• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pencegahan Risiko Jatuh

N/A
N/A
Rohsidhya anindhiya

Academic year: 2024

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pencegahan Risiko Jatuh "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Corresponding author:

Herry Setiawan

Email: ners_herry@ulm.ac.id

Artikel Penelitian

Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pencegahan Risiko Jatuh

Prinandita Syafira1, Herry Setiawan1, Ichsan Rizany1

1 Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia

Article Info Abstrak

Article History:

Submit: 29 Desember 2021 Accepted: 29 November 2023

Publish: 30 Desember 2023 Key words:

Risiko Jatuh; Pengetahuan Perawat; Pencegahan; Rawat Inap

Risiko jatuh merupakan suatu kejadian yang rentan terjadi pada pasien di rumah sakit yang disebabkan karena faktor ekstrinsik seperti lingkungan dan faktor instrinsik seperti kondisi fisiologis pasien. Dampak dari jatuh yaitu cedera yang dialami 30% sampai 51% pada pasien di rumah sakit.

Penerapan pencegahan risiko jatuh dalam situasi klinis didasarkan pada faktor personal yaitu pengetahuan perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat dengan pencegahan risiko jatuh. Desain penelitian adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling yang dilakukan pada 77 responden perawat pelaksana di ruang rawat inap. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan p-value = 0,000 dengan batas kemaknaan (α<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan pencegahan risiko jatuh. Perlu adanya sosialisasi maupun pelatihan yang dilakukan untuk perawat di ruang rawat inap terkait dengan keselamatan pasien khususnya risiko jatuh yang sesuai standar prosedur operasional rumah sakit agar perawat dapat mengakses informasi terbaru mengenai keselamatan pasien.

PENDAHULUAN

Mengikuti era globalisasi, pelayanan kesehatan semakin menunjukkan kemajuan dari berbagai aspek. Berbagai kebijakan dibuat secara bertahap dan sistematis sesuai dengan standar internasional agar terciptanya layanan yang profesional. Selain kepuasan pasien, fokus dari pelayanan kesehatan adalah keselamatan pasien (Saraswati & Kusumawati, 2016).

Keselamatan pasien merupakan tindakan untuk mencegah cedera karena suatu tindakan (commission) ataupun tindakan yang seharusnya tidak dilakukan (ocommission) terkait pemberian asuhan

yang aman pada pasien dalam suatu rumah sakit (Salawati, 2020). Salah satu risiko keselamatan yang terjadi pada pasien yaitu risiko jatuh (Budi & Wijaya, 2020). Risiko jatuh merupakan suatu kejadian yang rentan terjadi pada pasien di rumah sakit yang disebabkan karena faktor ekstrinsik seperti lingkungan dan faktor instrinsik seperti kondisi fisiologis pasien (Deviyana et al., 2020).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa dari 11.379 pasien rawat inap di 58 rumah sakit di beberapa kota di Amerika, 10% mengalami cedera akibat jatuh (Budi & Wijaya, 2020).

(2)

Berdasarkan Kongres XII PERSI 2012, kejadian jatuh di Indonesia menduduki peringkat kedua setelah insiden medicine error dengan angka kejadian 14%, padahal untuk menegakkan mutu pelayanan keselamatan pasien angka kejadian jatuh seharusnya 0% (Nur et al., 2016).

Dampak dari jatuh yaitu cedera yang dialami 30% sampai 51% pada pasien di rumah sakit. Cedera yang terjadi yaitu fraktur, subdural hematoma, serta perdarahan yang menyebabkan kematian (Ardianto et al., 2020). Kejadian jatuh dapat menimbulkan trauma psikologis, menyebabkan masa perawatan pasien semakin panjang dan akan meningkatkan biaya perawatan (Risha Cahya Timur, Maria, 2016). Menurut (Trigono & Winner, 2018) hanya 14% - 21% pasien jatuh yang dapat melakukan kegiatan sehari-hari pasca pulih dari kejadian tersebut.

