• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hoaks, Budaya Baru Kita

N/A
N/A
Dlovia Putri

Academic year: 2023

Membagikan "Hoaks, Budaya Baru Kita"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Dlovia Melinda Putri Nim : 1304012212009

Hoaks, Budaya Baru Kita

A. Pendahuluan 1.1 Latar belakang

Di era digital seperti ini, semakin banyak berita tidak benar yang beredar, dimana hal ini bisa saja disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

Maka, jika kita tidak menyaring berita-berita tersebut, kemunginan besar bisa saja kita akan salah mendapatkan informasi. Seringkali orang-orang hanya membaca judul dari berita yang ingin dibaca, tanpa membaca keseluruhan beritanya. Seakan-akan dengan membaca judul tersebut, mereka sudah mendapatkan kesimpulan dari berita atau infomarsi tersebut, yang padahal hal tersebut salah besar, dan bisa memunculkan hoaks. Hoaks bisa hadir dimana saja, cara kerjanya yang cepat membuat hoaks sulit untuk dihentikan, dan bahkan sudah mejadi ‘budaya’ di negara kita ini.

Penyebaran hoaks bila tidak dihentikan akan membahayakan generasi kita selanjutnya, karena mereka akan menyebarkan terus-menerus berita yang nyatanya belum benar, dan bisa saja membuat perpecahan besar akibat salah pengertian mengenai berita itu. Lantas, apa itu hoaks?

Hoaks artinya berita bohong. Media sosial seperti Facebook, YouTube, Twitter, Tik Tok, Instagram dan sebagainya sering memuat hoaks. Bila kita perhatikan, hoaks akan banyak bermunculan ketika sedang berlangsung kegiatan politik seperti pemilihan presiden, kepala daerah atau berita yang sedang menghangat. Pembuat konten hoaks begitu meyakinkan kita, dengan menampilkan video yang sudah diedit lalu menggabungkannya dengan cerita dibalik tokoh yang sedang jadi pemberitaan tersebut dan mengaitkannya dengan masalah pribadi kehidupan tokoh. Hal ini menjadi bukti nyata, bahwasannya penyebaran hoaks sudah

(2)

menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia, atau lebih tepatnya sudah menjadi budaya bagi bangsa ini.

B. Pembahasan

2.1 Cara hoaks menyebar

Pada dasarnya, hoaks biasa menyerang pada pribadi seseorang. Ini tidak lepas dari sifat individual manusia yang etnosentrisme, yaitu mencintai komunitasnya dan menganggap komunitas lain yang tidak sejalan dengannya adalah tidak benar. Dulu, cara kerja hoaks adalah dengan menyerang pribadi seseorang dengan menggelar demonstrasi dan menulisnya pada spanduk di halaman kantornya. Para tokoh mengerahkan ratusan orang dengan berbagai poster dan spanduk mengeritik kebijakan salah dan merugikan yang telah dibuat oleh tokoh tersebut.

Sejalan waktu, teknologi smartphone berkembang begitu cepat membawa berbagai aplikasi media sosial yang menarik. Sampai Januari 2022 ini jumlah pengguna smartphone di Indonesia 370,1 Juta orang (data GSMA). Data ini setara dengan 133.1 populasi penduduk Indonesia.

Mengutip Data Reportal, bahwa pengguna smartphone yang lebih tinggi dari populasi itu disebabkan, satu orang bisa memiliki lebih dari smartphone. Ada untuk

kegiatan pribadi, kantor, dan bisnis. (Simon Kemp,

https://datareportal.com/reports/digital-2022-digital-adoption-doubled-over-the-past- decade, akses 14 Agustus 2022).

Penguna aktif media sosial Facebook di Indonesia 128,1 Juta orang. Data Reportal, Juni 2022 menyebutkan pengguna Tiktok disini 99.1 Juta. Kedua media inilah yang ramai untuk menyebarkan hoaks sekarang. Facebook dan Tik Tok banyak mengeluarkan konten-konten menarik, yang disukai kaum marginal. Inilah sebetulnya

(3)

sasaran pembuat hoaks, karena kaum marginal identik dengan pendidikan yang rendah, dan menerima semua masukan informasi tanpa memilah.

