1
lain dari sektor pendidikan, teknologi, dan komunikasi. Namun, ada juga beberapa dampak negatif, yang ditimbulkan seperti tindakan destruktif pada anak, orang dewasa dan khususnya remaja. Sebagai manusia kita harus selektif dan waspada dalam menghadapi pengaruh globalisasi ini. Anak-anak di Indonesia membutuhkan perlakuan ekstra untuk mengenal orang lain karena mereka masih dalam tahap pertumbuhan dan memiliki sifat yang berubah- ubah. Jika seorang anak tidak dapat berinteraksi dengan teman atau lingkungannya maka dengan mudah, mereka mungkin diintimidasi dan mendapat perlakuan bullying dari lingkungan dan teman temannya. (Elmahera, 2018;Siregar, 2016).
Bullying merupakan suatu wujud dari intimidasi atau kekerasan yang dilaksanakan secara berkesinambungan oleh individu atau sekumpulan orang dengan maksud menyakiti orang yang lebih lemah sehingga menimbulkan akibat negatif yang cukup merusak bagi korban bullying. (Anwar & Karneli, 2020). Kekerasan fisik ataupun psikis yang berkepanjangan layaknya bullying yang dilakukan memiliki dampak langsung terhadap korban dengan tidak bertanggung jawab, sering diulang, dan dilakukan dengan sengaja (E. W.
Pratiwi & Sahono, 2019).
Hasil penelitian oleh Betie Febriana dalam jurnal (Sakdiyah et al., 2020). Anak yang berusia kisaran 13 tahun keatas yang masuk Sekolah Menengah Pertama (SLTP/SMP). Setelah mereka tamat Sekolah Dasar, Anak ingin berpartisipasi dalam kelompok dan ingin dihargai oleh teman temannya. Pada usia ini, anak percaya tentang perangai yang baik itu adalah perangai yang menyenangkan dan dapat diterima di antara teman seumurannya, Sehingga tidak menutup kemungkinan anak-anak menghalalkan segala cara salah satunya tindakan
bullying untuk mendapatkan penghormatan dan pengakuan di dalam kelompoknya.
Menurut Santrock (2007, dalam (Juwantara, 2019) menyatakan usia anak diatas 11 tahun, dengan seiring bertambahnya usia kemampuan memori anak semakin kuat dan mampu berpikir secara terstruktur dan rasional.
Berdasarkan data dari Unicef menyatakan Kasus bunuh diri di Indonesia sebanyak hampir 40% dan hal itu diakibatkan dari tindakan bullying, berdasarkan pernyataan Menteri Sosial sebelumnya, Khofifah Indar Parawansa. Alasan kuat mengapa bullying ini terjadi karena memiliki korelasi dengan minat membaca yang sangat rendah (Unicef, 2020).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan dari 480 anak yang menjadi korban tindakan bullying di sekolah selama periode tahun 2016- 2020. Tindakan bullying yang terjadi di lingkup pendidikan masih menjadi tren di tahun 2021 sampai sekarang. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendokumentasikan, di tahun 2021 ditemukan 17 laporan bullying yang melibatkan siswa dan tenaga kependidikan di sekolah (Pahlevi, 2022).
Jumlah total kasus bullying antara usia 13 dan 17 tahun, setidaknya 2 dari 3 anak laki laki atau perempuan pernah mengalami beberapa bentuk kekerasan dalam hidup mereka. Laporan 3 dari 4 anak-anak dan remaja yang sudah pernah mengalami beberapa bentuk kekerasan, dan teman seumurannya yang menjadi pelaku kekerasan tersebut (Kemenppa, 2019).
Menurut temuan studi Program for International Student Assessment (PISA), 41% pelajar Indonesia pernah mengalami bullying. Presentase ini jauh lebih tinggi 22,7% di antara anggota OECD. Hal ini memposisikan Indonesia di urutan kelima tertinggi dari 78 negara sebagai negara dengan kasus bullying terbanyak di kalangan pelajar.
Data dari Plan International And International Center For Research On Woman (ICRW) dalam jurnal (Sakdiyah et al., 2020) menyatakan sebanyak 84% anak Indonesia yang berusia antara 12 sampai 17 tahun pernah merasakan tindakan bullying, kasus ini lebih tinggi dibandingkan dengan negara Asia lainnya.
Menurut Susanto (2019, dalam jurnal Rachmansyah et al., 2021) Fenomena bullying seperti gunung es, terlihat tampak sedikit namun sebenarnya banyak, mengakar, diturunkan dari generasi ke generasi, dan seringkali diabaikan oleh orang tua dan pendidik. Oleh karena sangat penting untuk memberikan pendidikan tentang konsekuensi, risiko, dan penyebab bullying kepada para siswa.
Siswa di Indonesia juga mengalami Bullying sebanyak 15%, ancaman 14%, pengucilan 19%, penghinaan dan pencurian 22%, di dorong oleh teman sebanyak 18%, dan penyebaran berita buruk 20% (Jayani, 2019). Menurut temuan penelitian, persentase siswa yang mengalami tindak kekerasan dan dirampas bendanya paling tinggi yaitu sebesar 22%, dan perilaku ini termasuk dalam kategori bullying verbal.
Menurut Ashraf & Khan (2014, dalam Antoni & Gusti, 2020) Sebanyak 82%
dari 50 siswa SMP yang di-bully dilaporkan mengalami dampak negatif seperti sedih, merasa sakit, tidak punya teman, malas untuk sekolah, mimpi buruk, sulit tidur, mengompol, menyalahkan diri sendiri, menarik diri sehingga tidak mau berinteraksi dengan teman yang lain, melakukan aktivitas lain, dan takut sendirian 10% memiliki efek sedang, sedangkan 8% memiliki efek berat.
Bullying tidak terjadi begitu saja, Perbedaan agama, etnis, ras, ekonomi, budaya, jenis kelamin, teman seumuran, dendam kesumat atau perasaan iri, keinginan dengan tujuan mendominasi korban menggunakan kekuatan fisik dan ketertarikan seksual, dan faktor lainnya semuanya dapat berkorelasi
terhadap faktor penyebab bullying. Selain itu, bullying dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan popularitas di kalangan sekolah. Remaja dipengaruhi untuk terlibat dalam bentuk-bentuk kekerasan yang berbahaya, seperti bullying, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan tindakan bullying sebagai berikut: kelompok sebaya, faktor keluarga dan komunitas. Remaja yang melakukan bullying bisa dipengaruhi dengan kecakapan social yang cukup lemah dikarenakan kurangnya empati, simpati dan memiliki karakter untuk menyakiti, mengintimidasi dan menindas orang yang menurutnya lebih lemah (Zakiyah et al., 2017).
Perilaku agresif di komunitas remaja, termasuk kekerasan dan bullying, memiliki korelasi dengan meningkatnya angka resiko gangguan psikologis selama hidupnya, dan fungsi sosial yang buruk. Menurut Camadan (2016, dalam Sakdiyah et al., 2020) menyatakan dampak dari tindakan bullying membuat seseorang khususnya pelaku menimbulkan dampak buruk, contohnya peningkatan agresi dan kekerasan fisik. Menurut penelitian Navarro &
Martinez (2012, dalam Sakdiyah et al., 2020) juga menyatakan pelaku bullying memiliki tanda dan gejala gangguan psikis hasil dari pelaku yang sering membully korban, salah satunya kecemasan.
Penelitian olweus dalam (Antoni & Gusti, 2020) memaparkan dengan tindakan bullying, dapat berdampak ke masa depan untuk melakukan suatu tindak kriminal. Antara kelas enam sampai kelas sembilan, 60% anak laki-laki yang pernah menjadi pelaku bullying dihukum setidaknya satu kejahatan saat dewasa.
Berdasarkan hal tersebut, untuk mereduksi perilaku bullying bisa menggunakan salah satu media promosi kesehatan. Manfaat penggunaan media menurut Nursalim dalam skripsi (Pratiwi, 2018). Prosedur pelayanan konseling dan bimbingan dibuat lebih atraktif dan lebih aktif dengan adanya media yang juga berpotensi untuk mempercepat proses tersebut. Diharapkan peserta didik
dapat lebih mencerna hal yang mereka hadapi atau mengingat informasi yang disajikan melalui penggunaan media konseling dan juga bimbingan yang diterapkan.
