• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SELF MANAGEMENT DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN OBJECTIVE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN SELF MANAGEMENT DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN OBJECTIVE "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SELF MANAGEMENT DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN OBJECTIVE

STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) DI PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES DHARMA HUSADA

BANDUNG

Diah Septriyani1, Efri Widianti2, Indah Mentari1.

1Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Dharma Husada email: [email protected]

2Fakultas Keperawatan, Universitas Padjajaran email: [email protected]

1Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Dharma Husada email: [email protected]

Abstract

Background : Nursing students often experience stress when participating in academic activities. One of the stressors is the Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Stress on nursing students has a negative impact, so self-management or good self-management is needed. The purpose of this study was to determine the correlation between self-management and stress levels in students facing the Objective Structural Clinical Examination (OSCE) exam at the STIKes Dharma Husada Bandung Nursing Study Program. Method : The research method used is quantitative descriptive with correlation analysis using a cross sectional approach. The sampling technique used total sampling with a total sample of 75 students. The questionnaire used was the Self Management questionnaire to measure the level of self-management in students and the Student-Life Stress Inventory questionnaire to measure stress levels on students. The data obtained were analyzed using the Spearman rank test. Results : The results of the study showed that most students had high self-management (37.3%) and moderate stress levels (37.3%). Analysis of the correlation between self-management and stress levels was assessed using the p-value, where the p-value was 0.000 <0.05 with r = -0.865. The conclusion of this study is that there is a significant correlation between self-management and stress levels, the link of the correlation between the two variables shows negative with a very strong connection. based on the results of the study, when facing Objective Structural Clinical Examination (OSCE) exams, students are suggested to control stress levels by maintaining the self management they already have

Keywords: Academic Stress, OSCE, Self Management

Abstrak

Latar Belakang : Mahasiswa keperawatan sering kali mengalami stres dalam mengikuti kegiatan akademik. Salah satu stresornya adalah ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Stres pada mahasiswa keperawatan mengakibatkan dampak yang negatif, maka diperlukan self management atau pengelolaan diri yang baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan self management dengan tingkat stres pada mahasiswa yang akan menghadapi ujian Objective Structural Clinical Examination (OSCE) di Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung. Metode : Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan analisis korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 75 mahasiswa . Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner self management untuk mengukur tingkat self management pada mahasiswa dan kuesioner Student-Life Stres Inventory untuk mengukur tingkat stres pada mahasiswa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Spearman rank. Hasil Penelitian : sebagian besar mahasiswa memiliki self management yang tinggi (37,3%) dan tingat stres sedang (37,3%). Analisis hubungan self management dengan tingkat stres dinilai dengan menggunakan p-value, dimana nilai p-valuenya adalah 0,000 (< 0,05) dengan r = - 0.865 . Kesimpulan dari penelitian ini yaitu adanya hubungan yang signifikan antara self management dengan tingkat stres, arah hubungan diantara kedua variabel adalah negatif dengan tingkat keeratan hubungan sangat kuat. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada mahasiswa pada saat menghadapi ujian OSCE untuk bisa mengontrol tingkat stres dengan mempertahankan self management yang sudah dimiliki.

Kata Kunci: OSCE, Self Management, Stres Akademik

(2)

PENDAHULUAN

Stres merupakan keadaan dimana seseorang merasakan tekanan dan ancaman.

Prevalensi stres didunia mencapai 350 juta orang dan merupakan penyakit yang menempati urutan ke - 4 di dunia (World Health Organization, 2020). Menurut Riskesdas (2018) prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia berusia 15 tahun mencapai lebih dari 19 juta atau 9,8 % yang ditunjukkan dengan gejala – gejala kecemasan dan depresi (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Menurut data Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) sebesar 55% masyarakat di Indonesia mengalami stres, dengan kategori tingkat stres sangat berat sebesar 0,8% dan stres ringan sebesar 34,5%

(Direja et al., 2020).

