Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya, Vol. 5 (2), 2023, (Juli-Desember)
ISSN Print : 2714-7762 ISSN Online : 2716-3539
Tersedia online di: https://ejournal.uinmybatusangkar.ac.id/ojs/index.php/istinarah/index
Hadis dan Media Sosial sebagai Alat Da’wah di Instagram:
Study Ilmu Hadis
Siddik Firmansyah1, Marisa Rizki2
1. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia
2. Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Indonesia [email protected]
Abstract
Social media that requires a network makes a new life for its users in the current millennial era. The purpose of this study is to see the study of hadith in social media used as a tool of da'wah in Islam, the research methodology uses descriptive analysis. The study of hadith in Instagram as a social media is used as a connector for Islamic da'wah. The results in this study are divided into three categories. First, the delivery of the hadith only includes a translation without showing the original editorial which is claimed to be from the prophet, after examining the accounts of Islamic studies, there are actually many hadiths that are not in accordance with the history and make false hadiths. Second, conveying the hadith by including the source of the hadith but leading to other sources so that the true meaning of the hadith as da'wah is used for worldly purposes. Third, conveying hadith in social media purely because of Allah and setting the hadith of the prophet in its place so that the truth of da'wah is conveyed to people who see it in the media. Therefore in taking news in the media must be careful to see the truth.
Keywords: Hadith, Social Media, Islamic Da'wah, Instagram Abstrak
Media sosial yang membutuhkan jaringan menjadikan suatu kehidupan baru bagi penggunanya di dalam era milenial saat ini. Tujuan dalam penelitian ini untuk melihat kajian hadis dalam media sosial dipergunakan sebagai alat da’wah dalam Islam, metodologi penelitian menggunakan analisis deskriptif.
Kajian hadis dalam Instagram sebagai media social digunakan sebagai penyambung da’wah Islam. Hasil dalam penelitian ini terbagi kepada tiga kategori. Pertama, penyampaian hadis hanya menyantumkan terjemah tanpa menampilkan redaksi asli diklaim itu berasal dari nabi, setelah diteliti akun yang kajian keislaman justru banyak terdapat hadis yang tidak sesuai pada keriwayatan dan membuat hadis palsu.
Kedua, menyampaikan hadis dengan menyantumkan sumber hadis namun mengarah pada sumber lain sehingga makna hadis yang sebenarnya sebagai da’wah digunakan pada keperluan duniawi. Ketiga, menyampaikan hadis dalam media sosial murni karena Allah dan menetapkan hadis nabi pada tempatnya sehingga kebenaran da’wah tersampaikan kepada orang yang melihat dalam media. Maka dari itu dalam mengambil berita di media harus teliti untuk melihat kebenarannya.
Kata Kunci: Hadis, Media Sosial, Da’wah Islam, Instagram
PENDAHULUAN
Kehidupan zaman milenial saat ini masyarakat sangat bergantung terhadap media sosial untuk memperoleh akses informasi dengan cepat. Melihat perkembangan zaman semakin modren tentu pengaplikasian berbentuk digital pun semakin berkembang sehingga mudah untuk di akses praktis dan mudah di bawa, selain itu media sosial saat ini juga menjadi alat da’wah umat beragama termasuk agama Islam bersumberkan al-Qur’an dan hadis, penyebaran da’wah Islam akan cepat tersampaikan kepada pelosok masyarakat walaupun jarak yang jauh.
Pembuatan alat elekronik yang berisi aplikasi atau web sebagai media sosial saat ini memberikan manfaat yang sangat besar kepada seluruh masyarakat di dunia. Hal ini yang menyebabkan penyampaian ilmu agama sangat penting melalui media sosial.
Dengan adanya digitalisasi dan aplikasi yang semakin maju banyak masyarakat memanfaatkan sebagai kebutuhan individu dan berkelompok menjadikan alat bantu bermacam-macam, bisa menjadi alat bantu bisnis ekonomi, politik, dan juga syiar agama.
Namun bila melihat dari syi’ar agama banyak masyarakat agama dijadikan sebuah alat bantu untuk melancarkan suatu kebutuhan tertentu yang meyakinkan para pembaca melalui media sosial. Mayoritas agama Islam di Indonesia misalnya, mereka akan membuat kejadian dengan mencantumkan al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman untuk meyakinkan terhadap masyarakat muslim agar tidak ragu dalam suatu permasalahan dan menjadikan alat da’wah kepada masyarakat dengan melalui media sosial. Media sosial merupakan sarana untuk lebih mudah berpartisipasi, berbagi, dan membuat isi meliputi blog, jejaring sosial, forum dan dunia virtual lain-nya (Maarif, 2021).