Media yang cukup efektif sebagai sarana pendidikan kesehatan adalah media komik dan media video edukasi. Media komik dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bentuk media dalam penyuluhan atau bimbingan kelompok dalam bidang individu dan sosial. Selain itu, media komik dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bentuk media dalam diri individu melalui buku literasi siswa yang memanfaatkan teknik biblioterapi. Informasi yang disajikan kepada siswa dengan menggunakan media komik akan lebih menarik dan mudah dipahami karena pembaca tidak akan cepat jenuh dan akan lebih mudah memahami materi dibandingkan jika hanya mendengarkan ceramah guru dan membaca materi tertulis. (Rahmanto et al., 2019)
Kelebihan khususnya komik dengan unsur visual dan cerita yang kuat dalam penyajiannya sehingga pembaca dapat terlibat secara emosional saat membacanya. Komik juga dapat membuat bacaan menjadi lebih menarik. Hal ini sejalan dengan temuan penelitian oleh Astuti, (2015 dalam jurnal Hakim &
Anugrahwati, 2017) bahwa setelah dilakukan intervensi membaca komik terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan yang diperoleh tentang anemia.
Selain dengan media komik, layanan informasi untuk memberikan Pendidikan kesehatan dapat digunakan salah satu media yaitu video edukasi.
Banyak orang senang membaca buku komik. Karena tidak hanya anak-anak yang menyukai komik, orang dewasa juga senang membacanya untuk mengisi waktu luang. Sementara itu, ada banyak variasi minat setiap orang terhadap komik. Selain itu, keunikan komik tersebut telah menggoda pembaca untuk membaca berbagai komik. Remaja di Indonesia adalah konsumen utama komik online. Banyak dari mereka membaca komik di waktu senggang. Ditambah lagi, komik praktis yang tersedia online tidak mahal.(Maulina et al., 2022)
Menurut Kustandi, (2011 dalam Piola et al., 2022) Selain dari media komik, penggunaan media video juga mampu diberikan sebagai sarana pendidikan kesehatan bersamaan dengan kemajuan dalam bidang teknologi saat ini.
Pendidikan kesehatan melalui media video memiliki keunggulan salah satunya dalam hal visualisasi yang baik dengan cara mempermudah proses penyerapan materi yang diberikan. Video juga jenis dari media audiovisual karena melibatkan indera pendengaran dan juga indera penglihatan. Audiovisual mampu menghasilkan output belajar yang lebih baik seperti mengenali, mengingat, dan mengkorelasikan suatu konsep masalah dan juga fakta yang akan dihadapi.
Sehingga menurut peneliti pesan dari media komik dan video edukasi yang diberikan pada siswa SMP diharapkan mampu mengingat lebih banyak informasi dari pengetahuan anti bullying yang akan diberikan dan mampu mencegah terjadinya risiko tindakan bullying di kemudian hari.
Berdasarkan studi pendahuluan di SMPN 13 Banjarmasin pada tanggal 17 Januari 2023 dengan melakukan wawancara terhadap 10 siswa kelas VIIA didapatkan 7 orang siswa pernah menjadi korban bullying dan siswa juga masih belum tau bentuk-bentuk dari bullying dan bagaimana pencegahannya.
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang dipaparkan, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang “Perbandingan Efektivitas media komik dan video edukasi terhadap tingkat pengetahuan dan sikap bullying pada siswa kelas VII di SMPN 13 Banjarmasin”
1.2 Rumusan Masalah
Menjadi minoritas atau berbeda dari orang lain terkadang bisa membuat seseorang terlihat buruk di mata orang yang salah. Beberapa contoh dari fenomena ini dapat mengakibatkan berbagai tingkat bullying ringan dan berat.
