• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kaitan Kepadatan Lamun dan Kelimpahan Ikan di Perairan Teluk Tomini Desa Olimoo'o Kecamatan Batuda'a Pantai Kabupaten Gorontalo

N/A
N/A
nursalinda amir

Academic year: 2024

Membagikan "Kaitan Kepadatan Lamun dan Kelimpahan Ikan di Perairan Teluk Tomini Desa Olimoo'o Kecamatan Batuda'a Pantai Kabupaten Gorontalo"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEPADATAN LAMUN DAN KELIMPAHAN IKAN DI PERAIRAN TELUK TOMINI DESA OLIMOO’O KECAMATAN BATUDA’A

PANTAI KABUPATEN GORONTALO

RELATIONSHIP BETWEEN THE DENSITY OF SEAWEEDS AND FISH AVAILABILITY IN TOMINI BAY WATERS, OLIMOO'O VILLAGE,

BATUDA'A PANTAI DISTRICT, GORONTALO REGENCY Supriadi A.Basiro*, pembimbing 12*, pembimbing 22*

1Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo 2Dosen Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

Email:

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between seagrass density and abundance of fish species in the waters of Tomini Bay, Olimoo'O Village, Batuda'a District, Gorontalo Regency. This research will be carried out in December-January 2021, located in the waters of Tomini Bay, Olimoo'o Village, Batudaa Pantai District, Gorontalo Regency.

The method used in this study consisted of two, namely for seagrass density using the line transect method, and fish abundance using gill nets measuring 80 m x 2 m, and 40 m x 1.75cm. with a mesh size of 1.5 cm. At the time of observation at the location of the seagrass species found there were 6 species and 18 species of fish found at each station, the data collection of fish species was carried out during the bright moon and the dead moon. Seagrass density has a relationship with fish abundance, where in locations with high seagrass density the fish abundance is also relatively high.

Keywords: Seagrass, Fish, Olimoo'o Village ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepadatan lamun dan kelimpahan jenis ikan di perairan Teluk Tomini Desa Olimoo’O Kecamatan Batuda’a pantai Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Desember- Januari 2021, bertempat di perairan Teluk Tomini Desa Olimoo’o Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua yaitu untuk kepadatan lamun menggunakan metode transek garis, dan kelimpahan ikan menggunakan alat tangkap “jaring insang” (gill net) berukuran 80 m x 2 m, dan ukuran 40 m x 1.75cm. dengan ukuran mata jaring 1,5 cm. Pada saat pengamatan dilokasi jenis lamun yang ditemukan ada 6 jenis dan 18 jenis ikan yang ditemukan pada masing-masing stasiun, pengumpulan data jenis ikan dilakukan pada saat bulan terang dan bulan mati.

Kepadatan lamun memiliki hubungan dengan kelimpahan ikan, dimana pada lokasi dengan kepadatan lamun tinggi maka kelimpahan ikan juga relative tinggi.

Kata kunci : Lamun, Ikan, Desa Olimoo’o

(2)

PENDAHULUAN

Lamun adalah produsen primer di perairan dangkal dan sebagai sumber makanan yang penting bagi banyak organisme. Lamun juga berperan dalam menjaga produktivitas dan stabilitas ekosistem pesisir. lamun juga merupakan daerah pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah pembesaran (rearing ground) bagi berbagai biota bernilai ekonomis tinggi, seperti, ikan (Kordi, 2011).

Adrim dan Fahmi (2010), ikan merupakan hewan vertebrata aquatik berdarah dingin dan bernafas dengan insang yang beberapa anggotanya hidup di ekosistem lamun.

