• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan motivasi belajar dengan kemandirian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan motivasi belajar dengan kemandirian"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

1

Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si **

Yasrial Chandra, M.Pd ***

*Student

**Lecturers

***Lecturers

Program Studi Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK

This research caused by the phenomenon that occured in the field, that is the learners who are learning motivation is low, and the learners are hesitant to own independence in learning. The purpose of this research is the relationship learning motivation with learning independence students at SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat. This research used descriptive quantitative correlation approach. Sampling in this research was taken by using proportional simple random sampling technique. To analyze the data used Software IBM statistical Package for the social sciences version 20 for windows (IBM SPSS Versi 20.0) program. The result of this research indicate that the students learning motivation in good category, the students learning independence in independent category, and the relationship between learning motivation and learning independence students at SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat with a correlation coefficient as big as 0.238 with correlation closeness weak categories. So it can be concluded that there was no correlation between learning motivation and learning independence of students. Based on these results, it is recommended to students to be more motivated to learn and are able to form a good independence in learning.

Key words: Learning Motivation, Learning Independence.

PENDAHULUAN

Pendidikan dimaknai sebagai tindakan yang mempunyai efek pada perubahan watak, kepribadian, pemikiran dan perilaku. Dengan demikian pendidikan bukan sekedar pengajaran dalam arti kegiatan mentransfer ilmu, teori, dan fakta- fakta akademik atau bukan sekedar urusan ujian, penetapan kriteria kelulusan, serta pencetakan ijazah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik dariQketidaktahuan,qketidakmampuan, ketidakberdayaan,qketidakbenaran,

ketidakjujuran, dan buruknya hati, akhlak, dan keimanan.

Menurut Dalle (Mulyasana, 2011:4) pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap unntuk masa yang akan datang.

Menurut Marimba (Hasbullah, 2003:3) pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan

(3)

2

jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 nomor 20 tahun 2003, Pendikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangungjawab.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga dapat didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Potensi dimaksud umumnya terdiri dari tiga kategori, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Peserta didik merupakan sumberdaya utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal. Tidak ada peserta didik, tidak ada guru. Peserta didik bisa belajar tanpa guru.

Sebaliknya guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Karena kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik. Tentu saja optimasi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diragukan perwujudannya, tanpa kehadiran guru yang profesional.

Peserta didik belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan dan cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi, ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental

yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Menurut Whittaker (Soemanto, 2006:205) motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada peserta didik yang tidak mengerjakan sesuatu yang seharusnya dikerjakannya, maka perlu diselidiki faktor penyebabnya. Karena bisa saja peserta didik tersebut tidak senang, mungkin sakit, lapar, atau ada masalah pribadi yang dialami peserta didik tersebut. Keadaan semacam ini perlu dilakukan upaya yang dapat menemukan faktor penyebabnya, kemudian mendorong atau memberikan motivasi kepada peserta didik tersebut agar ia mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dilakukannya, yaitu belajar. Oleh karena itu peserta didik perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya.

Motivasi dalam kegiatan belajar, dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan peserta didik untuk belajar.

Donald (Sardiman, 2011:73)

“Motivasi belajar adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan muncul “feeling” dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan”. Motivasi dalam kegiatan belajar, dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujan yang

(4)

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama- sama menggerakkan peserta didik untuk belajar.

Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.

Menurut teori psikoanalitik yang dikemukakan oleh Freud (Sardiman, 2011:82) ciri-ciri motivasi itu adalah ulet menghadapi kesulitan dalam belajar tidak mudah putus asa dan lebih senang bekerja secara mandiri, tekun menghadapi tugas, dapat mempertahankan pendapatnya, dan senang mencari dan memcahkan masalah soal-soal.

MenurutbFatimahq(2010:141)“Kema ndirian merupakan kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain serta bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan”.

MenurutqBarnadidq(Fatimah,q2010:1 42)kemandirian merupakan perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu mandiri tanpa bantuan orang lain.

Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu.