Kajian ini adalah melihat media sosial menjadikan alat da’wah agama Islam sebagai motivasi hidup umat Islam, melihat perkembangan alat informasi sampai pada pembuatan khusus menjadi aplikasi tentu ini menjadi modal da’wah Islam menyesuaikan perkembangan zaman di era modren ini. Namun kajian ini lebih memfokuskan hadis sebagai sumber da’wah dan menghubungkan ke media sosial dalam instagram. Nabi saw sebagai panutan umat milenial ini tidak hanya melihat segi agama namun juga menjadi contoh tauladan bagaimana bersosial menyesuaikan tempat dilihat dari lingkungan hidup di sekitar.
Kajian terdahulu terhadap hadis di media sosial telah dilakukan oleh para peneliti. Miski dalam penelitiannya tentang kajian hadis di media hanya fokus melihat hadis meme terhadap celana cingkrang yang hasilnya pertama peneguhan identitas keagamaan cendrung memahami teks hadis, kedua merupakan bentuk retaliasi berbagai bentuk memahami hadis tentang isbal tidak hanya memahami secara teks namun juga konteksnya (Miski, 2017, hlm. 291). Sedangkan penelitian Khairulnazrin dkk kajiannya mencari aplikasi digital berdasarkan teknologi tentang hadis ditemukan enam aspek sebagai bahan rujukan di dalam digital (Nasir dkk., 2021, hlm. 771). Begitu juga dengan Abdurrahman dalam penelitiannya cendrung untuk melakukan da’wah di media dengan melihat situasi dan kondisi yang dialami seseorang dalam pandangan hadis tentang media da’wah (Abdurrahman, 2020, hlm. 1). Dari penelitian terdahulu hanya fakus kepada hadis dalam media dan juga pandangannya, maka hal ini perlu dilakukan melihat da’wah dalam media semakin luas apakah pada setiap media da’wah sesuai dalam tujuan agama Islam atau hanya sebagai hiasan tanpa kita tahu isi dalam media da’wah yang mengatasnamakan agama. Dari permasalahan ini perlu penyaringan terhadap da’wah dalam media semata karena Allah atau keluar dari jalur sebenarnya.
Mediasi meme dalam media melalui teks hadis perlu melakukan mediatisasi untuk meyakinkan makna teks sesuai dengan kebenaran untuk memberikan pemahaman teks hadis yang ada di media social (Nawas dkk., 2022, hlm. 267). Untuk mengilangkan paradikma internal dan eksternal serta dinamika yang muncul secara budaya sosial, politik, dan agama dalam mewujudkan ruang historial makna teks beserta sanad dan matan sesuai lingkup yang benar selain itu diiringi pada kultur budaya saat ini tanpa merusak keislaman itu sendiri (Qudsy & Muzakky, 2021, hlm. 04). Dengan cara ini identitas meme dalam media melakukan mediatisasi terhadap hadis akan menjadi konkrit kebenarannya sebelum mengambil dan menjadikan dasar tasabbuh ilmu.
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini menggunakan kajian pustaka(Zed, 2004, hlm. 26) dengan menggunakan dua sumber, sumber primer yaitu hadis dalam kutub as-sittah dan
skunder berasal dari buku, jurnal, media, koran, dan lainnya yang masih berkaitan terhadap objek penelitian dengan pengumpulan data berbentuk dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan menyertakan sumber dokumen resmi dan menyaring data mana yang masuk dalam objek (Ulya, 2010, hlm. 29) yang kemudian menganalisa dalam bentuk analisis deskriptif (Cholid Nobuko dan Abu Achmadi, 2001, hlm. 44) untuk melihat hasil kajian yang dilakukan oleh penulis terhadap objek penelitian yang nantinya akan memberikan hasil kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Media Sosial dan Keberagaman Manfaatnya
Keberadaan media sosial menjadikan alat transformasi dari bersosial secara luring kepada daring, tanpa disadari muslim milenial bahwa Nabi Muhammad saw terus merangkul umatnya berjalan sesuai dengan arahan al-Qur’an dan Hadis. Dengan berpegang teguh kepada keduanya membangun umat yang saleh dan salehah secara individual maupun bersosial (Althaf Husein Muzakky & , Fahruddin, 2020, hlm. 12).
Media sosial merupakan dua gabungan kata yang menjadi satu aplikasi sebagai bentuk bersosialisasi sekaligus menjadi media informasi yang terbatas dan tanpa batas, antaranya facebook, whatsapp, line, Instagram, tuwitter, tik-tok, google, dan lain-lain. Selain dari itu media sosial ada juga dalam situs pribadi seperti blog, media mainstrem lain yang membuat jejaring sosial kompasiana, jpnn, tribun news, dan sebagainya (Aflaha, 2017, hlm. 254).