Stres bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti keadaan keuangan, hubungan sosial, kelelahan fisik atau kegagalan mencapai sesuatu yang diinginkan. Stres dapat dialami oleh semua kalangan usia, jenis kelamin, ras, suku dan pekerjaan, termasuk mahasiswa keperawatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sa (2019) menunjukkan bahwa 66,66% mahasiswa mengalami stres dengan 25,86% mengalami stres ringan, 18,96% mengalami stres sedang dan 21,83% mengalami stres berat. Prevalensi stres tertinggi tercatat di antara mahasiswa keperawatan sebesar 32,14% mengalami stres berat. Mahasiswa keperawatan memiliki stresor yang besar dalam mengikuti proses kegiatan akademik seperti banyaknya materi untuk dipelajari, kemampuan keterampilan klinis yang harus dikuasai, evaluasi dan ujian terus menerus merupakan suatu stresor yang besar terhadap mahasiswa keperawatan, salah satu stresornya adalah ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE).

Bagi mahasiswa, Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah peristiwa yang penuh dengan tekanan. Keadaan ini dapat terjadi pada mahasiswa yang baru sekali menghadapi ujian OSCE maupun yang sudah berkali – kali menghadapi ujian OSCE.

Mahasiswa menganggap ujian OSCE merupakan ujian keterampilan yang sangat sulit dalam pembelajaran dan hal ini yang membuat stres saat menghadapi ujian OSCE. Adelia et al., (2023) melakukan penelitian terhadap mahasiswa

keperawatan dalam menghadapi OSCE di STIKes Payung Negeri Pekanbaru, didapatkan 34 orang dari 126 orang mahasiswa mengalami stres sangat berat. Keadaan stres ini dapat menyebabkan dampak negatif pada mahasiswa dalam menghadapi OSCE seperti frustasi, menurunnya konsentrasi dan tidak percaya diri sehingga mengakibatkan tidak lulus ujian.

Stres yang dialami mahasiswa dalam menghadapi ujian sangat mengganggu jalannya ujian, untuk itu diperlukan sikap dan pengelolaan stres yang baik dan tepat sehingga dapat menyeimbangkan diri, mengontrol diri dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian.

Kemampuan mengelola diri (self management) merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh setiap individu, terutama mahasiswa. Dengan Self management inilah seseorang yang mengalami berbagai macam tekanan mampu mengontrol dirinya sebaik mungkin sehingga mampu menyesuaikan diri. Tidak optimalnya self management yang dimiliki oleh mahasiswa menyebabkan mahasiswa sulit mengendalikan perasaan, tingkah laku dan pikiran. Hal ini yang menyebabkan mahasiswa cenderung mengalami kejadian stres.

Rizka Maulana (2014) menjelaskan terdapat hubungan negatif antara variabel manajemen diri dengan kejadian stres. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridah et al., (2020) menunjukkan adanya hubungan negatif pada manajemen diri dengan tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat kelulusan wisuda di Universitas Muhammadiyah dengan nilai p value sebesar 0.008 (kurang dari 0.05). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 Mei 2023 kepada 10 mahasiswa S1 Keperawatan tingkat 3 STIKes Dharma Husada Bandung, didapatkan hasil 8 dari 10 mahasiswa mengatakan merasa stres saat akan menghadapi OSCE. 8 mahasiswa ini menyampaikan beberapa alasan stres yang berhubungan dengan OSCE antara lain persiapan ujian OSCE yang belum maksimal, belum paham dengan materi dan keterampilan yang akan diujikan, takut tidak bisa menjawab kasus, dan takut kepada dosen penguji. Dampak stres yang dirasakan menjelang ujian OSCE antara lain sulit berkonsentrasi, tidak fokus, gangguan tidur,

(3)

malas belajar bahkan tidak ingin melakukan

aktivitas apapun.

Mahasiswa yang mengalami stres menuturkan, mereka memiliki kekhawatiran terhadap hasil ujian. Untuk meredakan stres yang dialami, 5 dari 10 mahasiswa melakukan kegiatan lain seperti berolahraga, bertemu dengan teman – teman dan menyantap makanan kesukaan. 3 mahasiswa mengatakan tidur seharian, merokok, dan seringkali mengurung diri dikamar ketika sedang merasakan stres. Dalam segi pembelajaran, 5 mahasiswa mengatakan mengalami kesulitan belajar untuk ujian OSCE karena dia tidak memahami materi dan keterampilan yang dipelajari sebelumnya. Hal ini disebabkan saat mengikuti pembelajaran hanya sekedar hadir dan mengisi daftar hadir sebagai syarat agar dapat mengikuti ujian OSCE dan 5 mahasiswa mengatakan sudah belajar jauh – jauh hari sebelum pelaksanaan ujian OSCE namun mereka tidak yakin bisa lulus ujian OSCE.

Seorang mahasiswa harus mampu mengatur diri sendiri, mengatur tujuan dan memotivasid diri sehingga dapat berpikir dan mengatur tingkah laku kearah yang lebih baik.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan self management dengan tingkat stres pada mahasiswa dalam menghadapi ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) di Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung.

TINJAUAN TEORI

1. SELF MANAGEMENT

Self Management merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengelola diri sendiri baik dari segi fisik, emosi, mental dan kehidupan sosial) sehingga dapat menentukan tujuan, monitor dan mengevaluasi kemajuan dari kegiatan yang dilakukan. Self management terjadi karena adanya suatu usaha pada individu untuk memotivasi diri, mengelola semua unsur yang terdapat di dalam dirinya, berusaha untuk memperoleh apa yang ingin dicapai, serta mengembangkan pribadinya agar lebih baik. Ketika individu mengelola semua unsur yang terdapat didalam dirinya yang meliputi pikiran, perasaan dan tingkah laku, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut telah memiliki kemampuan self management (Ulfa & Suarningsih, 2018).

Self management sangat diperlukan untuk individu agar individu mampu menjadikan dirinya sebagai manusia yang berkualitas dan bermanfaat dalam menjalankan kehidupannya. Self management membut individu mampu mengarahkan setiap tindakannya kepada hal – hal positif (Ulfa & Suarningsih, 2018).

Penerapan self management yang baik dalam kehidupan akan membuat seseorang menikmati proses perjalanan hidup dan mampu mecapai tujuan yang diharapkan. Self management yang baik dapat meningkatkan kreativitas seseorang, Mampu memecahkan dan menyelesaikan suatu masalah, Meningkatkan citra diri dan rasa percaya diri dan meningkatkan kemampuan pembelajaran dan membantu mencapai prestasi (Masi et al., 2022).

Ciri – ciri seseorang yang memiliki self management yang tinggi yaitu menentukan sasaran, mengenali diri sendiri, memonitor diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri, mempunyai komitmen yang besar dan melakukan perubahan. Maxwell dalam Afriani (2019) mengemukanan aspek self management yang terdiri dari pengelolaan waktu, hubungan antar manusia dan perspektif diri. Individu harus bisa mengelola waktu dan mengendalikan waktu dengan sebaik – baiknya agar dapat mencapai sasaran, tujuan kehidupan, pekerjaan secara efektif dan efisien. Selain itu hubungan seseorang dengan orang lain dapat mempengaruhi dalam pencapaian hal – hal terbaik dalam kehidupan dan dalam mengembangkan kehidupan yang lebih bermakna. Individu yang dapat melihat dan menilai dirinya sama dengan apa yang dilihat dan dipikirkan oleh orang lain pada dirinya berarti individu terebut jujur dan nyata dalam menilai dirinya sehingga individu memiliki penerimaan diri yang lebih luas yang pada akhirnya mempermudah individu dalam self management.

2. STRES AKADEMIK

stres merupakan keadaan dimana seseorang merasakan tekanan, ancaman, merasakan kewalahan atau kesulitan dalam menghadapi suatu situasi. Stres dalam batas normal bisa berdampak positif dan

(4)

memotivasi diri untuk lebih baik mengelola

stres, namun jiwa stres dalam batas tidak wajar apalagi jika stres tersebut terasa sulit dikendalikan akan berdampak terhadap suasana hati, sosialisasi bahkan kesehatan fisik dan mental. Stres yang terjadi dilingkungan sekolah atau pendidikan biasanya disebut dengan stres akademik.

