• Tidak ada hasil yang ditemukan

hemmmm

N/A
N/A
prasetyo

Academic year: 2025

Membagikan "hemmmm"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI REMBESAN AIR PADA AREA DANAU RANCA TRAP DI DESA TALANG BALAI KECAMATAN BELIDA DARAT KABUPATEN MUARA ENIM MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN

JENIS WENNER-SCHLUMBERGER

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Jurusan Fisika Pada Fakultas MIPA

OLEH:

PRASETYO 08021282126065

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2025

(2)

ii LEMBAR PENGESAHAN

I. Pelaksanaan

Nama : PRASETYO

NIM : 08021282126065

Bidang ilmu : GEOFISIKA

II. Topik : Identifikasi Rembesan Air Pada

Area Danau Ranca Trap Di Desa Talang Balai Kecamatan Belida Darat Kabupaten Muara Enim Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Wenner-Schlumberger

III. Tempat pelaksanaa : Danau Ranca Trap, Desa Talang Balai IV. Waktu pelaksanaan : Januari s,d Juni 2025

Pembimbing I

Erni, S.Si., M.Si.

NIP 197606092003122002

Indralaya, 18 Maret 20205 Pembimbing II

Dr. Frinsyah Virgo, S.si., M.T.

NIP 197009101994121001

Mengetahui, Ketua Jurusan Fisika

Dr. Frinsyah Virgo, S.si., M.T.

NIP 197009101994121001

(3)

iii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Batasan Masalah... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Geologi Lokasi penelitian ... 5

2.2. Rembesan ... 5

a. Permeabilitas Tanah ... 6

b. Tekanan Hidrotastis ... 6

2.3. Jenis Jenis Rembesan ... 7

a. Rembesan Lateral ... 7

b. Rembesan Vertikal ... 8

2.4. Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivity) ... 9

a. Vertikal sounding ... 10

b. Lateral maping ... 11

2.5. Sifat Kelistrikan Batuan Dan Tanah ... 12

2.6. Konfigurasi Wenner-Schlumberger ... 13

2.7. Software Res2dinv ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

(4)

iv

3.1. Waktu dan Lokasi Daerah Penelitian ... 15

3.1.1. Lokasi Daerah Penelitian ... 15

3.1.2. Waktu Penelitian ... 15

3.2. Alat ... 16

3.3. Metode Penelitian... 17

3.3.1. Pengambilan Data ... 17

3.3.2. Pengolahan Data... 18

3.3.3. Interpetasi Data ... 19

3.4. Diagrm Alir Penelitian ... 19

DFTAR PUSTAKA ... 20

(5)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Muara Enim ... 5

Gambar 2. 2 Tekanan Hidrotastis (Nurnawaty et al., 2018). ... 7

Gambar 2. 3 Rembesan lateral (Liang et al., 2013) ... 8

Gambar 2. 4 arah aliran rembesan vertikal (Mabrur, 2019). ... 9

Gambar 2. 5 Teknik akuisisi vertikal sounding ... 11

Gambar 2. 6 Teknik akuisisi lateral maping ... 11

Gambar 2. 7 pengaturan Elektroda Konfigurasi Wenner-Schlumberger mofidikasi dari (Utiya et al., 2015) ... 14

Gambar 3. 1 Peta Lokasi Penelitian ... 15

(6)

vi DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Nilai Resistivitas Batuan ( Telford Dkk., 1990) ... 12 Tabel 3. 1 Waktu Kegiatan Penelitian ... 16 Tabel 3. 2 Tabel Akuisisi Data Lapangan ... 17

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Danau Ranca Trap yang terdapat di Desa Talang Balai, Kecamatan Belida Darat, Kabupaten Muara Enim memiliki peran penting terhadap kehidupan masyarakat sekitar, terutama sumber mata air untuk pertanian dan budidaya ikan.

Berdasarkan informasi dari pemerintah setempat, pada tahun 2019, Pemerintah Desa mengusulkan anggaran Dana Desa (DD) untuk membangun sebuah danau wisata dan budidaya ikan. pada awalnya, sebelum dibangunnya Danau Ranca Trap, kawasan tersebut terdapat aliran Sungai dengan debit air yang tidak stabil dan ditumbuhi vegetasi rawa rawa. Pengerukan sungai dimulai Pada awal tahun 2020 menggunakan ekskavator guna membentuk danau. Setelah pengerukan sungai selesai terbentuk sebuah danau yang dikenal warga setempat Ranca Trap. Pada tahun 2021 bagian utara tepi danau dibangun sejumlah infrastruktur untuk meningkatkan aktivitas sekitar danau.

Setelah pembangunan selesai, infrastruktur seperti tangga dermaga dan bangunan ditepi danau tidak ada perawatan yang memadai, sehingg terjadi pengikisan pada tepian danau. Berdasarkan informasi dari pengelola danau serta pengamatan langsung di lapangan, pengikisan ini semakin parah seiring berjalanya waktu, sehingga memicu erosi yang merusak struktur tanah di sekitar lereng. Pada tahun 2023, banyak infrastruktur yang terletak di tepi danau mengalami kerusakan signifikan akibat erosi tersebut. Salah satu dampak utamanya adalah terjadinya longsor yang menghancurkan tangga dermaga yang dibangun di tepi danau.

Longsor ini diduga disebabkan oleh rembesan air di danau yang melemahkan fondasi bangunan, sehingga struktur menjadi tidak stabil dan rentan terhadap tanah.

Akibatnya, kawasan tepi danau beserta infrastrukturnya menjadi rawan kerusakan lebih lanjut tanpa adanya tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat.

Infrastruktur yang dibangun pada tepian danau diharapkan harus tetap kuat dan kokoh terhadap gaya yang ditimbulkan oleh tergenangnya air sesuai umur ekonomis

(8)

2 bangunan. Salah satu masalah bangunan yang ada pada tepian danau atau bangunan di pinggir sungai adalah adanya rembesan. Rembesan ini mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas bangunan karena terangkutnya bahan bahan halus sehingga dapat menyebabkan terjadinya piping. Jika piping sudah terjadi maka akan terbentuknya jalur rembesan ( jaringan alir ) antara bagian hulu dan ilir bangunan pada tepian danau (Windhari, 2020).

Rembesan biasanya terjadi karena aliran air yang melintasi sungai dari hulu ke hilir secara terus menerus, aliran tersebur biasanya terdapat pada aliran Sungai, danau atau waduk melalui kandungan yang tembus air (permeable). Rembesan dapat didefinisakan sebagai ciri-ciri bahan berongga atau berpori-pori yang memungkinan fluida berupa air atau minyak yang melintasi rongga. Rongga-rongga tanah saling berinteraksi satu dengan yang lainya, sehingga air dapat melintasi dari energi teratas hingga terendah. Permeabilitas tanah dapat digambarkan melalui ciri- ciri tanah yang dapat melewati aliran air sungai melalui rongga pori tanah (Nurnawaty et al., 2018).

Maka dalam tugas akhir ini akan dilakukan “Identifikasi Rembesan Air Pada Area Danau Ranca Trap Di Desa Talang Balai Kecamatan Belida Darat Kabupaten Muara Enim Dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis” Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui sejauh mana sebaran rembesan dipinggir danau menggunakan metode geolistrik tahanan jenis, dan litologi bawah permukaan. Hasil penelitian ini akan mendapatkan wawasan baru dalam upaya pengelolahan danau.

Metode geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger sering dilakukan untuk menyelidiki variasi resistivitas bawah permukaan secara lateral, yang dikenal sebagai lateral mapping. Metode Wenner-Schlumberger memiliki kelebihan, seperti efisiensi dalam pengukuran jarak, serta kemampuan memetakan aliran rembesan dengan akurat. Penerapannya telah banyak dilakukan dalam survei air tanah, eksplorasi sumber panas bumi, serta kajian gerak tanah dan longsor. Hal ini menjadikannya pilihan yang efektif untuk mengidentifikasi sebaran rembesan pada berbagai struktur (Chandrasasi et al., 2018).

(9)

3 Penelitian serupa yang menggunakan metode wenner-schlumberger telah banyak diterapkan dalam mendeteksi rembesan fluida di berbagai lingkungan, termasuk kawasn TPA, bendungan, dan area berpotensi tercemar lainya. Metode ini memungkinkan pemetaan zona berpori yang tersaturasi fluida dengan resolusi yang baik, seperti yang ditunjukan dalam studi di sekitar TPA Sumopo, Manado. Dengan konfigurasi Wnner-Schlumberger pada beberapa lintasan, data yang diperoleh kemudian diinversi menggunakan perangkat lunak Res2dinv untuk menghasilkan profil resistivitas 2D. Hasilnya menunjukan keberadaan zona resistivitas rendah yang diinterpetasikan sebagi jalur rembesan dan akumulasi lindi, serta indikasi pencemaran air tanah. Keberhasilan penelitian ini semakin mengukuhkan metode Wenner-Schlumberger sebagai teknik geofisika yang efektif dalam mengidentifikasi rembesan (Datunsolang et al., 2015).

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sebaran rembesan bergerak dipinggir danau Ranca Trap Desa talang balai menggunakan metode geolistrik tahanan jenis?

2. Bagaimana kondisi litologi bawah permukaan dan jalur aliran air yang berperan dalam fenomena disekitar rembesan danau?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui area rembesan dipinggir danau ranca trap menggunakan metode tahan jenis Wenner-Schlumberger.

2. Mengidentifikasi struktur litologi bawah permukaan serta jalur aliran yang mempengaruhi rembesan di daerah penelitian .

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang potensi risiko rembesan yang dapat memengaruhi ladang pertanian, budidaya ikan, dan infrastruktur di sekitar danau, serta memberikan solusi mitigasi untuk mengurangi dampak negatif.

2. Menyediakan data geofisika tentang karakteristik rembesan di area danau, serta memperkaya referensi dalam penggunaan metode geolistrik untuk mendeteksi dan memetakan rembesan.

(10)

4 3. Memberikan masukan terkait potensi pengembangan Danau Ranca Trap sebagai tempat wisata, dengan memperhitungkan langkah mitigasi yang diperlukan untuk mengurangi risiko rembesan.

1.5. Batasan Masalah

1. Penelitian ini hanya dilakukan di area pinggir Danau Ranca Trap di Desa Talang Balai, Kecamatan Belida Darat, Kabupaten Muara Enim.

2. Penelitian difokuskan deteksi rembesan di daerah tersebut menggunakan metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner-Schlumberger.

3. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam analisis hanya mencakup litologi bawah permukaan, jalur aliran air, dan stabilitas tanah, tanpa memperhitungkan aspek-aspek lain seperti interaksi kimia atau perubahan lingkungan jangka panjang.

(11)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Lokasi penelitian

Kondisi geologi kabupaten muara enim sangat kompleks dan menarik karena daerah ini masuk dalam cekungan Sumatera Selatan yang merupakan cekunga belakang busur 2 Secara Fisiografis Van Bemmelen 1949 Kabupaten Muara Enim termasuk ke dalam fisiografi Zona Dataran Rendah dan Berbukit dan sebagiannya lagi masuk ke dalam Zona Semangko.

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Muara Enim 2.2. Rembesan

Rembesan didefiniskan sebagi sifat suatu bahan yang memiliki celah atau berongga yang memungkinkan cairan seperti air atau minyak mengalir melewati celahnya. Terjadinya rembesan diakibatkan ketidak stabilan suatu struktur yang tidak mampu menahan aliran air. Akibatnya, air yang mengalir meresap masuk kedalam tanah melalui retakan retakan yang ada pada bangunan. Aliran ini mempunyai pengaruh yang bisa menghancurkan stabilitas bangunan karena terangkatnya material material

(12)

6 bangunan oleh aliran air sehingga dapat menyebabkan erosi dibawa permukaan (piping). jika erosi dibawah permukaan sudah terjadi maka terbentuknya jalur rembesan (Waskito F et al., 2016).

Berikut merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya rembesan:

a. Permeabilitas Tanah

Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk dilalui atau ditembus air. Perembesan air kedalam tanah hampir selalu bergerak secara linier, yaitu jalur yang diambil berbentuk formasi yang teratur (kurva halus).

Menurut Hukum Darcy, penyebab utama perembesan adalah kecendrungan air untuk mengalir karena gravitasi atau didorong oleh suatu kondisi tertentu. Permeabilitas sangat dipengaruhi oleh keberadaan pori- pori tanah. pori-pori ini saling terhubung, sehingga memungkinkan air mengalir dari wilayah dengan energi lebih tinggi ke wilayah energi lebih rendah. Oleh dimikian, permeabilitas didefinisikan sebagai karakteristik material berpori yang memungkinkan cairan, seperi air atau minyak, mengalir melalui ruang porinya. Secara umum permeabilitas tanah mengambarkan kemampuanya mengalirkan air melalui rongga pori nya (Jarwanto’ et al., 2024).

b. Tekanan Hidrotastis

Tekanan hidrositas adalah tekanan yang bergantung pada kedalaman suatu titik dibawah permukaan air tanah. Untuk menentukan besarnya tekanan air pori yang terjadi pada kedalaman tertenu dibawah muka air tanah, diperlukan analisis berdasrkan prinsip tekanan hidrotastis. Tekanan ini meningkat seiring bertambahnya kedalaman karena adanya berat air di atasnya (Ariyani & Soehoed, 2012).

(13)

7 Gambar 2. 2 Tekanan Hidrotastis (Nurnawaty et al., 2018).

Tekanan hidrotastis ditunjukan dengan panah yang mengarah kekanan, di mana Panjang panah semakin bertambah ke bawah, menunjukan bahwa tekanan meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman (Nurnawaty et al., 2018)

2.3. Jenis Jenis Rembesan a. Rembesan Lateral

Rembesan lateral merupakan proses di mana air dalam tanah bergerak secara horizontal. Fenomena ini terjadi akibat perbedaan permeabilitas pada berbagai lapisan tanah. Air yang meresap ke lapisan tanah atas dengan kecepatan relatif tinggi dapat terhalang oleh lapisan dengan permeabilitas rendah atau lapisan yang kedap air. Akibatnya, air tertahan dan mengalir secara lateral hingga muncul ke permukaan tanah di kaki lereng yang ebih rendah(Indriatmoko et al., 2015).

(14)

8 Gambar 2. 3 Rembesan lateral (Liang et al., 2013)

Fenomena rembesan lateral terjadi akibat perbedaan tekanan air antara sisi hulu dan hilir bendungan. Air meresap melalui pori pori tanah dan mengalir secara horizontal sebelum akhirnya keluar melalui outlet di hilir, jika tidak dikendalikan, rembesan ini dapat melemahkan struktur bendungan dan menyebabkan kebocoran (Liang et al., 2013)

b. Rembesan Vertikal

Rembesan vertikal mengacu pada pergerakan air melalui pori- pori tanah ke arah atas atau bawah akibat adanya perbedaan tekanan air atau gradien hidrolik. Pergerakan ini terjadi karena adanya gaya dorong yang disebabkan oleh perbedaan energi potensial antara dua titik dalam tanah. Pada perencanaan konstruksi, koefisien permeabilitas (k) sering digunakan untuk menghitung aliran air dalam arah verikal. Pemilihan nilai koefisien permeabilitas yang tepat sangat penting untuk menghasilkan perencanaan konstruksi yang optimal. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan atau persamaan yang dapat mengintegrasikan aliran vertikal dan horizontal agar mencerminkan kondisi lapangan secara lebih akurat (Mabrur, 2019).

(15)

9 Gambar 2. 4 arah aliran rembesan vertikal (Mabrur, 2019).

Pada gambar, rembesan vertikal terjadi karena air dari sisi hulu meresap ke bawah melalui material dibawahnya akibat tekanan hidrotastis dan gaya gravitasi. Pergerakan ini dipengaruhi oleh sifat permeabilitas tanah, dengan material yang lebih permeable memungkinkan air mengalir lebih cepat, sementara material kurang permeabel dapat memperlambat atau menahan air. Jika rembesan vertikal terlalu kuat, dapat terjadi erosi internal yang berpotensi melemahkan struktur di atasnya, seperi bendungan atau tanggul (Mabrur, 2019).

2.4. Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivity)

Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang digunakan untuk mempelajari perilaku arus listrik di dalam bumi berdasarkan prinsip- prinsip kelistrikan. Metode ini mengidentifiksi sifat listrik di bawah permukaan bumi, termasuk pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik, baik dari arus yang diinjeksikan maupun sumber alami.

Prinsip kerja metode geolistrik dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik kedalam tanah menggunakan sepasang elektroda current. Dengan menganalisis perbedaan potensial dan arus, nilai resistivitas material bawah permukaan dapat diestimasi. Metode ini efektif untuk mengidentifikasi lapisan tanah bawah permukaan karena setiap material

(16)

10 memiliki nilai resistivitas yang berbeda. Salah satu pendekatan geolistrik yang sering digunakan untuk mempelajari kondisi geologi bawah permukaan adalah metode resistivitas (Hakim & Manrulu, 2016).

Metode geolistrik tahanan jenis (resistivity) merupakan salah satu metode geofisika yang sering digunakan dalam eksplorasi untuk mengidentifikasi litologi dibawah permukaan. Metode geolistrik tahanan jenis menggunakan dua elektroda arus untuk menginjeksikan arus lkedalam bumi dan mengukur perbedaan potensial listrik yang ditimbulkan melalui elektroda potensial. Hasil pengukuran arus listrik dan perbedaan potensial akan digunakan untuk menentukan nilai tahanan jenis pada lapisan bawah permukaan bumi. Nilai tahanan jenis yang diperoleh dari pengukuran metode geolistrik disebut sebagai tahanan jenis semu.

yang dilambangkan sebagai 𝜌𝑎, dirumuskan menggunakan persamaan (2.1):

𝜌𝑎= K ∆𝑉

𝐼 (2.1)

Keterangan: 𝜌𝑎 tahan jenis semu (Ωm), k merupakan faktor koreksi geometri (m), ∆V adalah beda potensial (V), dan I adalah arus listrik (A) (Nizamullah et al., 2018)

Secara umum tekinik pengambilan data dalam metode geolistrik tahan jenis (resistivity) terdiri dari: vertikal sounding dan lateral Maping.

a. Vertikal sounding

Vertikal sounding merupakan metode yang digunakan untuk menyelidiki variasi resistivitas bawah permukaan secara vertikal. Teknik ini dilakukan dengan mempertahankan titik pengukuran tetap, serta mengubah atau membuat variasi jarak antara elektroda arus dan elektroda tegangan. Konfigurasi elektroda yang biasanya digunakan adalah konfigurasi Schlumberger.

(17)

11 Gambar 2. 5 Teknik akuisisi vertikal sounding

b. Lateral maping

Lateral maping merupakan metode yang digunakan untuk menyelidiki variasi resistivitas bawah permukaan secara horizontal atau lateral.

Pendektan ini dilakukan dengan mempertahankan jarak tetap antara elektroda arus dan elektroda tegangan, serta memindahkan titik pengukuran secara horizontal. Konfigurasi elektroda yang umum digunakan biasanya wenner dan dipole-dipole(Chandrasasi et al., 2018)

Gambar 2. 6 Teknik akuisisi lateral maping

(18)

12 Tabel 2. 1 Nilai Resistivitas Batuan ( Telford Dkk., 1990)

Material Resistivitas (Ωm)

Udara ~

Pirit 0.01-100

Kwarsa 500-800.000

Kalsit 1x1012-1x1013

Garam Batu 30-1x1013

Granit 200-10.000

Andesit 1.7x102-45x104

Basal 200-100.000

Gamping 500-10.000

Batu Pasir 200-8.000

Batu Tulis 20-2.000

Pasir 1-1.000

Lempung 1-100

Air Tanah 0.5-300

Air Asin 0.2

Magnetit 0.01-1.000

Kerikil Kering 600-10.000

Aluvium 10-800

Kerikil 100-600

2.5. Sifat Kelistrikan Batuan Dan Tanah

Salah satu sifat fisik utama yang dimiliki oleh batuan, selain sifat kelistrikannya, adalah resitivitas atau tahanan jenis. Resistivitas menunjukan sejauh mana suatu material dapat menghantarkan arus listrik. Semakin tinggi nilai resistivitas suatu batuan, semakin sulit arus listrik mengalir melaluinya, dan sebaliknya. Berdasarkan nilai resistivitasnya, batuan digolongkan dalam 3 kategori yaitu:

(19)

13 Konduktor baik : 10−6< 𝜌 < 1 Ωm

Konduktor sedang : 1< 𝜌 < 107 Ωm Isolator :𝜌 > 107 Ωm

Setiap batuan memiliki rentang nilai kelistrikan tertentu yang dapat digunakan untuk menentukan jenis batuan berdasarkan nilai resistivitasnya atau sebaliknya. Sifat kelistrikan batuan dipengaruhi oleh dua parameter utama, yaitu resistivitas lapisan dan ketebalan lapisan. Sedangkan parameter turunan lainya adalah konduktitansi longitudinal, resistansi transversal, resistivitas transversal, dan resistivitas longitudinal (Prameswari et al., 2012) Arus listrik dapat mengalir pada batuan mineral secara tig acara yaitu, konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik. Konduksi elektronik muncul Ketika batuan memiliki banyak elektron bebas, sehingga arus lisrtrik mudah merambat batuan. Konduksi eloktrolitik terjadi pada batuan yang bersifat porus pori-pori yang bermuatan larutan elektrolit, dengan arus listrik merambat akibat dibawa ion-ion larutan elektrolit. Konduksi elektrik muncul pada batuan yang bersifat dielektrik, yang dimaksud batuan tersebut memiliki elektron bebas sedikit dan bahkan tidak ada (Anika et al., 2015).

2.6. Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Konfigurasi Wenner-Schlumberger merupakan salah satu metode pengukuran dengan aturan spasi yang konstan. Pada konfigurasi ini, faktor perbandingan “n” ditentukan berdasarkan perbandingan jarak antara elektroda arus (A dan B) dengan elektroda potensial (M dan N), sebagiamna ditunjukan pada gambar 2.6. jika jarak antara elektroda potensial (M dan N) adalah a, maka jarak antara elektroda arus (A dan b) adalah 2na+a.

(20)

14 Gambar 2. 7 pengaturan Elektroda Konfigurasi Wenner-Schlumberger mofidikasi

dari (Utiya et al., 2015)

Faktor Geometri dari konfigurasi Wenner-Schlumberger K=n πα (n + 1)

Dengan a adalah jarak antara elektroda M dan N(Utiya et al., 2015) 2.7. Software Res2dinv

Program komputer yang disebut dengan res2dinv dapat secara otomatis menentukan model Resistivitas dua dimensi (2-D) untuk mengekstraksi data dari survey geolistrik. Nilai error RMS (roat mean square) adalah nilai error yang ditampilkan dalam bentuk persen dalam data resistivitas hasil pengolahan inversi. Nilai error RMS adalah nilai error yang menunjukan perbedaan antara nilai resistivitas semua hasil pengukuran (Measured Apparent Resistivity) dan nilai resistivitas semua hasil perhitungan (Calculated Apparent Resistivity). Resistivitas model diperoleh melalui iterasi terakhir dari inversi set data resistivitas. Ini biasanya merupakan iterasi dengan kesalahan RMS terendah. Jika model Resistivitas menunjukan Resistivitas bawah permukaan dengan benar atau tepat, ini mungkin metode yang paling efektif (Nugraha et al., 2019)

I

∆V

na a na

A M N B

(21)

15 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Daerah Penelitian

3.1.1. Lokasi Daerah Penelitian

Desa Talang Balai, Kec. Belida Darat, Kab. Muara Enim. Terletak pada titik koordinat 3° 29′ 13.2″ S, 104° 18′ 28.8″ E-3.487, 104.308. Lokasi penelitian berada di Danau Ranca Trap, Desa Talang Balai.

Gambar 3. 1 Peta Lokasi Penelitian 3.1.2. Waktu Penelitian

Pada penelitian di Danau Ranca Trap Desa Talang Balai, Kec. Belida Darat, Kab. Muara Enim akan dilaksanakan pada bulan Januari 2025 – Juni 2025, dengan tahapan sebagai berikut :

(22)

16 Tabel 3. 1 Waktu Kegiatan Penelitian

No. Jenis Kegiatan 2025 (Bulan)

Januari Februari Maret April Mei Juni 1. Studi literatur

2. Survei Lokasi 3. Pengambilan data ke

lapangan 4. Pengolahan data 5. Analisis dan

pembahasan 6. Penyelsaian skripsi

3.2. Alat

1. Alat geolistrik Resistivitas, berfungsi untuk mengukur nilai resistivitas.

2. Elektoda, berfungsi sebagai titik kontak antara alat geolistrik dengan tanah untuk menginjeksikan arus Listrik.

3. Kabel penghubung, berfungsi sebagai menghubungkan alat geolistrik dengan elektroda.

4. Aki 24 volt, berfungsi sebagai sumber arus DC.

5. Capit buaya, berfungsi sebagai menghubungkan kabel penghubung ke elektoda.

6. Kabel C dan P, berfunsi sebagai mengalirkan arus listrik ke elektoda dan mengukur beda potensial antara elektoda.

7. PC atau laptop, berfungsi sebagai penampil data hasil pengamatan.

8. Meteran, berfungsi srbagai mengukur panjang lintasan di lapangan.

9. Palu, berfunsi sebagai alat bantu untuk menancapkan elektroda.

10. Perangkat Lunak Res2Dinv, berfungsi untuk mengolah data.

(23)

17 11. GPS, berfungsi sebagi pengukur titik koordinat di setiap titik

pengukuran.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini diawali dengan survei Lokasi untuk mementukan Panjang lintasan dan titik-titik strategis yang relevan dengan keberadaan rembesan. Metode yang digunakan adalah geolistrik resistivitas 2D dengan konfigurasi Wenner-Schlumerger, yang efektif untuk mendeteksi variasi lateral dan vertikal resistivitas.

3.3.1. Pengambilan Data

Tabel 3. 2 Tabel Akuisisi Data Lapangan

No n a c1 p1 p2 c2 I v

1 1 2 2 4 6 8

2 1 2 4 6 8 10

3 1 2 6 8 10 12

4 … … … …

5 … … … …

6 … … … …

Pengambilan data dilakukan berdasarkan konfigurasi wenner- schlumberger, untuk mengisi tabel arus dan tegangan diatas akan dilakukan pengambilan data. Langkah-langkah yang dilakukan pada pengambilan data yaitu:

1. Menggunakan GPS untuk menentukan posisi koordinat lintasan pengukuran.

2. Mengukur Panjang lintasan yang akan digunakan dalam pengukuran.

3. Menentukan dan mengukur jarak antar elektroda sebagai spasi pengukuran.

4. Memasang elektroda pada titik-titik yang telah ditentukan sesuai jarak spasi.

(24)

18 5. Menyiapkan alat resistivity meter (nainura) dengan menghubungkan ke

aki menggunakan kabel penghubung.

6. Menghubungkan elektroda arus dan elektroda potensial ke swich box dengan menggunakan kabel LAN.

7. Mengaktifkan resistivity meter dan menginjeksikan arus Listrik ke dalam tanah.

8. Merekam nilai teganagn (volt) dan arus Listrik (Ampere) yang dihasilkan sebagai data pengukuran

9. Memindahkan posisi elektroda di swich box box sesuai dengan aturan konfigurasi wenner-schlumerger lalu Kembali menginjeksikan arus dan mencatat hasilnya. Lagkah ini diulangi hingga seluruh lintasan dan pengukuran selesai.

3.3.2. Pengolahan Data

Data yang didapatkan dari hasil pengukuran lapangan adalah nilai tegangan dan arus. Dari data tesebut akan dihitung nilai resistivitas semu menggunakan persamaan (1), perhitungan ini akan dilakukan menggunakan Software Microsoft Excel dan dimasukan ke progtam notepad dalam bentuk File Text dengan format sebagai berikut:

• Line 1 : Nama Lintasan.

• Line 2 : spasi yang digunakan.

• Line 3 : konfigurasi yang digunakan (7 untuk Schlumberger).

• Line 4 : jumlah seluruh data yang di dapatkan.

• Line 5 : ketik 1 untuk datum point.

• Line 6 : ketik 0 untuk data resistivitas.

• Line 7 : masukan data pengukuran jarak AB/2, spasi elektroda, faktor n dan nilai resistivitas semu dari hasil perhitungan.

• Ketik 0 sebanyak 5 kali untuk mengakhiri.

Data yang telah diketik dengan format diatas kemudian disimpan menjadi satu dengan program RES2DINV dalam format file *dat. Setelah itu dilakukan running dengan program

(25)

19 RES2DINV untuk menghaslkan penampang resistivitas dari data yang telah disimpan sebelumnya.

3.3.3. Interpetasi Data

Hasil penampang yang diolah menggunakan perangkat lunak dapat digunakan untuk menganalisis struktur lapisan bawah permukaan dengan mengamati nilai resistivitas yang diperoleh dan mengaitkanya dengan sifat fisik material. Berdasrkan struktur dan kedalaman lapisan bawah permukaan yang teridentifikasi, jalur rembesan dapat diketahui. Hal ini memungkinkan untuk memprediksi pola alira air dalam tanah, yang berkontribusi terhadap identifikasi potensi rembesan pada lereng di Lokasi penelitian.

3.4. Diagrm Alir Penelitian

Mulai

Survey Daerah Penelitian

Pengambilan Data (V , I) menggunakan metode Geolistrik 2d Maping Konfigurasi

Wenner-Schlumberger

Pengolahan Data

Hasil Penampang Metode 2D Konfigurasi Wenner-

Schlumberger Penentuan jalur rembesan

Interpetasi hasil

Selesai

(26)

20 DFTAR PUSTAKA

Anika, F., Djamas, D., & Ramli. (2015). Pengaruh Variasi Penambahan Serbuk Grafit Dalam Pasir Terhadap Konduktivitas Listrik Beton K-350. Pillar Of Physics, Vol. 6, 57–64.

Ariyani, N., & Soehoed, Y. D. M. (2012). Tinjauan Perilaku Tinggi Tekanan Air Dan Rembesan Pada Bendung Menggunakan Alat Peraga Bendung Tanpa Turap.

Chandrasasi, D., Asmaranto, R., & Partarini, N. M. C. (2018). Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger Untuk Analisis Rembesan Pada Maindam Waduk Greneng, Kabupaten Blora.

Datunsolang, F., Tamuntuan, G., & As’ari. (2015). Identifikasi Rembesan Limbah Cair Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger Studi Kasus Tpa Sumompo, Manado. Jurnal Ilmiah Sains, Vol. 15 No. 2, 167–172.

Hakim, & Manrulu, R. H. (2016). Aplikasi Konfigurasi Wenner Dalam Menganalisis Jenis Material Bawah Permukaan. Jurnal Ilmiah Pendidikan

Fisika ‘Al-Biruni,’ Vol.5 No.1, 96–108.

Https://Doi.Org/Https://Ejournal.Radenintan.Ac.Id/Index.Php/Al- Biruni/Index

Indriatmoko, R. H. , Kristyawan, I. Pa. , & Shoiful A. (2015). Pengukuran Infiltrasi Dalam Kawasan Teknopark Pelalawan. Vol.8 No.2.

Jarwanto’, Annisa, & Sihombing T. (2024). Analisis Permeabilitas Tanah Sebagai Upaya Penanganan Genangan Air Di Kecamatan Banjarbaru Utara, Kalimantan Selatan. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran, Volume 7 Nomor 2, 3815–3818.

Liang, X., Li, L., Chen, Y. X., Liu, J., Ye, Y. S., Tian, G. M., & Lundy, M. (2013).

Dissolved Phosphorus Losses By Lateral Seepage From Swine Manure

(27)

21 Amendments For Organic Rice Production. Soil Science Society Of America Journal, 77(3), 765–773. Https://Doi.Org/10.2136/Sssaj2012.0345

Mabrur, M. (2019a). Studi Korelasi Koefisien Permeabilitas Vertikal Dan Permeabilitas Horizontal Pada Tanah Lempung.

Https://Doi.Org/Http://Jurnal.Abulyatama.Ac.Id/Index.Php/Semdiunaya Mabrur, M. (2019b). Studi Korelasi Koefisien Permeabilitas Vertikal Dan

Permeabilitas Horizontal Pada Tanah Lempung. In Semdi Unaya.

Https://Doi.Org/Http://Jurnal.Abulyatama.Ac.Id/Index.Php/Semdiunaya Nizamullah, Akmam, & Syafriani. (2018). Struktur Batuan Pascalongsor

Menggunakan Metoda Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner. Pillar Of Physics, Vol. 11, No 1, 25–32.

Nugraha, G. S., Marwan, M., & Muhni, A. (2019). Aplikasi Metode Resistivitas 2d Untuk Menentukan Intrusi Air Laut Di Lambada Lhok Aceh Besar Aceh.

Jurnal Teknosains, 9(1), 1–85. Https://Doi.Org/10.22146/Teknosains.34368 Nurnawaty, Suhardiman, & Ihwan. (2018). Analisis Rembesan Pada Bendungan

Tipe Urugan (Uji Simulasi Lab). Jurnal Teknik Hidro, 11, 12–22.

Prameswari, F. W. , Bahri, A. S. , & Parnadi, W. (2012). Analisa Resistivitas Batuan Dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk Dan Konsep Anisotropi. Jurnal Sains Dan Seni Its, Vol. 1, No. 1, 15–20.

Utiya, J., As’ari, & Tongkukut, S. H. (2015). Metode Geolistrik Restivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger Dan Konfigurasi Dipole-Dipole Untuk Identifikasi Patahan Manado Di Kecamatan Paaldua Kota Manado. Jurnal Ilmiah Sains, Vol.15 No.2, 135–141.

Waskito F, Yulianto T, & Suprapto Dj. (2016). Analisis Rembesan Pada Bendungan Cengklik Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Dan Uji Permeabilitas Untuk Menghitung Debit Rembesan. Youngster Physics Journal, 5, 425–432.

(28)

22 Windhari, G. A. E. (2020). Monitoring Rembesan Air Pada Tanggul Penahan Lumpur Sidoarjo Menggunakan Scanning Ground Penetrating Radar (Gpr).

Http://Www.Sangkareang.Org/

Referensi

Dokumen terkait

Sistem jual beli yang terjadi di desa Pulau Panggung kecamatan Semende Darat Laut kabupaten Muara Enim ini berbeda dengan jual beli pada umumnya karena

Disimpulkan bahwa mahar adat perkawinan Tunggu Tubang di Semende Darat Kabupaten Muara Enim dalam konteks pendapat Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanafi lebih cenderung menganut

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi kondisi dan penyebab banjir pada lahan sawah di Desa Danau Rata Kecamatan Sungai Rotan Kabupaten Muara Enim, (2)

9 Dan untuk meluaskan uraian dari judul Tradisi besebut Pada Masyarakat Petani sawah di Desa Tebing Abang Kecamatan Semende Darat Tengah Kabupaten Muara Enim,

Lokasi PLTP Rantau Dedap secara administratif terletak di dalam Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU) Kabupaten Muara Enim dan sebagian kegiatannya termasuk ke dalam wilayah

Dengan demikian siswa/i di Madrasah Tsanawiyah Raudhatun Nasihin desa Aremantai Kecamatan Semendo Darat Ulu Kabupaten Muara Enim banyak yang mengunjungi perpustakaan

KESIMPULAN Keanekaragaman anggrek Orchidaceae yang ditemukan di Suaka Margasatwa Isau- Isau Wilayah Kerja Resor Konservasi Wilayah IX Kecamatan Semendo Darat Laut Kabupaten Muara Enim

Dokumen ini membahas tentang sejarah dan area Hutan Adat Ghimbe Paramunan di Desa Penyandingan, Kabupaten Muara