PENDAHULUAN
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan pemeriksaan keterampilan penguasaan kosakata anak di TK Al Hidayah Anassappu Kab. Mendeskripsikan hubungan penguasaan kosakata dengan membaca permulaan di TK Al Hidayah Anassappu Kab.
Manfaat Penelitian
Meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep huruf dan kata sebagai tahapan dalam pengembangan keterampilan membaca awal. Sebagai masukan bagi guru mengenai penggunaan media flashcard kata bergambar dalam membaca permulaan anak usia 5-6 tahun. Sebagai salah satu solusi permasalahan kemampuan membaca awal anak kelompok B di TK Al Hidayah Anassapu Kec.
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Teori Bahasa
Pemerolehan bahasa merupakan suatu proses yang digunakan anak untuk mengadaptasi serangkaian hipotesis terhadap apa yang diucapkan orang tuanya hingga mereka dapat memilih kaidah tata bahasa yang dimaksud (Kiparsky dalam Tarigan, 2011: 1. Menelaah pemerolehan bahasa pada anak merupakan suatu hal yang menarik, khususnya dalam bidang bahasa). kalimat-kalimat yang diperoleh anak dalam komunikasi Ketika memperoleh bahasa dalam bidang sintaksis, anak-anak umumnya mulai berbicara dengan mengucapkan satu atau dua kata.
Istilah Dardjowidjojo acquisition digunakan padanan dengan istilah bahasa Inggris acquisition, yaitu suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan anak secara alami ketika mempelajari bahasa ibunya. Sementara itu, Chaer memberikan pengertian bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang terjadi di otak anak ketika memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibu. Tahapan atau proses pemerolehan bahasa pertama Tahapan pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan perkembangan bahasa anak.
Dengan bahasa yang mereka miliki, perkembangan kosa kata berkembang pesat, seperti yang diungkapkan Sroufe (1996): “Anak-anak. Oleh karena itu, cara belajar bahasa yang paling efektif adalah dengan bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Berbicara tentang kosa kata berarti membahas suatu bidang bahasa yang disebut leksikologi atau ilmu kosa kata.
Tanpa perbendaharaan kata yang luas, seseorang tidak akan mampu menggunakan struktur dan fungsi bahasa dalam berkomunikasi secara luas. Dari uraian pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa kosakata adalah kata-kata yang dimiliki oleh suatu bahasa atau seseorang yang membentuk bahasa itu atau digunakan oleh orang atau kelompok sosial tersebut. Tata bahasa yang lebih kompleks juga dapat diucapkan, meskipun tidak sebaik orang dewasa dan kesalahan sering terjadi.
Menurut Lado, ada beberapa langkah yang dapat digunakan dalam mempelajari kosakata, yaitu: (1) mendengarkan kata-kata, (2) mengucapkan kata-kata, (3) memahami maknanya, (4) membuat ilustrasi dalam bentuk kalimat, ( 5) melakukan 10 latihan mengungkapkan makna, (6) mengucapkan kata dengan lantang dan (7) menulis kata. Anak-anak ini biasanya memiliki kosakata lisan sekitar 2.600 kata dan memahami lebih dari 20.000 kata (Papalia et al., 2008). Menurut Carey dan Clark (dalam Santrock, 2007), kosakata lisan mereka pada usia 6 tahun bervariasi antara 8.000 hingga 14.000 kata, dan rata-rata mereka mempelajari 22 kata baru setiap hari.
Kemampuan Membaca Permulaan
Membaca pada hakekatnya merupakan aktivitas fisik dan mental untuk menemukan makna tulisan, meskipun aktivitas ini melibatkan proses pengenalan huruf. Proses keterampilan mengacu pada pengenalan dan penguasaan simbol fonem, proses kognitif penggunaan simbol fonem untuk memahami makna suatu kata atau kalimat. Menurut Montessori (Hainstock), masa sensitif anak membaca dan berhitung adalah usia 4-5 tahun, karena pada usia ini anak lebih mudah membaca dan memahami angka.
Pada usia ini, anak belum bisa mengenali letak garis lurus dan setengah lingkaran, apalagi kombinasinya, sehingga anak belum bisa belajar membaca. Dardjowidjojo kemudian menyebutkan bahwa membaca hanya dapat dilakukan bila anak telah memenuhi prasyarat tertentu untuk berbicara. Faktor ini pula yang akan menjadi dasar untuk membedakan kemampuan membaca pada anak normal dan anak kurang mampu membaca.
