SKRIPSI
HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN ACADEMIC BURNOUT PADA MAHASISWA TINGKAT IV YANG
MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2021
Oleh:
Mei Rahmatsari Linia Lase NIM. 032017048
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN
2021
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
SKRIPSI
HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN ACADEMIC BURNOUT PADA MAHASISWA TINGKAT IV YANG
MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2021
Memperoleh Untuk Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Dalam Program Studi Ners
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan
Oleh:
Mei Rahmatsari Linia Lase NIM. 032017048
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN
2021
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Mei Rahmatsari Linia Lase
NIM : 032017048
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Self Efficacy Dengan Academic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes Santa Elisabeth Medan.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Peneliti,
Mei Rahmatsari Linia Lase
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Persetujuan
Nama : Mei Rahmatsari Linia Lase
NIM : 032017048
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Self Efficacy Dengan Academic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021
Menyetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang Sarjana Keperawatan Medan, 11 Mei 2021
Pembimbing II Pembimbing I
(Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN) (Lilis Novitarum, S.Kep.,Ns.,M.Kep)
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
(Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
v
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Telah diuji Pada 11 Mei 2021 PANITIA PENGUJI
Ketua :Lilis Novitarum, S.Kep., Ns.,M.Kep
...
Anggota :1. Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN
...
2. Mardiati Barus, S.Kep.,Ns.,M.Kep
...
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
(Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Pengesahan
Nama : Mei Rahmatsari Linia Lase
NIM 032017048
Judul : Hubungan Self Efficacy Dengan Academic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
pada Tanggal 11 Mei 2021 dan dinyatakan LULUS
TIM PENGUJI: TANDA TANGAN
Penguji I: Lilis Novitarum, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Penguji II: Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN Penguji III : Mardiati Barus, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Prodi Ners Ketua STIKes
(Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN) (Mestiana Br. Karo, M.Kep., DNSc)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIKA
Sebagai sivitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mei Rahmatsari Linia Lase
NIM 032017048
Program Studi : Ners Jenis Karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada STIKes Santa Elisabeth Medan Hal Bebas Royalti Noneklusif (Non- ekclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Hubungan Self Efficacy Dengan Academic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021. Beserta perangkat yang ada jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini STIKes Santa Elisabeth Medan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Medan, 11 Mei 2021 Yang Menyatakan
(Mei Rahmatsari Linia Lase)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
ABSTRAK
Mei Rahmatsari Linia Lase 032017048
Hubungan Self Efficacy Dengan Academic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021
Prodi S1 Keperawatan, 2021
Kata kunci : Self Efficacy, Academic Burnout, Mahasiswa yang mengerjakan skripsi
(xvii +67 +lampiran)
Skripsi merupakan tugas akhir yang menjadi penentu bagi mahasiswa yang menjalaninya. Mahasiswa yang melakukan ini kebanyakan merasa stres dan tertekan, sehingga mengakibatkan academic burnout. Pencegahan yang disarankan agar mahasiswa memiliki self efficacy yang tinggi dapat melindungi mereka dari potensi academic burnout. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa yang mengerjakan skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional.
Populasi berjumlah 110 orang, dengan teknik simple random sampling sampling dengan 52 responden. Hasil uji statistik Spearman rank menunjukkan nilai p = 0,000 (p <0,05) dengan r = -0.650, yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan kekuatan sedang dengan korelasi bernilai negatif yang dimana self efficacy meningkat maka academic burnout menurut, begitu pun sebalik jika self efficacy menurun maka academic burnout meningkat. Disarankan kepada responden untuk meningkatkan self efficacy dengan melakukan aktivitas yang disukai dan mengatur waktu untuk mengurangi academic burnout.
Daftar Pustaka (2012-2020)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
ix ABSTRACT
Mei Rahmatsari Linia Lase 032017048
Relationship between Self Efficacy and Academic Burnout for Level IV Students Who Compose Thesis at STIKes Santa Elisabeth Medan in 2021
Nursing S1 Study Program, 2021
Keywords: Self Efficacy, Academic Burnout, Students working on a thesis (xvii +66 +attachment)
The thesis is a final task that is decisive for students who live it. Students who do this mostly feel stressed and depressed, resulting in academic burnout. The recommended prevention so that students have high self-efficacy can protect them from potential academic burnout. This study aims to determine the relationship between self-efficacy and academic burnout for students working on a thesis at STIKes Santa Elisabeth Medan in 2021. This type of research is a descriptive correlation with a cross-sectional approach. The population is 110 people, with a simple random sampling technique with 52 respondents. The results of the Spearman rank statistic test show the value of p = 0.000 (p <0.05) with r = - 0.650, which shows a significant and moderate relationship with a negative correlation, which means that if self-efficacy increases then decrease academic burnout, and vice versa if self-efficacy decreases then increase academic burnout.
It is suggested respondents increase self-efficacy by doing activities they like and managing time to reduce academic burnout.
Bibliography (2012-2020)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan terhadap kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ada pun judul skripsi ini adalah “Hubungan Self Efficacy Dengan Academic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021”. Skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas dalam menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan. Dalam penyusunan skripsi ini telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Mestiana Br. Karo, M.Kep., DNSc selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti serta menyelesaikan pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan.
2. Samfriati Sinurat S.Kep., Ns., MAN selaku Ketua Program Studi Ners yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Program Studi Ners Tahap Akademik dan sekaligus pembimbing II yang telah membantu, membimbing serta mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan ilmu yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Lilis Novitarum S.Kep., Ns. M.Kep Selaku pembimbing I yang telah membantu, membimbing serta mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan ilmu yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xi
4. Mardiati Barus S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji III yang telah membantu, membimbing serta mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan ilmu yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Imelda Derang,S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak bimbingan kepada saya selama menempuh pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan.
6. Seluruh tenaga pengajar dan tenaga kependidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah membimbing, mendidik, dan membantu penulis selama menjalani pendidikan.
7. Teristimewa kepada keluarga tercinta Ayahanda Yulius Lase dan Ibunda Uziati Lase, yang telah melahirkan, membesarkan, mendoakan, memotivasi, selalu memberi semangat dan menyekolahkan saya hingga kejenjang Sarjana. Abang Yuzrinaldi Septian Lase dan kakak Yuzlianti Rivalni Lase yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, dukungan, semangat serta doa dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Sr Feronika FSE, selaku suster asrama yang telah memberikan dukungan dan motivasi saya dalam dalam mengerjakan penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh teman – teman program studi Ners tahap akademik angkatan XI stambuk 2017 yang selalu berjuang bersama sampai dengan penyusunan tugas akhir ini dan terimakasih untuk semua orang yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat peneliti ucapkan satu persatu.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang peneliti miliki, peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan dan kelemahan, walaupun demikian peneliti telah berusaha. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sehingga menjadi bahan masukan bagi peneliti untuk peningkatan di masa yang akan datang, khususnya bidang ilmu keperawatan.
Medan, 11 Mei 2021 Penulis
(Mei Rahmatsari Linia Lase)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xiii DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ... i
SAMPUL DALAM ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v
PENGESAHAN ... vi
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR BAGAN ... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Rumusan Masalah ... 7
Tujuan ... 7
Tujuan umum ... 7
Tujuan khusus ... 7
Manfaat Penelitian ... 8
Manfaat teoritis ... 8
Manfaat praktis ... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 10
Mahasiswa ... 10
Skripsi ... 11
Academic Burnout ... 12
Definisi academic Burnout ... 12
Gejala academic Burnout ... 13
Dimensi academic Burnout ... 14
Faktor-faktor yang mempengaruhi academic burnout ... 15
Self Efficacy ... 18
Definisi self efficacy ... 18
Aspek-aspek self efficacy ... 20
Dimensi self efficacy ... 22
Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy ... 23
Ciri-ciri individu yang memiliki self efficacy... 24
Sumber self efficacy... 25
2.4. Hubungan Self Efficacy Dengan Academic Burnout... 27
BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 28
Kerangka Konsep Penelitian ... 28
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
Hipotesa... 29
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30
Rancangan Penelitian ... 30
Populasi dan Sample ... 30
Populasi ... 30
Sampel ... 31
Variabel penelitian dan Defenisi operasional ... 32
Variabel Independen ... 32
Variabel Dependen ... 33
4.3.2 Definisi Operasional ... 33
Instrumen penelitian ... 34
Lokasi Penelitian ... 36
Lokasi Penelitian ... 36
Waktu Penelitian ... 36
Prosedur pengambilan dan pengumpulan data ... 37
Prosedur Pengambilan Data ... 37
Prosedur Pengumpulan Data ... 37
4.6.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38
Kerangka operasional ... 39
Analisa data ... 39
Etika Penelitian ... 42
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
Gambaran Lokasi Penelitian ... 45
Hasil Penelitian ... 47
Karakteristik Data Demografi Responden ... 47
Self Efficacy ... 48
Academic Burnout ... 48
Hubungan Self Efficacy dengan Academic Burnout ... 49
Pembahasan ... 50
Self Efficacy ... 50
Academic Burnout ... 54
Hubungan Self Efficacy dengan Academic Burnout ... 58
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ... 62
Kesimpulan ... 62
Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN 1. Surat Usulan Pengajuan Judul
2. Surat Pengajuan Judul Skripsi
3. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal 4. Surat Keterangan Layak Etik
5. Surat Pengesahan Ijin Pemakaian Kuesioner
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xv
6. Surat Permohonan Ijin Penelitian 7. Informed Concent
8. Lembar Kuesioner
9. Hasil Output SPSS Penelitian 10. Flowcard
11. Lembar Konsul
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Definisi Operasional Hubungan Self Efficacy Dengan Academic
Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021... 34 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Responden Berdasarkan
DataDemografi Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat IV STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021 ... 48 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Responden BerdasarkanSelf
Efficacy Pada Mahasiswa Tingkat IVYang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021 ... 49 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Responden
BerdasarkanAcademic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021...………...………. 49 Tabel 5.5. Hasil Hubungan Self Efficacy dengan Academic Burnout Pada
Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes
Santa Elisabeth Medan Tahun 2021
...……….. 50
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xvii
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 3.1 Kerangka konsep Penelitian “Hubungan Self Efficacy
Dengan Academic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021 ... 28 Bagan 4.2 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Self Efficacy
Dengan Academic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021 ... 40
STIKes Santa Elisabeth Medan
1 BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perguruan tinggi di indonesia, khususnya pada jenjang strata atau S1 setiap mahasiswa diwajibkan untuk menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Skripsi merupakantugas akhir yang menjadi penentu bagi mahasiswa yang menjalaninya.
Pengerjaan skripsi sangat menguras tenaga dan pikiran, terutama bagi mahasiswa yang tidak terbiasa untuk menulis. Mahasiswa mengalami banyak hambatan dalam menyelesaikan studi yang sedang di hadapinya. Banyak mahasiswa yang mengerjakan skripsi merasa diberi beban yang sangat berat, sehingga perasaan tersebut berkembang menjadi perasaan tersebut menjadi perasaan negatif.
Perasaan tersebut dapat menimbulkan ketegangan, kekhawatiran, rendah diri, kehilangan motivasi stres, kejenuhan, hingga frustasi. Stres yang berkepanjangan dapat memperburuk kondisi mental, psikis, dan fisik mahasiswa yang akan membuat mahasiswa mengalami kelelahan fisik dan mental karena terkurasnya energi untuk menghadapi stres yang terus menerus. Stres yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan burnout (Puspitaningrum, 2018).
Burnout syndrome merupakan kumpulan gejala fisik, dan mental yang bersifat destructif akibat dari kelelahan kerja (Hastuti et al., 2017). Burnout syndrome adalah masalah psikologis yang disebabkan oleh stres yang dapat membuat siswa merasa tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya, kehilangan minta dalam studinya dan meragukan kemampuan untuk mencapai tujuan akademis (Aguayo et al., 2019). Menurut Schaufeli, dkk dalam Arlinkasari
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
2
STIKes Santa Elisabeth Medan
&Akmal (2017), burnout dalam bidang akademik disebut academic burnout adalah perasaan lelah akan tuntutan studi, memiliki sikap sinis terhadap tugas- tugas perkuliahan, dan perasaan tidak kompeten sebagai siswa. Burnout dapat berdampak pada memburuknya kondisi fisik, mental, dan emosional sehingga skripsi terbengkalai atau bahkan tidak menyelesaikan skripsi. Kondisi tersebut akan merugikan bagi mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Beberapa mahasiswa mampu bertahan dan mengatasi situasi ini, namun terdapat juga mahasiswa yang tidak dapat bertahan(Puspitaningrum, 2018).
Menurut Maslach dan Jackson dalam (Aguayo et al., 2019) terdapat tiga dimensi burnout; kelelahan emosional, depersonalisasi, dan pencapaian pribadi yang rendah. Kelelahan emosional menggambarkan kurangnya energi dan menipisnya emosi. Depersonalisasi mengacu pada perasaan terasing dari studi, bersama dengan sikap acuh tak acuh dan sinis terhadap teman sebaya dan guru.
Tingkat pencapaian pribadi yang rendah mengacu pada persepsi inefisiensi dan kurang kompetensi dalam pelaksanaan tugas universitas (Aguayo et al., 2019).
