• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kinerja Karyawan dengan Tindakan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan PLGTU Tanjung Batu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Kinerja Karyawan dengan Tindakan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan PLGTU Tanjung Batu"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

26 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian

3.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan PLTGU Tanjung Batu sebagai pengembang usaha untuk menyediakan dan mengaliri listrik di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. PLTGU Tanjung Batu adalah Unit Pembangkit Listrik yang dibangun pada tahun 1995 dan mulai beroperasi pada tahun 1997, dengan daya terpasang 60 MW, yang terdiri dari 2 unit Gas Turbin 20 MW merk Rolls Royce RB 211 dan 1 unit Steam Turbin 20 MW dengan merk Cobbera, Sementara untuk luasan pembangkit sendiri sekitar 30 ha.

Yang terdiri dari mesin inti, Office building dan sarana pendukung kegiatan usaha. Jumlah karyawan pada PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan PLTGU Tanjung Batu sebanyak 69 karyawan. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan sebanyak 60 karyawan PT. PLN. Dalam penelitian ini, pengambilan data menggunakan alat ukur yaitu lembar kuisioner yang berisi karakteristik responden, kuisioner tindakan

(2)

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta kuesioner kinerja karyawan.

3.1.2 Karakteristik Responden a. Usia

Tabel 3. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan Berdasarkan Usia Karyawan di PT. PLN Indonesia Power Unit

Layanan PLGTU Tanjung Batu

Sumber: Data Primer

Berdasarkan table 3.1 diketahui pada karakteristik responden berdasarkan usia, rentang usia tertinggi terdapat pada usia 26-35 tahun dengan nilai persentase sebesar 55,0% yang berjumlah 33 karyawan. Dan terendah terdapat pada usia 17-25 tahun dengan nilai persentase 11,7% yang berjumlah 7 karyawan.

b. Jenis Kelamin

Tabel 3. 2Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan

PLGTU Tanjung Batu

Jenis Kelamin Frekuensi (F) Presentase (%)

Laki-Laki 59 98,3

Perempuan 1 1,7

Total 60 100.0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan table 3.2, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 59 karyawan dengan presentase sebesar

Usia Frekuensi (F) Presentase (%)

17-25 tahun 7 11,7

26-35 tahun 33 55,0

36-45 tahun 12 20,0

>46 tahun 8 13,3

Total 60 100,0

(3)

98,3%, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 1 karyawan dengan presentase sebesar 1,7%.

c. Pendidikan Terakhir

Tabel 3. 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan Berdasarkan Pendidikan Terakhir Karyawan di PT. PLN Indonesia Power Unit

Layanan PLGTU Tanjung Batu

Pendidikan Frekuensi (F) Presentase (%)

SMP 2 3,3

SMA 38 63,3

Perguruan

Tinggi 20 33,3

Total 60 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan table 3.3, dapat diketahui pada karakteristik responden tertinggi berdasarkan tingkat Pendidikan yaitu SMA dengan jumlah 38 karyawan dengan presentase sebesar 63,3%. Dan terendah terdapat pada tingkat Pendidikan SMP dengan jumlah 2 karyawan dengan persentase 3,3%.

d. Masa Kerja

Tabel 3. 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan Berdasarkan Masa Kerja Karyawan di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan

PLGTU Tanjung Batu

Masa Kerja Frekuensi (F) Presentase (%)

≤ 5 tahun 8 13,3

>5 tahun 52 86,7

Total 60 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan table 3.4, dapat diketahui bahwa responden yang bekerja pada rentang >5 tahun sebanyak 52 karyawan dengan presentase sebesar 86,7%,

(4)

responden bekerja pada rentang ≤5 tahun yaitu sebanyak 8 karyawan dengan presentase sebesar 13,3%.

e. Divisi Kerja

Tabel 3. 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan Berdasarkan Divisi Kerja Karyawan di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan

PLGTU Tanjung Batu

Divisi Kerja Frekuensi (F) Presentase (%)

Kantor 2 3,3

K3L dan

Keamanan 29 48,3

Operasional 21 35,0

Pemeliharaan 8 13,3

Total 60 100,0

Sumber: Data pimer

Berdasarkan table 3.5, dapat diketahui pada karakteristik responden tertinggi berdasarkan Divisi kerja yaitu K3L & Keamanan dengan jumlah 29 karyawan dengan presentase sebesar 48,3%. Dan terendah terdapat pada divisi kerja kantor dengan jumlah 2 karyawan dengan persentase 3,3%.

3.1.3 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang diteliti baik variabel independent maupun variabel dependen. Variabel independent dalam penelitian ini ialah kinerja karyawan dan variabel dependen yaitu Tindakan penerapan sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan kerja.

(5)

a. Kinerja karyawan (Variabel Independen)

Tabel 3. 6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan Berdasarkan Kinerja Karyawan di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan PLGTU

Tanjung Batu

Kinerja karyawan Frekuensi (F) Presentase (%)

Buruk 24 40,0

Baik 36 60,0

Total 60 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan table 3.6 diatas, diketahui kinerja karyawan pada kategori baik sebanyak 36 karyawan dengan presentase sebesar 60,0%, dan kinerja karyawan pada kategori buruk sebanyak 24 karyawan dengan presentase sebesar 40,0%.

b. Tindakan penerapan sistem manajemen kesalamatan dan Kesehatan kerja (Variabel Dependen)

Tabel 3. 7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan Berdasarkan Tindakan penerapan sistem manajemen kesalamatan dan Kesehatan kerja Karyawan di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan

PLGTU Tanjung Batu Tindakan penerapan

sistem manajemen kesalamatan dan

Kesehatan kerja

Jumlah (n) Presentase (%)

Kurang Baik 12 20,0

Baik 48 80,0

Total 60 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan table 3.7, didapatkan bahwa Tindakan penerapan sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan kerja dikategorikan baik sebanyak 48 karyawan dengan persentase 80,0% dan didapatkan

(6)

kurang baik sebanyak 12 karyawan dengan persentase 20,0%.

3.1.4 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel berhubungan atau tidak.

Analisis bivariat dalam penelitian ini yaitu hubungan kinerja karyawan dengan Tindakan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan PLGTU Tanjung Batu, sebagai berikut:

Tabel 3. 8 Hubungan kinerja karyawan Dengan Tindakan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT. PLN Indonesia

Power Unit Layanan PLGTU Tanjung Batu

Sumber: Data Primer

Berdasarkan table 3.8, didapatkan hasil p value sebesar 0,005 < α = 0,05, artinya H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kinerja karyawan dengan Tindakan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan PLGTU Tanjung Batu.

Kinerja Karyawan

Tindakan Penerapan Sistem manajemen

keselamatan dan Kesehatan kerja

Total P Value Koefisien Korelasi Kurang Baik Baik

Buruk 9

(37,5%)

15 (62,5%)

24 (100,0%)

0,005 0,357

Baik 3

(8,3%)

33 (91,7%)

36 (100,0%)

Total 12

(20,0%)

48 (80,0%)

60 (100,0%)

(7)

Berdasarkan table 3.8, didapatkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,357 artinya tingkat kekuatan hubungan berdasarkan derajat hubungan (koefisien korelasi) adalah cukup kuat.

3.2 Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang membahas tentang hubungan kinerja karyawan dengan Tindakan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan PLGTU Tanjung Batu. Penelitian ini dilaksanakan di Di PT. PLN Indonesia Power Unit Layanan PLGTU Tanjung Batu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2023 dengan instrument penelitian berupa kuesioner. Keseluruhan responden berjumlah 60 karyawan yaitu terdiri dari 59 laki-laki dan 1 perempuan. Sasaran pada penelitian ini ialah ditujukan pada karyawan.

3.2.1 Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden 1) Usia

Dari hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan usia didapatkan hasil jumlah responden tertinggi memiliki usia yaitu 26-35 tahun sebanyak 31 karyawan dan terendah didapatkan pada rentang usia 17-25 tahun sebanyak 7 karyawan. Pada

(8)

penelitian (Selvia Aprilyanti, 2017) menunjukkan usia 26 hingga 35 tahun memiliki persentase yang tinggi yaitu 78,40%. Hal tersebut menunjukkan angka usia produktif sangat dibutuhkan pada PT PLN, karena Usia yang masih dalam masa produktif biasanya mempunyai tingkat produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang sudah berusia tua sehingga fisik yang dimiliki menjadi lemah dan terbatas

2) Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian karakteristik repondenberdasarkan jenis kelamin diketahui laki laki berjumlah 59 karyawan dan perempuan berjumlah 1 karyawan. Pada penelitian (Dewita Heriyanti, 2007) juga didapatkan bahwa hal ini menunjukkan jenis kelamin laki-laki sebagai proporsi yang lebih besar dibanding karyawan perempuan yang bekerja pada PT. PLN. Hal ini disebabkan karena untuk pekerjaan lapangan, tenaga fisik laki- laki secara umum lebih baik dibanding perempuan.

(9)

3) Divisi Kerja

Dari hasil penelitian didapatkan jumlah responden dengan divisi kerja bagian kantor berjumlah 2 karyawan, divisi K3L & Keamanan berjumlah 31 karyawan, divisi operasional berjumlah 18 karyawan, dan divisi pemeliharaan berjumlah 9 karyawan. Hasil didapatkan dari hasil perhitungan berdasarkan pengisian kuesioner oleh karyawan dan data sekunder dari perusahaan berupa nama dan struktur karyawan perusahaan.

4) Masa Kerja

Dari hasil penelitian menurut karakteristik responden berdasarkan masa kerja didapatkan hasil jumlah responden tertinggi yaitu masa kerja ≤5 tahun berjumlah 9 karyawan dan responden dengan masa kerja >5 tahun sebanyak 51 karyawan. Semakin lamanya masa kerja, maka karyawan juga akan semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat menerapkan kebijakan SMK3 dengan baik.

5) Pendidikan Terakhir

Dari hasil penelitian menurut karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

(10)

didapatkan hasil tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA dan terendah adalah perguruan tinggi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Wati &

Surjanti, 2018) didapatkan juga bahwa pendidikan terakhir tertinggi yaitu tamatan SMA/SLTA yang dimana hal ini dapat mempengaruhi kinerja pekerja mengenai bahaya di tempat kerja, sehingga mampu meningkatkan keasadaran diri kerja untuk melakukan tindakan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).

6) Kinerja karyawan

Hasil penelitian terhadap 60 karyawan PT PLN Indonesia Power Unit Layanan PLTGU Tanjung Batu, menunjukkan bahwa karyawan sebagian besar memiliki Kinerja yang termasuk dalam kategori Baik sebanyak 36 karyawan dan yang lain memiliki Kinerja yang buruk sebanyak 24 karyawan. Hasil penelitian terkait Kinerja Karyawan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Nur Aini (2021) di PT. Albany Indonesia yang menunjukkan bahwa kinerja karyawan dengan kategori baik sebanyak 28 karyawan dengan persentase 75,7%, kategori kurang baik sebanyak 9

(11)

karyawan dengan persentase 24,3%. Dapat disimpulkan bahwa dari kedua penelitian ini memiliki kesamaan yaitu kinerja karyawan paling tinggi berada di kategori baik (Aini, 2021).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu (Dana Mustika Wati, 2018) bahwa sebagian besar responden memiliki Kinerja karyawan dalam kategori baik dengan perincian 46,6%. Sehingga didapatkan bahwa kinerja diperlukan oleh karyawan agar mendorong untuk melakukan pekerjaan sesuai tujuan yang diharapkan (Wati & Surjanti, 2018).

Hasil kategori penelitian ini juga sejalan dengan penelitian dari (Afrizal Firmanzah, 2017) didapatkan bahwa kategori kinerja karyawan berada dalam kategori baik dengan persentase 81,1% dan kategori buruk dengan persentase sebesar 18,9%. Hal tersebut disimpulkan bahwa apa yang dikerjakan oleh karyawan dan dilaksanakan akan memperoleh suatu reward (Firmanzah et al., 2017).

Penelitian (Ratih Dwi Kartikasari, 2019) Menyatakan Berdasarkan hasil penelitian yang

(12)

dilakukan program manajerial tersebut keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yaitu sebesar 20,2%

dalam membentuk kinerja karyawan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan telah memberikan fasilitas berupa jaminan (K3) karyawan agar merasa aman bekerja serta dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja serta meningkatnya kenyamanan lingkungan bekerja sehingga karyawan merasa dilindungi saat kerja (Kartikasari & Swasto, 2019).

7) Tindakan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Berdasarkan hasil penelitian dari 60 karyawan didapatkan bahwa 48 menunjukkan bahwa karyawan melaksanakan tindakan penerapan sistem manajemen keselamatan (Allison, C. & Prastawa, 2019) dan kesehatan kerja (SMK3) dengan baik.

Lalu, 12 lainnya menunjukan bahwa karyawan melaksanakan dengan kategori kurang baik.

Penelitian ini sejalan dengan disimpulkan bahwa pelaksanaan SMK3 sudah sesuai dan penerapan termasuk dalam kategori memuaskan. PT. Indonesia Power UBP Mrica Banjarnegara mengenai analisis penerapan SMK3 menyatakan bahwa bentuk

(13)

kebijakan K3 yang di laksanakan di perusahaan ini adalah membentuk organisasi K3 berupa Tim P2K3.

Hasil penelitian terkait Penerapan Sistem Manajemen K3 ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita Ratnawati (2016) yang menjelaskan bahwa Penerapan Sistem Manajemen K3 di PT. PLN (Persero) Rayon Kalasan sudah baik dan sesuai dengan Standar Operation Procedure (SOP), namun masih terdapat pekerja yang belum memahami dan tidak sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh perusahaan (Ratnawati, 2016).

Hasil kategori penelitian di PLTP Lahendong ini juga sejalan dengan penelitian dari (Johannes, C.A., Kawatu, P.A. & N.S., 2017). Hasil penelitian di PLTP Lahendong mengenai analisis penerapan sistem manajemen K3 menyatakan bahwa kasus kecelakaan kerja yang nihil atau zero accident yang merupakan skala prioritas dan indikator pencapaian dari PLTP Lahendong.

Hasil kategori penelitian di PT. Tirta Investama Airmadidi (Gabriela Sahensolar , Bobby Polii, 2014).

(14)

Menyatakan bahwa upaya pengendalian bahaya di perusahaan tersebut berupa Risk Register dan dibentuknya Tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat (TKTD).

3.2.2 Analisis Bivariat

Penjelasan terkait hasil penelitian. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Indah Nur Aini (2021) menjelaskan bahwa hasil uji statistik korelasi spearman rho diperoleh nilai signifikansi (ρ) antara penerapan program SMK3 dengan kinerja karyawan adalah 0,007 atau p ≤ 0,05 (Aini, 2021). Selain itu penelitian terdahulu, Marfuatul (2017) hasil analisis statistik dengan uji rank spearman diperoleh hasil p value sebesar 0,000 (α = > 0,05) yang menunjukan bahwa ada hubungan antara penerapan program SMK3 dengan Kinerja Karyawan (Mukarramah, n.d.).