Di masa kehidupan Nabi saw bersosial hanya dilakukan di wilayah tertentu bermukim dan mendapatkan informasi (berita) membutuhkan waktu yang panjang, berbeda hal dengan saat ini bahwa bersosial tidak hanya di lingkungan tempat tinggal tetapi bisa dilakukan di media (Jalil, 2021, hlm. xv). Media yang tanpa ada batasan membuat masyarakat mudah dalam mengakses informasi dan menyebarkan sangat cepat di media membuat kita sebagai orang bermedia sosial harus bijak mengambil berita dan menyaringnya, tanpa kehadiran fisik interaksi sosial bisa dari tempat yang berjauhan (Pranoto, 2018, hlm. 31).
Media menjadikan bentuk beberapa bagian diantaranya media da’wah, komunikasi massa, media sosial, dan kesetaraan gender (Burhanudin dkk., 2019, hlm.
239–241). Media diambil dari bahasa latin disebut medius secara epistemologi artinya perantara. Dalam bahasa inggris media bentuk jamak dari medium yang berarti antara, rata-rata, dari pemaparan di atas menurut ahli komunikasi dipahami media adalah sebagai alat yang menghubungkan pesan disampaikan oleh pembicara kepada penerima, dalam bahasa arab bisa disebut sebagai wasilah yang artinya perantara (Burhanudin dkk., 2019, hlm. 239). Sedangkan sosial adalah aksi interaksi yang dilakukan oleh seseorang yang hendak memberikan kontribusinya di masyarakat sekitar, jika digabungkan media sosial ialah sarana interaksi sosial yang basisnya di ranah jaringan terhubung dengan internet yang mampu menyimpan teks, gambar, dan video (Burhanudin dkk., 2019, hlm. 240). Michal Cross menyimpulkan media sosial adalah suatu term mendiskripsikan beragam teknologi untuk mengikat orang-orang dalam kolaborasi, saling tukar informasi, berinteraksi melalui pesan berlandaskan web sebab perubahan internet terus berkembang begitu juga dengan macam teknologi dan fitur tidak luput dari perubahan (Aflaha, 2017, hlm. 254).
Dampak kehadiran internet memberikan akses di masyarakat mudah mendapatkan informasi yang diinginkan, dengan teknologi informasi bisa dirasakan
dengan kita aktif dalam dunia media social (Fahmi dkk., 2021, hlm. 217). Sejak ditemukan di era modren teknologi informasi yang berbasiskan jaringan internet menjadi perubahan yang signifikan, media massa dahulu menggunakan surat kabar, radio, televisi adalah satu-satunya sumber informasi di masyarakat, saat ini internet menjadi suatu media baru yang menawarkan keberagaman tanpa adanya pembatasan (Sadly, 2018, hlm. 47). Keberagaman dan kebebasan tanpa batas tentu banyak digunakan tidak hanya pemerintah namun juga dikalangan akademisi, mahasiswa, penda’wah, dan masyarakat.
Agama sebagai Spiritualitas Da’wah dalam Media
Era media baru, Indonesia sebagai mayoritas beragama Islam spiritualitas agama perlu dibangun sebagai kebutuhan dasar memanfaatkan media sosial sebagai alat da’wah menghidupkan al-Qur’an dan Hadis (Althaf Husein Muzakky & , Fahruddin, 2020, hlm. 8), mengingat ambruknya akidah sebab ideologi-ideologi sekuler yang semakin kuat. Hal ini untuk menguatkan kembali identitas keislaman memberikan informasi pengetahuan agama, semakin dalam akidah maka semakin religius seseorang untuk lebih memilih membaca tulisan Islam dan semakin mengeksiskan identitas sebagai seorang muslim.(Rubawati, 2018, hlm. 130) Indonesia adalah termasuk bagian peminat media sosial terbanyak di dunia maka dari itu perlu untuk membangun media da’wah. Menurut Stuart Hall konteks media sosial di era sekarang tidak hanya masuk dalam ranah sosial dan budaya namun masuk juga dalam wilayah agama sehingga media menjadi peradaban agama baru (Muhtador, 2018, hlm. 324).
Berdasarkan data di atas media sosial yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia pada bulan Januari 2021 dengan pengguna umur 16-64 tahun, You Tube paling banyak digunakan mencapai 93,8%, Whatsapp 87,7%, Instagram 86,6%, Facebook 85,5 %, Twitter 63,6%, Facebook Messengger 52,4%, Line 44,3%, Linkedin 39,4%, Tiktok 38,7%, Pinterest 35,6%, Telegram 28,5%, Wechat 26,2%, Snapchat 25,4%, Skype 24,3%, Tumblr 18,4%, Reddit 17,1%.