Burnout tidak hanya dialami oleh perawat, tetapi terjadi juga pada mahasiswa keperawatan ketika menjalani perkuliahan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Silvia, et al dalam Alimah et al. (2016) yang menunjukkan bahwa 570 mahasiswa keperawatan dari tiga Universitas di Brazil mengalami burnout 64% pada dimensi exhaustion tinggi, 35,79% pada dimensi sinisme yang tinggi, dan 87,72% pada dimensi pencapaian prestasi pribadi yang rendah(Alimah et al., 2016).
Hasil penelitian Puspitaningrum,(2018) menunjukkan mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi mengalami burnout dengan kategori tinggi 1,25 %,
STIKes Santa Elisabeth Medan
3 sedang sebanyak 61,25 %, kategori rendah sebanyak 37,7 %, maka disimpulkan
bahwa sebagian besar mahasiswanya memiliki burnout pada kategori sedang.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara kepada 10 orang mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di STIKes Santa Elisabeth ditemui beberapa gejala burnout pada ke 10 orang responden tersebut;
dimana ke 10 responden mengalami kelelahan fisik dan pusing saat mengerjakan skripsi, 10 responden merasa terbebani dan merasa stres dengan adanya tugas skripsi, 4 responden mengalami emosional saat diganggu atau ditanyai saat mengerjakan skripsi, serta 10 responden pernah mengalami kebosanan sehingga mahasiswa tersebut mengabaikan tugas skripsinya.
Permasalahan akademik yang tidak segera diselesaikan berpotensi menyebabkan academic burnout pada mahasiswa. Menurut Leiter & Maslach dalam Arlinkasari & Akmal (2017) terdapat enam faktor yang mempengaruhi muncul tidaknya burnout yaitu workload, control, reward, community, value dan fairness. Dalam hal perkuliahan workload dapat berupa mengerjakan banyak tugas-tugas perkuliahan seperti menyusun makalah, memahami jurnal, melakukan presentasi dan mempersiapkan diri untuk ujian dalam waktu yang singkat. Control seperti kesulitan dalam mengambil keputusan terkait tugas-tugas perkuliahannya akibat pengaruh dari teman yang lebih dominan, dosen, atau pun peraturan- peraturan kampus. Reward misalnya mahasiswa tidak mendapat apresiasi dari dosen, teman seperkuliahan, ataupun orang tua atas pencapaian akademik.
Community misalnya mahasiswa tidak memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman sekelas ataupun dosen sehingga mereka merasa kurang nyaman.
STIKes Santa Elisabeth Medan
4
STIKes Santa Elisabeth Medan
Value dapat berupa ketidaksesuaian nilai-nilai yang mahasiswa anut dengan tuntutan perkuliahan. Fairness dapat terlihat ketika mahasiswa merasa diperlakukan secara tidak adil oleh pihak kampus. Banyaknya faktor-faktor yang dapat menimbulkan academic burnout pada mahasiswa, dapat menjadi hambatan bagi mahasiswa. Untuk mengatasi permasalahan academic burnout tersebut, Ugwo,dkk dalam Arlinkasari & Akmal, (2017) menyarankan agar mahasiswa memiliki self efficacy yang dapat melindungi diri dari potensi academic burnout Arlinkasari & Akmal(2017).
Menurut Bandura dalam Arlinkasari & Akmal, (2017) self efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya mempengaruhi cara mereka berperilaku.
Ghufron & Risnawita dalam Lestari & Dewi, (2018) efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self knowledge yang berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Hasil dari proses kognitif berupa keyakinan, keputusan tentang sejauh mana seseorang memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan menurut Bandura dalam Lestari & Dewi, (2018). Mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan melakukan berbagai tindakan untuk menyelesaikan kesulitan tugas akhirnya, ketika mahasiswa dihadapkan tantangan dalam menyelesaikan skripsi, semakin kuat keyakinan dalam dirinya maka semakin tekun dalam menyelesaikan skripsi (Lestari & Dewi, 2018).
Self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk terhadap fungsi diri dan kejadian di lingkungan. Tidaklah
STIKes Santa Elisabeth Medan
5 berkaitan dengan bagaimana seorang individu memiliki kemampuan yang besar
tetapi lebih kepada bagaimana seorang individu dapat melakukan sesuatu tanpa melihat besar atau kecilnya kemampuan yang dimiliki oleh individu. Self efficacy juga menekankan pada komponen keyakinan diri yang dimiliki seorang individu dalam menghadapi situasi yang akan datang (Simanjuntak et al., 2019).
Penelitian Victoriana dalam (Arlinkasari & Akmal, (2017) menunjukkan bahwa mahasiswa dengan self efficacy yang tinggi memiliki bahwa ia mampu mengendalikan situasi yang menekan sehingga ia dapat mengatasi berbagai kondisi perkuliahan yang stressfull. Self efficacy yang baik juga meningkatkan motivasi mahasiswa untuk menguasai materi perkuliahan. Ketika mahasiswa memiliki self efficacy yang baik maka mereka diharapkan mampu memenuhi beban pelajaran selama perkuliahan yang semakin sulit dan kompleks (Arlinkasari
& Akmal, 2017).
Bandura dalam Mugiarso et al. (2018) menjelaskan bahwa self efficacy mempunyai efek pada perilaku manusia melalui empat proses yaitu proses kognitif, proses motivasi, proses afektif dan proses selektif. Oleh karena itu, efikasi diri secara signifikan berkaitan dengan performansi, inisiatif dalam menghadapi situasi, motivasi, dan ketekunan untuk melakukan atau menyelesaikan tugas, khususnya dalam menghadapi rintangan dan hambatan (Mugiarso et al., 2018).
Bandura dalam Mugiarso et al.(2018) melihat efikasi diri terdiri dari dua jenis efikasi diri positif dan efikasi diri negatif. Kaiser dalam Mugiarso et al., (2018) menjelaskan bahwa seorang dengan efikasi diri positif percaya bahwa ia
STIKes Santa Elisabeth Medan
6
STIKes Santa Elisabeth Medan
dapat menyelesaikan suatu tugas tertentu dengan baik, seringkali mengerahkan usaha yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang ia jalani. Sebaliknya, orang yang memiliki efikasi diri yang negatif seringkali menyerah dalam menghadapi kesulitan. Sehingga dengan kata lain, apabila mahasiswa mempunyai efikasi diri yang positif maka ia dapat lebih yakin untuk menyelesaikan skripsi ataupun tugas akhir yang sedang ia kerjakan. Individu dengan self efficacy yang tinggi akan menghadapi tantangan dengan mudah, bekerja keras dan bertahan untuk mengerjakan tugas hingga selesai Bandura dalam (Nastiti, 2019).