Pencegahan risiko jatuh yang dilakukan perawat masih belum maksimal terutama terkait dengan pengecekan lantai kamar mandi, kurangnya orientasi bel, tidak memasang stiker risiko jatuh dan tidak mengingatkan pada keluarga pasien bahwa pentingnya menaikkan siderail demi keselamatan pasien (Saraswati &

Kusumawati, 2016).

Perilaku perawat untuk menjaga keselamatan pasien sangat berperan penting dalam pencegahan, pengendalian, dan peningkatan keselamatan pasien.

Terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi perawat dalam berperilaku salah satunya adalah persepsi (Hadi, 2017). Persepsi merupakan proses kognitif yang dialami seseorang dalam memahami suatu informasi tentang lingkungannya, baik melalui perasaan, penglihatan, pendengaran, penghayatan, dan penciuman (Sugihartono, (Deviyana et al., 2020)

Faktor yang mempengaruhi persepsi dalam diri seseorang salah satunya adalah faktor personal (Charles dkk, dikutip dalam

(Pratiwi et al., 2019). Penerapan pencegahan risiko jatuh dalam situasi klinis didasarkan pada faktor personal yaitu pengetahuan perawat. Sebanyak 38,5%

perawat di RS X Jakarta memiliki pengetahuan yang rendah terkait pencegahan risiko jatuh (Wulandari &

Sianturi, 2019). Penelitian yang dilakukan (Faridha & Milkhatun, 2020) menyatakan bahwa 41,2% perawat di salah satu RSUD Pemerintah Samarinda masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai risiko jatuh. Hasil penelitian (Catur et al., 2018) di Rumah Sakit Panti Waluya Malang menyatakah bahwa 22% perawat masih memiliki pengetahuan yang kurang terkait dengan risiko jatuh. Penelitian yang dilakukan di RSUD. Dr RM Djoelham Binjai oleh (Manalu, 2018) menyatakan 42,7%

perawat masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai risiko jatuh.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh calon peneliti pada 23 Agustus 2021 di RSD Idaman Kota Banjarbaru, berdasarkan wawancara dan data yang diperoleh melalui KMKP pada tahun 2019, terdapat 6 laporan insiden terkait pasien jatuh. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan perawat di ruang rawat inap serta kurangnya pemahaman dari keluarga pasien. Kejadian jatuh juga terjadi di bulan Januari 2021 terhadap seorang pasien di ruang rawat inap yang disebabkan tidak adanya pengawasan saat pasien ingin ke kamar mandi. Data lain menyatakan bahwa indikator pelayanan mutu belum mencapai target karena pada Maret 2020 hanya 39%

yang melakukan assesmen awal risiko jatuh dan 85% perawat yang melakukan assesmen ulang risiko jatuh pada Januari 2020. Berdasarkan uraian tersebut maka calon peneliti ingin melakukan penelitian tentang apakah ada hubungan pengetahuan perawat dengan pencegahan risiko jatuh.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan desain kuantitatif asosiatif. Pendekatan

(3)

yang diperguankan dalam penelitian ini adalah cross sectional.

Populasi yang digunakan adalah perawat pelaksana yang aktif bekerja di instalasi rawat inap RSD Idaman Kota Banjarbaru, minimal berpendidikan DIII Keperawatan, perawat yang bukan orientasi serta perawat yang tidak sedang sakit, mengambil masa cuti, atau izin belajar saat dilakukan penelitian. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling dengan rumus turunan lameshow dan didapatkan sampel berjumlah 77 perawat.

Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner terdiri dari kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan perawat tentang risiko jatuh, dan kuesioner pencegahan risiko jatuh. Kuesioner yang digunakan telah melalui proses uji validitas dengan hasil uji r hitung memiliki rentang 0,382 – 0,874 > 0,3610 (r tabel) dan uji reliabilitas diperoleh nilai chronbach’s alpha keseluruhan 0,946.

Uji yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah uji chi-square untuk variabel pengetahuan perawat tentang risiko jatuh dan pencegahan risiko jatuh. Penelitian ini telah mendapatkan surat kelayakan etik dari Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat dengan nomer surat No.937/KEPK-FK ULM/EC/XI/2021.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus – Desember 2021.