Peminat Indonesia adalah salah satu negara mengakses you tube terbesar di Asia pasifik, tahun 2015 meningkat 130%, sebab meningkatnya pengguna smartphone di Indonesia dari pada tahun sebelumnya. Kepopularitasan You tube dipengaruhi kebiasaan masyarakat yang bergeser, menurunnya peminat seseorang menghabiskan waktu untuk membaca lebih tertarik melihat, mendengar, dan memperaktekkan apa yang dilihat. Dengan berbagai channel menarik dan berkualitas menjadikan you tube bagi para konten creator sebagai lahan baru, dengan kemasan audio visual yang lebih menarik mengalahkan situs lain sebagai acuan reverensi (Malang, 2017). Perubahan sosial kehidupan manusian yang hidup dalam dua dunia yaitu dunia nyata dan dunia media (maya), sebagai zaman yang mana media tidak hanya sekedar perantara sebagai komunikasi dan informasi tetapi juga mencampuri dalam nilai agama, membangun identitas diri, dan menyediakan ruang (Saifudin, 2018). Agama timbul menjadi penengah di dalam media sosial untuk menyikapi sebagai problem dalam bersikap dan da’wah hanya dengan lisan tanpa bantuan media tidak memadai apabila aktifitas da’wah berhadapan terhadap masalah tantangan sosial di era media saat ini aktivis da’wah harus lebih konvergensif sehingga da’wah menjadi mudah karena media menjadi sumber informasi (Norazman dkk., 2019, hlm. 21).
Da’wah Hadis Dalam Instagram
Hadis sebagai da’wah di Instagram terbagi kepada tiga pembagian terhadap otoritas dalam menyebarkan agama Islam yang bersumber dari hadis nabi untuk melihat otentik-nya da’wah di dalam akun mengatasnamakan membawa berita Islam.
Pertama, dalam akun Instagram @katakataislamiiii isi dari akun ini banyak menyampaikan da’wah Islam yang tidak hanya mencantumkan ayat al-Qur’an atau hadis, namun juga mengambil keilmuan para tokoh untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan. Pengikut dalam akun ini sudah dibilang sangat banyak mencapai 17,2RB dengan 451 postingan, tujuan didirikan akun Instagram ini untuk sebagai mengingatkan para pembaca dan pemilik akun tersebut memperbaiki diri menjadi lebih baik. Hal ini tertulis dibawah logo akun yang bertuliskan “sebagai pengingat diri”. Konsep yang disajikan topik-topik perkataan para sahabat ayat al-Qur’an dan hadis tetapi cendrung banyak mensajikan kutipan para tokoh namun masih ada yang tidak mencantumkan sumber tokoh tersebut hanya mengambil dari media lain dan menyebutkannya dalam gambar.
Ditinjau dari menyajikan hadis untuk dijadikan konten dalam beranda medianya tidak terlalu banyak. Sebagian besar yang disajikan content creator pesan da’wahnya dengan mencantumkan gambar dibingkai dengan indah dan tetap mencantumkan teks yang padat mengambil dari al-Qur’an, sahabat nabi, dan tokoh.
Kata-kata Islam Kajian Islam
Hadis Pedia
Adapun kajian terhadap hadis dalam akun @katakataislamiii ditemukan beberapa yang dicantumkan, diantaranya sebagai berikut:
Dari 3 gambar diatas dengan tema yang berbeda dua hadis mengambil dari riwayah Muslim satu hadis riwayat al-Bukhari, dilihat dari postingan pihak akun bahwa setandar pengambilan hadis mengambil hadis shahih tetapi hanya menampilkan terjemah hadis tanpa mencantumkan nomer dan redaksi hadisnya. Setelah ditelusuri hadis tentang berbuka puasa pada gambar diatas bahwa hadis ini tidak diriwayatkan Muslim tetapi diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Musnad Ahmad. Kedudukan
hadis tersebut tetap shahih, menurut Syu’aib al-Arna’un isnad qowi dari Abu Hurairah (Ahmad bin Hanbal asy-Syaibani, t.t., hlm. No. 9061). Pada gambar tentang hilangnya ilmu dari muka bumi ini dengan dicabutnya para ulama sebagaimana diatas, hadis ini dari sahabat nabi Amru bin al-Ash menurut ijma’ para ulama adalah sahih.(al-Bukhari, t.t., hlm. No. 98) Gambar yang ketiga tentang “bersemangat dalam segala yang bermanfaat dan jangan jadikan menjadi orang lemah, minta segala sesuatu kepada Allah” di dalam terjemahan di atas bahwa hadis tersebut bukan riwayat Muslim tetapi dari Ibnu Majah kitab Iman bab takdir yang setatus hadis tersebur hasan shahih menurut Muhammad Nashiruddin al-Bani dari Abu Hurairah dan terjemahnya “Mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai Allah dari mukmin yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Antusiaslah terhadap segala sesuatu yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan pada Allah dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah maka janganlah engkau ucapkan; seandainya dulu aku melakukan ini dan ini. Akan tetapi katakanlah; sudah menjadi ketentuan Allah, ia melakukan sesuatu yang dikehendakinya. Karena ucapan seandainya membuka pintu setan” (Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah al-Quzwaini, t.t., hlm. No. 76).