Menurut Nastiti, 2019 menjelaskan bahwa individu yang memiliki usaha yang tinggi akan lebih bekerja keras dan bertahan saat menghadapi kesulitan dalam pengerjaan skripsi, dia akan menghadapi situasi yang sulit dengan percaya bahwa dirinya mampu mengerjakan hal tersebut dengan baik. Maka dari itu, saat mahasiswa memiliki self efficacy yang tinggi, ia akan mampu bertahan dalam menghadapi hambatan pengerjaan skripsinya dan mengerahkan seluruh kemampuan untuk menyelesaikan skripsinya. Namun, jika individu memilikiself efficacy rendah akan merasa tidak mampu mengendalikan peristiwa yang terjadi dikehidupannya. Mereka mempercayai bahwa usaha yang mereka lakukan akan sia sia. Ketika mereka menghadapi suatu hambatan, mereka akan menyerah dengan mudah jika usaha awal mereka dalam menghadapi hambatan tersebut gagal(Nastiti, 2019).
Khansa& Djamhoer (2020)melakukan penelitian yang berjudul hubungan academic self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa di kota bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan
STIKes Santa Elisabeth Medan
7 signifikan antara academic self efficacy dengan academic burnout pada
mahasiswa di Kota Bandung dengan keeratan hubungan yang sedang, yang artinya semakin tinggi academic self efficacy mahasiswa di Kota Bandung semakin rendah academic burnout yang dialami mahasiswa (Khansa & Djamhoer, 2020)
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa Tingkat IV yang mengerjakan skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021.
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa tingkat IV yang menyusun skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021?
Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa tingkat IV yang menyusun skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi self efficacy pada mahasiswa yang mengerjakan skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021.
STIKes Santa Elisabeth Medan
8
STIKes Santa Elisabeth Medan
2. Mengidentifikasiacademic burnout pada mahasiswa yang mengerjakan skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021.
3. Mengidentifikasi hubungan self efficacydengan academic burnout pada mahasiswa yang mengerjakan skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021.
Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis
Sebagai sumber bacaan penelitian dan pengembangan ilmu tentang hubungan self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa tingkat IV yang menyusun skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021.
Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi instansi pendidikan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi, acuan, serta data tambahan untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkan pengetahuan, bahan referensi, studi kepustakaan mahasiswa, serta pemahaman tentang hubungan self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa tingkat IV yang menyusun skripsi Tahun 2021.
2. Manfaat bagi mahasiswa
Hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang Menganalisis hubungan self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa tingkat IV yang menyusun skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021.
STIKes Santa Elisabeth Medan
9 3. Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor academic burnout.
10
10 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA Mahasiswa
Mahasiswa merupakan kelompok generasi muda yangsedang belajar atau sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Aktivitas dan tugas mahasiswa sebagai seorangpeserta didik adalah belajar yaitu belajar ilmu pengetahuan, berorganisasi, bermasyarakat serta belajar menjadi pemimpin untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya (Sagita et al., 2017). Menurut Asy’ari dalam Sagita et al. (2017) mahasiswa seringdisebut sebagai kelompok cendekiawan dan golongan intelektual yang memegang beban berat dipundak untuk menentukan nasib masa depan bangsa.
Mahasiswa semester akhir merupakan perjalanan puncak seorang mahasiswa untuk menuntuk ilmu dan menempuh pendidikan terakhir di suatu perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Menjadi mahasiswa semester akhir merupakan langkah terakhir seorang mahasiswa mencapai tujuannya yaitu menjadi seorang sarjana. Sarjana sendiri merupakan gelar akademik yang diberikan kepada lulusan program Sarjana. Untuk mendapatkan gelar sarjana dibutuhkan waktu normatif dibutuhkan selama 4 (empat) sampai maksimal tujuh tahun sesuai dengan Peraturan Menteri Ristek Dan Dikti No. 44 Tahun 2015.
Untuk memperoleh gelar sarjana ini diwajibkan menulis karya ilmiah yang dinamakan skripsi sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar ini (Ulansari &
Sena, 2020).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
11 Skripsi
Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan akademis di perguruan tinggi. Semua mahasiswa mengambil mata kuliah skripsi karena skripsi digunakan sebagai salah satu persyaratan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana Poerwodarminto; Aliya & Iranita dalam (Puspitaningrum, 2018).
Skripsi merupakan tugas akhir yang sangat menentukan bagi setiap mahasiswa yang menjalaninya. Oleh karena itu, skripsi sangatlah menguras tenaga dan pikiran, terutama bagi mahasiswa yang tidak terbiasa untuk menulis. Selain itu mahasiswa mendapat banyak tuntutan untuk menyelesaikan studinya, baik itu dari dosen pembimbing, orangtua, akademik, teman-teman, dan juga tuntutan dari diri sendiri untuk cepat menyelesaikan studinya (Puspitaningrum, 2018).
Skripsi merupakan karya ilmiah yang diharuskan karena bagian dari persyaratan kelulusan di perguruan tinggi. Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan kendala dan tantangan yang menimbulkan mahasiswa mengalami ketegangan dan penundaan dalam penyusunan skripsi Andriani dalam (Lestari &
Dewi, 2018). Semua mahasiswa wajib mengambil mata kuliah skripsi dalam jangka waktu yang telah ditentukan karena skripsi di gunakan sebagai syarat sarjananya. Mahasiswa yang tidak mengerjakan skripsi tidak bisa mendapatkan gelar serjana meskipun mahasiswa rajin dalam kegiatan non akademik seperti mengikuti organisasi karena tidak menjadikan persyaratan skripsi. Mahasiswa diharapkan mampu mengimbangi dalam aktivitas akademik dan non akademik (Lestari & Dewi, 2018).
STIKes Santa Elisabeth Medan
12
STIKes Santa Elisabeth Medan
Academic Burnout
Definisi academic burnout
Sindrome burnout merupakan kumpulan gejala fisik, dan mental yang bersifat destruktif akibat dari kelelahan kerja. Syndrome burnout merupakan perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi menarik diri secara psikologi dari pekerjaan Pangistiti dalam (Hastuti et al., 2017). Burnout syndrome adalah masalah psikologi yang disebabkan oleh stres yang dapat membuat siswa merasa tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya, kehilangan minat dalam studinya dan meragukan kemampuan untuk mencapai tujuan akademis (Aguayo et al., 2019).
Schaufeli et al dalam Arlinkasari & Akmal,(2017) menyatakan bahwa Burnout dalam bidang akademik disebut academic burnout adalah perasaan lelah akan tuntutan studi, memiliki sikap sinis terhadap tugas-tugas perkuliahan, dan perasaan tidak kompeten sebagai siswa. Mahasiswa akan dihadapkan dengan berbagai tuntutan yang berbeda dengan tuntutan di sekolah menegah. Jika mahasiswa tidak mampu memenuhi berbagai tuntutan di perguruan tinggi secara efisiensi maka mahasiswa akan mudah stres dan rentan terkena academic burnout (Arlinkasari & Akmal, 2017).