Kinerja merupakan sesuatu yang ditampilkan oleh seseorang atau proses yang dilakukan terhadap tugas-tugas yang telah ditetapkan. Kinerja tidak hanya menjadi akhir dari proses kerja tetapi menjadi tampilan dari keseluruhan proses kerja mulai dari input, proses, output, sampai outcome (Amir, 2015).

(15)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja. Dengan adanya Manajemen kecelakaan yang baik, karyawan akan memiliki rasa aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaan dan hasil kerja karyawan akan lebih berkualitas (Aryanata et al., 2021). Untuk mengoptimalkan kinerja karyawan yang perlu diperhatikan adalah aspek manusia sehingga diperlukan suatu alternatif yang meliputi perancangan tata letak peralatan kerja dan pekerjaan fasilitas yang mendukung pekerja, sehingga mereka melakukan pekerjaannya secara teratur tanpa menimbulkan kelelahan sehingga tidak mengalami kecelakaan kerja (Sutapa et al., 2019).

Menurut Mathis (2006) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan control terhadap pelaksanaan tugas dari karyawan dan

(16)

pemberian bantuan sesuai peraturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja. Hal ini dilaksanakan agar terwujud kinerja yang optimal dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ini menunjukan bahwa sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan (Mathis

& John, 2006). Hasil dalam penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya diketahui kinerja karyawan dengan Tindakan penerapan Keselamatan kerja dan kesehatan kerja secara parsial berhubungan signifikan. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, hasil penelitian ini mendukung dengan penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan Sulistyarini, (2006), Okky (2011), dan Malinasari, (2011) yang menunjukkan bahwa kinerja karyawan berhubungan signifikan terhadap Tindakan penerapan SMK3 (Sari et al., 2016).

Dalam hal ini, untuk memperoleh tingkat produktifitas yang setinggi-tingginya maka diperlukan adanya jaminan kesehatan pekerja agar pekerja terbebas dari kasus kesehatan yang akan mempengaruhi kinerja pekerja (Sunarti et al., 2015).

pencapaian kinerja perusahaan sangat ditentukan oleh hasil kinerja dari karyawan mereka sendiri. Kinerja yang baik dari karyawan dapat dilihat dari prestasi kerja karyawan dan juga kualitas kerja yang dihasilkan, penerapan SMK3 mengurangi

(17)

hilangnya waktu karyawan, dan produksi dan gangguan operasional karena kecelakaan dan cedera terkait pekerjaan (Metin Bayram, 2019). Dalam hal ini, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan penting dilakukan guna menanggulangi setiap kecelakan kerja di perusahaan tersebut dan memberi rasa aman terhadap karyawan saat melakukan pekerjaannya. Selain itu penerapan SOP terhadap setiap kegiatan harus tetap dilaksanakan agar dapat memastikan kinerja karyawan tetap terstandarkan dan dilakukan dengan tepat. Hal ini sudah harus menjadi perhatian khusus bagi Manajemen perusahaan, dikarenakan menurunnya kinerja karyawan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Aryanata et al., 2021). Penelitian ini membuktikan temuan yaitu masih adanya pekerja tidak menggunakan APD di area pekerjaan Hal ini sangat merugikan bagi perusahaan maupun pekerja tersebut dikarenakan pekerja tersebut dapat berpotensi mengalami kecelakaan kerja.

3.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya ialah resiko terjadinya bias tinggi dikarenakan responden mengisi kuesioner sendiri tanpa ditemani oleh peneliti. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan persepsi antara peneliti dengan responden terhadap pertanyaan yang diajukan pada saat pengisian serta tidak

(18)

adanya wawancara untuk menyampaikan secara jelas apa yang dimaksud dalam pertanyaan kuesioner, sebesar 8% responden yang tidak dapat dipastikan keasliannya karena saat responden mengisi tidak ada yang mengawasi maupun menjelaskan.

Referensi

Dokumen terkait

Tinjauan Umum Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja SMK3.... Standar Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja SMK3