Kedua, pembuatan dalam akun @kajianislam bertujuan untuk kembali menghidupkan sunnah nabi agar kembali hidup dan selalu mengingatkan pentingnya membaca al-Qur’an yang terlihat di bawah logo akun “Menebar Kajian Sunah”.
Pengikut akun ini sudah mencapai 2,7 juta dengan postingan mencapai 14,8 ribu, untuk menarik pembaca agar konten menjadi menarik sehingga konsumen banyak yang menyukai postingan dilihat dari gambar, manfaat kajian terhadap konten, sesuainya dengan masa sekarang, dan mencantumkan pengambilan melalui buku/kitab. Kalau ditelusuri postingan tidak hanya kajian hadis dan al-Qur’an tetapi juga mengambil kutipan dari para ulama terdahulu dan ceramah ustadz kondang. Berikut salah satu postingan terbarunya yang di posting pada 29 oktober 2021.
Gambar 0.1
Gambar 0.2
Pada postingan gambar 0.1 terlihat mengambil kutipan yang disampaikan ustadz Amrullah Akadhinta S.T untuk selalu belajar ilmu dalam keadaan apapun berlandaskan hadis yang dicantumkan di atas, namun hadis tersebut hanya berbentuk makna hadis tanpa adanya redaksi asli. Hadis tersebut ditemukan dalam musnad Ahmad yang statusnya isnad shahih menurut Syu’aib al-Arna’uth(Ahmad bin Hanbal asy- Syaibani, t.t., hlm. No. 7965) dan Tarmidzi yang disebutkan oleh Abu Isa bahwa hadis tersebut adalah hadis hasan (Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi, t.t., hlm. No. 2570). Gambar 0.2 mengambil dari tokoh ulama bernama Ibnu Majisyun ia menyampaikan “aku pernah mendengar malik berkata barangsiapa mengadakan di dalam islam suatu bid’ah yang dia anggap baik maka sesungguhnya dia telah menuduh Muhammad Saw mengkhianati risalah” dengan menambah firman Allah tanpa menyebut ayat dan surah, kemudian menunjukkan nama kitab al-I’tisham (1/64-65) namun tanpa disadari dalam judul besarnya “tidak ada bid’ah hasanah” ini menjadi perdebatan oleh viewer yang membaca tanpa adanya batas dalam bid’ah sehingga banyak mengklem tidak suka dan dapat memecahkan umat.
Dalam postingan lain tentang manfaat dan pentingnya berpuasa sunnah sebagai berikut.
Melihat gambar 1-2 mengingatkan pentingnya puasa sunnah setiap bulan di pertengahan 3 hari 13-14-15 tahun Hijriyah atau disebut juga dengan ayyamul bidh manfaaatnya mendapat sepuluh kali pahala yang nilainya seperti puasa setahun penuh.(Kristina, 2021, hlm. 1) Sedangkan puasa senin-kamis itu dianjurkan oleh rasulullah karena kedua hari itu tempat di mana amal manusia dilaporkan kepada Allah melalui malaikat dan nabi perpuasa dihari laporan amal sebab suka, terkhusus di hari senin untuk memperingati hari lahirnya nabi (iNews.id, 2021, hlm. 1), akan tetapi pada gambar 3-4 mempromosikan kurma dan air zam-zam untuk mengikuti sunnah nabi dalam sahur dan berbuka. Dalam postingan ini menunjukkan tidak hanya menyampaikan menghidupkan hadis nabi namun juga untuk kebutuhan ekonomi. Hal ini menjadi jauh dari konsep kajianislam sebagai pokok menghidupkan sunnah yang semata-mata karna allah karena implikasi postingan tidak hanya menyampaikan hadis tetapi juga digunakan sebagai ladang bisnis.
