Perlindungan hukum hak asasi manusia adalah salah satu cara yang paling efektif untuk melindungi lingkungan. Negara harus mampu memberikan peraturan perlindungan lingkungan hidup guna sekaligus melindungi hak asasi manusia, terutama yang berkaitan dengan persoalan hak hidup, hak atas kesehatan, gangguan terhadap harta bendanya, hingga hak pemberian hak perlindungan. . bagi masyarakat pedesaan. Memahami dan mengakui hak asasi manusia juga berarti melindungi lingkungan dan dapat digunakan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Lingkungan dan hak asasi manusia adalah dua hal yang saling berhubungan dan dapat saling menguatkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa di negara-negara yang banyak terjadi pelanggaran HAM sering terjadi kerusakan lingkungan. Masalah lingkungan muncul sebagai akibat dari keinginan manusia untuk berkembang dan membangun kehidupan yang lebih baik.
Ketentuan mengenai perlindungan HAM di ruang internasional sebenarnya sudah diatur sebelum Perang Dunia Kedua, yaitu tentang HAM mengenai perlindungan individu diplomat dan tentara (kombatan). Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua dan sistem demokrasi yang dianut oleh banyak negara di dunia, banyak terjadi perubahan struktur masyarakat internasional yang memaksa negara-negara untuk menghormati dan mengakui hak asasi manusia, tidak hanya kepada diplomat dan militer. Jika kita perhatikan, ada beberapa hak asasi manusia yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya hak yang berkaitan dengan hak solidaritas.
Hak ini meliputi pencapaian lingkungan yang bersih (the right to a clean environment), yang dapat dibagi menjadi hak untuk hidup, hak untuk hidup layak, hak atas kesehatan dan hak atas kebebasan milik dan perlindungan atas masyarakat adat/masyarakat setempat.
PERLINDUNGAN ATAS LINGKUNGAN
Deklarasi 1948 tidak secara tegas mengatur tentang hak atas lingkungan hidup yang sehat, tetapi hanya mengatur bahwa setiap orang berhak atas taraf hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya. Untuk memiliki hidup yang sehat, tentunya Anda perlu menjaga lingkungan dari kerusakan dan pencemaran. Piagam Afrika mengatur semua orang yang menunjukkan semua bangsa, tentu juga setiap individu, yang berarti bahwa setiap individu berhak atas lingkungan hidup yang menyenangkan.
Lingkungan hidup yang bersih dan sehat atau yang dapat disebut dengan kondisi hidup yang layak juga termuat dalam prinsip-prinsip yang tertuang dalam Deklarasi Stockholm Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (Stockholm Declaration 1972). Sebagian besar pemicu konflik terkait dengan kemiskinan ekonomi dan perebutan sumber daya yang semakin langka dan justru digunakan untuk penghidupan mereka. Jika kriteria di atas dikaitkan dengan fakta, memang masyarakat adat sering menderita karena perebutan sumber daya alam di sekitar tempat tinggalnya.
Bagi mereka, tanah dan segala kekayaan yang ada di dalamnya adalah sumber kehidupan mereka, sehingga mereka akan menanganinya dengan hati-hati. Misalnya sikap suku Amungme di Timika Papua atau suku Anak Dalam di Sumatera dan lainnya dalam mengelola rumahnya dengan segala sumber daya alam yang ada. Konvensi ILO 169, yang mengatur ketentuan yang secara langsung menangani hak-hak masyarakat adat, juga mengatur hak-hak mereka dalam kaitannya dengan masalah lingkungan.
Pemerintah (tempat mereka tinggal) harus menjaga dan melakukan berbagai tindakan preventif untuk menjaga lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka berhak menggunakan, mengatur dan melestarikan sumber daya alam yang ada di tempat tinggalnya dan mereka membutuhkannya. Ketentuan dalam Konvensi ILO 169 menunjukkan bahwa masyarakat adat sebagai pekerja juga harus diperlakukan sama, termasuk hak mereka untuk menikmati semua sumber daya alam yang mereka butuhkan.
Menjaga hubungan spiritual dengan tanah, air dan pantai serta semua sumber daya alam yang secara tradisional dikuasai atau digunakan oleh mereka; peningkatan dan pemanfaatan sumber daya alam yang dikuasainya dengan cara/kebiasaan tradisional; Mereka memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi atas tanah, wilayah dan sumber daya alam yang dikuasai secara tradisional dan jika hal ini tidak memungkinkan, mereka berhak atas kompensasi yang adil.
Pengaturan yang berbeda ini menunjukkan bahwa perlindungan hak asasi manusia masyarakat adat dan lingkungan (khususnya lingkungan pedalaman) sangat erat kaitannya. Hal ini terkait dengan fakta bahwa banyak sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia berada di habitat kelompok yang termasuk dalam kategori masyarakat adat. Konflik yang terjadi antara pengelola sumber daya alam dengan penduduk setempat yang juga membutuhkan sumber daya alam namun dengan kepentingan yang berbeda.
Bagi masyarakat adat atau masyarakat lokal, sumber daya alam hanya diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari, sedangkan bagi pendatang, sumber daya alam digunakan sebagai bahan mentah yang bernilai tinggi, sehingga para pendatang ini dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara maksimal.
HAK ATAS LINGKUNGAN DALAM UUD 1945
Gagasan mengartikulasikan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat muncul pada saat Perubahan Kedua UUD 1945. Masalah ini timbul dan harus dimuat dalam ketentuan UUD 1945 karena perkembangan kehidupan dan mobilitas penduduk mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup. Amandemen UUD 1945 berusaha memasukkan masalah lingkungan hidup sebagai hak asasi manusia sebagai bentuk perlindungan lingkungan hidup sekaligus perlindungan hak asasi manusia.
Terakhir, rumusan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dimasukkan dalam rumusan Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 dan rumusan pasal ini merupakan norma hukum dasar perlindungan lingkungan hidup dan hak asasi manusia. Pemikiran bahwa hak atas lingkungan yang baik dan sehat dimasukkan sebagai upaya untuk melindungi lingkungan dari kerusakannya, karena kerusakan dan pencemaran lingkungan juga merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Upaya penerapan Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 sebagai bentuk perlindungan dan pemenuhan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, yang lahir dari kebutuhan akan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dan sebagai akibat pembangunan ekonomi dengan segala perkembangannya yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup.