Hasil dari proses ini membantu seseorang mengenal dirinya lebih dalam yang pada akhirnya membentuk konsep diri seseorang (Puspasari, 2007). Studi di UIN Ar-Raniry Banda Aceh menemukan bahwa semakin tinggi konsep diri seorang mahasiswa, semakin rendah tingkat kecemasan sosial yang dialaminya (Hidayat, 2022). Temuan serupa juga diperoleh dalam penelitian di Yogyakarta, yang menegaskan bahwa konsep diri yang positif berperan dalam menurunkan kecemasan sosial pada mahasiswa dewasa awal (Kholisa dkk., 2024).
Berbagai penelitian sebelumnya telah banyak membahas hubungan antara konsep diri dan kecemasan sosial, baik pada remaja maupun mahasiswa baru. Meskipun topik hubungan antara konsep diri dan kecemasan sosial telah sering dikaji, penelitian ini memiliki keunikan karena menyoroti mahasiswa baru di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) angkatan 2024. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa baru untuk memahami bagaimana konsep diri mempengaruhi kecemasan sosial.
Berdasarkan fenomena yang diuraikan diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara konsep diri dengan kecemasan sosial pada mahasiswa baru di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro”. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan kecemasan sosial pada mahasiswa baru di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kecemasan Sosial 1. Pengertian Kecemasan Sosial
Aspek-aspek Kecemasan Sosial
Individu akan merasa khawatir atau takut pada penilaian orang lain dengan cara yang tidak baik, seperti mengejek atau mengkritik. Individu akan cenderung menghindar dari tempat-tempat umum atau dari situasi sosial yang bisa membuat dirinya merasa tidak nyaman dan akan merasa jauh lebih aman serta tenang saat sendiri. Penghindaran sosial dan tekanan terhadap lingkungan sosial yang baru (Social avoidance specific to new situation).
Individu akan lebih menghindari situasi baru termasuk saat bertemu dengan orang baru atau asing bagi individu. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan sosial memiliki tiga aspek meliputi aspek ketakutan terhadap evaluasi negatif, penghindaran sosial dan tertekan secara umum dan penghindaran sosial dan tertekan terhadap lingkungan sosial yang baru.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Sosial
Fokus perhatian dalam hal ini adalah apa yang dialami individu akan susah dalam memusatkan perhatian atau tidak mampu memperhatikan sekaligus mengalami kecemasan sosial. Artinya, seorang anak atau keluarga dengan status sosial yang tinggi tidak terlalu menderita kecemasan sosial karena kekuasaanya. Artinya, seseorang yang tidak nyaman dalam situasi sosial dan cenderung menggang dirinya dilebih-lebihkan atau dilebih- lebihkan oleh orang lain.
Situasi sosial dapat dicontohkan ketika hari pertama sekolah, biasanya muncul kecemasan sosial karena tidak tahu aturannya dengan baik. Artinya, memfokuskan dan memperhatikan diri sendiri dan perilaku batin seorang individu saat menghadapi situasi sosial. Dalam keadaan stress, seseorang mungkin mengalami serangan panik yang tidak terduga saat berada di lingkungan sosial yang kemudian dapat dikaitkan dengan stimulus-stimulus sosial.
Selanjutnya, individu akan sangat mencemaskan kemungkinan untuk mengalami alarm (serangan panik) lain (yang dipelajari) ketika berada dalam lingkungan sosial yang sama atau mirip. Seseorang dapat mengalami trauma sosial langsung yang memberikan peringatan dan kemudian menjadi takut dalam situasi sosial yang sama atau serupa. Pengalaman sosial yang traumatis juga dapat ditelusuri kembali ke masa-masa sulit sebagai seorang anak.
Dari beberapa uraian diatas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan sosial ada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang muncul dari dalam diri individu, seperti kurang rasa percaya diri, pengalaman traumatis, stress dan frustasi, serta faktor lainnya. Sedangkan, faktor eksternal yaitu faktor yang disebabkan oleh lingkungan yaitu ketika individu menerima dukungan sosial yang rendah.
Oleh karena itu, kecemasan sosial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk pemikiran, perhatian, dan penghindaran.
Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri
Aspek-aspek Konsep Diri
Suatu konsep diri terdiri dari berbagai aspek yang saling berkaitan dan bersama-sama membentuk suatu konsep diri. Adanya dampak dari interaksi sosial dan pengalaman hidup seseorang dapat menjadi bagian dalam pembentukan dari aspek konsep diri. Pada aspek ini penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki individu seperti tubuh, pakaian, benda milikinya, dan sebagainya.
Ketika individu memiliki konsep diri positif maka individu memandang keadaan fisiknya secara positif, sebaliknya ketika individu memiliki konsep diri negatif, individu tersebut memandang keadaan fisiknya secara negatif. Di sisi lain, mereka yang memiliki konsep diri negatif melihat diri mereka sebagai orang yang kurang, tidak perhatian, dan tidak aktif dalam kegiatan sosial. Individu yang memiliki konsep diri positif memandang dirinya sebagai orang yang bahagia, optimis, dan memiliki berbagai kemampuan.
Namun jika individu tersebut memiliki konsep diri negatif memandang dirinya sebagai orang yang tidak bahagia, pesimis, serta memiliki berbagai macam kekurangan. Individu dengan konsep diri positif apabila memandang diri mereka sebagai orang yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral. Sebaliknya, individu dikatakan memiliki konsep diri negatif apabila memandang dirinya sebagai orang yang menyimpang dari yang seharusnya mereka ikuti.
Menurut Fits (Agustiani, 2009) konsep diri memiliki delapan aspek yang terdiri dari aspek eksternal dan tiga aspek internal. Konsep ini meliputi pandangan, pikiran, dan penilaian individu terhadap keadaan fisiknya sendiri misalnya penampilan , kondisi kesehatan, kondisi kulit, ketampanan maupun kecantikan serta ukuran tubuh yang ideal. Konsep ini meliputi pandangan, pikiran dan perasaan individu terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat aspek yang mendasari konsep diri seseorang, yaitu aspek psikis, aspek fisik, aspek moral, serta aspek sosial yang saling berkaitan satu dengan lainnya, artinya dalam mengembangkan konsep diri setiap aspek harus berjalan dengan seimbang.
Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan Sosial Konsep diri seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang-
Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan konsep diri positif lebih jarang mengalami kecemasan sosial dan lebih mampu beradaptasi dengan berbagai tantangan yang ada (Revaldi & Rachmawati, 2019). Hal ini karena konsep diri yang positif memberikan dukungan emosional, sehingga memungkinkan mereka untuk fokus pada potensi dan kelebihan, daripada terjebak dalam kekhawatiran atau kekurangan. Kepercayaan diri sebagai faktor penting dari konsep diri memiliki pengaruh langsung terhadap tingkat kecemasan sosial.
Mahasiswa dengan kepercayaan diri yang tinggi lebih mampu mengelola interaksi sosial tanpa merasa cemas atau takut terhadap penilaian orang lain (Aisy & Purwanto, 2024). Sebaliknya, kepercayaan diri yang rendah dapat memperbesar rasa takut terhadap situasi sosial yang baru dan kompleks. Mutahari (2016) mengungkapkan bahwa kepercayaan diri tidak hanya meningkatkan kemampuan individu dalam mengatasi tekanan sosial tetapi juga berfungsi sebagai pelindung terhadap kecemasan sosial yang sering dialami mahasiswa baru.
Selain itu, dukungan sosial berperan penting dalam memperkuat hubungan antara konsep diri dan kecemasan sosial. Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan kampus dapat membantu mahasiswa baru merasa diterima, dihargai, dan termotivasi untuk membangun interaksi sosial yang sehat (Afgani, 2022). Sebaliknya, kurangnya dukungan sosial dapat memperburuk konsep diri yang negatif dan meningkatkan isolasi sosial, yang menjadi pemicu utama kecemasan sosial.