Ketiga, akun Instagram @hadispedia merupakan akun media da’wah yang memuat konten hadis untuk disajikan yang memfokuskan terhadap ulumul hadis, seperti sanad hadis, rijal al-hadis, ma’ani al-hadis, sejarah, hingga kajian kitab-kitab hadis klasik.
Hal ini dibuktikan dengan penjelasan dibawah logo akun “AyoNgajiHadis Ensliklopedia Hadis dan Perbincangannya” Selain dari kajian ulumul hadis akun ini juga masuk dalam fenomena-fenomena yang terjadi saat ini sebagai landasan konten menyinggung realitas hadis yang tidak diterima akal dalam sosial masyarakat sampai kepada perkembangan teknologi masa kini.(Pangestu, 2021, hlm. 72) Kajian hadis di akun @hadispedia menonjolkan hadis yang secara persuasif dengan kontennya
menjadikan ketertarikan terhadap konsumen media sosial. Hal ini nampak unggahannya pada 2 Agustus 2021. Postingan ini mengkaji makna hadis dalam studi sanad, faktor pengikat konsumen terletak pada teks yang padat tetapi jelas dibarengi dengan logo akun, berikut unggahannya pada akun @hadispedia.
Tekstual hadis terdapat pada gambar bahwa bertujuan untuk memakmurkan masjid dapat menghilangkan wabah penyakit, hadis ini sering dihubungkan terhadap pencegahan pandemi yang saat ini melanda seluruh dunia. Rantai sanad yang terdapat pada hadis tersebut ditelusi terdapat kelemahan (Teungku Muhammad Hasbi ash- Shiddieqy, 2013, hlm. 184), para ulama hadis menyimpulkan bahwa hadis ini dhaif dan mungkar karena adanya kecacatan rawi di dalam hadis ini yang bernama Zafir bin Abi Sulaiman, Ibn Adi yang menghimpun hadis ini di dalam kitabnya al-Kamil fi-Adhuafa’
hadis-hadis yang di riwayatkannya sering terbalik-balik dari segi sanad maupun matan
dan secara umum hadis yang diriwayatkannya tidak memiliki tabi’ dan hadisnya menyertai kedhaifannya. Ini juga diperkuat pendapat Ibnu Hajar di dalam taqribnya, kebenaran Zafir banyak sekali didapat kekeliruan dalam hadisnya sehingga di sebut dengan Mathalibu al-Aliyah yang artinya dhaif. Hal ini juga diperkuat oleh Syeikh Muhammad Nasiruddin al-Bani ulama kontemporer di abad-20 bahwa hadis ini dhaif (developer, 2020, hlm. 1).
Jika ditemukan hadis seperti ini maka akan terungkap kepada dua ungkapan;
Pertama hadis ini bisa terangkat derajatnya menjadi hadis hasan lighairihi disebabkan ditemukan jalur riwayat yang lain, kedua jika hadis ini tafarrud hanya bersumber dari satu riwayat saja tidak di temukan adanya riwayat lain maka jatuh menjadi hadis munkar (Mahmud Ath-Thahhan, 2017, hlm. 62). Dalam catatan Ibn Adi, Zafir bin Abi Sulaiman sering meriwayatkan hadis yang gharib yaitu hadis yang meriwayatkan sendiri dan seringnya mengubah sanad, Berdasarkan sanad hadis yang dipaparkan menunjukkan hadis ini masuk ungakapan poin yang kedua menjadi hadis munkar.
Banyaknya kesalahan rawi hadis yang tidak menempatkan syarat rawi oleh banyaknya ulama hadis, maka hadis menjadi dhaif, hadis dhaif tidak bisa dijadikan hujjah untuk dijadikan dalil terhadap keadaan fenomena yang terjadi (KH.Nawawi, 2021, hlm. 54).
Bila hadis ini menjadi hadis hasan lighairihi secara kontekstual dihubungkan dengan keadaan sosial dapat menghilangkan wabah penyakit dengan memakmurkan masjid, hadis ini bukan menjelaskan menghilangkan wabah penyakit dhair yang terjadi pandemic covid-19 ini, namun menghilangkan penyakit batin, dalam arti dengan seseorang memakmurkan masjid selalu shalat tepat waktu dan mendapat pahala shalat berjama’ah akan memperkuat akidah dan semakin dekat kepada tuhan sehingga dapat menyembuhkan penyakit batiniah (hati), mempererat hubungan mahluk kepada tuhannya selalu didekatkan dalam ruang agama dan dijauhkan dari keburukan sehingga hatinya yang awalnya kotor tidak mau dekat kepada tuhan, dengan beribadah mendekatkan diri pada Allah beriringnya waktu hatinya menjadi bersih. Hadis ini menunjukkan bahwa seseorang yang jauh kepada Allah akan jauh pula kebaikan dalam dirinya sehingga akidah yang ia yakini terhapah agama goyah sebab hatinya yang selalu kotor, selalu mengerjakan apa yang dilarang Allah (A. Hasanuddin, 2020, hlm. 1).
Di tengah wabah pandemi seseorang tidak leluasa melakukan interaksi sosial, budaya, dan agama.(Bakhtiar, 2021, hlm. 11) Keutamaan hadis tentang pentingnya amal ibadah harus disampingkan demi keselamatan bersama selama hal itu tidak merusak norma-norma agama seperti tidak bepergian, beribadah tetap di rumah, ini menjadi langkah awal untuk meredam pandemi. Masa nabi saw ketika terjadi wabah nabi juga menganjurkan untuk tetap di rumah tidak bepergian, sabar, dan mencari obat terhadap wabah (Maisyaroh, 2020, hlm. 10).
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Perkembangan zaman di era milenial dengan adanya media sosial yang menghubungkan jejaringan internet menyebabkan kita dituntut hidup dalam dua dunia yang berbeda, dunia nyata dan maya. Di saat ini media bukan hanya ruang lingkup sosial dan budaya namun juga masuk dalam ruang agama. Penyebaran da’wah dari konten di media sosial secara diskursus menarik kembali pengguna sosial media untuk belajar ilmu agama sebagai landasan hidup di dunia dengan memperdalam al-Qur’an dan hadis, tujuan dalam membuat konten di media sosial yang berbasiskan agama
untuk mengingatkan umat beragama untuk senantiasa berbuat sesuai arahan al-Qur’an dan hadis dan memperkuat akidah Islam. Hal ini amal selalu dihubungkan dengan dalil maka perlu dalil termasuk hadis dibutuhkan penjelasan yang rinci agar masyarakat tidak salah memahami dalil hadis sesuai dengan fenomena yang terjadi.
Tetapi walaupun demikian kita sebagai audien dalam konten yang dibuat oleh author berkaitan dengan al-Qur’an dan Hadis harus benar cermat dan memperhatikan dengan merujuk pada sumber dasarnya apakah konten tersebut benar dari sumbernya atau hanya kalimat yang kemudian diklem dari sumber sebenarnya. Hal ini juga perlu untuk kita waspada dan tetap berhati-hati dalam menggunakan dan mengambil pendapat yang tercantuk dalam media sosial apakah semata-mata murni da’wah Islam atau memiliki tujuan lain lebih parah lagi jika tujuan itu dapat memecah belah umat beragama termasuk sesame agama Islam sendiri.
REFERENSI
A. Hasanuddin. (2020, Maret 18). MARI MAKMURKAN MASJID UNTUK MENCEGAH BENCANA. Kementerian Agama Kota Tangerang.
https://tangerangkota.kemenag.go.id/mari-makmurkan-masjid-untuk- mencegah-bencana/
Abdurrahman, A. (2020). Hadis-Hadis Tentang Media Dakwah.
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah al-Quzwaini. (t.t.). Sunan Ibnu Majah. Al-Alamiyah.
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi. (t.t.). Sunan Tarmidzi. Al-Alamiyah.
Aflaha, U. (2017). Kaos Hadis Sebagai Media Dakwah dan Komunikasi Alternatif.
INJECT (Interdisciplinary Journal of Communication), 2(2), 247–274.
Ahmad bin Hanbal asy-Syaibani. (t.t.). Musnad Ahmad. Al-Alamiyah.
al-Bukhari, M. bin I. (t.t.). Shahih Al-Bukhari. Al-Alamiyah.
Althaf Husein Muzakky & , Fahruddin. (2020). Kontekstualisasi Hadis dalam Interaksi Media Sosial di Era Millenial dalam Kitab Fatḥ al-Bārī Syaraḥ Ḥadīs al-Bukhārī.
Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis, 5, 12–20.
Bakhtiar, B. (2021). METODE IJTIHAD MUI DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH P ADA SITUASI PANDEMI COVID-19. Jurnal AL-AHKAM, 12(1), 89–106.
