• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUGATAN SEMENTARA

N/A
N/A
Raissa Sundari

Academic year: 2025

Membagikan "GUGATAN SEMENTARA "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Banda Aceh, 5 Oktober 2024 Nomor : 242/XII.65/PPAL/2024

Perihal : Gugatan Harta Bersama Kepada Yth.

Ketua Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh Jl. RSUD Meuraxa, Gampong Mibo, Kec. Banda Raya, Kota Banda Aceh 23238 Dengan hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Teuku Ridhatul Amal, S.H., LL.M., NIK 1234567890123456, Beralamat di Jalan Tengku Moh. Daud Beureueh No.109, Bandar Baru, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, bekerja sebagai Advokat di Kantor Hukum Po Teumeureuhom & Putroe Phang Advocates & Legal Consultants, berusia 26 tahun, beragama Islam.

2. Dr. Raissa Sundari, S.H.,M.H.,CPM., NIK 2345678901234567, Beralamat di Jalan Tengku Moh. Daud Beureueh No.109, Bandar Baru, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, bekerja sebagai Advokat di Kantor Hukum Po Teumeureuhom & Putroe Phang Advocates & Legal Consultants, berusia 28 tahun, beragama Islam.

3. Muhammad Aji Fhahriyan, S.H., L.LM., NIK 123456789012674, Beralamat di Jalan Tengku Moh. Daud Beureueh No.109, Bandar Baru, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, bekerja sebagai Advokat di Kantor Hukum Po Teumeureuhom & Putroe Phang Advocates & Legal Consultants, berusia 30 tahun, beragama Islam.

Bertindak untuk dan atas nama Hannah Fitria, berkewarganegaraan Indonesia, beralamat di Jl. Teuku Umar No. 45, Kampung Baru, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh, berumur 34 tahun, beragama Islam, bekerja sebagai dokter, berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. 025/SK-KPA/X/2024, tertanggal 02 Oktober 2024, yang selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT;

(2)

Dengan ini, Penggugat hendak mengajukan gugatan  HARTA BERSAMA terhadap:

Randy Wijaya, yang berkedudukan di Kuta Alam, Kota Banda Aceh, dengan NIK 1171022603730009, beralamat di Jl. Rama Setia No.21, Laksana, Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh, berjenis kelamin laki-laki, berusia 34 tahun, beragama Islam, dan bekerja sebagai pengusaha. Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT.

Adapun mengenai duduk persoalannya adalah sebagai berikut:

POSITA

1. Bahwa PENGGUGAT dan TERGUGAT pernah terikat dalam perkawinan yang sah sejak tanggal 21 Juni 2014, sebagaimana tercatat dalam Kutipan Akta Nikah Nomor 1018/A/VI/84 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Banda Aceh. Perkawinan tersebut diikat dengan prinsip saling mencintai dan menghormati sesuai ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita yang bertujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Bahwa pernikahan antara Penggugat dan TERGUGAT yang semula harmonis dan bahagia telah mengalami goncangan hebat yang tidak dapat dipertahankan lagi, yang mana pada sekitar bulan Maret 2023, Penggugat mendapati fakta yang sangat menyayat hati bahwa TERGUGAT telah melakukan pernikahan sirih dengan seorang wanita bernama Cut Irene yang notabene adalah sekretaris pribadi sekaligus cinta masa SMA TERGUGAT. Perbuatan TERGUGAT tersebut nyata-nyata telah melanggar ketentuan Pasal 3 ayat (1) jo. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 56 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam, dimana seorang suami yang hendak beristri lebih dari seorang wajib hukumnya untuk memperoleh izin dari Pengadilan Agama dan persetujuan dari istri pertama. Lebih lanjut, merujuk pada Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1287 K/Pdt/1995, perbuatan TERGUGAT melakukan pernikahan kedua tanpa izin Penggugat merupakan bentuk pengkhianatan terhadap perjanjian suci perkawinan yang tidak dapat dimaafkan dan telah menimbulkan luka batin yang mendalam bagi Penggugat, sehingga rumah tangga antara Penggugat dan TERGUGAT sudah tidak dapat

(3)

dipertahankan lagi sebagaimana ratio decidendi yang tertuang dalam Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan jo. Pasal 19 huruf (f) PP No. 9 Tahun 1975;

3. Bahwa ikatan perkawinan antara Penggugat dengan TERGUGAT yang semula berjalan harmonis telah mengalami kemelut rumah tangga yang berujung pada perceraian sebagaimana tertuang dalam Putusan Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh Nomor 173/Pdt.G/2023/Ms.Bna tanggal 10 Agustus 2023 yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Putusan a quo menjadi landasan yuridis formal bagi Penggugat untuk menuntut hak-haknya atas pembagian harta bersama (gono-gini) yang diperoleh selama perkawinan berlangsung.

