• Tidak ada hasil yang ditemukan

gubernur sulawesi selatan - DPMPTSP Sulsel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "gubernur sulawesi selatan - DPMPTSP Sulsel"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 42); 10. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No. 13 Tahun 2009 tentang Penanaman Modal Daerah (Berita Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 Nomor 13).

Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang selanjutnya disebut BKPMD adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal. Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang selanjutnya disebut Kepala BKPMD adalah Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Selatan yang selanjutnya disingkat RUPMP adalah dokumen perencanaan penanaman modal tingkat provinsi yang berlaku sampai dengan tahun 2025.

Memberikan kemudahan, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal untuk mendorong penanaman modal di wilayah yang belum terlayani pusat pertumbuhan. Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif investasi di Sulawesi Selatan diatur berdasarkan Peraturan Daerah No. 44 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan/atau Kemudahan kepada Masyarakat dan/atau Penanaman Modal di Sulawesi Selatan.

Memberikan fasilitas dan/atau insentif investasi serta mendukung akses pembiayaan dan infrastruktur energi dalam negeri, khususnya sumber energi baru dan terbarukan. Usulan pemberian insentif dan/atau kemudahan penanaman modal juga dapat diajukan oleh Gubernur dan/atau Bupati/Walikota melalui satuan kerja yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal.

Selatan yang berkaitan dengan kepentingan pertumbuhan ekonomi, kepentingan sosial budaya, kepentingan pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Penyelenggaraan kerja sama penanaman modal regional dan antardaerah dalam rangka dukungan investasi dan kerja sama regional dalam penyediaan air bersih dan infrastruktur pendukung investasi lainnya. Identifikasi proyek investasi di daerah yang siap ditawarkan dan dipromosikan sesuai dengan daya dukung lingkungan dan karakteristik daerah.

Mendorong kerja sama dengan kabupaten/kota untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing investasi bernilai tambah tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Prioritas peningkatan kegiatan investasi difokuskan pada percepatan pembangunan infrastruktur dan energi melalui skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), antara lain pembangunan jalan tol, transportasi, pelabuhan, pembangkit listrik serta peningkatan kualitas sumber daya manusia yang diperlukan. Pembangunan infrastruktur juga harus mencakup soft infrastruktur, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan. Melakukan perbaikan/revisi peraturan daerah tentang penanaman modal sehubungan dengan percepatan pembangunan infrastruktur dan energi.

Memberikan fasilitas dan/atau insentif penanaman modal terhadap kegiatan penanaman modal yang mendukung pelaksanaan kebijakan energi nasional oleh seluruh pelaku terkait. Strategi pencapaian percepatan pembangunan infrastruktur dan energi di Provinsi Sulawesi Selatan antara lain terdiri atas: Pembangunan jalan kolektor primer nasional yang mencakup jalan bagian selatan dan timur Sulawesi Selatan dan pengembangan jaringan jalan tol provinsi secara nasional.

Pembangunan jalur utama kereta api nasional di Sulawesi Selatan meliputi perbatasan Kabupaten Polman Sulawesi Barat, perbatasan Sulawesi Tengah dan perbatasan Sulawesi Tenggara. Pengembangan sistem pengelolaan pelabuhan dan bandar udara, serta jalur pelayaran dan jalur penerbangan nasional-internasional di Provinsi Sulawesi Selatan. Mengembangkan sistem jaringan energi dengan mengoptimalkan sumber daya pembangkit listrik di Provinsi Sulawesi Selatan dan juga sumber daya panas bumi yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi, termasuk pengembangan sistem jaringan transmisi listrik.

Pembangunan jaringan sumber daya air nasional meliputi wilayah sungai Walanae, Cendranae, dan Jeneberang, serta pengembangan rencana bendungan nasional di Kabupaten Luwu Timur, Gowa, Wajo, dan Bone. Pengembangan sistem jaringan prasarana sanitasi provinsi yang meliputi sistem pipa pembuangan limbah, instalasi pembuangan limbah, dan instalasi pengelolaan lumpur tinja dalam sistem cluster.

