Penulis membincangkan hadis yang terdapat dalam Sunan Abu Dawud iaitu hadis mendahulukan tangan atau lutut ketika sujud. Permasalahan yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah bagaimana menganalisis ta'arud al-adillah terhadap hubungan antara kedua hadis tentang mendahulukan tangan atau lutut dalam sujud. Sebab menggunakan tarjih kerana hadis yang mendahulukan tangan lebih tinggi darjatnya berbanding hadis yang mendahulukan lutut.
Hadis mendahulukan tangan adalah lebih menang kerana ia adalah hadis yang mempunyai kualiti sahih ligairihi, manakala hadis mendahulukan lutut berstatus hasen ligairihi. Tajuk: "Hukum Sujud Antara Letak Tangan Pertama dan Lutut Pertama (Ulasan Ta‟arud al-Adillah Hadis-Hadis Berkaitan). Mendahulukan Tangan dan Lutut (Ulasan Ta‟arud Al-Adillah Hadis Berkaitan. ).yang telah disediakan dan disediakan oleh penulis: mengumumkan telah diterima oleh Fakulti Syariah dan Undang-undang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta PASUKAN PEPERIKSAAN TUGASAN AKHIR.
Ketua Program Studi Perbandingan Sekolah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta serta. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
س َّد َتث
ف عزلا ِب
ت َُّلا
Pokok Masalah
Bagaimanakah ta'arud al-adillah menganalisis perkaitan antara dua hadis berkenaan mendahulukan tangan atau melutut ketika berlutut. Untuk mengetahui bagaimana ta'arud al-adillah analisis hubungan dua hadis tentang mendahulukan tangan atau lutut ketika berbaring. Secara teorinya, kajian ini diharapkan dapat memperkayakan ilmu hukum Islam khususnya undang-undang Islam dalam bidang perundangan agama.
Penelitian ini secara praktis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah wawasan kita mengenai masalah sujud.
Telaah Pustaka
Tesis ini membincangkan dua hadis yang bercanggah berkenaan meletakkan tangan atau lutut dahulu ketika sujud dan kemudian menyimpulkan bahawa mendahulukan lutut adalah lebih baik daripada meletakkan tangan terlebih dahulu, manakala kenyataan yang penulis bincangkan ialah kontekstualisasi ta'arud al-adillah kepada keduanya. hadis tentang sujud. 11. Kedua, tesis yang disediakan oleh Zainuddin MZ bertajuk “Kesahihan Hadis Cara Melempar Tangan”. Tesis ini terlebih dahulu membincangkan tentang kesahihan hadis sujud tangan yang tertumpu kepada kajian hadis-hadis yang dipelajari oleh majlis Nadwah Mudzakarah yang menunjukkan bahawa hadis-hadis tentang cara sujud dengan tangan dahulu dianggap dhaif.
Sedangkan tesis yang penulis bahas adalah kesahihan hadis tentang cara sujud dengan meletakkan tangan atau lutut terlebih dahulu. Ketiga, skripsi yang disusun oleh Ramli dengan judul “Tata Cara Sholat Sujud Sunan Abu Dawud (Kajian Indeks Mukhtalif al-Hadits Nomor 838 dan 840). Tesis ini membahas tentang tata cara sholat sujud Sunan Abu Dawud dan kemudian sampai pada kesimpulan bahwa Ramli menggunakan hanya metode tarjih untuk melengkapi mukhtalif al-Hadits, sedangkan penulis menggunakan dua metode dari teori ta'arud al-adillah untuk menyelesaikan hadits-hadits yang saling berkaitan.
12 Zainuddin MZ, “Keaslian hadis tentang cara mengulurkan tangan terlebih dahulu”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel Surabaya, tahun (2014).