4. Bahwa selama perkawinan tersebut, Penggugat dan TERGUGAT telah dikaruniai 2 (dua) orang anak yaitu ADITIA PUTRA WIJAYA, lahir di Banda Aceh pada tanggal 1 Januari 2017 (berusia 7 tahun) dan CANTIKA PUTRI WIJAYA, lahir di Banda Aceh pada tanggal 4 Januari 2020 (berusia 4 tahun), yang mana berdasarkan Putusan Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh Nomor 173/Pdt.G/2023/Ms.Bna a quo, hak hadhanah (hak asuh) kedua anak tersebut telah ditetapkan kepada Penggugat selaku ibu kandung, sesuai dengan ketentuan Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam dan doktrin "the best interest of the child" sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang telah diratifikasi Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990.

Penetapan hak asuh kepada Penggugat tersebut juga sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 110K/AG/2007 yang menegaskan bahwa "mengasuh, memelihara dan mendidik anak yang belum mumayyiz adalah hak dari ibunya";

5. Bahwa dalam masa perkawinan, PENGGUGAT dan TERGUGAT bersama- sama telah mengupayakan harta benda, baik yang berbentuk harta bergerak maupun tidak bergerak, yang merupakan harta bersama sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 1 huruf f Kompilasi Hukum Islam. Harta ini, meskipun terdaftar atas nama TERGUGAT, namun harta bersama ini merupakan hasil dari jerih payah bersama yang diusahakan dan dikembangkan oleh kedua belah pihak dalam ikatan perkawinan yang sah. Adapun harta bersama yang dimaksud meliputi:

(4)

A. Harta Tidak Bergerak

1) Bangunan berupa gudang yang terletak di Jl. Lam Lagang No. 12, Lam Lagang, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) Nomor 1314/Lam Lagang atas nama Randy Wijaya, yang diterbitkan pada Kamis, 9 Desember 2016, seluas 1.320 m², dengan taksiran harga atas tanah dan bangunan tersebut adalah Rp1.200.000.000.

2) Sebidang tanah dan bangunan berupa ruko yang terletak di Jl. Soekarno- Hatta No. 8, Batoh, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh, dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 2239/Batoh atas nama Randy Wijaya, yang diterbitkan pada Kamis, 4 Oktober 2018, seluas 350 m², dengan taksiran harga atas tanah dan bangunan tersebut adalah Rp700.000.000..

Adapun batas-batas tanah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Timur berbatasan dengan tanah milik Ibu Rina, b. Barat berbatasan dengan Jalan Soekarno-Hatta,

c. Selatan berbatasan dengan toko bahan bangunan Surya Abadi, d. Utara berbatasan dengan Sejahtera bengkel .

3) Sebidang tanah dan bangunan berupa ruko yang terletak di Jl. Prada No. 34, Desa Prada, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 157/Prada, yang diterbitkan pada Senin, 6 April 2020, seluas 138 m² atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga atas tanah dan bangunan tersebut adalah Rp500.000.000.. Adapun batas-batas tanah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Timur berbatasan dengan tanah milik Bapak Zulkifli, b. Barat berbatasan dengan rumah Ibu Nurhayati, c. Selatan berbatasan dengan jalan,

d. Utara berbatasan dengan taman umum.

(5)

4) Sebidang tanah dan bangunan rumah yang terletak di Jl. Rama Setia No. 21, Desa Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 157/Laksana yang diterbitkan atas nama Randy Wijaya, pada Selasa, 4 Mei 2021, seluas 200 m², dengan taksiran harga atas tanah dan bangunan tersebut adalah Rp900.000.000.. Adapun batas-batas tanah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Timur berbatasan dengan rumah Bapak Agus,

b. Barat berbatasan dengan tanah kosong milik Pemerintah Kota Banda Aceh,

c. Selatan berbatasan dengan jalan utama, d. Utara berbatasan dengan rumah Ibu Farida.

B. Harta Bergerak

1) Sebuah kendaraan roda empat merek Toyota Alphard tipe 2.5 G, berjenis minivan, berwarna hitam, dengan nomor plat BL 8284 JA, nomor mesin 2GR-FKS012345, dan nomor rangka JT123ABCD4567890. Kendaraan tersebut dibeli pada Rabu, 4 Februari 2015, atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga Rp500.000.000.