Mahasiswa baru sering kali menjadi kelompok rentan karena mereka dihadapkan pada tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda dari sebelumnya, seperti perbedaan budaya, bahasa, dan gaya hidup di kampus. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi hubungan interpersonal tetapi juga memberikan tekanan yang signifikan pada konsep diri individu. Sebagai contoh, penelitian oleh Salma (2019) menunjukkan bahwa mahasiswa yang gagal menyesuaikan diri di lingkungan sosial kampus memiliki tingkat kecemasan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki konsep diri yang stabil.
Hal ini menunjukkan pentingnya konsep diri yang positif, dukungan sosial yang memadai, dan kepercayaan diri yang kuat dalam membantu mahasiswa baru mengatasi kecemasan sosial yang mereka alami.
Hipotesis
Definisi Operasioanal 1. Kecemasan Sosial
Konsep Diri
Konsep diri merupakan sikap, perasaan, dan keyakinan individu tentang dirinya sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan. Konsep diri juga terbentuk karena adanya interaksi dengan orang-orang sekitarnya, bukan terbentuk dari genetik, tetapi melalui proses pengalaman individu sejak kecil. Dalam penelitian ini, konsep diri diukur menggunakan skala yang mencakup empat aspek menurut Berzonsky (dalam Darmawan, 2015), yaitu: aspek fisik (physical self), aspek psikis (psychological self), aspek sosial (social self), dan aspek moral (moral self).
Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh individu maka semakin rendah juga konsep diri individu tersebut.
Populasi dan Teknik Sampel 1. Populasi
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling (Sanusi, 2014), convenience sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dapat digunakan sebagai sampel dengan faktor utamanya adalah mahasiswa baru angkatan 2024 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro dengan berjumlah minimal 132 mahasiswa yang dihitung menggunakan rumus Slovin. Sampel dipilih dari mahasiswa yang mudah dihubungi dan bersedia mengisi kuesioner dalam waktu yang ditentukan.
Metode Pengumpulan Data
Skala Kecemasan Sosial
Skala kecemasan sosial terdiri dari 11 item menggunakan Social Anxiety for Adolescence (SAS-A) oleh La Greca dan Lopez (1998) yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Apriliana dan Suranta (2019). Melalui hasil adaptasi oleh Apriliana dan Suranta (2019) terdapat 11 item secara signifikan mengukur 3 konstruk faktor SAS-A dalam versi Indonesia. Item nomor dan 8 secara signifikan mengukur Fear of Negative Evaluation (FNE) (Ketakutan terhadap Evaluasi Negatif).
Kemudian, item nomor dan 14 secara signifikan mengukur Social Avoidance and Distress-New (SAD-New) (Penghindaran Sosial dan Distres Baru). Item nomor 15 dan 16 secara signifikan mengukur Social Avoidance and Distress-General (SAD-G) (Penghindaran Sosial dan Distres Umum). Nilai skala setiap pertanyaan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favourable) atau tidak mendukung (unfavourable) terhadap setiap pernyataan dalam empat kategori jawaban, yakni “Sangat Sesuai (SS)”, “ Sesuai (S)”, “ Tidak Sesuai (TS)”, “Sangat Tidak Sesuai (STS)”.
Penilaian butir favourable bergerak dari nilai 4 untuk jawaban “SS”, nilai 3 untuk jawaban “S”, 2 untuk jawaban “TS”, nilai 1 untuk jawaban “STS”. Penilaian butir unfavourable bergerak dari nilai 1 untuk “SS”, 2 untuk jawaban “S”, nilai 3 untuk jawaban “TS”, nilai 4 untuk jawaban “STS”.
Skala Konsep Diri
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Daya Beda Aitem
Validitas Alat Ukur
Reliabilitas Alat Ukur
Metode Analisis Data
Uji Normalitas
Uji Linieritas
Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecemasan Umum Pada Remaja Awal Relationship Between Self-Concept and General Anxiety in Early Adolescent. Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Siswa Kelas 2 SMAN 1 Tumpang [Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang]. Hubungan Konsep Diri dengan Kecemasan Sosial pada Mahasiwa Baru Angkatan 2021 di UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
KONSEP DIRI DAN KECEMASAN SOSIAL PADA MAHASISWA ( SELF-CONCEPT AND . SOCIAL ANXIETY IN COLLEGE STUDENTS.