Kejenuhan akademik (academicburnout) menyiratkan perasaan lelah dengan tugas sekolah dan apapun yang terkait dengan belajar, sikap yang buruk terhadap materi pelajaran di kelas yang pada akhirnya mengarah pada tidak adanya partisipasi dalam kegiatan sekolah maupun pendidikan, serta menciptakan perasaan ketidakmampuan untuk mempelajari materi pelajaran(MJ et al., 2016).
STIKes Santa Elisabeth Medan
13 Gejala academic burnout
Menurut Freudenberger dan Richelson dalam Gold dan Roth, (1993:41) mengatakan bahwa terdapat suatu kenyataan yang mengejutkan bahwa semua penderita burnout awalnya orang-orang yang bersemangat.Penderita burnout adalah orang-orang yang bersemangat, energik, ambisius, dan memiliki prinsip yang kuat untuk tidak menjadi gagal dan merupakan figur pekerja keras. Ada 11 gejala yang terlihat pada penderita burnout , yaitu(Khairani, 2015) :
a) Kelelahan yang merupakan proses kehilangan energi disertai keletihan.
b) Lari dari kenyataan, merupakan alat untuk menyangkal penderitaan yang dialami.
c) Kebosanan dan sinisme.
Penderita merasa tidak tertarik lagi akan kegiatan yang dikerjakannya, bahkan timbul rasa bosan dan pesimis akan bidang pekerjaan tersebut . d) Emosional.
Hal ini dikarenakan karena selama ini individu mampu mengerjakan pekerjaannya dengan cepat.dengan menurunnya kemampuan mengerjakan pekerjaan secara cepat, akan menimbulkan gelombang emosional pada diri individu.
e) Merasa yakin akan kemampuan dirinya, selalu menganggap dirinya sebagai yang terbaik.
f) Merasa tidak dihargai.
g) Disorientasi.
h) Masalah psikosomatis.
STIKes Santa Elisabeth Medan
14
STIKes Santa Elisabeth Medan
i) Curiga tanpa alasan yang jelas.
j) Depresi.
k) Penyangkalan kenyataan akan keadaan dirinya sendiri.
Dimensi academic burnout
Schaufeli, dkk dalam Arlinkasari & Akmal, (2017) menyatakan bahwa terdapat tiga dimensi academic burnout, yaitu :
a) Exhaustion.
Item-item pada dimensi ini mengacu pada perasaan lelah tetapi tidak merujuk langsung kepada orang lain sebagai sumber umum. Leiter &
Maslach (2000) menyatakan bahwa dimensi ini mengarah pada perasaan emosional yang berlebihan dan perasaan terkurasnya sumber daya emosional. Individu merasa kekurangan energi untuk menghadapi hari lain atau orang lain.
b) Cynisim.
Dimensi ini ditandai dengan ketidakpedulian atau sikap menjauh terhadap perkuliahan yang dijalani, tidak harus dengan orang lain.
c) Reduce of Professional Efficacy.
Dimensi ini meliputi aspek sosial dan non- sosial dalam pencapaian akademik. Leiter & Maslach (2000) menyatakan bahwa individu akan merasa tidak berdaya, merasa semua tugas yang diberikan berat. Ketika merasa tidak efektif maka mereka cenderung mengembangkan rasa tidak mampu.
STIKes Santa Elisabeth Medan
15 Faktor-faktor yang mempengaruhi academic burnout
faktor yang mempengaruhi academic burnout yang adalah sebagai berikut:
a) Dukungan Sosial.
Kurangnya dukungan sosial yang diperoleh oleh pelajar diketahui dapat meningkatkan tingkat academic burnout pada diri individu.
Dukungan sosial sebagai faktor lingkungan diketahui memberikan kontribusi terhadap academic burnout, hal tersebut karena dukungan sosial dapat membantu mahasiswa untuk beradaptasi dengan berbagai tekanan akademik yang dihadapi sehingga dapat mencegah munculnya gejala- gejala dari academic burnout pada mahasiswa (Kim et al., 2018)
b) Kepribadian
Dimana diketahui bahwa individu dengan skor rendah pada trait kepribadian self-directedness dan tinggi pada skor harm-avoidance cenderung lebih mudah menyerah apabila dihadapkan pada situasi yang sangat menekan, yang kemudian akan mengakibatkan individu tersebut merasa kelelahan baik secara fisik ataupun psikis. Selanjutnya individu dengan skor kepribadian cooperativeness yang rendah dan tinggi pada traitnoveltyseeking cenderung menjaga jarak dari masalah orang lain dan kurang kooperatif, yang mana mencerminkan perilaku sinisme (Lee et al., 2017)
c) Self Efficacy
Mahasiswa dengan self efficacy yang tinggi memiliki fleksibilitas dalam mencari solusi terkait masalah perkuliahan yang ia hadapi,
STIKes Santa Elisabeth Medan
16
STIKes Santa Elisabeth Medan
menetapkan aspirasi yang lebih tinggi pada pencapaian akademiknya, dan memiliki perfoma yang lebih baik dibanding mahasiswa dengan self efficacy rendah menemukan bahwa mahasiswa dengan self efficacy yang tinggi akan mampu mengatasi berbagai tuntutan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi (Arlinkasari & Akmal, 2017)
Self efficacy berperan sebagai sumber psikologis yang dapat menurunkan tingkat academic burnout. Hal tersebut dikarenakan self efficacy dapat mengatur mahasiswa dengan efektif secara kognitif motivasi, dan sosial terkait bagaimana mereka menghadapi berbagai tantangan, masalah dan kegagalan terkait studinya (Naderi et al., 2018) d) Perfeksionisme
Bahwa individu yang perfeksionis cenderung lebih mudah mengalami academic burnout dimana gejala utamanya adalah kelelahan.
Hal tersebut dapat terjadi apabila standar tinggi yang telah ditetapkan tidak mampu dicapai, individu merasa distress yang sebelumnya telah dirasakan semakin memburuk, yang kemudian dapat mengarah kepada kelelahan yang lebih berat.
e) Workload
Individu yang mendapatkan tugas melebihi kapasitas kemampuan individu juga dapat merasakan keletihan baik secara fisik dan psikis(Khairani, 2015).
STIKes Santa Elisabeth Medan
17 f) Hardiness
Hardiness dapat mengurangi rasa tertekan pada individu dengan mengubah cara persepsi dari individu untuk mengurangi rasa tertekan tersebut. Selain itu, individu dengan hardiness yang tinggi juga cenderung lebih mampu untuk menanggapi bahwa beban tugas dan aktivitas yang diterima merupakan sebuah tantangan yang harus diselesaikan, dan cenderung tidak menganggap tantangan tersebut sebagai hambatan (Fahmi
& Widyastuti, 2018).
g) Faktor Demografi 1. Jenis Kelamin
Dalam penelitian yang dilakukan Aguayo et.al. (2019), perbedaan frekuensi academic burnout antara perempuan dan laki-laki disebabkan oleh penggunaan coping styles yang berbeda antaranya, dimana perempuan cenderung berfokus pada emosi dan empati dibandingkan dengan laki-laki (Aguayo et al., 2019).