Stres akademik diartikan sebagai tekanan mental yang berhubungan dengan kegagalan akademik, ketakutan akan kegagalan dalam bidang akademik bahkan menyadari kemungkinn terjadinya keputusasaan dalam pencapaian akademik (B. & Hamzah, 2020)

Stres Akademik disebabkan oleh Academic stresor. Academic stresor yaitu stres yang berpangkal dari dari proses pembelajaran seperti: tekanan untuk naik kelas, lamanya belajar, mencontek, banyak tugas, rendahnyahnya prestasi yang diperoleh, keputusan menentukan jurusan dan karir, serta kecemasan saat menghadapi ujian (Barseli et al., 2017). Salah satu penyebab utama terjadinya stres di kalangan mahasiswa adalah keinginan untuk mendapatkan nilai tinggi, kecemasan yang berlebihan dalam menghindari kegagalan, masalah keuangan, beban tugas kuliah lebih banyak, perubahan gaya hidup, dan porsi belajar yang lebih banyak (Rosyidah et al., 2020).

Stres berpengaruh terhadap hasil belajarnya, stres yang tidak dapat dikendalikan oleh mahasiswa akan berpengaruh terhadap pikiran, perasaan, reaksi fisik, dan tingkah lakunya. Secara kognitif mahasiswa akan kesulitan memusatkan perhatian dalam belajar, sulit mengingat materi, sulit memahami bahan pelajaran, berfikir negatif pada diri sendiri dan lingkungannya. Secara afektif, stres akademik pada mahasiswa bisa menimbulkan rasa cemas, sensitif, sedih dan frustasi.

Secara fisiologis munculnya badan merasa tidak sehat, pucat, lemah, jantung berdebar- debar bahkan berkeringat dingin (Lubis et al., 2021).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan analisis korelasi. Populasi penelitian adalah Mahasiswa Keperawatan

Tingkat 3 STIKes Dharma Husada yang berjumlah 75 mahasiswa. Metode pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 75 mahasiswa. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur self management adalah kuesioner self management yang terdiri dari 30 item pernyataan dan untuk stres menggunakan kuesioner Student-Life Stress Inventory (SSI) yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Analisa data univariat menggunakan distribusi frekuensi menjelaskan tentang self management dan tingkat stres. Analisa bivariat menggunakan spearman rank.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik f %

Jenis Kelamin

Laki - laki 20 26,7 %

Perempuan 55 73,3 %

Usia

19 Tahun 1 1,3 %

20 Tahun 14 18,7 %

21 Tahun 45 60 %

22 Tahun 14 18,7 %

23 Tahun 1 1,3 %

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisis dari 75 responden mahasiswa reguler sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dharma Husada sebagian besar jenis kelamin perempuan (73,3%) sebanyak 55 orang dan berusia 21 tahun sebanyak 45 orang (60%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Self Management pada Mahasiswa

Self

Management

f %

Tinggi 28 37,3 %

Sedang 25 33,3 %

Rendah 22 29,3 %

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa hasil analisis dari 75 responden mahasiswa reguler sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dharma Husada sebagian besar Self Management mahasiwa sarjana keperawatan tingkat 3 termasuk kategori tinggi sebanyak 28 orang (37,3%)

(5)

Tabel 3 Distribusi Tingkat Stres pada

Mahasiswa Tingkat Stres

f %

Rendah 20 26,7 %

Sedang 28 37,3 %

Tinggi 27 36,0 %

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hasil analisis dari 75 responden mahasiswa reguler sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dharma Husada Bandung sebagian besar memiliki tingkat stres dengan kategori sedang sebanyak 28 orang (37,3%).

