1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kemendikbudristek telah memberikan perintah kepada satuan Pendidikan agar pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan secara hybrid (campuran), yakni dengan memberikan kewenangan kepada satuan Pendidikan untuk memilih salah satu dari opsi berikut yaitu: 1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran daring dan pembelajaran luring di kelas terbatas dengan jumlah siswa maksimum sebesar 50% dari masing-masing kelas luring dan daring; 2) Melaksanakan pembelajaran daring secara penuh (Kemdikbud RI, 2022).
Pembelajaran daring tetap harus dilakukan agar dapat menurunkan peningkatan kasus baru penularan Coronavirus Disease 2019. Pemanfaatan teknologi berupa internet dan komputer yang dikemas dalam bentuk multimedia dapat digunakan dalam penyampaian dan sebagai alternatif solusi pembelajaran daring (Handarini
& Wulandari, 2020).
Fungsi multimedia dalam pembelajaran yaitu dapat menampilkan gambar atau animasi yang dapat mendorong minat belajar siswa, memberikan pengalaman visual yang dapat memperjelas siswa mempelajari materi yang mengandung submikroskopis, menaikkan kualitas belajar yang lebih baik, meminimalisir kebosanan dan kejenuhan serta meningkatkan perhatian dan daya tarik siswa terhadap materi pembelajaran (Lestari, 2012). Dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif siswa tidak hanya melihat dan mendengar, tetapi juga berinteraksi sehingga keterlibatan indera siswa mampu dimaksimalkan ketimbang
hanya menggunakan textbook (Jannah dkk., 2020). Hasil penelitian Elvadola &
Tanod (2020) menunjukkan bahwa multimedia pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menaikkan hasil belajar siswa terutama dalam kegiatan pembelajaran secara daring.
Grafik, foto, bagan, poster, diagram, kartun, komik, dan seterusnya merupakan berbagai jenis media pembelajaran visual yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran (Kompri, 2017). Dalam proses pembelajaran, komik merupakan salah satu alat familiar yang efektif untuk mendukung pembelajaran di kelas (Sagri dkk., 2018). Secara empirik, siswa lebih menyukai buku yang mengandung gambar dan warna, terutama yang divisualisasikan dalam bentuk realistis ataupun kartun (Nugraheni, 2017). Dengan demikian dapat diperoleh informasi bahwa komik merupakan salah satu media visual yang mampu meningkatkan daya tarik siswa dan memudahkan siswa dalam memahami materi ajar yang disampaikan.
Berdasarkan hasil wawancara guru kimia di MAN Tanjungpinang diperoleh informasi bahwa terjadi hambatan dan kendala selama proses pembelajaran daring berlangsung yaitu respon dan keaktifan siswa semakin menurun, terkhusus pada mata pelajaran sains. Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang siswa di kelas XI IPA 1 MAN Tanjungpinang (Lampiran 4) diperoleh informasi bahwa alasan respon dan keaktifan belajar siswa menurun dalam kegiatan pembelajaran kimia secara daring disebabkan oleh faktor-faktor berikut: (1) interaktivitas antara guru dan siswa masih kurang, karena guru kurang melayani siswa satu per satu; (2) dalam pelaksanaannya pembelajaran kimia secara daring lebih memperdalam teori
daripada praktikum (3) media pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik minat belajar siswa. Hal ini dikarenakan, metode pembelajaran yang digunakan terbatas pada metode penugasan yang belum melibatkan interaksi antara guru dan siswa serta sumber belajar yang digunakan masih minim dan terbatas yakni berupa modul dan powerpoint yang hanya berisi rumus-rumus dan teori yang memiliki tampilan sederhana, sehingga belum terdapat visualisasi yang membuat siswa tertarik dan memberikan kemudahan untuk memahami materi ajar yang disampaikan.
Milenković dkk. (2014) menyatakan bahwa pelajaran kimia dianggap sebagai pelajaran yang sulit karena siswa seringkali tidak paham terhadap dunia karakteristik kimia itu sendiri yaitu konsep multiple representation yang terdiri dari level makroskopis (merupakan fenomena yang dapat dilihat dan diamati langsung secara nyata), level submikroskopis (merupalam fenomena tingkat partikel) dan level simbolik (merupakan penggunaan simbol kimia, rumus dan diagram dalam pembelajaran kimia). Dalam mempelajari reaksi kimia, guru memberikan penjelasan hanya melalui tingkat representasi simbolik, sedangkan tingkat representasi submikroskopis dan makroskopis jarang diajarkan (Wiyarsi dkk., 2019). Pembelajaran kimia yang tidak seimbang dalam memahami ketiga level representasi akan membuat siswa mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah kimia dan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan mengaitkan konsep kimia ke dalam kondisi dan situasi nyata (Safitri dkk., 2019).
