• Tidak ada hasil yang ditemukan

hortikultura praktikum

N/A
N/A
ADI LIYO INDO

Academic year: 2025

Membagikan "hortikultura praktikum"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah teosinte dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah pertanaman jagung.

Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal (Akar mahkota). Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.

Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan.

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran- lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mepunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000).

Terdapat variasi ketebalan kulit antargenotipe yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi tanaman terhadap rebah batang.

Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung mulai terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat melekat pada batang.

Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (temperate) (Paliwal 2000). Bentuk ujung daun jagung, yaitu runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant).

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan.

Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot.

Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan kelobot.

Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Serbuk sari

(pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spike yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah. Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang.

Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri.

Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding).

Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian kering.

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10- 16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil. Berdasarkan bentuk dan strukturnya biji jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Jagung Mutiara (Flint Corn), Jagung Gigi Kuda (Dent Corn), Jagung Manis (Sweet Corn), Jagung Pod, Z.

tunicata Sturt, Jagung Berondong (Pop Corn), Jagung Pulut (Waxy Corn), Z. Jagung QPM (Quality Protein Maize), Jagung Minyak Tinggi (High-Oil) .

Fase Pertumbuhan, Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5) tanaman berumur antara 10-18 hari setelah berkecambah. Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10) tanaman berumur antara 18 -35 hari setelah berkecambah. Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir 15-18) tanaman berumur antara 33-50 hari setelah berkecambah. Fase Tasseling (berbunga jantan) Fase tasseling berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/ rambut tongkol).

Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, di mana pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan mulai menyebarkan serbuk sari (pollen).

Pada fase ini dihasilkan biomas maksimum dari bagian vegetatif tanaman. Fase R1 (silking) Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling.

Penyerbukan (polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari tersebut membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur (ovule), di mana pembuahan (fertilization) akan berlangsung membentuk bakal biji. Bakal biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea. Fase R2 (blister) Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol sudah kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir sempurna, biji sudah mulai nampak dan berwarna putih melepuh, pati mulai diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85%, dan akan menurun terus sampai panen.

Fase R3 (masak susu) Fase ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam bentuk cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat cepat, warna biji sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap varietas), dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk lengkap. Fase R4 (dough) Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti pasta (belum mengeras). kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Fase R5 (pengerasan biji) Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah terbentuk sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan segera terhenti. Kadar air biji 55%.Fase R6 (masak fisiologis) Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah silking.

biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan sempurna dan telah terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman.

Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju ke bagian ujung tongkol. Pada tahap ini kadar air biji berkisar 30-35% dengan total bobot kering dan penyerapan NPK oleh tanaman mencapai masing-masing 100%.

Faktor Lingkungan, Ketersediaan hara dalam tanah kurang, Ketersediaan air pada saat musim kemarau terutama pada lahan kering beriklim basah, dan lahan sawah tadah hujan setelah padi. , Tanah bersifat masam dan mengandung Aluminium (Al), umumnya terdapat pada tanah podsolik yang banyak dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Papua, dan Sulawesi. Banyaknya lahan yang kekurangan bahan organik karena telah lama dimanfaatkan secara intensif untuk budidaya pertanian. Teknik Budidaya Masih banyak secara tradisional atau belum sesuai anjuran, antara lain :Menanam varietas dengan potensi hasil rendah seperti varietas lokal atau hibrida turunan maupun komposit yang ditanam terus menerus. Populasi tanaman rendah karena petani sengaja menanam dengan jarak tanam lebar dan tanah tidak subur.

Pemupukan yang tidak sesuai anjuran. Sosial-Ekonomi dan Kelembagaan Harga produk jagung masih fluktuatif dan cenderung rendah pada saat panen raya. Harga sarana produksi (benih, pupuk, dan pestisida) relatif mahal. Petani kurang dan sulit untuk mengakses permodalan.

Kelembagaan kelompok tani masih lemah. Faktor Panen Sekitar 60% pertanaman jagung di Indonesia dipanen pada saat curah hujan masih cukup tinggi. Terbatasnya alat pengering sehingga menyebabkan biji jagung mudah terinfeksi jamur yang dapat menurunkan kualitas seperti kadar aflatoksin yang tinggi.

Potensi Lahan. Potensi lahan untuk pengembangan tersedia cukup luas utamanya lahan kering di luar Pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Nusa Tenggara sekitar 6,96 juta hektar. Peningkatan produksi jagung melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam Penerapan Teknologi Tersedianya teknologi spesifik lokasi Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) jagung Penguatan Kelembagaan. Pemberdayaan Kel. Tani dan Gabungan Kel. Tani . Penguatan Permodalan. Pemanfaatan Kredit Ketahanan Pangan dan Enegi (KKP-E) untuk Komoditi Jagung

Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain:

Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.

Syarat tumbuh jagung yaitu beriklim sedang -subtropis/tropis yg basah, curah hujan ideal 85-200 mm/bulan, ditanam awal musim hujan dn menjelang kemarau, perlu cahaya matahari penuh, suhu 21-34 C dn suhu ideal optimum 23-27 C. panen hendaknya saat kemarau berpengaruh thdp pemasakan biji dn pengeringan hasil. Media tanam : tanah harus gembur,subur, dn kaya humus, jenias tanah andosol, latosol, grumusol, tanah berpasir, lempung liat berdebu, pH antara 5,6-7,5, aerasi dan ketersedian air baik, kemiringan < 8%, ketinggian tempat 1000-1800 mdpl serta 0-600 mdpl.

Benih : bermutu tinggi, baik mutu genetic,fisik,fisiologisnya, berasal dri varietas unggul, berasal dari tongkol besar, baris biji lurus dan rapat, tak terserang OPT, masak fisiologis, daya kecambah >90%, diperlukan 20-30 kg/ha.

Pengolahan media : persiapan dengan membalik tanah dn memecah bongakahan sampai gembur, bersihkan lahan dari sisa tanaman sebelumnya, pembentukan bedengan dgn lebar 25-30 cm kedalaman 20 cm dn setiap 3 m dibuat draenase, pengapuran dgn dosis 300 kg/ha 1 bulan sblm tanam, pemupukan(200-300 kg Za, 75-100 kg TSp, dn 50-100 kg KCl) diberkan sebagai pupuk dasar 1/3 Za:1 TSP, P susulan I 1/3 Za:1/3 KCL (30 HST), susulan II 1/3 Za (45 HST.

Pola tanam jagung yaitu : tumpeng sari, tumpeng gilir, tanaman bersisipan, dn tanaman campuran. Kegiatan pemeliharaan meliputi penjarangan/penyulman, penyiangan, pembubunan, pemupukan, pengairan/penyiraman, pengendalian OPT.

(2)

Referensi

Dokumen terkait