Tabel 4 Hubungan Self Management dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Self

Management

Tingkat Stres Total P- value

r

Rendah Sedang Tinggi

F % f % f %

Tinggi 26 34,6% 2 2,6% - 0% 28 0,00 -

.865

Sedang 1 1,3% 24 32% - 0% 25

Rendah - 0% 2 2,6% 20 26,6% 22

Total 27 28 20

Pada tabel menunjukkan bahwa dari hasil analisis dari 75 responden mahasiswa reguler sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dharma Husada didapatkan mahasiswa yang memiliki self management tinggi dengan tingkat stres rendah sebanyak 26 orang (34,6%) dan dengan tingkat stres sedang sebanyak 2 orang (2,6%), mahasiswa yang memiliki self management sedang dengan tingkat stres tinggi sebanyak 1 orang (1,3%) dan tingkat stres sedang sebanyak 24 orang (32%) dan mahasiswa yang memiliki self management rendah dengan tingkat stres sedang sebanyak 2 orang (2,6%) dan dengan tingkat stres tinggi sebanyak 20 orang (26,6%). Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan Spearman Rank diperoleh nilai r sebesar -0.856 dengan nilai sig = 0.000 (sig<0,005), hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan tingkat korelasi sangat kuat dan arah hubungan yang negatif antara self management dengan tingkat stres responden.

PEMBAHASAN

1. Gambaran Self Management pada Mahasiswa dalam menghadapi ujian OSCE

Berdasarkan hasil analisa univariat menunjukan bahwa Self Management pada mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dharma Husada dengan responden sebanyak 75 menunjukkan sebagian besar mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3

memiliki self management yang tinggi sebanyak 28 responden (37,3%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Naza et al., (2022) menunjukkan bahwa didapatkan responden yang memiliki self management tinggi sebanyak 172 responden (74,1%), sedangkan pada responden yang memiliki self management rendah sebanyak 60 responden (25,9%). self management yang tinggi mahasiswa mampu untuk mendorong diri serta mengatur semua unsur pribadi kemudian mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal-hal baik dan mengembangkan segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna.

Reba et al., (2021) menjelaskan bahwa mahasiswa yang memiliki self management baik dapat menetapkan tujuan yang akan di capai, mengelola berbagai sumber yang di miliki, melepaskan stres, menyembuhkan penyakit, dan meningkatkan kemampuan belajar, serta mampu mengontrol diri dan lingkungan secara baik. Rahmadani et al., (2017) menjelaskan self management akademik bermanfaat bagi mahasiswa karena seorang mahasiswa yang memiliki self management tinggi mampu dalam mengelola motivasi, perilaku, dan pembelajaran mereka untuk menjadi pelajar yang lebih sukses.

Mahasiswa yang mampu

menyesuaiakan diri dengan lingkungan akademik secara baik akan mampu belajar dengan matang, efesien, dan bermanfaat, memuaskan serta dapat menyelesaikan

(6)

konflik dan kesulitan yang di hadapi di

akademik tanpa mengalami gangguan tingkah laku den keterbatasan yang dia miliki (Fitri &

Kustanti, 2020).

2. Gambaran Tingkat Stres pada Mahasiswa dalam menghadapi ujian OSCE

Berdasarkan hasil analisa univariat menunjukkan bahwa tingkat stres pada mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3 dengan responden sebanyak 75 didapatkan hasil tingkat stres tinggi sebanyak 20 responden (26,7%), tingkat stres sedang sebanyak 28 responden (37,3%) dan tingkat stres rendah sebanyak 27 responden (36,0%).

Hal ini menunjukkan sebagian besar mahasiswa keperawatan tingkat 3 mengalami tingkat stres sedang sebesar 37,3%, sedangkan tingkat stres yang paling sedikit adalah tingkat stres berat dengan jumlah presentase sebesar 26,7%. Tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa keperawatan tingkat 3 STIKes Dharma Husada berbeda-beda pada masing-masing individu. Hal ini disebabkan oleh mekanisme koping mahasiswa yang berbeda-beda. Didukung oleh penelitian Zhang et al., (2022), yang menyatakan bahwa tingkat stres sebagian besar mahasiswa keperawatan berada pada kategori stres sedang. Tingkat stres dalam kategori sedang dan rendah masih dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam proses pembelajaran di kampus. Sebaliknya tingkat stres dalam kategori berat akan berdampak negatif dalam proses pembelajaran dikampus.

Berdasarkan usia didapatkan sebagian besar tingkat stres kategori sedang berada pada umur 21 tahun yaitu sebanyak 20 responden. Usia 21 tahun termasuk ke dalam kategori usia remaja akhir, dimana mahasiswa rentan mengalami stres. Remaja akhir biasanya memiliki energi yang besar, emosi yang masih berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna (Andini et al., 2023). Hasil penelitian ini didapati bahwa tingkat stres lebih banyak pada responden perempuan dari pada responden laki-laki yaitu sebanyak 13 responden perempuan mengalami stres tinggi (17,3%) dan 21 responden perempuan mengalami stres sedang (28%). Pernyataan ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan Adelia et al., (2023) yang menyatakan bahwa tingkat stres lebih tinggi terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Stres yang dialami responden akan mempengaruhi pikiran, perasaan, reaksi fisik, dan tingkah lakunya. Jika kondisi ini tetap berlangsung dari mulai persiapan sampai menjalani ujian OSCE akan mempengaruhi keadaan emosi responden dan akan menganggu konsentrasi selama ujian. Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi akan memunculkan dampak negatif pada mahasiswa (Sibarani et al., 2023).

3. Hubungan Self Management dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa dalam menghadapi OSCE

Dari hasil penelitian dilakukan uji korelasi spearman rank diperoleh p value = 0,000 yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara self management dengan tingkat stres pada mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3. Nilai koefisien korelasi sebesar r = -0.865 yang menunjukkan keeratan hubungan antara self management dan tingkat stres mahasiswa keperawatan tingkat 3 adalah hubungan sangat kuat dan menunjukkan pola hubungan yang negatif atau tidak searah yang berarti semakin tinggi self management maka semakin rendah tingkat stres yang dialami mahasiswa dalam menghadapi ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridah et al., (2020) yang mengungkapkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara manajemen diri dengan tingkat stres pada mahasiswa. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa responden yang memiliki self management baik akan lebih mampu mengatasi kejadian stres yang dialami dibandingkan dengan responden yang memiliki self management buruk. Dalam menggunakan strategi manajemen diri terhadap kejadian stres, maka mahasiswa akan berusaha mengarahkan perubahan perilakunya kearah yang lebih positif.

Self management atau manajemen diri sangat berperan penting dalam mencapai tujuan agar individu mampu mengatur dan

(7)

mengembangkan perilakunya sendiri yang

bermasalah pada diri sendiri maupun orang lain secara lebih adaptif. Individu yang memiliki self management yang baik maka akan mudah baginya menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapinya sehingga tingkat stresnya pun akan rendah karena ia akan mampu mengelola stres dengan baik, berbanding terbalik dengan individu yang tidak memiliki self management yang baik maka akan merasa kesulitan menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalahnya sehingga menyebabkan tingkat stresnya tinggi.

KESIMPULAN

Terdapat Hubungan yang signifikan antara Self Management dan Tingkat Stres pada mahasiswa dalam menghadapi ujian Objective Structured Cinical Examination (OSCE) dengan hasil p – value = 0,000 dengan nilai koefisien korelasi r = -0,865 DAFTAR PUSTAKA

Adelia, G., Azhar, B., Malfasari, E., Zul Irfan, M., Saputra, C., Febtrina STIKes Payung Negeri Pekanbaru, R., Tamtama No, J., Baru Timur, L., & Sekaki, P. (2023). Stres Mahasiswa Keperawatan Tingkat 2 Dalam Menghadapi Objective Structured Clinical Examination (Osce). Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal,

13(1), 261–266.

http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php /PSKM

Afriani, Z. (2019). HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN DISIPLIN

KERJA PADA KARYAWAN

DIREKTORAT JENDRAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR.

Andini, E. P., Rochmawati, D. H., Susanto, W., Keperawatan, F. I., Islam, U., Agung, S., &

Author, C. (2023). HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA FIK YANG AKAN MENJELANG UJIAN AKHIR SEMESTER The Correlation Between Stress Level and Insomnia Incidence in Unissula FIK Student Towards The Final Examination of Semester. 2022, 272–282.