Tujuan pembuat hoaks adalah, bagaimana pembaca memahami pesan yang mereka sampaikan benar adanya. Untuk itu mereka memasukan data, video dan foto yang diambil dari peristiwa lain dan di edit dengan sangat rapi. Bagi yang teliti, mereka akan membandingkan infomasi hoaks tadi dengan situs pemberitaan resmi yang dipercaya, seperti Detik, Kompas, Media Indonesia, dan sebagainya. Bila dalam situs resmi tidak ada pemberitaan seperti itu artinya itu adalah hoaks.

Hoaks bila tidak ada notifikasi dan retifikasi dari sumber sasarannya akan dianggap pembenaran. Ketika Presiden Jokowi disebut antek Partai Komunis Indonesia, dengan ditampilkan juga fotonya. Presiden langsung menjelaskan kepada publik kalau itu adalah hoaks sambil menjelaskan kalau tahun 1965 itu usianya baru 3,5 tahun. Dan bagaimana mungkin anggota PKI berusia 3,5 tahun. Bila ditampilkan dengan lampiran video, jika itu tidak benar sumber juga bisa mencarikan dan menampilkan video asli yang dilampirkan pembuat hoaks.

Kebudayaan hoaks saat ini bisa lebih cepat tampil dikarenakan, masyarakat pengguna teknologi sudah merasakan arus informasi yang cepat. Jika zaman media cetak dulu, sebuah berita yang didapatkan hari ini, baru akan bisa ditampilkan besok.

Maka saat ini, berita detik ini, akan muncul detik ini juga, baik pada situs berita atau juga platform media sosial. Lebih parahnya, jika itu muncul pada media sosial terbit tanpa cek and ricek sebelumnya pada narasumbernya.

Seperti dikatakan dalam jurnal Kominfo, “Kini informasi atau berita yang dianggap benar tidak lagi mudah ditemukan. Survey Mastel (2017) mengungkapkan bahwa dari 1.146 responden, 44,3% diantaranya menerima berita hoax setiap hari dan 17,2% menerima lebih dari satu kali dalam sehari. Bahkan media arus utama yang diandalkan sebagai media yang dapat dipercaya terkadang ikut terkontaminasi

(4)

penyebaran hoax.” (Christiany Juditha, file:///C:/Users/admin/Downloads/1340- 5369-2-PB%20(1).pdf, akses 14 agustus 2022).

Mengapa hoaks lebih banyak ada pada platform digital. Karena produksi hoaks ini hanya bermodal koneksi internet, keahlian editing ditambah rasa sakit hati dengan penuh kebencian. Tetapi dampaknya setelah diteruskan akan berjuta kali lipat dalam beberapa detik. Ini bisa berakibat viral dan meresahkan masyarakat. Budaya hoaks ini akan terus berkembang, seiring dengan kemajuan teknologi. Hoaks tidak bisa dihentikan, selama manusia memiliki keinginan untuk mencapai tujuan tertentu, hoaks hanya bisa dijelaskan oleh korbannya kepada publik dengan bukti yang lebih masuk diakal.

Selain itu, hoaks tidak bisa hilang karena masyarakat Indonesia memiliki kepercayaan mistik dan gosip secara turun temurun. Kita bandingkan dengan masyarakat modern yang tidak mempercayai gosip, penyebaran hoaks justru tidak berpengaruh signifikan. Ketika pemilihan presiden di Amerika banyak hoaks diciptakan, tetapi tidak mempengaruhi suara partai yang disudutkan. Hoaks bisa menghancurkan sebuah bangsa dan peradabannya. Berita hoaks telah menimbulkan peperangan di negara Suriah. Salah satu bukti hoaks mempengaruhi pemerintahan, adalah ketika berlangsungnya pemilihan presiden Amerika tahun 2020 yang lalu.

