• Tidak ada hasil yang ditemukan

Home - Open Access Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Home - Open Access Repository"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang. Salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat adalah hipertensi atau darah tinggi (Kemenkes RI, 2019).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, sering disebut sebagai “the silent killer karena sering tanpa keluhan. Hipertensi menjadi kontributor tunggal utama untuk penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke di Indonesia. Seseorang didiagnosis hipertensi jika hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan hasil tekanan sistol (angka yang pertama) ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan diastol (angka yang kedua) ≥ 90 mmHg pada lebih dari 1(satu) kali kunjungan.

( Kemenkes RI,2021)

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi. Prevalensi global hipertensi saat ini sebesar 22% dari total populasi dunia. Prevalansi Hipertensi tertinggi di Afrika yaitu sebesar 27%. Asia Tenggara Menempati Urutan ke-3 Tertinggi dengan prevalansi sebesar 25% dari total populasi.

Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi banyak terjadi di negara-negara berkembang, seperti Indonesia (Kemenkes RI, 2021).

Menurut Riskesdas (Riset kesehatan dasar) dalam ( Kemenkes,2021) prevelensi hipertensi di indonesia sebesar 34,1 %, mengalami peningkatan di bandingkan prevelensi hipertensi pada riskesdas tahun 2013 sebesar 25,8%.

prevalensi hipertensi pada penduduk Usia > 18 tahun di indonesia adalah 43,1

% tertinggi di indonesia dan terendah di provinsi Papua sebesar 22,2 %.Angka prevelensi di kalimantan selatan ini lebih tinggi dari tahun 2013 yaitu sebesar 25,7% . (Kemenkes RI, 2021).

(2)

Dinas Kesehatan Kabupaten tanah Laut, pada tahun 2021 jumlah Penderita hipertensi di kabupaten tanah laut sebanyak 252.762 orang,yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sebanyak 11.752, Jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yaitu 39.401 Orang, dan Tahun 2019 Sebanyak 21.285 Orang . Ini berarti terjadi peningkatan jumlah Penderita Hipertensi setiap tahunnya.

Jumlah penderita hipertensi tahun 2021 tertinggi di Puskesmas Tirta Jaya (2.772 kasus), diikuti Puskesmas Kampung kintap (1.644 kasus), dan Puskesmas Takisung (1.266 kasus) (Dinkes Kab Tanah laut, 2021).

Puskesmas Asam-Asam merupakan Puskesmas rawat jalan yang terletak di Kecamatan Jorong Kabupaten tanah laut. Salah satu permasalahan kesehatan yang dihadapi di wilayah kerja Puskesmas Asam-Asam adalah masih tingginya angka kejadian hipertensi pada penduduk usia ≥ 18 tahun.

Berdasarkan data dari Puskesmas Asam-Asam pada tahun 2020 terdapat sebanyak 493 kasus hipertensi meningkat menjadi 496 kasus pada 2021 dengan jumlah penderita usia dewasa muda sebanyak 95 orang. dan merupakan penyakit terbanyak ke 2 di puskesmas Asam-Asam. Pada tahun 2022 Kasus Hipertensi Naik menjadi 863 kasus dengan penderita hipertensi usia dewasa muda ( 20-44 tahun) sebanyak 255 orang.

Saat ini penderita hipertensi di Kalimantan Selatan mengalami pergeseran usia diatas 40 tahun,hipertensi banyak menyerang usia lebih muda, kurang dari 30 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kasus hipertensi khususnya usia dewasa muda masih menjadi permasalahan di Kalimantan Selatan. Alasan peneliti memilih usia dewasa muda (20-44 tahun) adalah karena usia tersebut merupakan usia produktif yang jauh dari penyakit. Namun dengan gaya hidup yang tidak sehat menyebabkan terkena hipertensi pada usia tersebut.

Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak

(3)

mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.(Kemenkes,2019)

Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres. Data Riskesdas 2018 pada penduduk usia 15 tahun ke atas menunjukkan faktor risiko seperti proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5%, kurang aktivitas fisik 35,5%, merokok 29,3%, obesitas sentral 31,0% dan obesitas umum 21,8%.

Data tersebut di atas menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2013 (Kemenkes RI, 2019).

Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi sangat mempengaruhi beberapa kondisi psikis maupun seseorang.Gaya hidup yang sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, dan mental sosial berada dalam keadaan positf,Gaya Hidup, Merokok,Pola Makan Sangat berpengaruh signifikan terhadap Terjadinya Hipertensi. (Syah Putra, Susilawati 2022).

Gaya hidup modern yang saat ini dianut oleh manusia cenderung membuat manusia menyukai hal-hal yang instan. Akibatnya, mereka cenderung malas beraktivitas fisik dan gemar mengonsumsi makanan yang instan, yang memiliki kandungan natrium yang tinggi (Ratnawati & Aswad,2019).

Hipertensi tidak terjadi tiba tiba , tetapi melainkan melalui proses yang cukup lama, Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan tekanan darah tinggi permanen,dengan Seiring bertambah nya usia. Bahaya hipertensi yang tidak dapat dikendalikan dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya, seperti penyakit jantung koroner, stroke, ginjal dan gangguan penglihatan. (Kasumayanti, E. Aprilla,N. Maharani,M. 2021).

Faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu obesitas, kurang

(4)

olahraga atau aktivitas fisik, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkohol, stres, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Susilawati, 2018).

Gaya hidup (makanan bergaram) mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi. Gaya hidup (konsumsi kopi, rokok, dan aktifitas fisik) tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Lamakan Kecamatan Karamat Kabupaten Buol.

.(whendi muh.fadli,2018).

Kebiasaan merokok,Aktivitas fisik,konsumsi garam merupakan faktor risiko kejadian hipertensi Penelitian Lestari, Chindy (2021), menunjukkan ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.

Orang yang memiliki kebiasaan merokok berisiko 7,286 kali lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

Kebiasaan istirahat juga merupakan salah satu faktor risiko kejadian hipertensi. Penelitian yang dilakukan Susilawati (2018) menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia dewasa muda (21-40 tahun) di wilayah kerja Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe.

Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Asam-Asam kepada 10 orang usia dewasa muda (20-44 tahun) yang menderita Hipertensi dengan Tekanan darah dari 150/100mmhg s/d 180/110mmhg di peroleh Hasil, sebanyak 5 orang melakukan konsumsi garam berlebih, 8 orang kurang melakukan berolah raga, 6 orang memiliki kebiasaan merokok yang setiap hari, dan 5 orang memiliki kebiasaan istirahat tidak baik yaitu kurang dari 8 jam/hari.3 Orang memiliki Berat badan lebih.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa Muda di Wilayah Kerja Puskesmas Asam-Asam.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang dapat di ambil dari latar belakang masalah di atas adalah : “Apakah Ada Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda di wilayah kerja Puskesmas Asam- Asam ?”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan Umun dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi Gaya Hidup pada usia dewasa muda di wilayah kerja Puskesmas Asam-Asam.

1.3.2.2 Megidentifikasi kejadian hipertensi pada usia dewasa muda di wilayah kerja Puskesmas Asam-Asam.

1.3.2.3 Menganalisis Hubungan gaya Hidup dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda di wilayah kerja Puskesmas Asam- Asam.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini bisa di gunakan sebagai bahan kajian :

1.4.1.Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda di wilayah kerja Puskesmas, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat rencana program penanggulangannya.

1.4.2. Bagi Intitusi Pendidikan

Penelitian ini di harapkan dapat menambah dan memberikan masukan positif bagi institusi Pendidikan dalam menyusun kurikulum sebagai

(6)

bahan kajian ilmu keperawatan terhadap gaya hidup dengan kejadian hipertensi.

1.4.3. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang hubungan gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan kebiasaan istirahat) dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda.

1.4.4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya yang berfokus pada Penyakit Hipertensi

1.5 Penelitian Terkait

Penelitian Yang Pernah di lakukan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain :

1.5.1 Jehaman, T. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kejadian hipertensi di Upt Puskesmas Sabbang. Jurnal Kesehatan Luwu Raya, 7(1), 28-36. Jenis penelitian yang digunakan cross-sectional, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, genetik, aktivitas fisik, dan gaya hidup terhadap pasien hipertensi. Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang sesuai dengan krtiteria inklusi dengan metode pengambilan sampel accidental/convenient sampel, jumlah responden sebanyak 37 sampel. Hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan,genetik, Aktifitas fisik berhubungan dengan kejadianHipertensi.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan di lakukan adalah perbedaan variabel, tujuan penelitian dan responden. Variabel pada penelitian ini adalah hubungan antara Gaya hidup dengan kejadian Hipertensi pada usia dewasa muda (20-44 tahun).Tujuan Penelitian untuk menganalisis Hubungan gaya hidup dengan kejadian Hipertensi pada usia dewasa muda (20-44 tahun) dan responden nya adalah Pasien usia 20-44 Tahun.

(7)

1.5.2 Herawati,N.T.dkk.(2020) Hubungan antara Asupan Gula, Lemak,Garam,dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Usia 20 –44 Tahun Studi Kasus Posbindu PTM di Desa Secapah dan Sengkubang Wilayah Kerja Puskesmas Mempawah Hilir.Jumantik 2020;7 (1):34–43.Desain penelitian secara observasional yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usia produktif 20-44 Tahun, sampel dalam penelitian ini sebanyak 77 orang. Analisis data dilakukan dengan univariatdanbivariat menggunakan uji chi square. Dari keempat variabel yang diteliti yaitu asupan gula (p value =0,000 (< 0,05) dan RP

= 1,930 (1,278-2,915), lemak (p value =0,000 (< 0,05) dan RP =9,375 (2,501-35,143), garam (p value =0,000 (< 0,05) dan RP =2,911 (1,545- 5,486) dan aktifitas fisik (p value =0,000 (< 0,05) dan RP = 9,333 (3,204-27,190) berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan di lakukan adalah perbedaan variabel dan tujuan penelitian.Variabel pada penelitian ini adalah hubungan antara Gaya hidup dengan kejadian Hipertensi pada usia dewasa muda (20-44 tahun).Tujuan Penelitian untuk menganalisis Hubungan gaya hidup dengan kejadian Hipertensi pada usia dewasa muda (20-44 tahun).

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh self care terhadap tekanan darah lansia hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.. Faktor-Faktor yang mempengaruhi self care pada penderita DM di

Many loca non-governmental organizations with which I had interviews either were established after 2011 with a specific aim to work with refugees[2] or shifted their operational