B., H., & Hamzah, R. (2020). FAKTOR-

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN TINGKAT STRES

AKADEMIK PADA MAHASISWA

STIKES GRAHA MEDIKA. Indonesian Journal for Health Sciences, 4(2), 59–67.

Barseli, M., Ifdil, & Nikmarijal. (2017). Konsep Stres Akademik Konseling dan Pendidikan. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 5(3), 143–148.

https://jurnal.konselingindonesia.com/inde x.php/jkp/article/viewFile/198/209

Direja, Nasrullah, D., Natsir, M., Twistiandayani, R., Rohayani, L., Siswanto, Sumartyawati, N. M., Hasanah, U., & Surya, A. H. (2020). Dampak Psikologis Tenaga Kesehatan dalam Upaya Menghadapi Pandemi Corona Virus (Covid-19) di Indonesia. Badan Riset Dan Inovasi Nasional Republik Indonesia.

http://sinta.ristekbrin.go.id/covid/penelitia n/detain/245

Faridah, U., M, Rosiana, A., & Mahmudah, S.

(2020). HUBUNGAN ANTARA

MANAJEMEN DIRI DENGAN TINGKAT STRESS PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR S1 KEPERAWATAN DALAM MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR SEBAGAI SYARAT KELULUSAN WISUDA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS.

Lubis, H., Ramadhani, A., & Rasyid, M. (2021).

Stres Akademik Mahasiswa dalam Melaksanakan Kuliah Daring Selama Masa Pandemi Covid 19. Psikostudia : Jurnal Psikologi, 10(1), 31.

https://doi.org/10.30872/psikostudia.v10i1 .5454

Masi, L. M., Lohmay, I., Febriana, F., Jemadun, F. V., & Radja, J. A. D. (2022). Self- Awareness dan Self-Management Mahasiswa dalam Mengikuti Pembelajaran Praktikum Selama Masa Pandemi Covid-19. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5080–5090.

https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.297 2

Naza, A., Satria, B., & Hadi, N. (2022). SELF

MANAGEMENT MAHASISWA

KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DALAM PENCEGAHAN COVID- 19 Self Management of Nursing Student of Universitas Syiah Kuala In Preventing The

(8)

Spread of COVID-19. VI(1), 18–24.

Reba, Y. A., Horota, N., Smas, M. H., &

Mokay, M. M. (2021). Kebiasaan Belajar Mahasiswa Ditinjau Dari Self- Management dan Penyesuaian Diri.

\Jurnal Konseling Indonesia, 7(1), 7–15.

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/J KI

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI Tahun 2018.

Rosyidah, I., Efendi, A. R., Arfah, M. A., Jasman, P. A., & Pratami, N. (2020).

Gambaran Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Unhas. JURNAL ABDI, 2(1).

Sibarani, J. V., Widayati, R., & Mutiasari, D.

(2023). the Relationship Between Stress Levels and Sleep Quality of Preclinic Students At the Faculty of Medicine University of. Medica Palangka Raya:

Jurnal Riset Mahasiswa, 1(1), 13–23.

Ulfa, M., & Suarningsih, N. K. (2018).

Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Melalui Teknik Self Management Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Kelas Viii Smpn 1 Kapontori. Psikologi Konseling, 12(1), 120–132.

https://doi.org/10.24114/konseling.v12i1.

12181

World Health Organization. (2020). World Health Statistic 2020.

Zhang, C., Shi, L., Tian, T., Zhou, Z., Peng, X., Shen, Y., Li, Y., & Ou, J. (2022).

Associations Between Academic Stress and Depressive Symptoms Mediated by Anxiety Symptoms and Hopelessness Among Chinese College Students.

Psychology Research and Behavior Management, 15(February), 547–556.

https://doi.org/10.2147/PRBM.S353778

Referensi

Dokumen terkait

12 Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini berdasarkan uji korelasi Spearman Rank didapatkan nilai r = 0,004 dan nilai p value sig = 0,957 (tidak signifikan) artinya

Dari uji Chi-Square diperoleh hasil yang signifikan secara statistik yang berarti ada hubungan antara tingkat stres dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir Program Studi S1 Ilmu