Ikan didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di air dan secara sistematik ditempatkan pada fillum Chordatae dengan karakteristik memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut dari air dan sirip yang digunakan untuk berenang. Ikan hampir dapat ditemukan di semua tipe perairan di dunia dengan bentuk dan karakter yang berbeda-beda terutama di Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa ekosistem lamun di Desa Olimoo’o selama ini telah dijadikan oleh masyarakat setempat sebagai lokasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap sederhana. Informasi tentang keberadaan ikan di ekosistem lamun tersebut belum ada publikasinya. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Antara Kepadatan Lamun dan Kelimpahan Ikan di Perairan Teluk Tomini Desa Olimoo’o Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo”. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal dalam pengelolaan wilayah pesisir Teluk Tomini khususnya ekosistem lamun untuk kemaslahatan masyarakat secara berkelanjutan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember-Januari 2021, bertempat di perairan Teluk Tomini Desa Olimoo’o Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo. Lokasi penelitian dapat di lihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Lokasi penelitian ALAT

Alat dan bahan yang akan digunakan pada kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.

N

o Alat dan Bahan Fungsi

(3)

1 GPS (Global Positioning System) Untuk Menentukan posisi stasiun

2 Transek 1 x 1 Untuk pengambilan data lamun

4 Jaring ingsang Untuk menangkap ikan

3 Roll meter Untuk mengukur jarak

4 Refraktometer Untuk mengukur salinitas

5 Termometer Untuk mengukur suhu

6 Tongkat Berskala Untuk mengukur kedalaman

7 Camera Untuk dokumentasi

8 Alat tulis Untuk mencatat hasil penelitian

9 Buku Identifikasi Sebagai penuntun untuk identifikasi

10 Kertas Lakmus Untuk mengukur tingkat keasaman

11 Snorkel dan masker Digunakan untuk mengamati

12 Stopwatch Untuk menghitung kecepatan arus

13 Layang-layang arus Untuk mengukur kecepatan arus Metode

Lokasi penelitian akan dibagi atas tiga stasiun dan tiap stasiunnya dibagi lagi menjadi 3 sub-stasiun. Metode yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua yaitu untuk pengamatan lamun dan pengamatan ikan. Untuk pengamatan lamun akan menggunakan metode transek garis. Pada setiap sub-stasiun diletakkan 5 kuadran dengan jarak antar kuadran yaitu 5 meter. Garis transek ditarik dari arah darat ke laut dari tempat pertama kali ditemukan lamun (Umar, 2014). Pengumpulan data ikan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap “jaring insang” (gill net) berukuran 1,5 m x 80 m dengan ukuran mata jaring 1,5 cm. Alat ini akan di pasang langsung disetiap stasiun yang telah ditentukan sama dengan stasiun pengamatan lamun dan pemasangan jaring dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Pengumpulan data jenis ikan dilakukan pada saat bulan terang dan bulan mati. Pemasangan jaring dilakukan pada malam dan pagi hari saat air mulai pasang, kemudian dilakukan pengontrolan setiap satu jam. Setelah air laut mulai surut maka jaring tersebut diangkat dan ikan yang tertangkap langsung dilakukan identifikasi dilapangan.

Teknik pengambilan data

Waheda dkk, (2015) data yang dikumpulkan terdiri dari data primer, meliputi jumlah individu ikan yang tertangkap berdasarkan luasan alat tangkap pada jaring insang dan data jenis dan jumlah lamun yang ditemukan. Teknik pengambilan data yang akan dilakukan saat di lokasi penelitian yaitu:

Penentuan stasiun sampling tingkat kerapatan lamun, terbagi menjadi 3 stasiun, dari tiap stasiun di bagi menjadi 3 sub stasiun dengan jarak antar stasiun 50 meter, dan setiap sub stasiun terdapat 3 kuadran dengan jarak antar kuadran 5 meter. Setiap lamun yang ditemukan dalam setiap kuadran diidentifikasi dan dihitung jumlah setiap spesiesnya.

Identifikasi sebisa mungkin dilakukan langsung di lapangan, tetapi jika ditemukan spesies yang belum diketahui, maka akan diambil sampel yang selanjutnya akan dibawa ke laboratorium. Desain peletakkan kuadran disajikan pada Gambar 2.

(4)

Gambar 2. Desain Peletakkan Kuadran (Sakaruddin, 2011), untuk pengambilan data lamun.