Salah satu materi yang dianggap sulit dipelajari karena perlu dihubungkan dengan multiple representasi dalam memahaminya adalah materi laju reaksi
(Wiyarsi dkk., 2019). Pernyataan tersebut dibuktikan dari hasil wawancara siswa di kelas XI IPA MAN Tanjungpinang menunjukkan bahwa mayoritas siswa menganggap materi Laju Reaksi merupakan salah satu materi yang paling sulit dipelajari dan membutuhkan animasi dalam membayangkan ilustrasi reaksi dan contoh penerapannya dalam kehidupan nyata (Lampiran 4). Berdasarkan hasil UH kelas XI IPA di MAN Tanjungpinang tahun pelajaran 2020/2021 menunjukkan bahwa rata-rata ketuntasan belajar siswa pada materi laju reaksi hanya mencapai 59
% siswa yang mencapai KKM (Lampiran 2). Hal tersebut menunjukkan siswa masih mengalami kesulitan belajar pada materi Laju Reaksi.
Materi Laju Reaksi terdiri atas beberapa sub materi pokok yaitu; 1) konsep laju reaksi; 2) faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi; 3) teori tumbukan; 4) persamaan laju reaksi; 5) orde reaksi (Sucipto, 2019). Pembelajaran pada aspek makroskopis dan sub mikroskopis dapat ditemui pada sub materi faktor-faktor laju reaksi dan teori tumbukan, sehingga pada sub materi ini perlu dibantu oleh media pembelajaran visual yang mampu menggambarkan animasi molekul pada teori tumbukan dan pemahaman terhadap penerapan faktor-faktor laju reaksi agar siswa mampu menganalisa, mengumpulkan data, observasi terhadap fenomena yang terjadi serta menarik kesimpulan sehingga dapat menanamkan konsep materi yang tidak hanya melalui metode hafalan (Herawati, 2013). Disamping itu, penyajian konsep kimia dengan stimultan multiple representasi dapat mempermudah siswa memahami fenomena kimia (Pahriah & Hendrawani, 2019).
Berdasarkan hasil wawancara oleh siswa/i kelas XI IPA 1 MAN Tanjungpinang (Lampiran 4), menunjukkan bahwa materi faktor-faktor laju reaksi
selama ini diajarkan dengan kegiatan siswa membaca modul dan powerpoint saja, hal ini cenderung membuat siswa kurang memahami materi dan cepat lupa karena pembelajaran hanya melalui metode penghafalan teori-teori dan rumus. Siswa seringkali merasa sulit dalam mengerjakan soal kimia dan lebih tertarik jika terdapat gambar atau animasi yang mampu menggambarkan konsep kimia terutama yang bersifat submikroskopis. Oleh karena itu, dibutuhkan keseimbangan pemahaman akan ketiga level multipel representasi terutama pada aspek makroskopik dan submikroskopis dengan bantuan media visual agar dapat mengilustrasikan dua tingkat multipel representasi lainnya. Sehingga diperlukan sebuah media visual yang dapat mengilustrasikan reaksi kimia dan penerapannya tidak cukup hanya melalui aktivitas membaca saja, karena bahan ajar berorientasi textbook yang didominasi teks dan rumus-rumus kimia akan membuat siswa
semakin jenuh dalam belajar dan membuat siswa tidak berminat lagi untuk membacanya (Lubis, 2018).
Melihat berbagai permasalahan yang dialami, maka dibutuhkan suatu pengembangan media komik yang dikemas dengan konsep multimedia interaktif agar menjadi stimulus dan media orientasi bagi siswa untuk mempelajari materi faktor-faktor laju reaksi. Media tersebut diharapkan mampu mengurangi kesulitan belajar siswa pada materi kimia, mampu mengilustrasikan materi kimia yang bersifat submikroskopis dan makroskopis serta mampu menarik minat baca dan keaktifan siswa selama pembelajaran daring.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut, berikut rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses pengembangan multimedia interaktif berupa komik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi?
2. Bagaimana validitas multimedia interaktif berupa komik pada materi faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi?