2. Tingkat studi/ Grade
Diketahui bahwa mahasiswa di tingkat pertama cenderung mengalami emotionalexhaustion lebih tinggi daripada mahasiswa di tingkat yang lebih tinggi, dimana hal tersebut dapat disebabkan karena mahasiswa tingkat awal masih beradaptasi terhadap lingkungan perkuliahan (Aguayo et al., 2019).
STIKes Santa Elisabeth Medan
18
STIKes Santa Elisabeth Medan
3. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Terdapat pengaruh yang signifikan antara IPK dan resiko pelajar mengalami academic burnout(Arlinkasari & Akmal, 2017) dalam penelitian disebutkan bahwa mahasiswa dengan IPK yang lebih tinggi cenderung mengalami tingkat academic burnout yang lebih rendah (MJ et al., 2016).
Self Efficacy
Definisi self efficacy
Bandura dalam Hanapi, I., & Agung, (2018) menjelaskan bahwa self efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang kemampuanya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerjanya mempengaruhi cara mereka berperilaku. Alwisol Hanapi, I., & Agung, (2018)yang mendefinisikan self efficacy sebagai penilaian dari individu, apakah individu dapat melakukan tindakan yang baik dan buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak untuk mengerjakan sesuai dengan persyaratan (Hanapi, I., & Agung, 2018)
Self-efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, kenyakinan, atau penghargaan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Self-efficacy tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, tetapi berkaitan dengan kenyakinan individu mengenai hal yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang dia miliki seberapapun besarnya. Self-efficacy menekankan pada komponen keyakinan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang akan datang yang
STIKes Santa Elisabeth Medan
19 mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan, dan sering penuh dengan
tekanan(Hasanah et al., 2019).
Self efficacy menurut Bandura dalam nastiti (2019), mengacu pada keyakinan individu akan kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan suatu kegiatan yang diperlukan untuk mengelola situasi yang prospektif. Menurut teori self efficacy, individu dapat termotivasi oleh persepsi dan kepercayaannya, bukan karena dorongan atau penguatan eksternal serta self efficacy juga merupakan kekuatan dibalik motivasi individu untuk mencapai tujuan, menciptakan dan membangun diri sendiri Ellis & Abrams dalam (Nastiti, 2019).
Self efficacy merupakan keyakinan dan harapan mengenai kemampuan mahasiswa untuk menghadapi tugasnya. Mahasiswa yang memiliki self efficacy yang rendah merasa tidak memiliki keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas dengan baik, maka mahasiswa tersebut akan berusaha untuk menghindari tugas tersebut. Self efficacy yang rendah tidak hanya dialami mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar, tetapi memungkinkan dialami juga oleh mahasiswa berbakat yang tidak memiliki keyakinan akan kemampuan dari dirinya. Maka disimpulkan bahwa self efficacy yang kuat akan dapat mempengaruhi proses pembelajaran mahasiswa di lingkungan pendidikannya. Self efficacy sangat perlukan ditingkatkan untuk mencapai pendidikan yang merata dalam proses pembelajaran mahasiswa (Sagita et al., 2017).
Menurut teori self efficacy, pada umumnya seseorang hanya akan mengerjakan sesuatu yang mereka percayai untuk bisa dilakukan dan tidak akan
STIKes Santa Elisabeth Medan
20
STIKes Santa Elisabeth Medan
mengerjakan sesuatu yang mereka percayai akan gagal dalam pengerjaannya (Nastiti, 2019)
Aspek-aspekself efficacy
Aspek-aspek self efficacy menurut Bandura dalam hasanah, dkk (2019) ada empat yaitu sebagai berikut:
a. Kepercayaan diri dalam situasi tidak menentu mengandung kekaburan dan penuh tekanan.
Self-efficacy menentukan pada komponen kepercayaan diri yang dimiliki oleh individu dalam menghadapi situasi-situasi yang akan datang yang mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan dan sering kali penuh dengan tekanan. Keyakinan individu atau tindakan yang benar-benar akan dilakukan individu tersebut, seberapa besar usaha yang dilakukan akan menentukan pencapaian tujuan akhir.
b. Keyakinan akan kemampuan dalam mengatasi masalah atau tantangan yang muncul.
Self-efficacy juga terkait dengan kemampuan individu dalam mengatasi masalah atau tantangan yang muncul. Jika keyakinan tinggi dalam menghadapi masalah maka individu akan mengusahakan dengan sebaik-baiknya untuk mengatasi masalah tersebut. Sebaliknya apabila individu tidak yakin terhadap kemampuan dalam menghadapi situasi yang sulit, maka kemungkinan kegagalan akan terjadi.
c. Keyakinan akan kemampuan mencapai target yang telah ditetapkan.
STIKes Santa Elisabeth Medan
21 Individu yang mempunyai self-efficacy tinggi akan menetapkan
target yang tinggi dan selalu konsekuen terhadap target tersebut.
Individu akan berupaya menetapkan target yang lebih tinggi bila target yang sesungguhnya telah mampu dicapai. Sebaliknya individu dengan self-efficacy yang rendah akan menetapkan target awal sekaligus membuat perkiraan pencapaian hasil yang rendah. Individu akan mengurangi atau bahkan membatalkan target yang telah dicapai apabila menghadapi beberapa rintangan dan pada tugas berikutnya akan cenderung menetapkan target yang lebih rendah lagi.
d. Keyakinan akan kemampuan untuk menumbuhkan motivasi, kemampuan kognitif, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil.
Motivasi, kemampuan kognitif dan ketetapan bertindak sangat diperlukan sebagai dasar untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Jika berhadapan dengan tugas maka dibutuhkan motivasi dan kemampuan kognitif serta tindakan yang tepat untuk mencapai hasil yang baik kemampuan dan motivasi individu dalam menghadapi situasi kerja sangat menentukan
STIKes Santa Elisabeth Medan
22
STIKes Santa Elisabeth Medan
Dimensi self efficacy
Menurut Zajacova, dkk dalam (Khansa & Djamhoer, 2020)terdapat empat dimensi academic self efficacy yaitu :
a) Interaction at school.
Berhubungan dengan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk dapat berinteraksi dengan pihak-pihak di Perguruan Tinggi seperti berbicara dengan dosen dan staf, berpartisipasi dalam diskusi di kelas, berteman di lingkungan kampus, mengajukan pertanyaan di kelas, dan mencari pertolongan dan informasi di lingkungan kampus.
b) Academic performance out of class.
