadaan TPT tertinggi dimiliki oleh wilayah perkotaan, yaitu Kota Malang, sedangkan TPT rendah dimiliki oleh wilayah pedesaan yaitu Kabupaten Malang. Dalam melihat keadaan TPT yang rendah dan tingkat kemiskinan yang tinggi yang dimiliki Kabupaten Malang, menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Malang yang bekerja tidak diimbangi dengan pemenuhan kesejahteraan. Penduduk yang bekerja di Kabupaten Malang terserap pada sektor pertanian. Banyaknya penduduk yang bekerja pada sektor tersebut tidak diimbangi dengan meningkatnya kesejahteraan hidup. Rendahnya pendapatan yang diterima pekerja pada sektor pertanian menyebabkan kebutuhan hidup tidak terpenuhi. Oleh sebab itu, tingkat kemiskinan di Kabupaten Malang tetap tinggi walaupun tingkat pengangguran terbuka rendah.

Berbeda dengan Kabupaten Malang, Kota Malang memiliki tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan.Tingkat pengangguran terbuka yang ada di Kota Malang memiliki tren yang fluktuatif dan tingkat kemiskinan yang perlahan menurun. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang ada di Kota Malang menunjukkan angka tertinggi dibandingkan dengan wilayah Malang Raya lainnya. Hal tersebut diakibatkan karena kualitas sumber daya manusia di Kota Malang lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang, oleh sebab itu persaingan sumber daya manusia dan inovasi menyebabkan masih banyak masyarakat Kota Malang belum terserap pada pasar kerja.

Pada Kota Batu, keadaan pengangguran terbuka yang ada menunjukkan angka yang baik dan terus-menerus turun. Hal tersebut terjadi karena masyarakat Kota Batu banyak terserap pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertanian. Dalam pengelolaan pertanian, Kota Batu tidak hanya menjual hasil pertanian yang mentah, namun juga memberikan hasil-hasil inovatif pengelolaan hasil pertanian sehingga memiliki nilai jual lebih. Sedangkan penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, Kota Batu banyak menyerap tenaga kerja yang dipekerjakan di hotel. Sebab, perkembangan wisata yang ada di Kota Batu juga meningkatkan perkembangan pula pada bidang perhotelan. Hal tersebut yang menyebabkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) terus-menerus turun.

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Tingkat Kemiskinan

Dalam melihat masalah pembangunan manusia, Todaro (2003) menyebutkan bahwa pembangunan manusia adalah inti dari pembangunan suatu negara yang memainkan peranan utama dalam membentuk negara tersebut dalam menyerap berbagai masukan, terutama

(8)

perkembangan teknologi. Oleh sebab itu, sumber daya manusia yang berkualitas adalah syarat dalam proses pembangunan ekonomi (Sjafi’i dan Hidayat, 2009). Senada dengan hal tersebut, hasil regresi IPM (X3) terhadap tingkat kemiskinan (Y) yang ada di Malang Raya menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Dimana IPM memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0001 dengan alpha sebesar 5%.

Tabel 1.3: Hasil Regresi IPM terhadap Tingkat Kemiskinan Dependent Variable: Kemiskinan?

Method: Pooled Least Square Date: 05/18/15 Time: 16:30 Sample: 2004 2013

Included observations: 10 Cross-section included: 3

Total pooled (balanced) observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

IPM? -0.903225 0.189284 -4.771800 0.0001

Effect Specification Cross-section fixed (dummy variable)

R-squared

Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.926840 0.911598 1.224285 35.97300 -45.29172 60.80950 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.

Durbin-Watson stat

9.208667 4.117675 3.419448 3.699688 3.509099 0.944508 Sumber: Hasil Regresi Eviews7, diolah (2015).

E. PENUTUP Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka terhadap kemiskinan, serta indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan di wilayah Malang Raya tahun 2004-2013. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Malang Raya adalah variabel indeks pembangunan manusia (IPM).

Sedangkan, variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan adalah variabel pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran terbuka (TPT).

2. Hasil estimasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan berlawanan antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan di Malang Raya. Namun, pengaruh dari pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan tersebut tidak signifikan. Hasil estimasi pengaruh tingkat pengangguran terbuka (TPT) terhadap tingkat kemiskinan menunjukkan terdapat hubungan searah atau positif. Namun, besarnya pengaruh dari tingkat pengangguran tersebut juga tidak signifikan dengan tingkat kemiskinan. Hasil estimasi dari pengaruh indeks pembangunan manusia (IPM) terhadap tingkat kemiskinan di Malang Raya menunjukkan bahwa terdapat hubungan berlawanan atau negatif. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa apabila terdapat kenaikan satu unit pada variabel indeks pembangunan manusia maka secara rata-rata akan menurunkan satu unit tingkat kemiskinan.

Saran

Dari hasil temuan penelitian, maka beberapa implikasi terhadap kebijakan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Oleh karena faktor pembangunan manusia secara nyata dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Malang Raya, maka pemerintah daerah setempat sudah seharusnya mengupayakan usahanya dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik di bidang pendidikan maupun pada bidang kesehatan. Sesuai dengan acuan BPS yang menyebutkan bahwa pembangunan manusia yang tinggi apabila tingkat IPM diatas 80%, maka alokasi pendapatan daerah yang ada lebih didistribusikan pada bidang pendidikan dan kesehatan. Selain itu, perlu adanya kebijakan yang menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kesehatan.

(9)

Dimana pada saat ini bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk pendidikan (BOS) dan kesehatan (BPJS) sudah berjalan dengan baik. Oleh karena tingkat IPM yang ada di Malang Raya sejak tahun 2004 sampai dengan 2013 masih dibawah 80%, maka baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat setempat bersinergi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada.

2. Selain meningkatkan kualitas pada bidang pendidikan dan kesehatan, pembangunan manusia juga dipengaruhi oleh faktor daya beli. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan faktor daya beli dibutuhkan pendapatan yang lebih tinggi pula. Dalam upaya meningkatkan pendapatan, khususnya pada unit wilayah yang memiliki sektor pertumbuhan lambat dan banyak menyerap tenaga kerja, maka sudah seharusnya diberikan keterampilan khusus lainnya dan bantuan modal agar masyarakat memiliki usaha sampingan. Dengan adanya kualitas keterampilan yang dimiliki tersebut, maka masyarakat memiliki nilai tambah pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga, tingkat daya beli masyarakat, khususnya unit wilayah Kabupaten Malang yang memiliki nilai daya beli paling rendah diantara unit wilayah lainnya dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: YKPN.

Arsyad, Lincolin. 2005. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: YKPN.

Badan Pusat Statistik. 2004. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota. Jakarta: BPS.

.2005. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota. Jakarta: BPS.

.2006. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota. Jakarta: BPS.

.2007. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota. Jakarta: BPS.

.2008. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota. Jakarta: BPS.

Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan Edisi Pertama. Yogyakarta: YKPN.

Maipata, Indra. 2014. Mengukur Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan. Yogyakarta: YKPN.

Sjafi’i, Ahmad. Hidayat, Nur Aini. 2009. Genjot Anggaran Pendidikan-Redam Kemiskinan. Media Soerjo Vol.6 No.1.

Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta:Grafindo.

Sukirno, Sadono. 2010. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Grafindo.

Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Wahyudi, Muhammad. 2010. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Angka Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.8 No.2.

Referensi

Dokumen terkait

"Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan terhadap kemiskinan dengan pengangguran sebagai variabel intervening di Provinsi Jambi 2004- 2018", e-Jurnal

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel indeks pembangunan manusia dan tingkat pengangguran terbuka memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan, sedangkan variabel