Kerangka Teoritik
فل يخ ثَبح يلَلدلا لا قَ
هخلآا همدسف
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk memahami, mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan dan menemukan jawaban terhadap kenyataan atau. Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah bahan-bahan dari buku-buku pokok yang berkaitan dengan permasalahan dan buku-buku pendukung lain yang berkaitan dengan kajian penelitian kualitatif.18. Dalam penelitian ini penulis menguraikan dan menjelaskan secara jelas dan rinci hubungan dua hadits antara meletakkan tangan terlebih dahulu atau meletakkan lutut terlebih dahulu saat melakukan sujud, kemudian menganalisisnya.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pendekatan ushul fiqh atau disebut juga epistemologi hukum Islam, yaitu kajian terhadap kaidah-kaidah yang dijadikan alat untuk mendalami hukum-hukum fiqh, dengan kata lain penulis mencoba menganalisis sumber dan dalilnya. dari kita. Sumber utama yang akan penulis gunakan dalam penelitian skripsi ini adalah Al-Qur'an, Hadits dan kitab-kitab. Data pendukung atau sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian skripsi ini adalah beberapa kitab, kitab fikih, jurnal dan skripsi yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu hubungan dua hadis tentang penumpangan tangan pertama atau skripsi. penempatan lutut pada awal sujud.
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pemilahan data ke dalam pola, kategori, dan satuan deskriptif dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sesuai yang disarankan oleh data tersebut.20. Analisis data dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis data deskriptif dan komparatif. Artinya menjelaskan suatu objek permasalahan secara sistematis dan memberikan analisis yang cermat, kemudian diambil kesimpulan dengan menemukan ciri-ciri pesannya, dan dilakukan secara sistematis.
Kemudian menggunakan metode komparatif, artinya membandingkan persamaan atau perbedaan dua atau lebih fakta atau sifat suatu benda berdasarkan kerangka berpikir tertentu.
Sistematika Pembahasan
Sebelum masuk ke pembahasan mengenai sujud, penulis terlebih dahulu membahas tentang pengertian shalat dan rukun shalat. Jam’u wa at-taufiq Alasan digunakannya metode jam’u wa at-taufiq adalah karena mengamalkan kedua dalil tersebut lebih diutamakan dibandingkan hanya menggunakan salah satu saja. Hal ini disebabkan karena kedua hadis tersebut sama-sama membahas masalah ibadah, sehingga tidak mungkin meninggalkan salah satu dari kedua hadis tersebut.
Ketidakmungkinan tersebut disebabkan karena kedua hadis tersebut mempunyai kualitas yang sama dengan maqbul, yaitu keduanya dapat dijadikan dalil dan diamalkan. Tarjih, alasan menggunakan metode tarjih karena hadis pertama tentang mendahulukan tangan lebih unggul kualitasnya dibandingkan hadis kedua. Dilihat dari sudut keilmuan ulumul hadis, kedudukan hadis șahih ligairihi lebih tinggi dibandingkan dengan hadis yang berstatus hasan ligairihi, sehingga hadis yang mendahulukan tangan lebih utama dibandingkan dengan hadis yang mendahulukan lutut.
Selain itu, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah adalah hadis yang berbentuk lafaz, sedangkan hadis Wa’il bin Hujr. Dalam peraturan ditetapkan bahawa hadis berbentuk perkataan lebih diutamakan daripada hadis berbentuk perbuatan. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, selain berbentuk perkataan, ia juga disokong oleh perbuatan Rasulullah SAW seperti dalam hadis Ibn Umar.
Saran
- Hadis
- Fikih/Ushul Fikih/Hukum
- Skripsi
Abdul Lathif Uwaidhah, Mahmud, Panduan Sholat Berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits, cet ke-3, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2012. Ramli, "Tata Cara Sholat Sujud Sunan Abu Dawud (Kajian Hadits Bilangan Mukhtalif al-Hadits) ) 838 dan 840)”, Skripsi pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel, tahun (2015). Dan barangsiapa di antara kamu yang akan meninggal dunia meninggalkan isterinya hendaknya membuat wasiat agar isterinya (yaitu) diberi nafkah sampai satu tahun tanpa diminta pindah (dari rumahnya).
Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia (perbuatan dan perkataan), dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang memelihara kemaluannya. Tetapi orang-orang yang mencari di luarnya (zina dan lain-lain), mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan (berbahagialah) orang-orang yang menunaikan amanah dan janjinya, serta orang-orang yang menunaikan solatnya.
