PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
- Jarak Kehamilan
- Anemia
- Anemia Kehamilan
- Kerangka Konsep
- Hipotesis Penelitian
Ada banyak penyebab mengapa hal ini terjadi, seperti kekurangan zat besi dan vitamin, kurang minum air putih saat hamil, tekanan rahim pada usus kecil, dan kurang olah raga. Menurut Ammarudin (2009), risiko menderita anemia berat pada ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 24 bulan hingga 24-35 bulan adalah 1,5 kali lipat dibandingkan ibu hamil dengan jarak kehamilan lebih dari 36 bulan. Jarak antar kehamilan mempunyai pengaruh yang besar terhadap terjadinya anemia, bila kehamilan berulang dalam jangka waktu yang singkat akan menguras cadangan zat besi ibu.
Mengetahui jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun penting untuk diperhatikan agar tubuh ibu siap menerima janin tanpa harus memproduksi cadangan zat besi (Ammarudin, 2009). Penyebab utama jenis ini adalah kekurangan zat besi (kadar zat besi rendah), anemia dan talasemia (kelainan hemoglobin bawaan). Misalnya, jika anemianya ringan dan diketahui berhubungan dengan rendahnya kadar zat besi, maka suplemen zat besi dapat diberikan.
Yang dimaksud dengan anemia pada kehamilan adalah keadaan kekurangan zat besi dengan kadar Hb kurang dari 11 gr Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Kementerian Kesehatan RI, (2007): Normal jika kadar Hb dalam darah > 11 gr%, Anemia ringan jika paras Hb dalam darah 8 - <. Klasifikasi anemia pada ibu hamil mengikut WHO: Normal apabila jumlah Hb dalam darah > 11 gr%, anemia ringan apabila jumlah Hb dalam darah adalah 8 gr%, maka dikatakan anemia teruk apabila jumlah Hb dalam darah adalah < 8 gr.
Faktor penyebab anemia pada ibu hamil adalah karena kebutuhan zat besi yang meningkat, tidak mengkonsumsi makanan yang bervariasi, usia kehamilan yang terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya, usia yang terlalu muda (<20 tahun) dan menderita penyakit kronis seperti malaria, cacingan dan lain-lain. TBC. . Menurut Manuaba (2010), faktor risiko anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil di daerah pedesaan dengan gizi buruk, dekat dengan kehamilan dan persalinan, ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah dan tingkat sosial ekonomi rendah. Pengobatan, kebutuhan zat besi untuk wanita tidak hamil dan saat menyusui yang dianjurkan menurut FNB Amerika adalah 12 mg-15 mg-15 mg.
Mengonsumsi makanan kaya vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan lainnya dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Manfaat zat besi selama kehamilan bukan untuk meningkatkan atau mempertahankan konsentrasi hemoglobin ibu atau untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu. Diperkirakan ibu yang mengalami defisiensi zat besi pada awal kehamilan dan tidak mendapat suplementasi membutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan zat besi dari sumber makanan, sehingga suplementasi zat besi dianjurkan secara rutin (Pusdiknakes, 2006).
Misalnya dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, buncis, sayur mayur, sayur hijau tua (kangkung, bayam) dan buah-buahan). jeruk, jambu biji dan pisang).Selain itu, biasanya ditambahkan zat yang memperlancar penyerapan zat besi seperti vitamin C, jus jeruk, ayam dan ikan.
METODE PENELITIAN
- Lokasi dan Waktu Penelitian
- Populasi dan Sampel
- Etika Penelitian
- Alat Pengumpulan Data
- Prosedur Pengumpulan Data
- Definisi Operasional
- Analisa Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar checklist untuk menentukan jarak antar kehamilan melalui wawancara langsung dengan responden. Berdasarkan penelitian tentang jarak antar kehamilan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Pintu Langit Kota Padangsidimpuan pada tahun 2016. Dari tabel 4.1 diatas terlihat jarak kehamilan ibu di Puskesmas Pintu Langit Kota Padangsidimpuan tahun 2016, mayoritas responden dengan jarak kehamilan dibawah 2 tahun sebanyak 18 orang, responden (56,3%) dan sebagian kecil responden dengan jarak kehamilan lebih dari 2 tahun yaitu 14 responden (43,8%).
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Chi-square untuk melihat hubungan variabel jarak kehamilan dengan kejadian anemia di Puskesmas Pintu Langit Kota Padangsidimpuan Tahun 2016. Tabel 4.3. Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Anemia Di Puskesmas Pintu Langit Kota Padangsidimpuan Tahun 2016. Jarak. Hasil uji Chi-square menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia.