3. Bagaimana praktikalitas multimedia interaktif berupa komik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan yang hendak dicapai pada penelitian pengembangan ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pengembangan multimedia interaktif berupa komik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2. Untuk mengetahui validitas multimedia interaktif berupa komik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
3. Untuk mengetahui praktikalitas multimedia interaktif berupa komik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
D. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Dalam penelitian ini, produk yang dihasilkan berupa multimedia komik interaktif sebagai inovasi media pembelajaran elektronik yang interaktif dan dapat digunakan oleh guru dan siswa selama pembelajaran kimia secara daring. Adapun spesifikasi dari produk yang dihasilkan adalah:
1. Multimedia interaktif berupa komik merupakan media pembelajaran alternatif yang disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran daring di SMA/MA sederajat.
2. Multimedia interaktif berupa komik ini dibuat dengan menggunakan aplikasi Ibin Paint X versi 8.1.1, Articulate Storyline 3 dan Website2Apk Builder.
3. Multimedia interaktif berupa komik hanya dapat dijalankan pada sistem operasi Android, minimal pada Android versi 6.0 Marshmallow.
4. Multimedia interaktif berupa komik memiliki format file “.apk” yang dapat diakses dalam bentuk aplikasi, sehingga dapat digunakan secara gratis dimanapun dan kapanpun.
5. Multimedia interaktif berupa komik ini memuat penyajian yang lebih menarik dengan adanya fitur interaktif berupa button, teka-teki, lembar kerja, animasi serta alur cerita yang menarik.
6. Resolusi layar media yang digunakan adalah resolusi HD (1280 pixel x 720 pixel).
7. Materi yang yang dikembangkan dalam produk multimedia komik interaktif adalah materi faktor-faktor laju reaksi yang dimuat pada KD 3.6 Kurikulum 2013 Revisi.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan spesifikasi produk yang dihasilkan terdapat beberapa manfaat dalam penelitian ini. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Pendidik
Bagi pendidik diharapkan dapat mempermudah proses belajar mengajar secara daring melalui ketersediaan media pembelajaran elektronik. Dapat dijadikan sebagai media pembelajaran alternatif serta membantu pendidik untuk memvisualisasikan penyampaian aspek sub-mikroskopis dan makroskopis pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
2. Bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik diharapkan dapat mempermudah, membantu dan menarik motivasi belajar peserta didik serta menginterpretasikan dan mengilustrasikan aspek makroskopis dan sub-mikroskopis pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Dengan adanya fitur interaktif dalam media komik dapat melatih peserta didik agar membiasakan diri belajar secara mandiri dan memperoleh pengalaman belajar langsung dalam kehidupan sehari-hari serta mampu meningkatkan minat baca peserta didik melalui visualisasi dan alur cerita yang menarik.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat menambah kemampuan, wawasan dan pengetahuan yang berguna bagi peneliti lain agar dapat meningkatkan keilmuan yang dimiliki dalam merancang dan mengembangkan inovasi-inovasi produk yang berbeda.
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, multimedia interaktif berupa komik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dikembangkan dengan beberapa asumsi yaitu:
1. Peserta didik memiliki perangkat Mobile berbasis Android dengan sistem operasi dan spesifikasi yang sesuai.
2. Peserta didik mampu mengoperasikan perangkat Android dengan mumpuni.
Dalam penelitian pengembangan ini, multimedia interaktif berupa komik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi memiliki keterbatasan yaitu:
1. Multimedia interaktif berupa komik hanya bisa dioperasikan menggunakan Android dengan spesifikasi minimal versi 6.0 Marshmallow.
2. Dikhawatirkan bagi peserta didik tidak bisa menjalankan multimedia komik interaktif dikarenakan spesifikasi perangkat lunak yang belum sesuai.
3. Multimedia interaktif berupa komik dikembangkan berdasarkan KD 3.6 pada kelas XI SMA/sederajat Kurikulum 2013 Revisi yaitu menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan.
4. Penelitian ini tidak menguji pengaruh multimedia pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta didik, namun dengan penelitian ini peneliti berusaha merancang dan mengembangkan produk multimedia berkualitas dan berdaya guna.
G. Definisi Istilah
Untuk menghalangi kesalahan persepsi, berikut penjelasan beberapa definisi terkait penilitian pengembangan ini:
1. Multimedia interaktif adalah media yang mempunyai unsur gambar, teks, audio, animasi, grafis, video serta fitur interaktif yang menciptakan pengalaman belajar menarik bagi siswa (Putra dkk., 2019).
2. Komik adalah media penyampaian pesan atau informasi yang ditampilkan dalam bentuk verbal maupun visual yang berhubungan dengan indera penglihatan dan ditata bersebelahan dalam suatu urutan tertentu (Pratyaksa, 2019).
3. Materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah salah satu sub materi Laju Reaksi pada mata pelajaran kimia kelas XI yang mempelajari konsep laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, katalis dan suhu (Setiyana, 2020).