2021-2025) : Pengembangan industri skala besar

Pada fase ini kegiatan penanaman modal diarahkan pada pengembangan industrialisasi skala besar melalui pendekatan klaster. Pembangunan industri skala besar diwujudkan antara lain melalui: Kelompok kawasan pangan berkelanjutan khususnya padi dan jagung di setiap kabupaten: Kacang, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur (Bosowasipilu), Pangkep , Maros, Gowa dan Takalar. Alternatif kawasan budidaya komoditas perkebunan unggulan kakao, kelapa sawit, kopi Robusta, jambu mete dan jarak masing-masing di kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Barru, Pangkep, Maros , Gowa, Takalar, Jeneponto, Bulukumba, Enrekang, Tana Toraja, Toraja Utara dan Kepulauan Selayar.

Wilayah pengembangan budidaya rumput laut meliputi perairan pantai dan/atau tambak di setiap kabupaten: Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Luwu, Palopo, Luwu Utara, dan Luwu Timur. Wilayah pengembangan budidaya udang meliputi tambak di setiap kabupaten: Pinrang, Barru, Pangkep, Bone dan Wajo. Kawasan industri skala besar meliputi: kawasan industri di kawasan Metropolitan Mamminasata yang terdiri dari kawasan industri Makassar (Kota Makassar), kawasan Maros (Kabupaten Maros), kawasan industri Gowa (Kabupaten Gowa), kawasan industri.

Memetakan lokasi pengembangan klaster industri, termasuk penyediaan infrastruktur hard dan soft yang memadai, termasuk penyediaan fasilitas dan/atau insentif investasi di daerah. Memetakan potensi sumber daya dan rantai nilai distribusi untuk mendukung pengembangan klaster industri dan pembangunan ekonomi. Mengkoordinasikan penyusunan program dan tujuan lembaga penanaman modal di pusat, provinsi, kabupaten/kota dan SKPD terkait dalam mendorong industrialisasi skala besar.

Pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based

Menyiapkan kebijakan untuk mendorong kegiatan investasi yang inovatif, mendorong pengembangan penelitian dan pengembangan, produksi produk-produk berteknologi tinggi dan efisiensi penggunaan energi. Pada tahun 2025, pendapatan per kapita penduduk Provinsi Sulawesi Selatan diperkirakan mencapai Rp38,8 juta, menjadikan Sulawesi Selatan masuk dalam 8 (delapan) provinsi dengan pendapatan per kapita tertinggi di Indonesia. Peningkatan pendapatan tersebut dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas yang didukung oleh investasi yang terus berkembang.

Untuk mencapai proyeksi tersebut diperlukan investasi langsung, baik investasi yang dilakukan pemerintah dalam bentuk belanja modal dan penyertaan modal, maupun investasi yang dilakukan oleh swasta, serta investasi swasta asing melalui penanaman modal asing (PMA), penanaman modal. Investasi pemerintah diperlukan untuk menyediakan berbagai fasilitas publik baik berupa prasarana maupun sarana umum, memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan memberikan eksternalitas, merangsang dan mempercepat investasi swasta sehingga menciptakan iklim usaha yang semakin kondusif. Kebutuhan akan investasi swasta diperlukan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dan terus mendorong penciptaan lapangan kerja yang lebih luas di berbagai sektor ekonomi.

Selain itu, melalui kemitraan publik dan swasta (Public Private Partnership) juga dimungkinkan untuk bekerja sama dalam investasi publik dan swasta untuk proyek-proyek berskala besar. Untuk mencapai kondisi perekonomian Sulawesi Selatan yang diinginkan pada tahun 2025, penanaman modal tidak hanya harus ditingkatkan kuantitas dan porsinya, tetapi juga diperluas ke berbagai sektor dan meningkatkan kualitas iklim investasi. Untuk merangsang pertumbuhan ekonomi agar mencapai tingkat yang diharapkan, pemerintah mengambil peran terutama dalam bentuk investasi publik, yang diharapkan mampu mengakselerasi peran swasta yang semakin meningkat melalui penyediaan infrastruktur dan/atau investasi. atau atau fasilitas lainnya. yang mendukung pencapaian ini.

Selain itu, indikatif kebutuhan penanaman modal Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2012 hingga 2025 dirinci pada tabel berikut.

Tabel Kebutuhan Indikatif Penanaman Modal  Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel Kebutuhan Indikatif Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar

Tabel Kebutuhan Indikatif Penanaman Modal  Provinsi Sulawesi Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Gubernur Kepala Daerah peraturan I Sulawesi Selatan surat izin keputusan tanggal 19 April 1978 tentang izin kepada pimpinan FFI tahun 1978 di Ujung Pandang”..