Saat itu kandidat presiden Trump dalam Twitternya mengatakan dirinya akan kalah dalam pemilihan presiden ini. Dia juga menyebut terjadi kecurangan oleh Biden dalam pemilu kali ini. Dan tweet nya itu tersebar dalam beberapa saat ke-200 lebih pengguna Twitter di Amerika. Berita ini juga menyebabkan kerusuhan di Amerika yang dilakukan pendukung Trump. Delapan negara di dunia telah melarang penggunaan sejumlah aplikasi sosial ini. Negara itu adalah, Saudi Arabia, Korea Utara, Bangladesh, Tajikistan, Pakistan, Vietnam, Kongo, dan China.

(5)

Karena begitu berbahayanya hoaks, sebagai netizen kita harus arif dan bijaksana berselancar di internet. Jejak digital seorang penyebar hoaks dengan mudah bisa terlacak karena setiap perangkat smartphone memiliki kode IMEI dan IP sendiri.

2.2 Cara Pencegahan Dan Penyelesaian

Seperti dikatakan sebelumnya, bahwa penyebaran hoaks sangatlah cepat mengingat teknologi yang semakin maju, berita dapat tersebar dalam hitungan detik.

Kita harus bisa mengerti tentang arti hoaks secara betul, agar kita paham dan tidak terjerumus kedalamnya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah agar kita tidak termakan oleh berita hoaks, juga sebagai solusi agar kita tidak kembali salah informasi. Beberapa halnya seperti,

1. Sebelum menerima berbagai informasi yang diterima, sebaiknya perhatikan dan cek dahulu sumber beritanya. Hal ini dikarenakan banyak orang yang hanya membaca informasi sekilas saja. Hal lain yang menyebabkan mudahnya suatu hoaks tersebar, karena informasinya tidak disaring dan ditelan bulat-bulat.

2. Perlu kita perhatikan juga tanggal pembuatan artikel atau berita, juga perlu diteliti lagi mengenai foto dan video yang beredar tersebut. Jangan asal menyebarkannya kepada orang lain. Hal ini dikarenakan ada saja orang yang tidak bertanggung jawab atau iseng yang mengunggah kembali informasi atau berita yang sudah lalu.

3. Baca informasi secara keseluruhan, jangan termakan oleh judul (utamanya judul provokatif) dan jangan juga langsung menelan semua informasi tanpa menyaringnya.

Sebaiknya sebuah informasi harus di cek dahulu keseluruhannya, agar tidak menimbulkan salah paham ataupun hoaks.

Penting untuk kita saling mengingatkan satu sama lain mengenai berita hoaks yang tersebar, jangan sampai informasi yang belum benar itu tersebar luas kemana- mana. Jika kalian mendapatkan sebuah informasi atau berita yang kalian masih ragu

(6)

kebenarannya, alangkah baiknya jangan disebar dan cari dulu informasi di situs-situs terpercaya. Dan, jika kalian mendapat informasi yang belum jelas dari teman, kerabat, atau saudara, selalu ingatkan mereka untuk tidak sembarangan menyebar informasi agar tidak terjadi hoaks yang menyebabkan permasalahan baru.

C. Kesimpulan

Hoaks adalah berita bohong yang jika tidak disaring dan dicerna secara mendalam dapat menyebabkan salah paham, adu domba, bahkan perpecahan. Hoaks dapat dicegah dan diselesaikan, namun tidak bisa dihapuskan, karena menyebarkan hoaks sudah menjadi budaya yang melekat di Indonesia. Hal ini disebabkan era digital saat ini, penyebaran informasi sangat mudah dan cepat. Perlu diketahui juga bahwa tujuan dari hoaks itu sendiri adalah menyebarkan informasi palsu yang tujuannya menghibur karena informasinya lucu ataupun menyebarkan kebencian karena ditanami oleh rasa sakit hati sebelumnya.