HASIL

Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik perawat di ruang rawat inap RSD Idaman Kota Banjarbaru mayoritas berusia 25 – 29 tahun (49,40%), mayoritas berjenis kelamin perempuan (59,70%), tingkat pendidikan perawat mayoritas DIII Keperawatan (59,70%), lama kerja 1 – 5 tahun (72,70%) dan status kepegawaiannya mayoritas BLUD (77,90%).

Tabel 2 menunjukkan hasil penelitian pengetahuan yang dimiliki perawat sebagian besar berpengetahuan baik yaitu sebanyak 47 responden (61%), dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 30 responden (39%). Perawat yang melakukan pencegahan risiko jatuh dengan baik sebanyak 40 perawat (51,9%) dan yang kurang dalam melakukan pencegahan risiko jatuh sebanyak 37 perawat (48,1%).

Hasil analisis (Tabel 3) menunjukkan hasil analisis bivariat menggunakan uji chi- square dari data yang telah didapatkan pada saat penelitian menunjukkan hasil p-value = 0,000 dengan batas kemaknaan (α < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan pencegahan risiko jatuh.

Tabel 1

Distribusi Karakteristik Responden di RSD Idaman Kota Banjarbaru

Indikator f %

Umur

21 – 24 Tahun 25 – 29 Tahun

> 30 Tahun

3 38 36

3,9 49,4 46,8 Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan 31

46 40,3

59,7 Pendidikan Terakhir

DIII Kep DIV Kep S1 Kep + Ners

46 1 30

59,7 1,3 39 Lama Kerja

1 – 5 Tahun 6 – 10 Tahun

>10 Tahun

56 6 15

72,7 7,8 19,5 Status Kepegawaian

PNS BLUD PTT

16 60 1

20,8 77,9 1,3

Total 77 100%

Tabel 2

Distribusi Pengetahuan dan Pencegahan Risiko Jatuh Perawat Tentang Risiko Jatuh di RSD Idaman

Kota Banjarbaru

Indikator f %

Pengetahuan

Baik 47 61,0

Kurang 30 39,0

Pencegahan Risiko Jatuh

Baik 40 51,9

Kurang 37 48,1

Total 77 100

(4)

Tabel 3

Analisis Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pencegahan Risiko Jatuh di RSD Idaman Kota

Banjarbaru Indikator

Pencegahan Risiko Jatuh p Baik Kurang

f % f %

Pengetahuan

Baik 36 46,8 11 14,3

0,000 Kurang 4 5,2 26 33,8

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 25 – 29 tahun (49,4%) Menurut asumsi peneliti, usia dewasa awal merupakan usia yang dianggap sebagai usia produktif perawat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada usia dewasa awal, perawat dianggap memiliki tanggung jawab, kematangan skill, serta tekun dalam melakukan tindakan sesuai dengan kewenangan. Hal ini sejalan dengan pendapat (Sureskiarti & Zulkifli, 2019) yang menyatakan usia sangat mempengaruhi perawat dalam mengambil keputusan.

Perawat akan terlihat bijak ketika menampakan sisi kedewasaan secara psikologis dan pemikiran.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (59,7%). Menurut asumsi peneliti, terdapat perbedaan antara karakteristik perempuan dan laki-laki baik dari segi pemikiran maupun tindakan. Seorang perempuan dalam bekerja lebih mengedepankan prinsip ketelitian serta waspada terhadap risiko yang mungkin terjadi. Perempuan juga lebih menunjukkan sikap perhatian dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan (Yanti, dikutip dalam (Prasetyo & Hartanti, 2017) yang menunjukkan bahwa sifat perempuan yang lembut, sabar, dan peduli identik dengan pekerjaan seorang perawat yang dituntut menerapkan caring serta mengupayakan keselamatan terhadap semua pasien.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berpendidikan DIII (59,7%).

Menurut asumsi peneliti, pendidikan merupakan komponen penting yang harus ditempuh seorang perawat agar dapat mengasah ilmu pengetahuan, serta keterampilan di bidang kesehatan.