Berhubungan dengan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam menampilkan dirinya selama di luar perkuliahan untuk mengoptimalkan potensinya seperti menulis makalah, mempersiapkan ujian, menyelesaikan tugas tepat waktu, belajar, dan memahami buku teks yang dipelajari.
c) Academic performance in class.
Berhubungan dengan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam menampilkan dirinya selama mengikuti perkuliahan seperti berhasil di kelas yang dianggap paling sulit, mengerjakan ujian dengan baik, dan mendapatkan nilai yang diharapkan.
d) Managing work, family, and school.
Berhubungan dengan keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam mengatur pekerjaan, keluarga, dan perkuliahan secara efisien.
STIKes Santa Elisabeth Medan
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy
Faktor yang mempengaruhi self efficacy menurut Bandura; Ghufron dalam Murniningsih et al., (2016) yaitu :
a) Pengalaman keberhasilan (mastery experience)
Sumber informasi ini memberikan pengaruh besar pada self efficacy individu karena didasarkan pada pengalaman – pengalaman pribadi individu secara nyata yang berupa keberhasilan dan kegagalan.Pengalaman keberhasilan akan menaikkan self efficacy individu, sedangkan pengalaman kegagalan akan menurunkannya. Setelah self efficacy yang kuat berkembang melalui serangkaian keberhasilan, dampak negatif dari kegagalan–kegagalan yang umum akan berkurang. Bahkan, kemudian kegagalan diatasi dengan usaha-usaha tertentu yang dapat memperkuat motivasi diri apabila seseorang menemukan lewat pengalaman bahwa hambatan tersulit dapat melalui usaha yang terus-menerus.
b) Pengalaman orang lain (vicarious experience)
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan sesuatu tugas akan meningkatkan self efficacy individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitupula sebaliknya, pengalaman terhadap kegagalan orang lain akan menurunkan penilaian individu mengenai kemampuannya dan individu akan mengurangi usaha yang dilakukan.
c) Persuasi Verbal (Verbal persuasion)
STIKes Santa Elisabeth Medan
24
STIKes Santa Elisabeth Medan
Pada persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasehat dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan– kemampuan yang dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Menurut Bandura (1997) pengaruh persuasi verbal tidaklah terlalu besar karena tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat langsung dialami dan diamati individu. Dalam kondisi yang menekan dan kegagalan terus menerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.
d) Kondisi Fisiologis (Physiological State)
Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi fisiologis mereka untuk menilai kemampuannya. Ketegangan fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu sebagai suatu tanda ketidak mampuan karena hal itu dapat melemahkan performansi kerja individu.
Ciri-ciri individu yang memiliki self efficacy
Pada dasarnya setiap individu memiliki self efficacy dalam dirinya masing–masing. Hal yang membedakan adalah seberapa besar tingkat self efficacy tersebut apakah tergolong tinggi atau rendah. Bandura menyatakan memberikan ciri-ciri pola tingkah laku individu yang memiliki self efficacy tinggi atau self efficacy rendah (Hasanah et al., 2019).
a) Self efficacy (keyakinan diri) tinggi
1. Aktif memilih kesempatan yang terbaik
STIKes Santa Elisabeth Medan
25 2. Mengolah situasi dan menetralkan halangan
3. Menetapkan tujuan dengan menciptakan standar
4. Mempersiapkan, merencanakan, dan melaksanakan tindakan 5. Mencoba dengan keras dan gigih
6. Secara kreatif memecahkan masalah 7. Belajar dari pengalaman masa lalu 8. Memvisualisasikan kesuksesan 9. Membatasi stress
b) Self efficacy (keyakinan diri) rendah 1. Pasif
2. Menghindari tugas-tugas yang sulit 3. Mengembangkan aspirasi yang lemah
4. Memusatkan diri pada kelemahan diri sendiri 5. Tidak pernah mencoba
6. Menyerah dan menjadi tidak bersemangat
7. Menyalahkan masa lalu karena kurangnya kemampuan 8. Khawatir, menjadi stress, dan menjadi tidak berdaya 9. Memikirkan alasan/pembenaran untuk kegagalannya Sumber self efficacy
Bandura dalam (Arlinkasari & Akmal, 2017) mengungkapkan bahwa self efficacy pada individu yang dalam penelitian ini adalah mahasiswa dapat bersumber dari :
STIKes Santa Elisabeth Medan
26
STIKes Santa Elisabeth Medan
a) Mastery experience merupakan sumber informasi efikasi yang paling berpengaruh karena mampu memberikan bukti yang paling nyata tentang kemampuan seseorang dalam mencapai keberhasilan. Keberhasilan akan membangun kepercayaan yang kuat akan keberhasilannya. Ketika seseorang dengan mudah memperoleh keberhasilan maka mereka akan mengharapkan hasil yang cepat dan mudah mengalami putus asa akibat kegagalan.
b) Vicarious experience diperoleh melalui model sosial. Self efficacy akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya self efficacy akan menurun jika mengamati orang (yang menjadi role model) yang kemampuanya kira-kira sama dengan kemampuan dirinya yang ternyata gagal.
c) Verbal persuasion, persuasi sosial dapat menjalani sarana untuk memperkuat keyakinan dari individu. Orang yang dipersepsi secara verbal bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menguasai tugas yang diberikan cenderung mengerahkan upaya yang lebih besar dan mempertahankan ketika kesulitan muncul dibanding dengan orang yang merasa ragu dan merasa dirinya memiliki kekurangan. Dampak dari sumber ini terbatas, namun pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi self efficacy. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, sifat realistik dari apa yang dipersepsikan.
d) Physiological and affective states, keadaan fisik dan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan berpengaruh pada self efficacy orang tersebut di
STIKes Santa Elisabeth Medan
27 bidang kegiatan yang diikuti. Emosi seperti takut, cemas, dan stres dapat
mengurangi self efficacy seseorang. Namun ketika peningkatan emosi tersebut dalam batas yang tidak berlebihan dapat meningkatkan self efficacy.
