PENDAHULUAN
Perumusan Masalah
Bagaimanakah hak hukum anak yang lahir di luar nikah berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 46-VIII/2010 tentang aspek hak asasi manusia? Bagaimana putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 46-VIII/2010 tentang legalitas anak dalam kaitannya dengan aspek hak asasi manusia (HAM).
Tujuan Penelitian
Bagaimana pelaksanaan hak-hak hukum anak yang lahir di luar nikah berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 46-VIII/2010 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Mendeskripsikan atau menjelaskan hak-hak hukum anak yang lahir di luar nikah berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46-VIII/2010 tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Manfaat Penelitian
Mendeskripsikan atau menjelaskan pelaksanaan legalitas hak anak yang lahir di luar nikah berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi No. 46-VIII/2010 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) 3. Hasil kajian ini diharapkan dapat menyoroti berbagai persoalan yang berkaitan dengan hak-hak hukum anak yang lahir di luar nikah pasca Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 46-VIII/2010 Dilihat dari aspek hak asasi manusia (HAM).
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian hak legalitas anak
Hak anak yang sah adalah hak yang diterima secara sah oleh semua anak, demikian pula hak setiap manusia yang dilindungi Hak Asasi Manusia (HAM) Keabsahan anak ini dilindungi undang-undang dan apabila ada hak yang tidak terpenuhi, maka mereka dapat menuntut sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pengertian anak diluar nikah
1 Tahun 1974 Pasal 43 alinea pertama menyatakan bahwa anak luar nikah hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Perkara 100 Kompendium Undang-undang Islam (KHI) menyatakan bahawa anak luar nikah hanya mempunyai hubungan persaudaraan dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Pengertian perkawinan
Sehubungan dengan pentingnya akibat kumpul kebo, maka masyarakat memerlukan peraturan untuk mengatur kumpul kebo antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri. Islam, artinya setiap calon laki-laki dan perempuan harus memiliki jiwa ketundukan kepada Allah sebagai penciptanya.
Pengertian anak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun bahkan masih dalam kandungan. Berangkat dari konsep perlindungan anak yang utuh, menyeluruh dan menyeluruh, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menempatkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut:
Pengertian hak asasi manusia
Akhir dari perdebatan adalah pengakuan dan penggunaan konsep 'hak sipil' dan bukan 'hak asasi manusia'. Sejarah mengatakan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (RIS) Tahun 1949 dan Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 (UUDS) yang telah berlaku selama kurang lebih 10 tahun ternyata memuat pasal-pasal tentang hak asasi manusia yang lebih lengkap dibandingkan dengan UUD 1945. Perdebatan persepsi tentang hak asasi manusia kemudian mengemuka di Konstituante yang dibentuk antara lain berdasarkan Pasal 134 UUD 1950.
Kembalinya Negara Kesatuan Republik Indonesia kepada UUD 1945 juga berarti kembalinya ketentuan-ketentuan tentang hak asasi manusia yang terkandung di dalamnya. Ketentuan ini juga dibarengi dengan teks tentang hak asasi manusia yang dalam sistematikanya memuat hal-hal sebagai berikut: (1) Jabatan. Pencantuman ketentuan hak asasi manusia dalam Perubahan Kedua UUD 1945 terlepas dari kekurangannya.
Hak asasi manusia atau hak asasi manusia memiliki beberapa karakteristik khusus dibandingkan dengan hak-hak lainnya.
Landasan Teori
- Teori kausalitas
- Teori faktor penghambat
Secara etimologi kausalitas atau kausalitas berasal dari kata causa yang berarti sebab.Kata kausalitas diartikan dalam Kamus Hukum sebagai sebab atau dasar hukum; sebab yang dapat menimbulkan suatu peristiwa 27 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kausalitas adalah sesuatu yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Menentukan adanya sebab yang sebenarnya menimbulkan akibat tidaklah mudah, hal ini disebabkan kompleksnya faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian yang sedang terjadi. Masalah penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hambatan adalah halangan atau halangan. Hambatan adalah kondisi yang dapat menyebabkan pelaksanaan menjadi terganggu dan tidak selesai. Praktek pelaksanaan penegakan hukum di lapangan seringkali menimbulkan konflik antara kepastian hukum dan keadilan, karena konsep hukum merupakan rumusan abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang ditentukan secara normatif.
Dalam konteks penegakan hukum dan pelaksanaan penegakan hukum, menjaga keadilan tanpa kebenaran adalah sebuah kebijakan. Mempertahankan kebenaran tanpa kejujuran adalah kemunafikan. Dalam kerangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak hukum (human inclusion), keadilan dan kebenaran harus diwartakan, harus dirasakan dan dilihat, harus diperbarui.” 29. Penegakan hukum menyangkut kepribadian dan pola pikir aparat penegak hukum, artinya hukum identik dengan perilaku aparat atau aparat penegak hukum yang sebenarnya. Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai ketentraman dalam masyarakat.Adanya kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum merupakan indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan. e) Faktor budaya.
Dalam penguatkuasaan undang-undang, lebih banyak pelarasan antara perundangan dan budaya masyarakat, lebih mudah untuk menguatkuasakannya.
Orisinalitas
Legalitas anak yang lahir di luar nikah pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) no 46-VIII/2010 dilihat dari aspek Hak Asasi Manusia (HAM). Penelitian, Universitas Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2017, Perlindungan hak keperdataan anak di luar nikah dalam undang-undang no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan setelah Putusan Mahkamah Konstitusi No. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan penelitian merupakan salah satu cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu hukum yang menjadi bidang kajian dalam penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara detail dan menyeluruh realitas yang ada sesuai dengan fenomenanya, serta mengumpulkan data dari lingkungan alam dengan menggunakan peneliti sendiri sebagai alat kunci sebagai serpihan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hak-hak hukum anak di luar nikah setelah meninjau kembali putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 46-VIII/2010 dari perspektif hak asasi manusia (HAM). Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan penilaian hak-hak anak yang lahir di luar nikah.
Dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti tentang hak-hak hukum anak luar kawin setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 46-VIII/2010 ditinjau dari perspektif hak asasi manusia (HAM).
Sumber Data
Yaitu data yang diperoleh dengan cara penelitian langsung terhadap objek, yang dilakukan melalui wawancara dengan narasumber. Wawancara dengan tiga pegawai Dukcapil Kabupaten Semarang yaitu Bagian Perkawinan, Perceraian, Perubahan Status Anak dan Kewarganegaraan, Bagian Kelahiran dan Kematian Dukcapil Kabupaten Semarang dan Bagian Dinas Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang. Pengamatan yang peneliti lakukan tentang hak hukum anak yang lahir di luar nikah berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 46-VIII/2010 tentang hak asasi manusia (HAM.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan untuk memperoleh konsepsi, teori atau pendapat atau landasan teori yang berkaitan erat dengan masalah yang sedang dibahas. Bahan buku primer adalah bahan hukum yang berkaitan langsung dengan permasalahannya, yaitu Hak-Hak Hukum Anak yang dilahirkan Putus Nikah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 46-VIII/2010 Dilihat dari Aspek Hak Asasi Manusia (HAM).
Metode penentuan subjek
Teknik pengumpulan data
3. Hak hukum anak yang lahir di luar nikah berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 46-VIII/2010 dari Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM). Realisasi hak hukum anak di luar nikah berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 46-VIII/2010 dalam amar putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 46-VIII/2010 tentang Penilaian Hak Asasi Manusia (HAM). Pengakuan anak adalah pengakuan ayah dari anak yang lahir di luar nikah.
Kewajiban membuktikan bahwa anak tersebut adalah anak yang lahir dari wanita yang digugat sebagai ibunya berada pada anak luar kawin yang menggugat (Pasal 288(2) KUH Perdata). Pengakuan anak adalah pengakuan oleh ayah terhadap anak yang lahir di luar nikah yang sah menurut undang-undang. Setelah itu, diatur dalam pasal 50 sub pasal UU Administrasi Negara.
Realisasi hak hukum anak yang lahir di luar nikah berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 46-VIII/2010 dari sudut pandang Hak Asasi Manusia (HAM), penegakannya dalam kehidupan anak sangat luas.
Teknik analisa data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Implementasi hak legalitas anak yang lahir diluar nikah
Sedangkan menurut pasal 261 KUH Perdata, keturunan sah dari anak-anak tersebut dapat dibuktikan dengan akta kelahirannya. Menurut KUH Perdata, semua anak yang lahir atau dilahirkan dalam perkawinan ayah dan ibunya adalah anak sah dari ayah dan ibunya. Akan tetapi, tidak semua anak yang lahir di luar nikah dapat diakui oleh ayah atau ibunya, anak yang lahir karena zina dan incest tidak dapat diakui karena bertentangan dengan kesusilaan (Pasal 283 KUH Perdata).
Ibu-ibu yang harus mengangkat anak luar kawinnya sewaktu-waktu dapat mengangkat anak di luar perkawinan tanpa ada batasan umur (Pasal 282(2) KUH Perdata). Jika seorang ayah ingin mengakui anak luar kawinnya, ia harus terlebih dahulu meminta persetujuan ibu anak luar kawin itu (Pasal 284 KUH Perdata). Kewajiban bagi anak luar nikah untuk meminta izin menikah dari orang tua yang memberikannya (Pasal 39 dan Pasal 47 KUH Perdata);
Setiap pengukuhan anak harus dilaporkan oleh orang tua kepada instansi pelaksana selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan menikah dan menerima akta nikah. Anak sah juga dapat menggantikan kedudukan ahli waris dan dapat mewarisi dari kedua orang tuanya. Agar anak luar nikah memiliki hak yang sama dengan anak lain (anak luar kawin dari suatu perkawinan), sebaiknya konsultasikan dengan masyarakat tentang pencatatan kelahiran agar anak luar kawin ini memiliki akta kelahiran untuk masa yang akan datang. seorang anak.
Putusan Mahkamah Konstitusi No 46-VIII/2010
PENUTUP
Saran-Saran
Anak-anak yang statusnya di luar nikah, alangkah baiknya jika orang tuanya mau menerima dan merestui anak-anak tersebut untuk menyandang status yang sama dengan anak sah, agar anak-anak tersebut tidak merasa rendah diri dalam lingkungan dan masa depannya. hidup akan menjadi lebih baik. Pohan, Agustinus, Topo Santoso and Martin Moerings (ed), Hukum Pidana dalam Perspektif, Perpustakaan Larasan, Bulughul Harom Denpasar, Tentang Perkawinan, Penerbit Universitas Nadatul Ulama, Surakarta, 2012. Soemarno, Kebijakan dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan hukum , Asisten Pidana Umum Kejaksaan Negeri Daerah Istimewa Yogyakarta 2006.