2) Sebuah kendaraan roda empat merek Mercedes Benz tipe C-Class C200, berjenis sedan, berwarna putih, dengan nomor plat BL 1113 AA, nomor mesin M2749801234567, dan nomor rangka WDB2229876543210.

Kendaraan tersebut dibeli pada Rabu, 2 Maret 2016, atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga Rp890.000.000.

3) Sebuah kendaraan roda empat merek BMW tipe 3 Series 320i, berjenis sedan, berwarna hitam, dengan nomor plat BL 306 AK, nomor mesin B58B30M0123456, dan nomor rangka WBA8F31001234567. Kendaraan tersebut dibeli pada Sabtu, 1 Juni 2019, atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga Rp430.000.000.

4) Sebuah kendaraan roda dua merek Honda Scoopy tipe eSP, berjenis skuter matik, berwarna hitam, dengan nomor plat BL 1451 A, nomor mesin TERGUGAT JF90E009876543, dan nomor rangka MH1JF9019876543.

(6)

Kendaraan tersebut dibeli pada Kamis, 1 Oktober 2020, atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga Rp20.000.000.

6. Bahwa seluruh harta bersama tersebut kini berada dalam penguasaan TERGUGAT secara sepihak tanpa persetujuan PENGGUGAT. Penguasaan ini melanggar ketentuan Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 92 Kompilasi Hukum Islam, yang menyatakan bahwa pengelolaan harta bersama harus dilakukan berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 701 K/Pdt/1997 dan No. 2691 K/Pdt/1996 juga menegaskan bahwa setiap tindakan atas harta bersama tanpa persetujuan kedua belah pihak adalah tindakan yang tidak sah dan bertentangan dengan prinsip kesetaraan dalam perkawinan.

7. Bahwa Penggugat telah menempuh berbagai upaya musyawarah untuk mencapai kesepakatan secara kekeluargaan mengenai pembagian harta bersama dengan, namun tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Merujuk pada ketentuan Pasal 88 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa "apabila terjadi perselisihan antara suami istri tentang harta bersama, maka penyelesaian perselisihan itu diajukan kepada Pengadilan Agama", maka sesuai dengan kompetensi absolut sebagaimana diatur dalam Pasal 49 huruf (a) Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan berdasarkan Pasal 128 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, Penggugat mengajukan gugatan a quo ke Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh sebagai pengadilan yang berwenang untuk memeriksa, mengadili, memutus perkara dan menyelesaikan perkara yang meliputi bidang ahwal al-syakhsiyah (hukum keluarga) ini guna memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde);

8. Bahwa Penggugat telah berupaya melakukan musyawarah secara kekeluargaan dengan TERGUGAT untuk mencapai kesepakatan mengenai pembagian harta bersama, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang diharapkan.

Berdasarkan Pasal 88 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan, "apabila terjadi perselisihan antara suami istri tentang harta bersama, maka penyelesaian perselisihan itu diajukan kepada Pengadilan Agama," maka Penggugat

(7)

mengajukan gugatan a quo ke Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh. Pemilihan Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh sebagai tempat pengajuan gugatan ini sesuai dengan ketentuan kompetensi absolut sebagaimana diatur dalam Pasal 128 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, Penggugat mengajukan gugatan a quo ke Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh sebagai pengadilan yang berwenang untuk memeriksa, mengadili, memutus perkara dan menyelesaikan perkara yang meliputi bidang ahwal al-syakhsiyah (hukum keluarga). Pemilihan Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh didasarkan pada domisili Penggugat dan TERGUGAT yang sama-sama berada di wilayah yurisdiksi Banda Aceh, sebagaimana ditunjukkan pada identitas Kartu Tanda Penduduk (KTP) masing-masing. Penggugat yang bernama Hannah Fitria (NIK: 1171022503730005), berdomisili di Jl. Teuku Umar No. 45, Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, dan TERGUGAT yang bernama Randy Wijaya (NIK: 1171022603730009), berdomisili di wilayah yang sama. Berdasarkan domisili kedua belah pihak yang sama-sama di Banda Aceh, Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh berwenang secara hukum untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara a quo guna memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).

9. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan secara expressis verbis bahwa "janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan", telah memberikan legitimasi yuridis bagi Penggugat untuk menuntut haknya atas 1/2 (seperdua) bagian dari harta bersama yang diperoleh selama perkawinan berlangsung. Hal ini sejalan dengan ratio decidendi Mahkamah Agung RI dalam Yurisprudensi Nomor 392 K/Pdt/1969 dan Nomor 424 K/Sip/1959 yang secara konsisten menegaskan bahwa dalam hal terjadi perceraian, pembagian harta bersama harus dilakukan secara setara dan proporsional antara mantan suami dan mantan istri guna mewujudkan keadilan substantif dalam hukum keluarga Indonesia;

10. Bahwa merujuk pada doktrin hukum yang dikemukakan oleh Guru Besar Hukum Islam Prof. Dr. Hazairin, S.H., dalam bukunya "Hukum Kekeluargaan Nasional" yang menyatakan bahwa "dalam konteks keadilan perkawinan, setiap pasangan memiliki hak yang setara atas harta bersama tanpa mempertimbangkan besaran kontribusi finansial masing-masing pihak", maka

(8)

sudah sepatutnya demi hukum Penggugat memperoleh bagian yang setara atas harta bersama sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi dan pengorbanan Penggugat selama membina rumah tangga bersama TERGUGAT. Berdasarkan ketentuan hukum tersebut di atas, maka Penggugat dengan ini menuntut pembagian 1/2 (seperdua) bagian dari harta bersama yang terdiri dari:

A. Harta Tidak Bergerak

1) Sebidang tanah dan bangunan berupa ruko yang terletak di Jl. Soekarno- Hatta No. 8, Batoh, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh, dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 2239/Batoh atas nama Randy Wijaya, yang diterbitkan pada Kamis, 4 Oktober 2018, seluas 350 m², dengan taksiran harga atas tanah dan bangunan tersebut adalah Rp700.000.000.

(Tujuh Ratus Juta Rupiah). Adapun batas-batas tanah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Timur berbatasan dengan tanah milik Ibu Rina, b. Barat berbatasan dengan Jalan Soekarno-Hatta,

c. Selatan berbatasan dengan toko bahan bangunan Surya Abadi, d. Utara berbatasan dengan Sejahtera bengkel .

2) Sebidang tanah dan bangunan berupa ruko yang terletak di Jl. Prada No. 34, Desa Prada, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 157/Prada, yang diterbitkan pada Senin, 6 April 2020, seluas 138 m² atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga atas tanah dan bangunan tersebut adalah Rp500.000.000.(Lima Ratus Juta Rupiah). Adapun batas-batas tanah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Timur berbatasan dengan tanah milik Bapak Zulkifli, b. Barat berbatasan dengan rumah Ibu Nurhayati, c. Selatan berbatasan dengan jalan,

d. Utara berbatasan dengan taman umum.

B. Harta Tidak Bergerak

(9)

1) Sebuah kendaraan roda empat merek Mercedes Benz tipe C-Class C200, berjenis sedan, berwarna putih, dengan nomor plat BL 1113 AA, nomor mesin M2749801234567, dan nomor rangka WDB2229876543210.

Kendaraan tersebut dibeli pada Rabu, 2 Maret 2016, atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga Rp890.000.000.(Delapan Ratus Sembilan Puluh Juta Rupiah)

2) Sebuah kendaraan roda empat merek BMW tipe 3 Series 320i, berjenis sedan, berwarna hitam, dengan nomor plat BL 306 AK, nomor mesin B58B30M0123456, dan nomor rangka WBA8F31001234567. Kendaraan tersebut dibeli pada Sabtu, 1 Juni 2019, atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga Rp430.000.000.(Empat Ratus Tiga Puluh Juta Rupiah) 11. Bahwa selama perkawinan berlangsung antara Penggugat dan TERGUGAT

telah berhasil memperoleh harta bersama (harta gono-gini) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 1 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, berupa bangunan gudang yang terletak di Jl. Lam Lagang No. 12, Lam Lagang, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) Nomor 1314/Lam Lagang tertanggal 9 Desember 2016, seluas 1.320 m² (seribu tiga ratus dua puluh meter persegi), dengan taksiran nilai sebesar Rp1.200.000.000,- (satu miliar dua ratus juta rupiah), yang meskipun tercatat atas nama TERGUGAT namun secara hukum merupakan harta bersama yang diperoleh selama perkawinan sebagaimana ditegaskan dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 803K/Sip/1970 tanggal 5 Mei 1971; Bahwa terhadap objek sengketa a quo telah disewakan kepada pihak ketiga yakni JNT (J&T Express) berdasarkan Perjanjian Sewa Nomor 078/SP- HGB/JNT/XII/2018 yang dibuat dan ditandatangani atas persetujuan bersama Penggugat dan TERGUGAT selaku suami istri yang sah. Merujuk pada ketentuan Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa "janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan", maka Penggugat memiliki hak yang sah atas 1/2 (seperdua) bagian dari objek sengketa tersebut, sebagaimana juga dipertegas dalam Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 266K/AG/2010 yang pada pokoknya menyatakan bahwa "hasil dari harta