Pelaku bullying seringkali gagal mengenali tindakan mereka sendiri. Hal ini biasanya terjadi karena sebagian besar orang meremehkan faktor-faktor tersebut, namun memiliki dampak yang signifikan terhadap kondisi mental korban bullying. Korban bullying yang sangat parah mengalami berbagai dampak negatif, termasuk tekanan mental ringan hingga berat yang dapat menyebabkan rasa putus asa dan akhirnya mengarah pada bunuh diri.
Akibatnya, perilaku bullying menjadi masalah serius yang harus diwaspadai bagi semua lapisan masyarakat dan perlu ditangani agar tidak terjadi lagi. Maka diperlukan Pendidikan anti bullying agar meningkatkan pengetahuan dan sikap para siswa-siswi di tingkatan Sekolah Menengah Pertama.
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, maka dari itu peneliti merumuskan suatu masalah pada penelitian yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut : “ Manakah yang lebih efektif antara media komik dan video edukasi terhadap tingkat pengetahuan dan sikap bullying pada siswa kelas VII di SMPN 13 Banjarmasin?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedan efektivitas antara media komik dan video edukasi terhadap tingkat pengetahuan dan sikap bullying pada siswa kelas VII di SMPN 13 Banjarmasin.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan sebelum intervensi dari media komik untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa kelas VII di SMPN 13 Banjarmasin terhadap bullying
1.3.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan sesudah intervensi dari media komik untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa kelas VII di SMPN 13 Banjarmasin terhadap bullying
1.3.2.3 Mengidentifikasi sikap sebelum intervensi dari media video edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa kelas di VII SMPN 13 Banjarmasin terhadap bullying
1.3.2.4 Mengidentifikasi sikap sesudah intervensi dari media video edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa kelas VII di SMPN 13 Banjarmasin terhadap bullying
1.3.2.5 Menganalisa efektivitas media komik dan video edukasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa kelas VII di SMPN 13 Banjarmasin terhadap bullying
1.3.2.6 Menganalisa efektivitas media komik dan video edukasi untuk meningkatkan sikap siswa kelas VII di SMPN 13 Banjarmasin terhadap bullying
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi peneliti
Sebagai pembelajaran dan pemahaman tentang bullying dengan menggunakan media yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap siswa
1.4.2. Bagi Siswa
Hasil dari temuan penelitian ini diharapkan dapat pembelajaran dan pemahaman mengenai bahayanya tindakan bullying terhadap siswa yang mampu mempengaruhi kesehatan mental dalam hal (Depresi) bagi para siswa terutama saat menjadi korban tindakan bullying tersebut.
1.4.3. Bagi Guru Dan Tenaga Pendidik
Hasil dari temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk lebih menyadari seberapa pentingnya pencegahan bullying di lingkungan sekolah.
1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari temuan penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmiah bagi ilmu keperawatan dan sebagai sumber perpustakaan bagi mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
1.4.5. Bagi Peneliti Lain
Hasil dari temuan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan atau penelitian selanjutnya khususnya tentang tindakan bullying
1.5 Penelitian Terkait
1.5.1 Penelitian menurut (Yolanda & Budiyati, 2020) yang berjudul
“Pengaruh Pendidikan kesehatan dengan video edukasi tentang bullying terhadap perilaku bullying pada anak di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta”. Menyatakan “Pengaruh Pendidikan kesehatan dengan video edukasi terhadap perilaku bullying pada anak di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta." Wilcoxon Signed Rank Test digunakan dalam analisis untuk menentukan adanya peningkatan yang cukup berarti diantara sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hal ini ditunjukkan dengan p = 0,000 < a = 0,05 dan Ha diterima, selain itu terdapat perubahan perilaku yang ditemukan pada saat hasil distribusi.
pemberian pendidikan Penggunaan video edukasi tentang bullying sebagai sarana pencegahan bullying pada anak dapat membantu anak belajar cara pencegahan bullying pada anak.
Perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan dengan penelitian diatas adalah tentang penggunaan variable independen yaitu pada penelitian diatas memakai variabel video edukasi dan penelitian yang
akan dilakukan menggunakan variabel media komik dan video edukasi.