Pendidikan adalah proses pembelajaran perawat untuk menentukan sikap dan tata laku yang berkaitan dengan kepedulian terhadap pasien. Menurut (Budiman &

Agus, dikutip dalam (Manalu, 2018) perawat yang memiliki pendidikan lebih tinggi diharapkan juga akan memiliki pengetahuan yang baik. Namun, perawat yang memiliki pendidikan yang rendah bukan berarti juga akan memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan (Prasetyo & Hartanti, 2017) yang menyatakan bahwa perawat yang memiliki tingkat pendidikan DIII, justru menghasilkan pelayanan mutu dan asuhan keperawatan yang baik berdasarkan kemampuan praktik yang dimiliki.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yang memiliki lama kerja 1 – 5 tahun (72,7%). Menurut asumsi peneliti, lama kerja merupakan tolak ukur perawat dalam melakukan tindakan. Perawat yang memiliki masa kerja yang lama, akan lebih memahami ragam pekerjaan yang ada dilingkungannya. Perawat dengan masa kerja lama juga lebih banyak mendapatkan kesempatan belajar melalui kejadian yang dialaminya. Asumsi peneliti sejalan dengan (Sastrohadiworjo, dikutip dalam (Pamiarsih, 2018) yang menyatakan semakin lama jangka waktu seorang perawat bekerja, semakin banyak kasus yang akan ditangani dan semakin banyak pengalaman yang perawat miliki.

Sebaliknya, semakin pendek jangka waktu perawat bekerja, semakin sedikit kasus yang akan perawat dapatkan.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berstatus BLUD (77.9%).

Menurut asumsi peneliti, seorang perawat yang memiliki status pegawai kontrak akan

(5)

bekerja lebih keras serta menunjukkan kemampuan yang baik dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini dikarenakan pegawai kontrak memiliki motivasi untuk maju dalam pengembangan status kerjanya agar mendapatkan penilaian yang baik. Hal ini sejalan dengan (Faridha & Milkhatun, 2020) yang menyatakan bahwa pegawai honorer cenderung meningkatkan kinerjanya guna mendapatkan penghargaan yang baik sebagai aspek penilaian untuk menempuh status PNS. Status kepegawaian sangat berpengaruh terhadap kinerja perawat karena berkaitan dengan karaktersitik pekerjaan itu sendiri.

Pengetahuan Perawat Tentang Risiko Jatuh

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 47 responden (61%), dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 30 responden (39%). Menurut (Kilateng, dikutip dalam (Wulandari & Sianturi, 2019) pengetahuan merupakan suatu ilmu yang dimiliki orang lain dalam menguasai suatu fakta maupun teori. Pengetahuan merupakan hal yang penting dimiliki oleh perawat sebagai tenaga kesehatan pemberi asuhan (Anggraini, 2018). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Notoatmodjo, (Faridha & Milkhatun, 2020), meliputi pendidikan, usia, dan lama kerja. Semakin tinggi pendidikan seorang perawat, maka diharapkan semakin tinggi juga pengetahuan perawat (Dewi, 2018).

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal untuk meningkat pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan tindakan secara teknis sesuai yang diharapkan (Anggraini, 2018)

Menurut (Gunibala, dikutip dalam (Sesrianty et al., 2020) dalam menentukan langkah untuk melakukan tindakan, pengetahuan dianggap sebagai domain kognitif paling penting bagi perawat.

Namun, tidak menutup kemungkinan jika pengetahuan tidak dapat menghindarkan

seseorang dari kejadian yang tidak diinginkan. Menurut (Manalu, 2018) terdapat berbagai faktor yang menyebabkan kurangnya pengetahuan dari perawat yaitu kurangnya kesadaran perawat akan keselamatan pasien dan kurangnya sosialisasi serta pelatihan mengenai keselamatan pasien khususnya pencegahan risiko jatuh. Menurut (Sesrianty et al., 2020) kurangnya kesadaran perawat akan proses belajar mengenai keselamatan pasien dapat diakibatkan karena sulitnya perawat untuk mengakses teori-teori baru mengenai keselamatan pasien terutama pencegahan risiko jatuh.