Secara spesifik, masalah kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik, maaupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas

atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain

Pentingnya kemandirian bagi peserta didik, dapat dilihat dari situasi kompleksitas kehidupan dewasa ini, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan peserta didik. Pengaruh kompleksitas kehidupan terhadap peserta didik terlihat dari berbagai fenomena yang sagat membutuhkan perhatian dunia pendidikan, seperti perkelahian antar pelajar, perilaku agresif dan berbagai perilaku menyimpang yang sudah mengarahkan pada tindak kriminal.

Desmita (2009: 185) menyatakan bahwa “Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri secara bebas dan berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan malu dan ragu-ragu”.

Menurut Ali & Asrori (2014:107) dalam konteks belajar, gejala negatif yang tampak adalah kurang mandiri dalam belajar yang berakibat pada gangguan mental setelah memasuki perguruan tinggi, kebiasaan belajar yang kurang baik yaitu tidak tahan lama belajar, baru belajar setelah menjelang ujian, sering tidak mengerjakan tugas di sekolah, malas belajar, membolos, mencontek, dan mencari bocoran soal. Kemandirian seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan atau motivasi dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya. Pada saat ini peran orang tua dan lingkungan sangat diperlukan bagi anak sebagai penguat untuk setiap tindakan yang dilakukannya.

Menurut Steiberg (Desmita, 2012:186) membedakan karakteristik kemandirian atas tiga bentuk yaitu kemandirian emosional, kemandirian tingkah laku, dan kemandirian nilai. Kemandirian emosional adalah aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu. Kemandirian tingkah laku adalah kemampuan untuk membuat keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggungjawab. Serta kemandirian nilai adalah kemampuan memaknai seperangkat

(5)

4

prinsip tentang benar dan salah tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting.

Keberhasilan belajar peserta didik berarti tercapainya tujuan belajar, dengan keberhasilan belajar, maka peserta didik akan menyusun program belajar sendiri dan tujuan belajar sendiri. Bagi peserta didik hal ini berarti melakukan emansipasi diri dalam rangka mewujudkan kemandirian.

Kemandirian belajar peserta didik akan mendapatkan pemahaman konsep pengetahuan yang awet sehingga akan mempengaruhi pada pencapaian akademik peserta didik. Kondisi tersebut karena peserta didik sudah terbiasa menyelesaikan tugas yang didapat dengan usaha sendiri serta mencari sumber-sumber belajar yang telah tersedia.

Kemandirian belajar peserta didik akan menuntut mereka untuk aktif baik sebelum pelajaran berlangsung dan sesudah proses belajar. Peserta didik yang mandiri akan mempersiapkan materi pelajaran yang akan dipelajari. Sesudah proses belajar mengajar selesai, peserta didik akan belajar kembali mengenai materi yang sudah disampaikan sebelumnya dengan cara membaca atau berdiskusi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran di SMA Negeri 1 Lembah MelintangKabupaten Pasaman Barat pada tanggal 28 Oktober 2015 diperoleh informasi bahwa masih adanya peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar misalnya, mencontek tugas teman, masih ada peserta didik yang sulit memahami materi pelajaran yang diberikan dan masih ada peserta didik yang mengandalkan temannya mengerjakan tugas kelompok sehingga peserta didik tersebut ada yang tidak ikut mengerjakan tugas kelompok tersebut, kurangnya motivasi belajar peserta didik, dan malas belajar lama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat pada tanggal 5 November 2015 diperoleh informasi bahwa masih adanya peserta didik yang kurang yakin dengan kemampuan yang dimiliki, kurangnya motivasi belajar peserta didik, adanya peserta

didik yang tidak suka dengan mata pelajaran tersebut, adanya peserta didik yang malas mengerjakan tugas yang diberikan guru dan masih ada peserta didik yang mengerjakan tugas di sekolah.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan peserta didik di SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Baratpada tanggal 18 November 2015 diperoleh hasil bahwa ada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar, seperti tidak dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru dan pada akhirnya peserta didik tersebut mencontek tugas temannya, mengerjakan tugas di sekolah, kurang berani mengajukan pendapat atau malu bertanya kepada guru, peserta didik lebih suka meminta bantuan teman daripada berusaha terlebih dulu menyelesaikan masalahnya sendiri, dan tidak berani mengambil inisiatif dari tugas yang diberikan guru.

Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan, penulis merasa perlu untuk melihat, mengungkap dan membahas permasalahan tersebut dalam penelitian dengan judul “Hubungan Motivasi Belajar dengan Kemandirian Belajar Peserta Didik Di SMA Negeri 1 Lembah Melintang di Kabupaten Pasaman Barat”.

Metode Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi antar variabel motivasi belajar (X) dan variabel kemandirian belajar (Y) di SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

Adapun populasi dalam penelitian ini sebanyak 345 orang. Sedangkan sampel hanya dijadikan 78 orang, pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Taro Yamne.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrument, instrument penelitian ini adalah angket. Angket pada penelitian ini menggunakan skala likers Skala Likert terdiri

(6)

dari item-item favourable dan unfavourable yang bertujuan untuk menghindari stereotip jawaban.

Teknik analisis data menggunakan uji normalitas dan linearitas serta uji korelasi product momen.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai motivasi belajar dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat yaitu dapat disimpukan bahwa tidak terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan kemandirian belajar peserta didik dengan korelasi keeratan lemah dengan nilai korelasi sebesar 0,238. Jadi jelas bahwa baik tidaknya motivasi belajar peserta didik dalam belajar dipengaruhi oleh bagaimana kemandirian peserta didik saat belajar.

Berdasarkan unsur-unsur motivasi belajar yang dikemukakan Pangarep (2010:

76) yaitu sebagai berikut:

1. Ketekunan dalam belajar

Ketekunan adalah melakukan sesuatu dengan rajin, teliti, sabar dan hati-hati serta dengan penuh kesungguhan.

2. Perhatian dalam belajar

Perhatian sangatlah penting dalam belajar, agar kita dapat memahami dan mengerti apa yang sedang dipelajari.

3. Ketertarikan dalam belajar

Suatu perasaan senang melakukan suatu proses perubahan tingkah laku yang ditampilkan oleh peserta didik dalam bentuk perhatian sehingga tercipta kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Kemandirian merupakan suatu sikap dimana peserta didik secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat, dan keyakinan orang lain, dengan kemandirian tersebut peserta didik diharapkan akan lebih bertanggungjawab terhadap dirnya sendiri (Desmita 2009: 186).

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan motivasi belajar dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat berada pada kategori cukup baik dengan persentase 44,9%.

2. Kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat berada pada kategori mandiri dengan persentase 66,7%.

3. Hubungan motivasi belajar dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat, dapat di gambarkan bahwa diperoleh korelasi yaitu sebesar 0,238 menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan yang menunjukkan arah hubungan yang negatif dengan korelasi keeratan lemah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Peserta didik, untuk lebih meningkatkan motivasi belajar baik motivasi dari dalam diri maupun motivasi dari luar diri.

2. Guru BK, agar dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik ke arah yang lebih baik terutama kemandirian dalam belajar.

3. Pengelola Program Studi BK, agar dapat mempersiapkan mahasiswa sebagai calon pengajar yang mampu meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian belajar peserta didik.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti variabel lain dengan konsentrasi belajar yang tergolong rendah dengan mengambil objek yang berbeda.

(7)

6

Kepustakaan

Ali, Mohammad & Asrori Mohammad. 2014.

Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. 2003. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pangarep, Hegar. 2010. 101 Kilas Personality Plus. Yogyakarta: Media Presindo.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

6

Referensi

Dokumen terkait

Tanya Jawab 2 x 50’ Mendiskusikan Pendidikan Anti Korupsi Mahasiswa dapat menganalisis Pendidikan Anti Korupsi Tugas/ 5% 11 Analisis Wawasan Nusantara sebagai Geo Politik

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Sukadana, Kabupaten Kayong Utara diperoleh informasi bahwa nilai pendidikan karakter yang terdapat pada syair