Informasi yang kita dapatkan harus dicari dulu kebenarannya, meski sudah membacanya di situs resmi, karena jika kita tidak bijak dan arif ketika berselancar di internet, bisa saja kita termakan oleh hoaks. Kita juga harus saling mengingatkan satu sama lain agar dapat terhindar dari hoaks yang dapat menimbulkan permasalahan baru.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Juditha, Christiany. “Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya.” file:///C:/Users/admin/Downloads/1340-5369-2-PB.pdf (akses 14 Agustus 2022).

Hamzah, Radja Erland. Putri, Citra Eka. “Mengenal dan Mengantisipasi Hoax di

Media Sosial pada Kalangan Pelajar.”

file:///C:/Users/admin/Downloads/1361-3673-1-PB.pdf (akses 14 Agustus 2022).

Viktor, Yudha. “7 Cara Mencegah Berita Hoax Menyebar, Millennials Harus Berkontribusi!” https://www.idntimes.com/science/discovery/viktor- yudha/cara-efektif-mencegah-berita- hoax-tersebar (akses 14 Agustus 2022).

Steffani, Dina. “Cara Cerdas Mencegah Penyebaran Hoaks di Medsos.”

https://www.kominfo.go.id/content/detail/11347/cara-cerdas-mencegah- penyebaran- hoaks-di-medsos/0/sorotan_media (akses 14 Agustus 2022).

Intan, Martiwulan Rida. “Ini Tips Menghindari Berita Hoax.”

https://kampus.republika.co.id/posts/77847/ini-tips-menghindari-berita-hoax (akses 14 Agustus 2022).

CNN Indonesia. "Akun Medsos Trump Ditutup, Hoaks Pemilu AS Disebut Turun."

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210119135212-185-

595611/akun-medsos- trump- ditutup-hoaks-pemilu-as-disebut-turun (akses 14 Agustus 2022).

Dinnata, Regi Yanuar Widhia. “370 Juta Perangkat Seluler Terdeteksi di Indonesia pada Awal 2022.” https://www.ayosemarang.com/bisnis/pr-772727281/370-

(8)

juta-perangkat-seluler- terdeteksi-di-indonesia-pada-awal-2022 (akses 14 Agustus 2022).

Kemp, Simon. “DIGITAL 2022: DIGITAL ADOPTION DOUBLED OVER THE PAST DECADE.”

HTTPS://DATAREPORTAL.COM/REPORTS/DIGITAL-2022- DIGITAL- ADOPTION- DOUBLED-OVER-THE-PAST-DECADE (akses 14

Agustus 2022).

Yunita. “Melawan Hoax.” https://m.kominfo.go.id/content/detail/8904/melawan- hoax/0/sorotan_media#:~:text=Sementara%20itu%2C%20terkait%20hoax%2 C%20ada,a tau%20permusuhan%20individu%20atau%20kelompok. (akses

14 Agustus 2022).

Lararenjana, Edelweis. “Mengenal Arti Hoax Atau Berita Bohong, Ketahui Jenis dan Ciri- Cirinya.” https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-arti-hoax-atau-berita- bohong-dan- cara-tepat-menyikapinya-kln.html (akses 14 Agustus 2022).

Uyun, Yuyun Hikmatul. "Dituduh Jadi Anggota PKI, Jokowi: 'Umur Baru 3,5 Tahun Masa Aktivis PKI Balita, Logikanya Dimana?'"

https://bogor.tribunnews.com/amp/2018/04/26/dituduh-jadi-anggota-pki- jokowi-umur- baru-35-tahun-masa-aktivis-pki-balita-logikanya-dimana

(akses 14 Agustus 2022).

Referensi

Dokumen terkait

kegiatan khusus yang memfokuskan kepada pencegahan penyebaran berita hoaks melalui media sosial. Selanjutnya pada tahap pengorganisasian Satuan BinmasPolres Banyumas

3.4 Laman Leveling Prototype permainan bergenre visual novel ini terdiri dari 15 level dialog berita gambar 9 yang berisi informasi tentang hoaks vaksinasi dan konten benar secara