Untuk pengamatan jenis ikan yang ada di lokasi penelitian akan menggunakan alat bantu jaring hanyut (gill net) yang berjumlah 3 yunit jaring, dimana 1 yunit jaring memiliki panjang jaring 80 m dan lebar 2 m. dan 2 yunit jaring memiliki panjang yang sama yaitu 40 m, lebar 1.75 cm. yang biasa digunakan sebagai mata pencaharian oleh masyarakat setempat. dan mata jaring 1,5 cm. Jaring ini akan diletakkan pada masing- masing stasiun yang ditumbuhi lamun. Peletakan jaring dilakukan pada saat air mulai pasang dan setelah jaring dipasang, jaring tersebut akan dibiarkan selama air masih pasang dan dilakukan pengontrolan selang waktu 1 jam. Ikan yang tertangkap dengan jaring kemudian di ambil dan di identifikasi di darat dengan menggunakan buku identifikasi. Contoh gambar jaring insang dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 3. Jaring insang ‘gill net(Rasdani, 1988).

Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kepadatan jenis

Kepadatan jenis merupakan perbandingan antara jumlah total individu dengan unit area yang diukur. Kerapatan jenis lamun dapat dihitung dengan persamaan (Tuwo, 2011) .

KJI=¿ A Keterangan :

KJi = Kepadatan Jenis ke-i (tegakan/m²)

Ni = Jumlah total individu dari jenis ke-i (tegakan) A = Luas area total pengambilan sampel (m²) 2. Kelimpahan ikan

(5)

Kelimpahan ikan adalah jumlah ikan yang ditemukan pada stasiun pengamatan per stasiun luas transek pengamatan. Rumus kelimpahan ikan di lamun menurut Odum (1971) dalam Fatimah dkk (2017) adalah sebagai berikut:

Xi=xi n Keterangan :

Xi : Kelimpahan ikan di lamun ke-i (ind/ha)

xi : Jumlah total ikan di lamun pada stasiun pengamatan ke-i n : Luas Jaring pengamatan

HASIL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jenis ikan yang ditemukan selama penelitian ada 18 (delapan belas) jenis dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Jenis-jenis dan Jumlah Individu Ikan yang Ditemukan Saat Penelitian

No. Nama Spesies

Jumlah Individu yang ditemukan

Bulan Terang Bulan Gelap

St.1 St.2 St.3 St.4 St.1 St.2 St.3 St.4

1 Pempheris vanicolensis 2 4 3 - 5 8 3 -

2 Caranx sp. 2 1 - 1 - - - -

3 Scorpaenidae venosa - 1 1 - - - - -

4 Siganus spinus 1 2 - - - -

5 Ctenochaetus striatus - - - 1 - - 2

6 Abudefdus sexfaciatus - 1 1 1 1 1 3 1

7 Sargochentrum cornutum - 1 - 1 1 2 2 2

8 Lactoria penthacanta - 2 - - - - 1 -

9 Mugil cephalus 2 - - - -

10 Chanos-chanos - 2 - - - -

11 Leptoscarus vaigiensis 1 2 - - - 4 - -

12 Lutjanus lemniscatus - 1 - - - -

13 Letrinus lentjan - 5 1 - 1 2 2 -

14 Lutjanus monostigma - 1 - - - -

15 Siganus guttatus - 1 - - - -

16 Parupeneus sp. - 1 - - - -

17 Rhinecanthus verrocosus 1 2 1 1 1 4 2 2

18 Plotosus lineatus 6 2 3 - 4 2 - -

Jumlah Total Spesies 7 16 6 5 6 7 6 4

Jumlah Total Individu 15 29 10 5 13 23 13 7

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa di perairan Desa Olimoo’o Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo telah ditemukan 18 species ikan selama pengamatan pada saat bulan Gelap dan Bulan Terang. Jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan

(6)

di setiap stasiun bervariasi, yang paling tinggi di stasiun 2 dan terendah di stasiun 4 baik jumlah spesies maupun jumlah individu.