Variabel jarak kehamilan yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dan data rekam medis di Puskesmas Pintu Langit. Hasil penelitian dan observasi di Puskesmas Pintu Langit Kota Padangsidimpuan dapat dijelaskan bahwa jarak kehamilan ibu di Puskesmas Pintu Langit Kota Padangsidimpuan tahun 2016 mayoritas responden jarak kehamilannya kurang dari 2 tahun, yaitu 18 responden (56,3%) dan sebagian kecil responden mempunyai jarak kehamilan lebih dari 2 tahun yaitu 14 responden (43,8%). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui ada hubungan jarak kehamilan dengan prevalensi anemia di Puskesmas Pintu Langit Kota Padangsidimpuan Tahun 2016. Data yang diperoleh responden dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun mengalami anemia yaitu 18 responden (56,3%) dan responden dengan jarak kehamilan lebih dari 2 tahun dan tidak mengalami anemia yaitu 14 responden (43,8%).
Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara perpisahan kehamilan dengan kejadian anemia. Menurut Ammarudin 2009, jarak kehamilan sangat mempengaruhi kejadian anemia, kehamilan berulang dalam jangka waktu yang singkat akan menguras simpanan zat besi ibu. Jarak kehamilan ibu di Puskesmas Pintu Langit kurang dari 2 tahun sebanyak 18 responden (56,3%) dan jarak kehamilan lebih dari 2 tahun sebanyak 14 responden (43,8%).
Hubungan usia kehamilan dengan kejadian anemia di Puskesmas Pintu Langit terdiri dari data yang menunjukkan bahwa responden dengan usia kehamilan kurang dari 2 tahun mengalami anemia. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia di Puskesmas Pintu Langit pada tahun 2016. Disarankan kepada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Pintu Langit untuk merencanakan dan mengatur jarak kehamilan agar mencegah anemia kehamilan.
HASIL PENELITIAN
Analisa Univariat
Berdasarkan survei kejadian anemia yang dilakukan pada tahun 2016 oleh peneliti di Puskesmas Pintu Langit Padangsidimpuan. terlihat angka kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pintu Langit Padangsidimpuan pada tahun 2016, mayoritas responden mengalami anemia yaitu 18 responden (56,3%) dan sebagian kecil responden tidak mengalami anemia yaitu 14 responden ( 43,8%).
Analisa Bivariat
Proporsi kematian tertinggi terjadi pada ibu dengan prioritas 1-3 anak dan jika dilihat dari jarak antar kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukkan proporsi kematian ibu yang lebih tinggi. Jarak kehamilan yang terlalu berdekatan menyebabkan ibu memiliki waktu yang singkat untuk memulihkan kondisi rahim agar bisa kembali seperti semula. Supriyadi (2006) menyatakan dampak lain yang dapat terjadi jika jarak antar kehamilan terlalu pendek adalah dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin karena status energi ibu tidak memungkinkan untuk menerima kehamilan berikutnya dimana pola makan ibu tidak sesuai. optimal, akibatnya nutrisi pada janin terlalu rendah sehingga pertumbuhan janin tidak tercukupi.
Hasil penelitian prevalensi anemia di Puskesmas Pintu Langit Kota Padangsidimpuan dapat digambarkan sebagai berikut, bahwa sebagian besar responden mengalami anemia yaitu sebanyak 18 responden (56,3%) dan sebagian kecil responden tidak mengalami anemia yaitu . . 14 responden (43,8%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Devi Angga Ningrum tahun 2014, di BPS Ny "U" Desa Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jarak kehamilan dengan anemia selama. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Hesti Widowati pada tahun 2014 di Puskesmas Pacarkeling Kota Surabaya yang menyatakan bahwa hasil uji Chi Square memperoleh nilai Xhitung sebesar 17,361 dan p=0,000.
Hasil penelitian Rodiatul Adawiyah menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak kelahiran, konsumsi Fe dan vitamin A dengan prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan Tahun 2013. Hasil analisis bivariat menggunakan Chi Square menunjukkan nilai p-value sebesar 0,002 (p-value < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jarak kelahiran dengan prevalensi anemia. Pengetahuan tentang jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun penting untuk diwaspadai, agar tubuh ibu siap menerima janin tanpa harus memproduksi cadangan zat besi. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pintu Langit sebanyak 18 responden (56,3%) dan tidak mengalami anemia sebanyak 14 responden (43,8%).