Hubungan Self Efficacy Dengan Academic Burnout
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Khansa & Djamhoer (2020), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara academic self efficacy dengan masing masing dimensi academic burnout. Academic self efficacy yang tinggi dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi tekanan akademik, mahasiswa akan lebih tekun dalam belajar dan terlepas dari stres yang dapat menyebabkan burnout (You,2018). Rendahnya keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki dalam mengerjakan tugas-tugas akademik dapat meningkatkan kecenderungan individu mengalami burnout Charkahabi dalam (Khansa &
Djamhoer, 2020)
STIKes Santa Elisabeth Medan
28
STIKes Santa Elisabeth Medan
28
Academic Burnout
1. Exhaustion 2. Cynisim
3. Rendahnyaprestas i diri
(Schaufeli, dkk dalam Arlinkasari
,2017)
& Akmal
Self Efficacy
1. Memiliki kepercayaan diri 2. Memilikikeyakinan mencapai
target
3. Memiliki keyakinan
kemampuan menumbuhkan motivasi
4. Memiliki keyakinan akan kemampuan dalam mengatasi
(Bandura dalam hasanah, dkk 2019)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Konsep
Kerangka konsep dan skema konseptual adalah sarana pengorganisasian fenomena yang kurang formal daripada teori.Seperti teori model konseptual berhubungan dengan abstraksi (Konsep) yang disusun berdasarkan relevansinya dengan tema umum(Polit & Beck, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen sesuai dengan bagan skema dibawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 3.1 Kerangka konsep Penelitian “Hubungan Self Efficacy Dengan Academic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021”
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= hubungan antar variabel
STIKes Santa Elisabeth Medan
29 Kerangka konsep diatas menjelaskan bahwa variabel independen adalah
self efficacy dengan variabel dependen yaitu academic burnout. Varian independen akan mempengaruhi variabel dependen diman penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa tingkat akhir yang menyusun skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Hipotesis juga merupakan suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih yang diharapkan bisa menjawab pertanyaan dalam suatu penelitian. Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis akan bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis dan interpretasi data. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat diterima atau ditolak (Nursalam, 2020)
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa tingkat IV yang menyusun skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan 2021.
STIKes Santa Elisabeth Medan
30
30 BAB 4
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2015)
Jenis rancangan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat,jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2015). Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari dinamika korelasi antara penerapan hubungan self efficacy dengan academic burnout pada mahasiswa tingkat IV yang menyusun skripsi di STIKes Santa Elisabeth Medan dengan cara pengumpulan data sekaligus pada satu waktu.
Populasi dan Sampel Populasi
Populasi adalah seluruh kumpulan individu atauelemen yang memenuhi kriteria pengambilan sampel. Populasi tidak terbatas pada subyek manusia (Grove, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat IV STIKes Santa Elisabeth Medan berjumlah 110 orang (TU STIKes Santa Elisabeth Medan, 2021).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
31 Sampel
Teori pengambilan sampel dikembangkan untuk menentukan secara matematis yang paling efektifcara untuk mendapatkan sampel yang secara akurat mencerminkan populasi yang diteliti. Pengambilan sampel melibatkan pemilihan kelompok orang, peristiwa, perilaku, atau elemen lain yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian(Gray et al., 2017). Peneliti dapat memutuskan dengan sengaja untuk memilih objek yang dinilai mewakili sebuah populasi(Polit & Beck, 2012). Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel adalah rumus Vincent Gaspersz dalam buku Nursalam (2014):
𝑁.𝑍2.𝑃(1−𝑃)
Rumus:
𝑛
𝑁.𝐺2+ 𝑍2.𝑃 (1−P)
Keterangan :
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
Z = Tingkat Keandalan 95% (1,96) P = Proporsi Populasi (0,5)
G = Galat Pendugaan (0,1)
𝑁. 𝑍2. 𝑃(1 − 𝑃) 𝑛 = 𝑁. 𝐺2 + 𝑍2. 𝑃 (1 − P)
𝑛 = 110 . 1,962. 0,5 (1 − 0,5) 110. 0,12 + 1,962 .0.5(1 − 0,5)
𝑛 = 110. 3,8416 .0,25 110.0,01 + 3,8416 .0,25 𝑛 = 422,576 .0,25
1,1 + 3,8416 .0,25
STIKes Santa Elisabeth Medan
32
STIKes Santa Elisabeth Medan
𝑛 = 105,644 1,1 + 0,9604
𝑛 = 105,644 2,0604 𝑛 = 51,2785
𝑛 = 52
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik Simple Random Sampling atau pengambilan sampel secara acak sederhana. Pada teknik sampling secara acak, setiap individu dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Pada penelitian ini peneliti akan mengambil sampel dengan cara membuat angka 1- 110 yang di tulis di kertas, kemudian peneliti akan mengambil kertas yang sudah ditulis angka tersebut sebanyak 52 kertas. Setiap kertas yang diambil peneliti akan dibuka, kemudian dicocokkan dengan urutan nomor sesuai absen dan akan menjadi sample. Jika peneliti mendapatkan kertas yang berisikan nomor absen peneliti sendiri, maka peneliti akan mengambil kertas yang lain.
Variabel Independen dan Variabel Dependen Variabel independen
Variabel independen adalah penyebab atau prediktor, tergantung dari desain penelitian(Gray et al., 2017). Adapun variabel independen pada penelitian ini adalah self efficacy.
STIKes Santa Elisabeth Medan
33 4.3.2 Variabel dependen
Variabel dependen adalah entitas peneliti untuk menghasilkan, memodifikasi, atau memprediksi(Grove, 2017). Variabel dependen pada penelitian ini adalah academic burnout.
4.3.3. Definisi operasional
Definisi operasional variabel adalah batasan dan cara pengukuran variabel yang akan diteliti. Definisi operasional (DO) variabel disusun dalam bentuk matrik, yang berisi: nama variabel, deskripsi variabel (DO), alat ukur, hasil ukur dan skala ukur yang digunakan (nominal, ordinal, interval dan rasio). Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan menjaga konsistensi pengumpulan data, menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel(Surahman et al., 2016).
Tabel 4.1 Defenisi Operasional Hubungan Self Efficacy Dengan Academic Burnout Pada Mahasiswa Tingkat IV Yang Menyusun Skripsi Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2021
Variabel Defenisi Indikator Alat Ukur
Skala Skor Independen
Self efficacy
keyakinan yang dipegang seseorang tentang kemampuan ya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerjanya mempengar uhi cara mereka berperilaku.
1. Memiliki kepercayaa n diri 2. Memiliki
keyakinan mencapai target 3. Memiliki
keyakinan kemampua n
menumbuh kan motivasi 4. Memiliki
keyakinan akan
Kuesioner terdiri dari 25
pertanyaan yang terdiri dari 4 pilihan jawaban :
1. Sangat sesuai (SS) 2. Sesuai
(S) 3. Tidak
Sesuai (TS) 4. Sangat
Ordinal Rendah 25-48
Sedang4 9-74
Tinggi75 -100
STIKes Santa Elisabeth Medan
34
STIKes Santa Elisabeth Medan
kemampua n dalam mengatasi masalah
Tidak Sesuai (STS) Dependen
Academic Burnout
perasaan lelah akan tuntutan studi, memiliki sikap sinis terhadap tugas-tugas perkuliahan, dan
perasaan tidak kompeten sebagai siswa.
<