Kepadatan Lamun

Kepadatan species lamun adalah banyaknya jumlah individu/tegakan suatu spesies lamun pada luasan tertentu. Hasil perhitungan Kepadatan lamun yang di lakukan pengamatan di perairan Teluk Tomini Desa Olimoo’o Kecamatan Batudaa’a Pantai Kabupaten Gorontalo, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 4. Hasil perhitungan kepadatan (ind/m2) jenis lamun di perairan Teluk Tomini Desa Olimoo’o

No. Spesies Stasiun

1 2 3 4

1 Cymodocea Serrulata 35,33 109,73 74,93 0

2 Cymodocea Rotundata 26,6 53,13 120,53 0

3 Halodule Uninervis 222,67 171,33 92,93 0

4 Halphila Ovalis 32 20,2 29,4 0

5 Syringodium Isoetifolium 94,47 196,33 98,2 0

6 Thalassia Hemprichi 62,47 0 6,53 0

Kelimpahan Total 473,54 550,72 422,52 0 Berdasarkan hasil penelitian pada (Tabel 4) terdapat pada stasiun 2 yang memiliki jumlah kepadatan yang sangat tinggi yaitu dengan nilai 550,70 ind/m2, berikutnya terdapat pada stasiun 1 dengan nilai kepadatan 473,54 ind/m dan yang terendah terdapat pada stasiun 3 dengan nilai kepadatan 422,52 ind/m2. Hal memunkinkan yang menyebabkan Perbedaan nilai kepadatan pada tiap-tiap stasiun munkin karena karakteristik substrat yang berbeda antar stasiun, dan beberapa factor lingkungan lainnya yang berbeda. Kiswara (2004), kerapatan jenis lamun dipengaruhi faktor tempat tumbuh dari lamun. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerapatan jenis lamun antaranya adalah kedalaman, kecerahan, arus air dan tipe substrat.

Kelimpahan Jenis Ikan

Hasil perhitungan kelimpahan jenis ikan pada bulan gelap dan bulan terang pada saat pengamatan di Perairan Teluk Tomini Desa Olimoo’o Kecamatan Batuda’a Pantai Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Gambar 4.

(7)

Gambar 4. Kelimpahan Jenis Ikan Saat Pengamatan Bulan Terang dan Gelap (Ind/m2) Hasil perhitungan kelimpahan ikan pada bulan terang maupun bulan gelap menunjukkan bahwa stasiun 2 yang memiliki kelimpahan spesies tertinggi. Dimana pada bulan terang jenis yang paling melimpah yaitu L. lentjan dan pada saat bulan terang yaitu jenis P. vanicolensis. Kelimpahan ikan di bulan terang dan bulan gelap bervariasi di setiap stasiun, namun secara umum di saat bulan terang kelimpahan ikan yang ditemukan relative lebih tinggi pada saat bulan gelap.

Hubungan Kepadatan Lamun dan Kelimpahan Ikan

Untuk melihat keterkaitan antara kelimpahan ikan dengan kepadatan lamun, maka dilakukan perbandingan nilai total antara keduanya. Namun nilai antara kepadatan lamun dan kelimpahan ikan memiliki kisaran angka yang berbeda jauh. Oleh karena itu dalam pembuatan grafiknya dilakukan terpisah. Adapun untuk kelimpahan ikan dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini:

(8)

Gambar 5. Perbandingan Kelimpahan Ikan Saat Pengamatan Bulan Terang dan Gelap Gambar 5 menunjukkan bahwa kelimpahan ikan bervariasi. Pada stasiun 1 dan 2 ikan yang ditemukan lebih melimpah pada saat bulan terang. Sebaliknya pada stasiun 3 dan 4 terjadi sebaliknya yaitu pada bulan gelap yang relative lebih tinggi. Namun dari semua stasiun menunjukkan bahwa stasiun 2 memiliki kelimpahan ikan tertinggi dibanding dengan stasiun-stasiun lainnya baik pada saat bulan terang maupun saat bulan mati. Hal ini senada dengan nilai kepadatan lamun yang menunjukkan bahwa stasiun 2 memiliki kepadatan tertinggi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa kepadatan lamun berhubungan dengan kelimpahan ikan yang hadir di ekosistem lamun. Dalam penelitian ini kondisi bulan relative kurang mempengaruhi. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh sifat nokturnal (aktif malam hari) dari beberapa jenis ikan yang ditemukan. Kondisi stasiun penelitian mungkin pula mempengaruhi kelimpahan ikan dan mungkin masih ada banyak hal lainnya yang turut mempengaruhi, namun belum terungkap dalam penelitian ini.