Burhanudin, A. M., Nurhidayah, Y., & Chaerunisa, U. (2019). DAKWAH MELALUI MEDIA SOSIAL. ORASI: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 10(2), Art. 2.
https://doi.org/10.24235/orasi.v10i2.5658
Cholid Nobuko dan Abu Achmadi. (2001). Metodologi Penelitian. Bumi Aksara, Jakarta.
developer, mediaindonesia com. (2020, Maret 20). Hadis Dhaif Kerap Dipakai jadi Seruan
ke Masjid Saat Wabah Korona.
https://mediaindonesia.com/humaniora/297983/hadis-dhaif-kerap-dipakai- jadi-seruan-ke-masjid-saat-wabah-korona
Fahmi, R. M. R., Aeres, I., Wibawa, I. M. C. T., & Dr. Reza Pahlevi Dalimunthe, M.
A. (2021). A Silaturahmi Melalui Media Sosial Perspektif Hadits. AL- HIKMAH (Jurnal Pendidikan Dan Pendidikan Agama Islam), 3(2), Art. 2.
Galuh A. Savitri. (2017, Oktober 28). MENGAPA YOUTUBE POPULER? BINUS UNIVERSITY MALANG | Pilihan Universitas Terbaik di Malang.
https://binus.ac.id/malang/2017/10/mengapa-youtube-populer/
iNews.id. (2021). Hadits Keutamaan Puasa Senin-Kamis | iNews.id. LINE TODAY.
https://today.line.me/id/v2/article/q5XvaK
Jalil, A. (2021). Peranan Media Sosial dalam Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Qur’an Hadis Kelas VIII MTS Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa. [PhD Thesis]. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
KH.Nawawi. (2021). Pengantar Studi Hadis. Literasi Nusantara, Malang.
Kristina. (2021, Mei 8). Mengenal Puasa Pertengahan Bulan yang Dianjurkan Rasulullah.
detiknews. https://news.detik.com/berita/d-5669080/mengenal-puasa- pertengahan-bulan-yang-dianjurkan-rasulullah
Maarif, S. D. (2021). Adab Bersosial Media dalam Pandangan Islam. tirto.id.
https://tirto.id/adab-bersosial-media-dalam-pandangan-islam-gch5 Mahmud Ath-Thahhan. (2017). Musthalah al-Hadis (cetakan I). Ummul Qura.
Maisyaroh, A. S. (2020). Berakidah ala Al-Ghozali: Analisis Pelaksanaan Ibadah pada Masa Pandemi Covid-19 di Desa Bluru Kidul, Sidoarjo. ACADEMIA.
Miski, M. (2017). Fenomena Meme Hadis Celana Cingkrang Dalam Media Sosial.
Harmoni, 16(2), 291–306.
Muhtador, M. (2018). Studi Kritis atas Transmisi dan Otoritas Keagamaan di Media Sosial. FIKRAH, 6(2), 323–340.
Nasir, M. K. M., Zaman, A. R. K., Azid, M. A. A., & Hussain, A. A. (2021). Trend kajian hadis berasaskan teknologi maklumat dan digital: Suatu sorotan literatur.
HADIS, 11(22), 770–779.
Nawas, M. Z. A., Mahfudz, M., Harun, A., & Rizaldi, M. (2022). Motif dan Identitas Keagamaan dalam Persebaran Meme Hadis Tashabbuh di Media Sosial.
Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith, 12(2), 261–281.
Norazman, H., Kumar, K., & Basiron, B. (2019). Media Sosial dan Perpustakaan Menurut Islam.
Pangestu, P. P. (2021). Efektivitas Dakwah Hadis dalam Media Sosial: Analisis atas Teori Framing Robert N. Entman. Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 6(1), 67–82.
Pranoto, S. S. (2018). Inspirasi Alquran dan Hadis dalam Menyikapi Informasi Hoax.
AL QUDS: Jurnal Studi Alquran dan Hadis, 2(1), 29–50.
Qudsy, S. Z., & Muzakky, A. H. (2021). Dinamika Ngaji Online dalam Tagar Gus Baha: Studi Living Qur’an di Media Sosial. POROS ONIM: Jurnal Sosial Keagamaan, 2(1), 1–19.
Rubawati, E. (2018). Media Baru: Tantangan dan Peluang Dakwah. Jurnal Studi Komunikasi, 2(1).
Sadly, E. (2018). Manajemen Dakwah Media Sosial: Telaah Terhadap Perkembangan Metode Dakwah Islam. JRMB (Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis), 3(2).
Saifudin, S. (2018). Memahami Hadis Ukhuwwah dalam Konteks Media Sosial (Upaya Membangun Etika Solidaritas Sosial). Riwayah : Jurnal Studi Hadis, 3(1), 53.
https://doi.org/10.21043/riwayah.v3i1.3464
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. (2013). Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits (cetakan kedelapan). PT Pustaka Rizki Putra.
Ulya. (2010). Metode Penelitian Tafsir. Nora Media Enterprise.
Zed, M. (2004). Metode peneletian kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.