(10)

bersama yang disewakan kepada pihak ketiga harus dibagi secara proporsional antara mantan suami dan mantan istri";

12. Bahwa bagian harta bersama yang menjadi hak PENGGUGAT akan digunakan untuk mendukung kesejahteraan anak-anak yang berada di bawah pengasuhan PENGGUGAT, sesuai dengan ketentuan Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam. Sebagai ibu kandung yang memegang hak asuh, PENGGUGAT bertanggung jawab atas kehidupan dan pendidikan anak-anak tersebut, sehingga haknya atas bagian harta bersama merupakan hal yang wajar demi kepentingan terbaik anak-anak.

13. Bahwa pengadilan memiliki kewenangan penuh untuk memutuskan pembagian harta bersama apabila tidak tercapai kesepakatan antara para pihak, sebagaimana ditegaskan dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung No.

803K/Sip/1970 yang menyatakan bahwa pengadilan memiliki otoritas untuk membagi harta bersama ketika tidak ada penyelesaian damai antara mantan pasangan suami istri.

14. Bahwa teori keadilan dalam hukum keluarga yang dikemukakan oleh Prof. Dr.

Satjipto Rahardjo, S.H. menegaskan bahwa harta bersama adalah hasil dari usaha bersama yang harus dibagi secara adil ketika terjadi perceraian. Dalam pandangan ini, pembagian harta bersama harus mempertimbangkan aspek kontribusi non-materiil dan kerja keras dari pihak yang mengurus rumah tangga, sehingga pembagian dilakukan setengah-setengah secara adil.

15. Berdasarkan fakta hukum di atas, jelaslah bahwa penguasaan sepihak oleh TERGUGAT melanggar prinsip keadilan, asas perlindungan hukum, dan aturan mengenai penguasaan bersama dalam hukum keluarga Indonesia.

Penggugat berhak memperoleh bagian yang adil atas harta bersama sebagai konsekuensi dari kontribusi selama masa perkawinan.

PETITUM

(11)

PRIMAIR:

Berdasarkan uraian tersebut, PENGGUGAT memohon kepada Pengadilan untuk:

1. Mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya.

2. Menyatakan secara hukum bahwa seluruh harta yang tercantum dalam gugatan ini, baik berupa harta tidak bergerak maupun bergerak, adalah harta bersama (gono-gini) yang diperoleh selama masa perkawinan antara PENGGUGAT dan TERGUGAT.

3. Menetapkan bahwa harta bersama yang menjadi objek sengketa dalam perkara ini, sebagaimana terurai dalam Posita, wajib dibagi dua secara seimbang antara PENGGUGAT dan TERGUGAT, masing-masing memperoleh bagian sebesar 1/2 (satu per dua) dari nilai total harta bersama yang dimaksud;

4. Menghukum TERGUGAT untuk menyerahkan bagian harta bersama yang menjadi hak PENGGUGAT secara tunai dan/atau fisik sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, yakni sebesar 1/2 (satu per dua) bagian dari setiap item harta bersama yang terurai dalam Posita, yang meliputi, namun tidak terbatas pada:

A. Harta Tidak Bergerak

1) Sebidang tanah dan bangunan berupa ruko yang terletak di Jl. Soekarno- Hatta No. 8, Batoh, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh, dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 2239/Batoh atas nama Randy Wijaya, yang diterbitkan pada Kamis, 4 Oktober 2018, seluas 350 m²(Tiga Ratus Lima Puluh Meter Persegi), dengan taksiran harga atas tanah dan bangunan tersebut adalah Rp700.000.000.(Tujuh Ratus Juta Rupiah). Adapun batas- batas tanah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Timur berbatasan dengan tanah milik Ibu Rina, b. Barat berbatasan dengan Jalan Soekarno-Hatta,

c. Selatan berbatasan dengan toko bahan bangunan Surya Abadi, d. Utara berbatasan dengan Sejahtera bengkel .