Pencegahan Risiko Jatuh Perawat

Hasil penelitian menunjukkan responden yang melakukan pencegahan dengan baik sebanyak 40 perawat (51,9%) dan yang kurang dalam melakukan pencegahan risiko jatuh sebanyak 37 perawat (48,1%).

Menurut (Cruz, dikutip dalam (Wulandari &

Sianturi, 2019) pencegahan risiko jatuh merupakan suatu praktik klinis dengan berbagai alur kegiatan sebagai upaya mencegah serta mengurangi dampak cedera pada pasien dengan risiko jatuh.

Cedera, disabilitas, hingga kematian sebagai komplikasi pasien jatuh diharapkan tidak terjadi dengan adanya pelaksanaan pencegahan risiko jatuh (Ranti Susanti, 2016) Hal ini sejalan dengan Keputusan MENKES RI No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal (SPM) di rumah sakit bahwa cedera / kecacatan akibat jatuh diharapkan 100% tidak terjadi lagi. Menurut (William, dikutip dalam (Catur et al., 2018) untuk menghindari komplikasi pada pasien dengan risiko jatuh, perawat memiliki tanggung jawab untuk monitoring secara berkala terkait dengan kondisi pasien. Selain itu, komunikasi antar perawat juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap tindakan pencegahan risiko jatuh (Aristiawan &

Dirdjo, 2018)

(6)

Upaya pencegahan risiko jatuh yang dapat dilakukan perawat meliputi pengkajian awal dan pengkajian ulang risiko jatuh, pemasangan tanda risiko jatuh, mengunci tempat tidur pasien, memposisikan tempat tidur dengan keadaan rendah, damping pasien saat ke kamar mandi, dan hindari lantai licin di ruang perawatan. Perawat pelaksana di ruangan juga harus memberikan informasi serta edukasi pada pasien dan keluarga terkait kondisi pasien (Setyarini & Herlina, 2016). Peningkatan mutu layanan di rumah sakit dapat dilakukan dengan mengembangkan sumber daya manusia khususnya perawat dengan mengandalkan kemampuan yang dimiliki sebagai upaya melaksanakan program layanan yang bermakna khususnya pencegahan jatuh pada pasien (Prasetyo &

Hartanti, 2017).

Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pencegahan Risiko Jatuh

Hasil analisis pada tabel silang antara pengetahuan dengan pencegahan risiko jatuh pada pasien di ruang rawat inap dengan menggunakan uji statistic chi- square didapatkan p-value = 0,000 dengan batas kemaknaan α < 0,05 sehingga didapatkan hasil terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan pencegahan risiko jatuh.

Penelitian ini sejalan dengan (Setyarini &

Herlina, 2016) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan kepatuhan dalam melaksanakan SPO pencegahan risiko jatuh dengan p-value = 0,049. Kemudian terdapat penelitian (Dewi, 2018) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan dalam menerapkan pencegahan risiko jatuh dengan p-value = 0,000.

Pengetahuan merupakan suatu aspek yang menimbulkan sikap dan perilaku perawat untuk lebih yakin dan percaya diri dalam melakukan tindakan keperawatan dalam aspek positif (Sesrianty et al., 2020).

Menurut (Suparna & Kurniawati, 2016), pengetahuan sebagai peranan penting yang membawa pengaruh dalam penerapan pencegahan risiko jatuh. Namun, risiko terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan keperawatan tidak dapat dihindari, sehingga tidak hanya aspek pengetahuan yang menjadi patokan perawat dalam bertindak (Yuniati et al., 2018).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Pamiarsih, 2018) faktor pengalaman, usia, serta pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan praktik pencegahan risiko jatuh meskipun pengetahuan perawat tersebut tergolong rendah. Faktor kurangnya sumber informasi, seminar, serta workshop mengenai keselamatan pasien khususnya pencegahan risiko jatuh dapat menjadi pemicu kurangnya pengetahuan serta pencegahan risiko jatuh. Perawat yang memiliki pengetahuan kurang cenderung melakukan tindakan sesuai dengan ilmu yang dimiliki, bukan berdasarkan standar prosedur operasional yang telah berlaku (Ahsan et al., 2018).