Sampel yang digunakan di penelitian sebelumnya adalah murid sekolah dasar dan sampel yang akan dilakukan penelitian selanjutnya yaitu murid siswa menengah pertama dan menggunakan cara teknik sampling yang akan dipakai yaitu menggunakan Cluster Random Sampling.
sedangkan cara pengumpulan datanya menggunakan kuisioner dan pengukuran secara langsung. Dan desain penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya menggunakan design penelitian Experimen dengan One Group Pretest Posttest Design dan penelitian yang akan dilakukan Two Group Pretest Posttest Design.
1.5.2 Penelitian menurut (Sipahutar, 2020) yang berjudul “Edukasi Dengan Media Komik Terhadap Efikasi Diri Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak Usia Sekolah”. Menyatakan Hasil analisis uji statistic wilcoxon didapatkan nilai ρ-value pada kolom Sig. (2-tailed) = 0,001 < alpha (0,05) hipotesis diterima dengan adanya pengaruh yang bermakna antara perlakuan dengan memberikan edukasi menggunakan media komik terhadap efikasi diri dalam upaya mencegah kekerasan seksual pada siswa SD Negeri 3 Batubulan Kangin Tahun 2019. Jika dibandingkan dengan hasil pre-test yang berjumlah 60 orang (85,7 persen), hasil post-test yang didapat lebih tinggi dari hasil pre-test.
Dalam penelitian ini, penggunaan media dalam pendidikan digunakan sebagai sarana evaluasi keberhasilan pendidikan langsung bagi siswa di sekolah dasar.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan dengan penelitian diatas ada dibagian variabel dependen yang digunakan yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel dependen efikasi diri lalu penelitian yang akan dilakukan menggunakan variabel kejadian bullying. Sampel yang digunakan di penelitian sebelumnya adalah murid sekolah dasar dan sampel yang akan dilakukan pada penelitian
selanjutnya yaitu murid siswa menengah pertama, sedangkan cara Teknik sampling pada penelitian sebelumnya yaitu stratified random sampling dan Teknik sampling pada penelitian selanjutnya akan menggunakan Cluster Random Sampling.. Sedangkan cara pengumpulan data menggunakan kuisioner dan pengukuran secara langsung. Dan desain penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya menggunakan One Group Pretest Posttest Design. dan penelitian yang akan dilakukan sama-sama menggunakan Two Group Pretest Posttest Design
1.5.3 Penelitian menurut (Wela et al., 2020) yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Animasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Bullying Verbal Di SMP Kristen 3 Surakarta”. Responden yang berumur 15 tahun (68,6 persen) sebanyak 24 responden, dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 responden (57,1 persen). Terdapat total 19 responden (54,3 persen) terhadap pengetahuan sebelum Pendidikan kesehatan media video animasi terkait bullying verbal. Ada total 33 responden (atau 94,3 persen) terhadap tingkat pengetahuan sesudah diberikan perlakuan. Ada total 23 responden (atau 65,7 persen) terhadap sikap sebelum Pendidikan . Ada total 35 tanggapan (100 persen) untuk pertanyaan tentang intimidasi verbal yang ditanyakan dalam bagian tanggapan video penelitian. SMP Kristen 3 Surakarta memiliki nilai Wilcoxon p value 0.0000,05 dan menggunakan media video animasi sebagai sarana edukasi siswa tentang verbal bullying.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan dengan penelitian diatas adalah variabel independen yang akan diterapkan yaitu pada penelitian sebelumnya memakai variabel video animasi sedangkan penelitian yang akan dilakukan memakai variabel media komik dan video edukasi.
Sampel yang digunakan dan cara pengumpulan data sama dengan
penelitian diatas. Sampel yang dipakai dalam penelitian yaitu murid sekolah menengah pertama dengan Teknik sampling yang dilakukan pada selanjutnya akan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, sedangkan cara pengumpulan data menggunakan kuisioner dan pengukuran secara langsung. sedangkan design penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya menggunakan desain penelitian Experimen dengan One Group Pretest Posttest Design dan penelitian yang akan dilakukan Two Group Pretest Posttest Design