Al-Hajj (22): 77 Wahai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, ruku'lah, sembahlah Tuhanmu dan kerjakanlah amal saleh supaya kamu beruntung. Beliau adalah imam hadith yang sangat tepat, tokoh terkemuka di kalangan ulama hadith selepas kedua-dua Imam hadith Bukhari dan Muslim, dan pengarang kitab Sunan. Abu Dawud adalah salah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai tahap yang tinggi dalam ibadah, penyucian diri, peperangan dan ketakwaan.
Kunjungan beliau ke negara-negara yang berbeza ini membantu beliau menimba ilmu hadith yang luas, kemudian hadith-hadith yang diperolehinya disaring, kemudian hasil saringannya dituangkan ke dalam kitab Sunan. Abu Dawud dalam Sunannya bukan sahaja memasukkan hadith-hadith sahih seperti yang dilakukan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, tetapi dia juga memasukkan hadith-hadith sahih, hadith hasan, hadith dhaif yang tidak terlalu dhaif dan hadith-hadith yang belum disepakati oleh para Imam. Abu Dawud membahagikan kitab Sunannya kepada beberapa kitab dan setiap kitab dibahagikan kepada beberapa bab.
Perbedaan angka tersebut disebabkan karena sebagian orang yang menghitungnya menganggap suatu hadis yang diulang sebagai satu hadis, namun ada pula yang menganggapnya sebagai dua hadis atau lebih. Dengan meriwayatkan hadits-hadits serupa dari berbagai riwayat, beliau menjelaskan perbedaan masing-masing riwayat dengan sangat rinci. Dari beberapa metode Abu Dawud yang disebutkan di atas, tidak sedikit ulama yang memuji kitab Sunnahnya.
Imam Tirmidzi (209-279 H)
Hujjatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata: "Sunan Abu Dawud cukup bagi para mujtahid mengetahui hadith-hadith ahkam." Sama seperti dua Imam besar, an-Nawawi dan Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, yang memuji kitab Sunan ini, bahkan beliau menjadikan kitab ini sebagai rujukan utama dalam himpunan hukum. Al-Hafidz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban adalah seorang pengkritik hadis, beliau menempatkan Imam Tirmidzi dalam kumpulan tersebut. Abu Ya'la al-Khalili menjelaskan dalam kitab Ulumul Hadith bahawa Muhammad bin Isa at-Tirmizi adalah seorang penghafal dan penikmat hadis yang baik dan diakui oleh ulama.
Selain itu beliau juga mempunyai kitab al-Jami' al-Saheih sebagai bukti kehebatan derajatnya, luasnya hafalannya, bacaannya yang luas dan pengetahuannya yang sangat mendalam terhadap hadis.
Abu Hurairah
Hafazan Abu Hurairah kuat kerana dia adalah salah seorang sahabat yang mendapat selawat daripada Rasulullah SAW, maka hafalannya kuat dan dia tidak pernah melupakan apa yang didengarinya daripada Rasulullah SAW. Setahun kemudian Marwan menelefonnya semula dan Abu Hurairah menyebut semua hadis yang diriwayatkannya pada tahun sebelumnya tanpa meninggalkan satu huruf pun.
Imam Muslim (206-261 H)
Imam Muslim telah menggunakan segala kebolehannya untuk meneliti dan mengkaji syarat-syarat perawi, menapis hadis-hadis yang diriwayatkan, membandingkan riwayat-riwayat antara satu sama lain. Imam Muslim sangat teliti dan berhati-hati dalam penggunaan lafaz dan sentiasa mengisyaratkan wujudnya perbezaan antara lafaz. Bukti konkrit tentang kehebatan kitab tersebut ialah kenyataan, di mana Imam Muslim menyaring kandungan kitabnya daripada ribuan riwayat yang pernah didengarinya.
Diriwayatkan oleh Ahmad bin Salamah yang berkata: “Saya menulis bersama Muslim selama lima belas tahun untuk menyusun kitab Sahih, dan kitab tersebut mengandungi 12,000 hadis.