Menurut penelitian yang dilakukan (Faridha & Milkhatun, 2020) dengan adanya pengetahuan perawat yang baik, maka perawat tersebut akan patuh terhadap pelaksanaan pencegahan risiko jatuh. Penerapan pencegahan risiko jatuh berkaitan erat dengan diri sendiri, lingkungan sosial, maupun dukungan dari orang sekitar. Oleh karena itu, pentingnya saling berbagi pengalaman serta bertukar pikiran satu sama lain dalam proses keperawatan demi kesalamatan pasien.

SIMPULAN

Pengetahuan yang dimiliki perawat sebagian besar berpengetahuan baik.

Perawat yang melakukan pencegahan risiko jatuh dengan baik sebanyak 51,9%.

Terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan pencegahan risiko jatuh di RSD Idaman Kota Banjarbaru. Perlu adanya

(7)

sosialisasi maupun pelatihan yang dilakukan untuk perawat di ruang rawat inap terkait dengan keselamatan pasien khususnya risiko jatuh yang sesuai standar prosedur operasional rumah sakit agar perawat dapat mengakses informasi terbaru mengenai keselamatan pasien.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ucapkan terimakasih kepada pembimbing dan penguji atas kritik dan saran yang berikan, Ibu Yuda Ayu Timorita, S.Kep., Ns., M.Kep, Ibu Dewi Mustikaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep , dan Ibu Misrah Panjaitan, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pakar kuesioner, Universitas Lambung Mangkurat, serta kepada pihak RSD Idaman Kota Banjarbaru yang telah mendukung dan memfasilitasi dalam proses penelitian ini.

REFERENSI

Ahsan, Dima, N., & Ayu, N. L. P. P. (2018). Hubungan Motivasi Perawat dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Pencegahan Risiko Jatuh di Ruang Rawat Inap.

J K Mesencephalon, 4(2).

Anggraini, A. N. (2018). Pengetahuan Perawat tentang Penilaian Morse Fall Scale dengan Kepatuhan Melakukan Assesmen Ulang Risiko Jatuh. Indonesian Journal of Hos Pital Administration, 1(2), 97–105.

Ardianto, Kadir, A., & Ratna. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Standar Operasional Prosedur Pencegahan Risiko Jatuh Di RSUD Haji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(4), 338–342.

Aristiawan, B., & Dirdjo, M. M. (2018). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Patient Safety dan Iklim Organisasi dengan Tindakan Pencegahan Resiko Pasien Jatuh di Rumah Sakit X Samarinda. Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Budi, H. S., & Wijaya, L. (2020). Literatur Review : Pengetahuan Perawat Terhadap Pelaksanaan Program Manajemen Pasien Dengan Resiko Jatuh. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 12(2), 11–23.

Catur, I. K., Candrawati, E., & Adi, W. R. C. (2018).

Hubungan pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien pada pencegahan risiko jatuh dengan pelaksanaan SOP pencegahan

risiko jatuh di ruang rawat inap dewasa RS.

Panti Waluya Malang. Nursing News, 3, 785–

790.

Deviyana, S., Safitri, W., Syolihan, D., Putri, R., Program, M., Keperawatan, S., Sarjana, P., Kusuma, U., Surakarta, H., Program, D., Keperawatan, S., Sarjana, P., Kusuma, U., &

Surakarta, H. (2020). Hubungan Persepsi Perawat Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Pengkajian Risiko Jatuh. 64.

Dewi, J. B. (2018). Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam Menerapkan Pencegahan Risiko Jatuh di Ruang Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur.

Faridha, N. R. D., & Milkhatun. (2020). Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Pencegahan Pasien Jatuh di Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Samarinda. Borneo Student Research, 1(3), 1883–1889.

Hadi, I. (2017). Manajemen Keselamatan Pasien (Teori & Aplikasi). Penerbit Deepublish.

Manalu, D. (2018). Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Pasien Risiko Jatuh di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. In Repositori Universitas Sumatera Utara.

Nur, H. A., Dharmana, E., & Santoso, A. (2016).

Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh di Rumah Sakit. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 5(2), 123–133.

Pamiarsih, Y. L. (2018). Tingkat Pengetahuan Perawat Mempengaruhi Praktik Pencegahan Risiko Jatuh di Rumah Sakit Islam Kendal.

Universitas Muhammadiyah Semarang, 1–16.

Prasetyo, B. I. D., & Hartanti, R. D. (2017). Gambaran Upaya Pencegahan Risiko Jatuh Oleh Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. Stikes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, 1–12.

Pratiwi, A., Sudiro, & Fatmasari, E. Y. (2019).

Pengaruh Faktor Individu dan Organisasi Terhadap Persepsi Perawat dalam Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Sejati Medan. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9). Universitas Sumatera Utara.

Ranti Susanti. (2016). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur Operasional: Menurunkan Risiko Cidera Akibat Jatuh Di Ruang Perawatan Dewasa RSUD Dr. Moewardi. E - Jurnal, 1–13.

Risha Cahya Timur, Maria, S. (2016). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap Penerapan Standar Prosedur Operasional Menurunkan Resiko Jatuh Di

(8)

Ruang Dewasa RS Pantiwilasa Citarum Semarang. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK).

Salawati, L. (2020). Penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh, 6(1), 94.

Saraswati, S., & Kusumawati, W. (2016). Evaluation on Implementation of Patient Fall Risk Prevention At Inpatient Care Facility.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Muhammadiyah Yogyakarta, 1–15.

Sesrianty, V., Bahari Harahap, H., & Resti DND, D.

(2020). Hubungan Pengetahuan Dan Supervisi Dengan Penerapan Pengurangan Risiko Pasien Jatuh. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11(1), 51.

Setyarini, E. A., & Herlina, L. L. (2016). Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur Operasional : Pencegahan Pasien Resiko Jatuh Di Gedung Yosef 3 Dago dan Surya Kencana Rumah Sakit Borromeus. Jurnal Kesehatan Stikes Santo Borromeus, 1(1), 14–39.

Suparna, & Kurniawati, T. (2016). Evaluasi Penerapan Patient Safety : Resiko Jatuh Unit

Gawat Darurat di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah, 18.

Sureskiarti, E., & Zulkifli. (2019). Hubungan antara Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Pasien Jatuh di Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Samarinda. Borneo Student Research, 189–197.

Trigono, A., & Winner. (2018). Pengaruh Faktor Intrinsik Dan Ekstrinsik Terhadap Insiden Pasien Jatuh Di Rumah Sakit Pgi Cikini. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 11(1), 806–811.

Wulandari, R., & Sianturi, S. R. (2019). Hubungan Pengetahuan Sikap dan Praktik Perawat Terhadap Upaya Pencegahan Pasien Jatuh.

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana, 2(2), 203–213.

Yuniati, Y., Ns. Maria Fudji Hastuti, M. K., & Ns.

Herman, M. K. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Kemampuan Pengkajian Risiko Jatuh Pada Pasien Di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan strategi yang sama dalam upaya pencegahan jatuh usia. lanjut

Mengetahui tingkat pengetahuan caregiver mengenai faktor risiko jatuh pada lansia tentang faktor risiko, pencegahan, dan komplikasi jatuh yang dapat berakibat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dan beban kerja dengan pelaksanaan pengkajian risiko jatuh oleh perawat di Irna

Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara informan diatas hambatan dalam pelaksanaan pencegahan risiko pasien jatuh pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh di

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, beban kerja dengan pelaksanaan pengkajian risiko jatuh pasien oleh perawat di Irna Non

JATUH PASIEN OLEH PERAWAT DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT DALAM RSUP. DR.M.DJAMIL PADANG

Sebagian besar praktik perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial mendapat skor tinggi meskipun sikap perawat sebagian besar skor rendah, hal ini disebabkan

Perawat memiliki peran yang penting dalam pencegahan luka tekan tetapi banyak perawat yang belum melakukan upaya pencegahan luka tekan secara maksimal Pentingnya