(12)

2) Sebidang tanah dan bangunan berupa ruko yang terletak di Jl. Prada No. 34, Desa Prada, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 157/Prada, yang diterbitkan pada Senin, 6 April 2020, seluas 138 m² (Seratus Tiga Puluh Delapan Meter Persegi) atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga atas tanah dan bangunan tersebut adalah Rp500.000.000.(Lima Ratus Juta Rupiah). Adapun batas-batas tanah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Timur berbatasan dengan tanah milik Bapak Zulkifli, b. Barat berbatasan dengan rumah Ibu Nurhayati, c. Selatan berbatasan dengan jalan,

d. Utara berbatasan dengan taman umum.

B. Harta Tidak Bergerak

1) Sebuah kendaraan roda empat No. Mercedes Benz tipe C-Class C200, berjenis sedan, berwarna putih, dengan nomor plat BL 1113 AA, nomor mesin M2749801234567, dan nomor rangka WDB2229876543210.

Kendaraan tersebut dibeli pada Rabu, 2 No. 2016, atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga Rp890.000.000.(Delapan Ratus Sembilan Juta Rupiah)

2) Sebuah kendaraan roda empat No. BMW tipe 3 Series 320i, berjenis sedan, berwarna hitam, dengan nomor plat BL 306 AK, nomor mesin B58B30M0123456, dan nomor rangka WBA8F31001234567. Kendaraan tersebut dibeli pada Sabtu, 1 Juni 2019, atas nama Randy Wijaya, dengan taksiran harga Rp430.000.000.(Empat Ratus Tiga Puluh Juta Rupiah)

5. Menetapkan bahwa Penggugat berhak atas hak sewa atas bangunan berupa gudang yang terletak di Jl. Lam Lagang No. 12, Lam Lagang, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, senilai Rp1.200.000.000,(Satu Milyar Dua Ratus Juta Rupiah) yang disewakan kepada pihak ketiga berdasarkan Perjanjian Sewa Nomor 078/SP-HGB/JNT/XII/2018, dengan pembagian hasil sewa tersebut

(13)

sebesar 50% (lima puluh persen) kepada PENGGUGAT dan 50% (lima puluh persen) kepada TERGUGAT.

6. Menetapkan secara hukum bahwa harta bersama yang berada dalam penguasaan TERGUGAT harus diamankan dan tidak boleh dialihkan kepada pihak ketiga atau pihak lainnya, serta melarang TERGUGAT untuk mengubah status kepemilikan atau penguasaan terhadap harta bersama sampai dengan adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

7. Memerintahkan TERGUGAT untuk menyerahkan seluruh bagian dari harta bersama yang menjadi hak Penggugat, yaitu sebesar ½ (seperdua) bagian dari keseluruhan harta bersama tersebut, baik fisik maupun dokumen kepemilikan, secara sah dan berharga.

8. Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk menyerahkan penguasaan harta bersama yang saat ini berada dalam penguasaannya kepada PENGGUGAT, untuk mendapatkan bagian setengah dari harta bersama sebagaimana mestinya.

9. Menghukum TERGUGAT untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini.

(14)

SUBSIDAIR

Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (Ex aequo et bono).

Demikian gugatan ini kami sampaikan, atas perhatian dan pertimbangan yang baik kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

Kuasa Hukum Penggugat

Teuku Ridhatul Amal, S.HI., M.A Muhammad Aji Fhahriyan, S.H.,L. LM.

Dr. Raissa Sundari, S.H.,M.H.

Referensi

Dokumen terkait

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 99 menyatakan anak sah adalah: anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah dan hasil pembuahan suami istri

Mahkamah Agung tersebut bertentangan dengan Pasal 149 huruf b Kompilasi Hukum Islam, karena dalam pasal tersebut suami tidak diwajibkan memberi nafkah jika

Ketentuan yang termuat dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menjelaskan bahwa seorang suami memiliki kewajiban untuk memberikan nafkah kepada istri

Pada Pasal 86 ayat (2) menyatakan bahwa harta istri tetap menjadi hak istri dan dikuasi penuh olehnya, demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasi penuh

Juncto Pasal 75 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa, ”Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah

Menurut Kompilasi Hukum Islam, pasal 35 (1): Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama (2): Harta bawaan dari masing-masing suami isteri

Pasal ini sesuai dengan ketentuan mengenai tidak adanya percampuran harta kekayaan pribadi suami istri baik sebelum maupun sesudah perkawinan menurut hukum Islam, sebagaimana yang

Sesuai dengan ketentuan Pasal 116 ayat f Kompilasi Hukum Islam KHI, Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun