• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hutan Adat Ghimbe Paramunan: Sejarah dan Lupaannya

N/A
N/A
LVYCYCHEE

Academic year: 2024

Membagikan " Hutan Adat Ghimbe Paramunan: Sejarah dan Lupaannya"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi

4.1.1 Hutan Adat Ghimbe Paramunan

Hutan Adat Ghimbe Peramunan yang terletak di Desa Penyandingan Kecamatan Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim. Berdasarkan SK MenLHK Nomor SK. 3758/MENLHK-PSKL/PKTHA/PSL.1/3/2019 luas hutan adat dikukuhkan seluas 43,70 hektar yang berada dalam Areal Penggunaan Lain (APL). Terbentuknya Hutan Adat Ghimbe Peramunan berawal dari puyang sure dari dusun muara danau mencalonkan diri sebagai pesirah dan pada akhirnya masyarakat lebih memilih puyang kemakim akhinya puyang sure mengalami kekalahan dalam pencalonan. Akhirnya puyang sure bermukim di belambangan dan melakukan badah tarak (semedi) kata penyandingan berarti membandingan dusun ini dengan dusun muara danau. Berdiri pada tahun 1843 dusun penyandingan marga semende darat.

Masyarakat adat telah mengenal adanya hutan larangan di wilayah adat secara turun temurun dalam prakteknya disebut Hutan Peramunan adalah tempat beramu, mengambil bahan untuk rumah milik masyarakat perindividu dengan musyawarah para pemangku adat, pemerintahan dusun memikirkan Masyarakat Hukum Adat Marge Semende Darat yang bermukim di Dusun Penyandingan, dipimpin sekaligus oleh Kepala Dusun ssebagai Ketua Lembaga Adatnya.

Masyarakat Hukum Adat Semende Darat masih memiliki hubungan yang kuat dengan Hutan Adat Rimba Peramunan Puyang Sure. Masyarakat Hukum Adat Marge Semende Darat memiliki aturan-aturan adat dan sistem nilai yang mengatur tatanan kehidupan sosial masyarakat melalui lisan adat / masyarakat adat Dusun penyandingan tertuang dalam “kitab karas” atau surat ulu adat semende perlu di telusuri ke arsip nasional dikarnakan belum ada yang paham secara lisan adat umum dan adat masalah pemanfaatan hutan peramuan belum tertuang dalam kitab karas dan kesepakatan hasil musyawarah, (Lembaga pengelolaan hutan adat 2019).

(2)

Gambar 5. Keadaan Kawasan Hutan Adat Ghimbe Peramunan 4.1.2 Luas Wilayah Hutan Adat Puyang Sure Ghimbe Peramunan

Kawasan Hutan Adat Ghimbe Peramunan terletak di wilayah Desa Penyandingan, Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.

Berdasarkan SK MenLHK Nomor SK. 3758/MENLHK-

PSKL/PKTHA/PSL.1/3/2019 luas hutan adat dikukuhkan seluas 43,70 hektar yang berada dalam Areal Penggunaan Lain (APL). Kondisi lapangan dapat di lihat pada Gambar 5.

Secara geografis batas Hutan Adat Puyang Sure Aek Big'a Ghimbe Peramunan adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kebun Samani Sebelah Selatan : Buluhan Pak Sianang Sebelah Timur : Anak Sungai Pak Timbuk Sebelah Barat : Anak sungai Talang Tabak

(3)

Gambar 6. Peta Topografi Hutan Adat Ghimbe Peramunan 4.1.3 Iklim dan Topografi

Hutan Adat Ghimbe Peramunan memiliki suhu udara yang sejuk berkisar antara 18o C – 28o C dengan suhu udara rata-rata 22o C. Rata-rata curah hujan per tahun adalah 2.020 – 3.980 mm, dengan jumlah bulan basah sebanyak 321 bulan dan jumlah bulan kering sebanyak 5 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt- Ferguson Wilayah Hutan Adat Ghimbe Peramunan termasuk ke dalam tipe iklim A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropis.

Hutan Adat Ghimbe Peramunan terletak pada ketinggian 700 – 800 mdpl dengan topografi yang bervariasi dari datar 0-8%, landai 8-15%, agak curam 15- 25%, curam 25-45%, sangat curam ≥ 45% dan sebagian besar wilayah berada pada kemiringan lahan sangat curam, tabel dan peta topografi dapat dilihat pada Tabel 2, dan Gambar 6.

Tabel 1. Kemiringan Lahan Hutan Adat Puyang Sure Aek Big'a Ghimbe Peramunan.

No. Kemiringan Persentase (%)

1. Datar 0 – 8

2. Landai 8 – 15

3. Agak Curam 15 – 25

4. Curam 25 – 45

5. Sangat Curam ≥ 45

Sumber: Hasil Analisis DEMNAS oleh HaKI .2020

Sumber: Hasil Analisis DEMNAS oleh HaKI .2020

(4)

Gambar 7. Transek Penelitian dan Titik Koordinat 4.2 Identifikasi Jenis Burung di Hutan Adat Ghimbe Peramunan

Berdasarkan identifikasi hasil penelitian di Hutan Adat Ghimbe Peramunan Desa Penyandingan Kecamatan Semende Darat Laut diperoleh sebanyak 12 jenis.

Pada penelitian ini diambil 4 jalur transek pengamatan, dan setiap transek terdiri dari 5 titik pengamatan. Adapun data transek dan jenis burung yang ditemukan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

Berdasarkan hasil penelitian baik melalui wawancara dan pengamatan di Hutan Adat Ghimbe Peramunan bahwa di dapatkan 20 jenis, yang mana 2 jenis didapatkan pada pengamatan di lapangan dan 8 jenis didapatkan dari hasil wawancara. Pada lokasi penelitian ditemukan jenis burung yang sering dijumpai yaitu Kutilang (Pycnonotus aurigaster) 79, Pleci (Zosteropidae palpebrosus) sejumlah 56, daftar burung yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.

(5)

Tabel 2. Jenis Burung Hasil Pengamatan di Lapangan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Transek Jumlah

1 2 3 4

1 Kutilang Pycnonotus aurigaster

79

2 Pleci Zosteropidae palpebrosus

56

3 Pipit Lonchura

punctulate

34

4 Pergam Ducula

binomial

29

5 Terkuku Streptopelia chinensis

22

6 Merbah Pycnonotus

bimaculatus

21

7 Ketitiran Geosperlia striata

20

8 Beranting Pycnonotus bimaculatus

18

9 Kecici Locustella certhiola

18

10 Percang Pycnonotus atriceps

11

11 Elang Milvus

Migrans

9

12 Punai Treron oxyura Temminck

4

Total 321

(6)

Gambar 8. Pleci (Zosteropidae palpebrosus) Tabel 3. Jenis Burung Hasil Wawancara

No Nama Lokal Nama Ilmiah

1 Delimukan Chalcophaps indica

2 Takau Cymbirhynchus macrorhynchos

3 Hantu Strigiformes

4 Murai Copsychus saularis

5 Binti Halcyon smyrnensis

6 Butbut Centropus sinensis

7 Pungguk Ninox scutulata

8 Manyar Ploceus philippinus

Dari hasil penelitian dapat dilakukan Klasifikasi dan Deskripsi jenis-jenis burung yang terdapat di Hutan Adat Ghimbe Peramunan dapat dilihat pada urain dibawah:

1. Famili Zosteropidae

a) Pleci (Zosteropidae palpebrosus)

Burung kacamata atau burung pleci (Zosterop) merupakan salah satu genus alias marga dari keluarga Zosteropidae, kelompok ini memiliki jumlah anggota terbesar. Panjang tubuhnya (dari ujung paruh hingga ujung ekor) berkisar antara 8–

15 cm. (Jønsson et al., 2006)

Sumber Foto: Gita (2020).

(7)

Gambar 9. Kutilang (Pycnonotus aurigaster) Klasifikasi Burung Pleci

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes Famili : Zosteropidae Genus : Zosterops

Spesies : Z. palpebrosu 2. Famili Pycnonotidae

a) Kutilang (Pycnonotus aurigaster)

Burung Kutilang atau Pycnonotus aurigaster, bisa dibilang sebagai jenis Burung Cucak yang paling populer di Indonesia. Burung Cucak Kutilang masih dengan mudah dijumpai dibeberapa daerah. Tubuh Cucak Kutilang berukuran sedang, dengan panjang tubuh sekitar 20 cm. Sisi bagian atas tubuh (punggung dan ekor) berwarna coklat kelabu, sedangkan sisi bawah (tenggorokan, leher, dada, dan perut) berwarna putih keabu-abuan (Kurnia, 2003) dalam (Mulyani et al., 2008).

(8)

Gambar 10. Percang (Pycnonotus atriceps) Klasifikasi Burung Ketilang

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes Famili : Pycnonotidae Genus : Pycnonotus

Spesies : P. aurigaster b) Percang (Pycnonotus atriceps)

Burung Cucak Kurincang atau Percang juga merupakan jenis burung yang nama ilmiahnya adalah Pycnonotus Atriceps. Kebiasaan hidupnya yaitu suka menyendiri saat berburu ataupun ketika istirahat dan juga terkadang burung ini akan terlihat bercampur dengan kawanannya dalam jumlah kecil dan kelompok burung lainnya. Burung percang ini juga sangat suka menyantap buah-buahan dan hewan- hewan kecil. Ciri khas burung percang ini juga memiliki tubuh yang sangat cantik.

Sedangkan untuk ukurannya mencapai 17 cm.

(9)

Gambar 11. Beranting (Pycnonotus bimaculatus) Klasifikasi Burung Percang

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes Famili : Pycnonotidae Genus : Pycnonotus

Spesies : P. atriceps c) Beranting (Pycnonotus bimaculatus)

Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm. Punggung berwarna hitam kelabu atau kecokelatan, tersaput hijau zaitun. Dagu, tenggorokan dan dada hitam kecokelatan, dada bagian bawah dan perut keputihan suram, atau bebercak kehitaman. Kepala dengan satu atau dua bintik jingga kekuningan di depan mata, dan penutup pantat berwarna kuning. Kebiasaan dan Penyebaran Sendirian atau dalam kelompok, burung ini menyukai pinggir hutan dan tempat-tempat terbuka di hutan, juga pada vegetasi pada tepian sungai di hutan. Memburu serangga dan mencari aneka buah- buahan untuk makanannya.

Sumber: Reyhan (2022).

(10)

Gambar 12. Terkuku (Streptopelia chinensis) Klasifikasi Burung Beranting

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes Famili : Pycnonotidae Genus : Pycnonotus Spesies : P. bimaculatus 3. Famili Columbidae

a) Terkuku (Streptopelia chinensis)

Burung Tekukur hampir ditemukan di semua habitat terbuka dan ranting pepohonan yang tinggi. Sering terlihat berkelompok, bertengger di tajuk atas pepohonan sambil mencari makanan. Berikut ini adalah klasifikasi lengkap dari burung tekukur (Soejoedono, 2001), burung tekukur memiliki ukuran tubuh sedang, berwarna cokelat kemerah jambuan, ekor berukuran panjang dan bulu ekor terluar memiliki tepi putih tebal, bulu sayap lebih gelap dari pada bulu tubuh.

(11)

Gambar 13. Ketitiran (Geosperlia striata) Klasifikasi Burung Terkuku

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Columbiformes Famili : Columbidae Genus : Streptopelia

Spesies : S. chinensis b). Ketitiran (Geosperlia striata)

Ketitiran memiliki tubuh berukuran kecil (21 cm). Burung ini bertubuh ramping dan berekor panjang. Kepalanya berwarna abu-abu, dengan leher dan bagian sisi bergaris halus, dan punggung coklat dengan tepi hitam. Bulu sisi terluar ekor berwarna kehitaman dengan ujung putih. Iris dan paruh abu-abu biru, kaki merah jambu tua. Hidup berpasangan atau kelompok kecil. Ketitiran makan di permukaan tanah, sarangnya berbentuk datar tipis dan terbuat dari ranting-ranting.

(12)

Gambar 14. Punai (Treron oxyura temminck) Klasifikasi Burung Ketitiran

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Columbiformes Famili : Columbidae Genus : Geopelia

Spesies : G. striata c). Burung Punai (Treron oxyura temminck)

Punai adalah genus burung berukuran sedang hingga besar yang tergolong famili Columbidae dan bersaudara dekat dengan merpati. Punai termasuk Burung arboreal yang beraktivitas di atas pohon, memamakan buah-buahan. Burung tersebut bersarang di atas tanah, pohon atau semak dengan sarang berbentuk panggung dari ranting-ranting pohon kering untuk meletakkan telurnya yang berwarna putih sebanyak 1-2 butir.

Sumber: Petersson, (2010).

(13)

Gambar 15. Pergam (Ducula binomial) Klasifikasi Burung Punai

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Columbiformes Famili : Columbidae

Genus : Treron d). Pergam (Ducula binomial)

Burung Pergam memiliki ukuran yang relatif besar, kira-kira 45 cm dan kepala, leher, dan tubuh bagian bawah abu-abu agak merah jambu pucat. Penutup ekor bagian bawah merah-coklat. Tubuh bagian atas hijau gelap dengan warna pelangi perunggu mengkilap burung ini menetap di tempat bertengger komunal dan mencari makan dalam kelompok-kelompok kecil. Sering terbang di antara pulau- pulau kecil. Mencari makan pada pohon yang tinggi. Terlihat jelas sewaktu bertengger atau ketika mencari makan pada pohon yang tinggi.

Sumber: Gerlinde Taurer

(14)

Gambar 16. Elang (Milvus Migrans) Klasifikasi Burung Pergam

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Columbiformes Famili : Columbidae Genus : Ducula

Spesies : D. aenea 4.Famili Accipitridae

a). Elang (Milvus Migrans)

Elang adalah salah satu dari jenis burung predator yang terdapat di seluruh Indonesia. Dalam Bahasa inggris, eagle atau elang merujuk pada burung pemangsa berukuran besar dari suku Accipitridae terutama genus Aquila. Elang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi bulu pelepah.

(15)

Gambar 17. Pipit (Lonchura punctulate) Klasifikasi Burung Elang

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Aves

Order : Accipitriformes Family : Accipitridae Genus : Milvus

Spesies : M. migrans 5. Famili Estrildidae

a). Pipit (Lonchura punctulate)

Pipit peking (Lonchura punctulata) adalah sejenis burung kecil pemakan padi dan biji-bijian. Nama punctulata berarti berbintik-bintik, menunjuk kepada warna bulu-bulu di dadanya. Burung yang berukuran kecil, dari paruh hingga ujung ekor sekitar 11 cm. Burung dewasa berwarna cokelat di leher dan sisi atas tubuhnya, dengan coretan-coretan agak samar berwarna muda dan tangkai bulu putih.

Tenggorokan cokelat kemerahan. Sisi bawah putih, dengan lukisan serupa sisik berwarna coklat pada dada dan sisi tubuh perut bagian bawah sampai pantat putih

Sumber: Nurstee (2018).

(16)

Gambar 18. Merbah (Pycnonotus bimaculatus) Klasifikasi Burung Pipit

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes Famili : Estrildidae Genus : Lonchura

Spesies : L. punctulate 6. Famili Pycnonotidae

a). Merbah (Pycnonotus bimaculatus)

Merbah aslinya dalam bahasa Melayu merujuk kepada beberapa jenis burung pengicau yang berbulu suram di semak belukar. Merbah memiliki ukuran yang relatif sedang, burung-burung ini biasanya bertubuh sedang agak ramping, leher pendek, dan ekor agak panjang. Kerap kali bermisai halus. Sebagian spesiesnya memiliki warna-warni yang cerah: kuning, jingga, merah, pada dada, perut atau seluruh tubuhnya. Akan tetapi kebanyakan berwarna suram cokelat zaitun, keabu-abuan atau kekuningan, dengan warna kuning, jingga atau merah di pantatnya. Jantan dan betina berwarna serupa.

Sumber: Anton 2019.

(17)

Gambar 19. Kecici (Locustella certhiola) Klasifikasi Burung Merbah

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes

Famili : Pycnonotidae 7. Famili Sylviidae

a). Kecici (Locustella certhiola)

Burung kecici kecil dan bantet berwarna cokelat, dengan coretan jelas hitam diseluruh tubuhnya. Perhatikan tepian bulu tersier pucat berjarak setara pada individu dewasa dan remaja. Sangat sulit dilihat saat tidak bernyanyi, namun jika berhasil ditemukan cenderung tidak terlalu pemalu. Berbiak di hutan rawa terbuka, padang ilalang dan tepian taiga berawa, pada musim dingin juga menghuni habitat bervegetasi kusut dan rimbun yang mirip.

Sumber: Vincent Wang (2019).

(18)

Klasifikasi Burung Kecici Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes

Famili : Sylviidae 4.2.1 Indeks Keanekaragaman Jenis

Indeks keanekaragaman (H') menggambarkan keadaan populasi organisme secara matematis agar mempermudah dalam menganalisis informasi jumlah individu masing-masing jenis pada suatu komunitas. Untuk itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan dari Shannon-Wiener, indeks keanekaragaman jenis dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Indeks Keanekaragaman Jenis

No Nama

Lokal Nama Latin Jumlah DPlot ni/N LOG

ni/n H’

1 Pleci Zosteropidae palpebrosu

56 4 0,174 -1,746 0,304

2 Kutilang Pycnonotus

aurigaster 79 4 0,246 -1,401 0,345

3 Percang Pycnonotus atriceps

11 1 0,034 -3,373 0,115

4 Beranting Pycnonotus

bimaculatus 18 1 0,056 -2,881 0,161

5 Terkuku Streptopelia

chinensis 22 1 0,068 -2,680 0,183

6 Ketitiran Geosperlia

striata 20 1 0,062 -2,775 0,172

7 Punai Treron oxyura Temminck

4 1 0,012 -4,385 0,054

8 Elang Milvus

Migrans 9 2 0,028 -3,574 0,100

9 Pipit Lonchura punctulate

34 2 0,090 -2,404 0,217

10 Pergam Ducula Aenea 29 1 0,105 -2,245 0,237 11 Merbah Pycnonotus

bimaculatus

21 2 0,065 -2,726 0,178

12 Kecici Locustella

certhiola 18 2 0,056 -2,881 0,161

Total 2,233

(19)

Indeks Shanon-Wiener memiliki indicator sebagai berikut:

H’ < 1,5 = tingkat keanekaragaman rendah

1,5 ≤ H’ ≥ 3,5 = tingkat keanekaragaman sedang H’ >

3,5 = tingkat keanekaragaman tinggi

Berdasarkan analisis data, indeks keanekaragaman jenis burung secara keseluruhan pada kawasan Hutan Adat Ghimbe Peramunan Desa Penyandingan Kecamatan Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim termasuk kategori sedang.

Tingkat indeks keanekaragaman dipengaruhi oleh perburuan liar dan berkurangnya sumber makanan yang terdapat di Hutan Adat Ghimbe Peramunan Desa Penyandingan Kecamatan Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim. Dari hasil penelitian diketahui bahwa burung yang ditemukan berjumlah 20 jenis, dari 20 jenis burung terdapat 12 jenis perjumpaan langsung, dan 8 wawancara. Hal ini dikarenakan kondisi wilayah Hutan Adat Ghimbe Peramunan berbatasan dengan kebun warga serta banyaknya aktivitas masyarakat dan pemburuan satwa yang dilakukan di kawasan Hutan Adat Ghimbe Peramunan tersebut diduga berpengaruh terhadap keberadaan dan aktivitas satwa di kawasan Hutan Adat Ghimbe Peramunan, sehingga satwa menjadi tidak mudah ditemukan secara langsung.

Gambar 20. Grafik Keanekargaman.

Hasil keanekaragaman berdasarkan spesies menggunakan Indeks Shannon Weiner (H’) adalah 2.23 angka tersebut termasuk dalam kategori sedang, karena

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Keanekaragaman

Keanekaragaman

(20)

batas nilai tinggi adalah 3,5 dan rendah 1,5 hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Untuk menentukan jumlah individu dari masing masing spesies termasuk beragaman atau tidak dapat dilihat pada Grafik berikut

Dari grafik tersebut diketahui bahwa hanya dua spesies yang jumlah nya paling mendominasi dibandingkan dengan spesies lainnya yaitu Kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan Pleci (Zosteropidae palpebrosus) dan tampak jumlah individu masing masing spesies tidak terlalu merata. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Adelia (2016), tentang keanekaragaman jenis burung dihutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus. Bahwa tingkat keanekaragaman jenis burung dihutan rakyat 2 point count tinggi, dan 1 point count rendah. Hal ini disebabkan lokasi tersebut terletak di antara hutan rakyat berbatasan dengan pemukiman. Menurut (Handari, 2012), tingginya jumlah spesies burung pada habitat hutan diduga berkaitan dengan ketersediaan pakan yang cukup melimpah. Selain untuk melihat keanekaragaman spesies burung, indeks keanekaragaman juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan komunitas untuk menjaga kondisi tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya.

4.2.2 Indeks Kemerataan Jenis.

Indeks kemerataan menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap spesies. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama, maka komunitas tersebut mempunyai nilai evenness maksimum. Sebaliknya, jika nilai kemerataan kecil, maka dalam komunitas tersebut terdapat jenis dominan, sub- dominan dan jenis yang terdominasi, maka komunitas itu memiliki evenness minimum. Nilai kemerataan memiliki rentang antara 0–1, jika nilai indeks yang diperoleh mendekati satu berarti penyebarannya semakin merata (Ismaini et al., 2015).

(21)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Hutan Adat Ghimbe Peramunan indeks kemerataan jenis dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Indeks Kemerataan Jenis No Nama

Lokal

Nama Ilmiah Jumlah Individu

Kemerataan (E)

1 Pleci Zosteropidae palpebrosu

56 0,122

2 Kutilang Pycnonotus

aurigaster 79 0,138

3 Percang Pycnonotus atriceps

11 0,046

4 Beranting Pycnonotus

bimaculatus 18 0,065

5 Terkuku Streptopelia chinensis

22 0,073

6 Ketitiran Geosperlia striata

20 0,069

7 Punai Treron oxyura Temminck

4 0,021

8

Elang

Milvus

Migrans 9 0,040

9 Pipit Lonchura

punctulate 34 0,087

10 Pergam Ducula Aenea 29 0,095

11 Merbah Pycnonotus

bimaculatus 21 0,071

12 Kecici Locustella certhiola

18 0,065

Total 321 0,898

Pada Tabel 5, diketahui bahwa kemerataan jenis sebesar 0,898 angka tersebut termasuk dalam kategori tinggi (>0,6). Kemerataan jenis sangat dipengaruhi oleh jumlah individu dari masing masing jenis burung yang dijumpai selama pengamatan. Spesies Kutilang (Pycnonotus aurigaster) yaitu sebesar 0.138, dan Pleci (Zosteropidae palpebrosus) sebesar 0.122 merupakan spesies burung yang memiliki total indeks kemerataan relatif tinggi dan dapat ditemukan disetiap plot penelitian. (Partasasmita, 2009), menyatakan bahwa semakin kompleks kondisi vegetasi pada suatu habitat makan akan semakin sesuai dengan kebutuhan tempat bagi kehidupan burung. Untuk menentukan jumlah individu dari masing

(22)

masing spesies termasuk merata atau tidak dapat dilihat pada Grafik berikut:

Gambar 21. Grafik Kemerataan

Dari Grafik tersebut diketahui bahwa spesies yang jumlah nya paling mendominasi dibandingkan dengan spesies lainnya yaitu Kutilang dengan 0,14 dan Pleci 0,12. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Bimo Ghifari et al, (2016), tentang keanekaragaman dan kelimpahan jenis Burung di Kota Semarang, Jawa Tengah. Bahwa hasil penelitian menunjukan distribusi jenis- jenis burung pada Taman Madukoro tidak merata pada seluruh komunitasnya. Hal tersebut ditunjukan dengan indeks kemerataan yang lebih rendah dibandingkan dengan taman lainnya yaitu 0.51. Penyebabnya adalah ditemukannya beberapa jenis burung dominan di Taman Madukoro, yaitu Collocalia linchi, Apus nipalensis, dan Passer domesticus.

Semakin besar nilai keanekaragaman dan pemerataan jenis maka dominansi jenis tertentu dalam komunitas tersebut rendah Odum, (1993). Hal ini dikarenakan, habitat yang tidak terlalu berbeda jauh. Kemudian, faktor lingkungan berupa suhu, kelembapan, dan juga kecepatan angin tidak terlalu berbeda signifikan pada setiap taman dikarenakan jenis vegetasi yang tumbuh pada beberapa taman menjadikan keanekaragaman jenis burung pada setiap taman terdapat beberapa perbedaan.

4.2.3 Indeks Kekayaan Jenis.

Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu luasan areal tertentu.

Margalef mengusulkan indeks kekayaan jenis yang dikombinasikan dengan nilai

0 0.05 0.1 0.15

Kemerataan

Series 1

(23)

kelimpahan/kerapatan individu pada setiap contoh yang yang ditempatkan pada habitat atau komunitas yang sama. Pada setiap habitat, tidak semua jenis burung yang ada di Hutan Ghimbe Peramunan dapat ditemukan di semua lokasi transek.

Ada beberapa jenis burung yang hanya ditemukan pada beberapa transek saja.

Dari analisis hasil yang dilakukan terhadap kekayaan jenis burung pada lokasi penelitian. Berdasarkan 4 tipe transek jumlah jenis burung yang paling banyak ditemukan ada pada jalur transek 1 yaitu sebanyak 10 jenis burung dan yang terendah ada pada transek 4 yaitu 5 jenis burung. Keberadaan jenis burung ditemukan disetiap transek merupakan jenis burung umum (MacKinnon, 2010).

Burung–burung yang ditemukan disetiap transek merupakan burung yang punya jelajah yang tinggi dan mampu beradapatasi di berbagai habitat (Swastikaningrum et al., 2012). Indeks kekayaan jenis burung dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Indeks Kekayaan Jenis Burung

No Nama Lokal Nama Ilmiah ∑ Ind Dmg

1

Kutilang

Pycnonotus aurigaster

79

2

Pleci

Zosteropidae palpebrosu

56

3

Pipit

Lonchura punctulate

34

4 Pergam Ducula Aenea 29

5

Terkuku

Streptopelia chinensis

22

6

Merbah

Pycnonotus bimaculatus

21

7 Ketitiran Geosperlia striata 20 8

Beranting

Pycnonotus bimaculatus

18

9 Kecici Locustella certhiola 18 10 Percang Pycnonotus atriceps 11

11 Elang Milvus Migrans 9

12

Punai

Treron oxyura temminck

4

(24)

Total 321 1,9

Keterangan:

∑ total Individu = 321 Jumlah spesies = 12 Indeks kekayaan jenis = 1,9

Berdasarkan Tabel 7, serta dari hasil analisis data di dapat nilai 1,9 dengan perhitungan menggunakan rumus (D mg = (S-1)/ln N), maka dapat diketahui bahwa nilai indeks kekayaan jenis burung di Hutan Adat Ghimbe Peramunan Kecamatan Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim tergolong rendah. Besaran indeks kekayaan < 3,5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong rendah, antara 3,5 – 5,0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan > 5,0 tergolong tinggi. Keadaan tersebut sesuai dengan kondisi lokasi penelitian keadaan tersebut disebabkan banyaknya aktivitas manusia di sekitar kawasan yang bisa mengganggu burung.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Tews et al., 2004). Faktor yang mempengaruhi kekayaan burung adalah kondisi lingkungan, jumlah jenis, dan sebaran individu pada masing-masing jenis. Komunitas yang memiliki nilai indeks keanekaragaman tinggi memiliki hubungan antar komponen dalam komunitas yang kompleks. Namun, bila keadaan sebaliknya, keanekaragaman jenis komunitas sedang mengalami tekanan keberadaan kekayaan spesies burung disuatu wilayah didukung tingginya keanekaragaman habitat, karena habitat bagi satwa secara umum berfungsi sebagai tempat untuk mencari makanan, minuman, istirahat dan berkembang biak.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Sumardika et al. 2017), diketahui bahwa setiap habitat, tidak semua jenis burung yang ada di Pulau Serangan dapat dilihat dan ditemukan. Ada beberapa jenis burung yang hanya ditemukan di satu habitat saja. Bedasarkan lima tipe habitat yang berada di kawasan Pulau Serangan jumlah jenis burung yang paling banyak ditemukan pada habitat laguna yaitu 46 jenis burung. Faktor utama yang menjadikan kawasan ini palingbanyak ditemukan jenis burung adalah faktor makanan dan kondisi habitat yang masih terjaga dengan baik.

(25)

Habitat yang paling sedikit ditemukan jenis burungnya adalah habitat pemukiman dengan jumlah 14 jenis burung.

4.2.4 Peta Sebaran

Sebaran Burung di Hutan Adat Ghimbe Peramunan Kecamatan Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim dengan titik koordinat sebaran yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tabel sebaran burung di Hutan Adat Ghimbe Peramunan

No Transek Nama Lokal Nama Ilmiah Titik Koordinat

X_UTM Y_UTM

1 Transek 1 Pleci Zosteropidae palpebrosus

11533800 11533800 11533700 11533700 11533600 11533500 11533300

-450800 -450852 -450827 -450860 -450882 -450918 -450964

2 Kutilang Pycnonotus

aurigaster 11533600 11533600 11533500 11533300

-450933 -450882 -450918 -450964

3 Percang Pycnonotus atriceps 11533800

11533800 11533500

-450800 -450852 -450918

4 Beranting Pycnonotus

bimaculatus 11533600 11533600 11533500 11533800

-450933 -450882 -450918 -450800

5 Terkuku Streptopelia

chinensis 11533600

11533500 11533300 11533800 11533700 11533700

-450882 -450918 -450964 -450852 -450827 -450860

6 Ketitiran Geosperlia striata 11533300

11533800 11533700 11533600

-450964 -450852 -450827 -450882

7 Punai Treron oxyura

temminck

11533300 11533800 11533700 11533700

-450964 -450852 -450827 -450860

8 Pipit Lonchura

punctulate 11533800 11533800 11533500 11533300

-450800 -450852 -450918 -450964

(26)

No Transek Nama Lokal Nama Ilmiah Titik Koordinat

X_UTM Y_UTM

9 Merbah Pycnonotus

bimaculatus

11533600 11533500 11533300 11533800

-450882 -450918 -450964 -450852

10 Kecici Locustella certhiola 11533300

11533800 11533700 11533600

-450964 -450852 -450827 -450882 1 Transek 2 Pleci Zosteropidae

palpebrosus

11533600 11533600 11533500 11533300 11533100

-450933 -450882 -450918 -450964 -450954

2 Kutilang Pycnonotus

aurigaster 11533600 11533600 11533500 11533300 11533100 11533200

-450933 -450882 -450918 -450964 -450954 -450895

3 Beranting Pycnonotus

bimaculatus 11533600 11533500 11533300 11533200

-450882 -450918 -450964 -450895

4 Terkuku Streptopelia

chinensis 11533600

11533600 11533500 11533300

-450933 -450882 -450918 -450964

5 Pipit Lonchura

punctulate 11533500 11533300 11533100 11533200

-450918 -450964 -450954 -450895

6 Pergam Ducula binomial 11533500

11533300 11533100

-450918 -450964 -450954

7 Merbah Pycnonotus

bimaculatus 11533500 11533300 11533100 11533200

-450918 -450964 -450954 -450895

8 Kecici Locustella certhiola 11533600

11533500 11533300 11533200 11533100

-450882 -450918 -450964 -450895 -450954

(27)

No Transek Nama Lokal Nama Ilmiah Titik Koordinat

X_UTM Y_UTM

1 Transek 3 Pleci Zosteropidae palpebrosus

11533000 11533100 11533000 11532900

-451036 -451139 -451136 -451099

2 Kutilang Pycnonotus

aurigaster 11533000 11533100 11533000 11532900

-451036 -451139 -451136 -451099

3 Percang Pycnonotus atriceps 11533000

11533100 11533000

-451036 -451139 -451136

4 Ketitiran Geosperlia striata 11533000

11533100 11533000 11532900

-451036 -451139 -451136 -451099

5 Elang Milvus Migrans 11533000

11533100 11533000

-451036 -451139 -451136

6 Pipit Lonchura

punctulate 11533100 11533000 11532900

-451139 -451136 -451099

7 Merbah Pycnonotus

bimaculatus 11533000 11533100 11533000

-451036 -451139 -451136 1 Transek 4 Pleci Zosteropidae

palpebrosus

11533600 11533300 11533100

-450704 -450807 -450748

2 Kutilang Pycnonotus

aurigaster 11533600 11533400 11533200 11533300 11533100

-450704 -450725 -450772 -450807 -450748

3 Ketitiran Geosperlia striata 11533600

11533300 11533100

-450704 -450807 -450748

4 Elang Milvus Migrans 11533400

11533200 11533300 11533100

-450725 -450772 -450807 -450748

5 Pergam Ducula binomial 11533200

11533300 11533100 11533100 11533100

-450772 -450807 -450748 -450822 -450868

(28)

Berdasarkan dari hasil penelitian di Hutan Adat Ghimbe Peramunan didapatkan peta sebaran Burung yang dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 22. Peta Sebaran Burung

Pada Gambar 20 dapat dilihat bahwa dalam wilayah tersebut didominasi oleh transek 1 dan paling sedikit ditemukan di transek 4. Selain itu dapat diketahui bahwa sangat sedikit jumlah burung yang mendominasi tempat tersebut sehingga menyebabkan tingkat keanekaragamannya juga rendah, dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya oleh faktor sedikitnya jumlah pakan dan tempat bersarang bagi burung. Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk istirahat, bermain, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan komposisi dan stuktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk areal serta keamanan. Dari hasil penelitian didapatkan jumlah jenis paling banyak pada transek 1, karena pada transek satu vegetasi tanaman dan jenis tanaman nya masih beragam sehingga menjadi tempat yang perjumpaan burung yang paling banyak, sedangkan di transek 4, kondisi vegetasinya terbuka dan berdekatan dengan perkebunan milik warga, sehingga mempengaruhi jenis burung yang ditemui,

(29)

karena semakin banyak aktivitas manusia disekitar habitat burung dapat mempengaruhi keanekaragaman burung tersebut. Berdasarkan hasil penelitian di Hutan Adat Ghimbe Peramunan jenis burung yang paling mendominasi adalah Kutilang (Pycnonotus aurigaster). Selain itu dapat diketahui bahwa sangat sedikit jenis burung yang mendominasi tempat tersebut sehingga menyebabkan tingkat keanekaragamannya juga sedang, karena apabila dominasi tinggi maka keanekaragaman rendah, begitupun sebaliknya.

Gambar

Gambar 5. Keadaan Kawasan Hutan Adat Ghimbe Peramunan 4.1.2 Luas Wilayah Hutan Adat Puyang Sure Ghimbe Peramunan
Gambar 6. Peta Topografi Hutan Adat Ghimbe Peramunan 4.1.3 Iklim dan Topografi
Gambar 7. Transek Penelitian dan Titik Koordinat  4.2 Identifikasi Jenis Burung di Hutan Adat Ghimbe Peramunan
Tabel 2. Jenis Burung Hasil Pengamatan di Lapangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 35/PUU-X/2012 TERHADAP HUTAN ADAT DI DESA SAHAPM.. KABUPATEN LANDAK PROVINSI

Nama Pekerjaan : Identifikasi Budaya Lokal Dalam Kabupaten Muara Enim (Penelusuran Sejarah Budaya dan Makan Khas).. Lokasi : Kabupaten Muara Enim Sumber Dana :

Kesimpulan (1) Sejarah Berdirinya Desa Embawang Kabupten Muara Enim Tahun 1991-2018 adalah Sekitar tahun 1300 Masehi disebuah desa ada sepasang suami istri yang

PENGARUH PENGALIHAN FUNGSI HUTAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN MASYARAKAT ADAT (Studi Kasus di Desa Pandumaan, kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan).. Skripsi

yang terdapat di Kabupaten Kampar salah satunya adalah Hutan Adat Rimbo Tujuh Danau yang terletak di Desa Buluh Cina dan diketahui memiliki banyak keanekaragaman

Indikator alokasi dana yang diusulkan oleh masyarakat adat adalah luas hutan adat, tutupan hutan, cadangan karbon, dan jenis regulasi pengakuan hutan adat dengan pembobotan,

Peneliti melakukan penelitian di Desa Air Menduyung Dusun Belanak karena mempunyai hutan adat yang keberadaanya belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Hutan adat di

“Apabila ada yang melanggar Aturan- aturan atau larangan-larangan yang berlaku dalam hutan adat Desa Benteng Raja, maka orang tersebut akan terkena jukat atau malapetaka, orang tersebut