Walaupun tampaknya kepadatan lamun memiliki hubungan dengan kelimpahan jenis ikan yang ditemukan, namun pada stasiun 4 yang tidak ditumbuhi oleh lamun tetap dikunjungi oleh ikan yang dapat dilihat dari hasil yang diperoleh di lokasi tersebut. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh ikan yang memiliki sifat perenang aktif, sehingga dapat berpindah ke semua tempat. Dan hal lainnya adalah mungkin juga karena alat tangkap yang digunakan adalah gill net yang dipasang menghadang ikan. Menurut (Adrim, 2006), keanekaragaman jenis ikan di ekosistem lamun juga bergantung pada kehadiran ekosistem lain disekitar ekosistem lamun seperti terumbu karang, mangrove, muara sungai, dan estuari.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kepadatan lamun memiliki hubungan dengan kelimpahan ikan, dimana dari semua stasiun yang dilakukan pengamatan kepadatan lamun dan kelimpahan ikan, tedapat 6 jenis lamun yaitu, Cymodecea Serrulata, Cymodecea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifoium dan Thalassia hemprichii. Adapun pada saat pengamatan ikan pada bulan terang dan bulan gelap terdapat 18 jenis ikan yang ditemukan pada lokasi penelitian. Maka dapat disimpulkan dengan kepadatan lamun tinggi maka kelimpahan ikan juga relative tinggi.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Adrim, M & Fahmi. (2010). Panduan Untuk Penelitian Ikan Laut. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI.

Adrim, M. 2006. Assosiasi Ikan Di Padang Lamun. Jurnal oseana 31:1-7

Kiswara, W. 2004. Kondisi Padang Lamun (seagrass) di Teluk Banten 1998 – 2001.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Kordi, K.M.G.H. (2011). Ekosistem Lamun (seagrass) Fungsi, Potensi, dan Pengelolaan.

Rineka Cipta. Jakarta.

Sakaruddin, M.I. (2011). Komposisi Jenis, Kerapatan, Persen Penutupan dan Luas Penutupan Lamun di Perairan Pulau Panjang Tahun 1990–2010. Skripsi.

Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Icedalaman deteksi ikan pada leg 1 yang rrlewakili bagian Timur Laut sainpai Utara perairan Teluk Tomini mencapai kedalaman 23 In dengan TS rata-rata tiap kedalarnan yang

pola kelimpahan beberapa jenis ikan pelagis pantai yang. bernilai

Perikanan Soma Pajeko dengan Rumpon : Interaksi Antara Ikan Malalugis Biru (Decapterus macarellus) dan Rumpon di Perairan Sekitar Molibagu, Teluk Tomini,

Perikanan Soma Pajeko dengan Rumpon : Interaksi Antara Ikan Malalugis Biru (Decapterus macarellus) dan Rumpon di Perairan Sekitar Molibagu, Teluk Tomini,

Kesamaan spesies yang tinggi kumpul- an ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram- Teluk Ambon Dalam antara siang dan malam hari lebih dipengaruhi oleh

Padang lamun di perairan Desa Tongali masih dalam kondisi baik dengan kelimpahan Gastropoda yang cukup baik sehingga merupakan salah satu area yang sangat berpotensi

Penelitian Keanekaragaman Jenis Ikan di padang Lamun Teluk Mayalibit dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2013, di perairan pantai Kampung Kalitoko Distrik

Kelimpahan gastropoda yang ditemukan selama penelitian di perairan teluk Un disajikan pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa ditemukan 14 genera gastropoda dengan kelimpahan