Menurut Anderson, pada tingkat membaca awal, pembaca belum memiliki keterampilan membaca yang sebenarnya karena masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan membaca. Untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu (a) kemampuan membunyikan simbol-simbol tertulis, (b) penguasaan kosa kata untuk menyampaikan makna, dan (c) penggabungan makna ke dalam keterampilan berbahasa. Menurut Tampubolon (1993:42), yang dimaksud dengan kesiapan membaca adalah “tingkat kematangan seorang anak yang memungkinkannya belajar membaca tanpa adanya akibat negatif.
Keinginan seorang anak untuk membaca merupakan salah satu indikator yang menentukan siap atau tidaknya ia belajar membaca. Peran orang tua dan guru dalam mendorong keinginan membaca anak mempunyai kontribusi yang besar. Menurut Steinberg (Susanto: 90), “kemampuan membaca pada anak usia dini dapat dibagi menjadi empat tahap perkembangan, yaitu: 1) tahap kesadaran menulis, 2) tahap membaca gambar, 3) tahap kesadaran menulis, 2) tahap membaca gambar, 3) tahap membaca. pengenalan membaca, 4) tahap membaca lancar.”
Pada tahap ini, anak prasekolah sudah dapat memandang dirinya sebagai pembaca dan mulai terlibat dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memahami gambar, menggunakan bahasa buku meskipun tidak sesuai dengan kitab suci. Pada tahap ini, anak dapat dengan lancar membaca berbagai jenis buku dan bahan yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang huruf abjad dan keterampilan fonik harus dilatih dalam waktu singkat ketika siswa belajar membaca lebih lanjut.
Kerangka Pikir
Sebutkan kata-kata yang mempunyai fonem yang sama, misalnya: huruf, sulur, perawat dan lain-lain.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa TK Al Hidayah Anassappu kelompok B yang berjumlah 15 anak. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok B TK Al Hidayah Anassappu yang berjumlah 15 anak.
Definisi Operasional Variabel
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Anak mampu menyebutkan nama benda, (2) Anak mampu menyebutkan kata kerja, (3) Anak mampu menyebutkan kata sifat, (4) Anak mampu menyebutkan nomor kata, (5) Anak mampu menyebutkan kata ganti, (6) anak mampu menyebutkan kata yang berkaitan dengan kekerabatan, (7) anak mampu menyebutkan kata depan, (8) anak mampu menyebutkan kata dengan imbuhan awalan, (9) anak dapat menyebutkan kata yang mempunyai sufiks, (10) Anak yang dapat mengucapkan kata yang mempunyai imfiks, dan (11) Anak mampu mengucapkan kata lagi. Berdasarkan diagram batang dan uraian, 2 anak (13,3%) mampu menyebutkan kata benda yang tergolong kurang mahir, 9 anak (60,0%) cukup mahir, dan 4 anak tergolong mahir (26,7%). Berdasarkan grafik batang dan uraiannya, 3 anak (20,0%) mampu menyebutkan kata kerja dalam kategori kurang mahir, 11 anak (73,3%) cukup mahir, dan 1 anak mampu (6,7%).
Daripada rajah batang dan penerangan kanak-kanak yang dapat menyebut kata adjektif yang tergolong dalam kategori kurang berkemampuan, terdapat 4 orang kanak-kanak (26.7%) dan agak berkebolehan terdapat 11 orang kanak-kanak (73.3%). Berdasarkan rajah dan huraian keluarga, kanak-kanak dapat menyebut kata bilangan yang termasuk dalam kategori dapat 1 anak (6.7%), dapat 12 anak (86.7%) dan sangat mampu. mempunyai 2 orang anak (13.3%). Daripada rajah batang dan penerangan kanak-kanak yang berkebolehan menyebut kata ganti nama, yang tergolong dalam kategori kurang berkemampuan, terdapat 4 orang kanak-kanak (26.7%) dan agak berkebolehan seramai 11 orang kanak-kanak (73.3%).
Berdasarkan grafik batang dan gambaran anak yang dapat mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan kekerabatan, terdapat 10 anak (66,7%) dalam kategori kurang mampu dan 5 anak (33,3%) dalam kategori cukup mampu. Berdasarkan diagram batang dan uraiannya, terdapat 13 anak (86,7%) yang mampu menyebutkan proposisi yang dikategorikan kurang mampu, dan 2 anak (13,3%) yang mampu sepenuhnya. Berdasarkan diagram batang dan uraiannya, anak mampu menyebutkan kata-kata dengan awalan yang dikategorikan kurang mampu (80,0%) dan cukup mampu (20,0%).
Berdasarkan diagram batang dan uraian, 12 anak (80,0%) mampu menyebutkan kata dengan akhiran yang dikategorikan kurang mampu, dan 3 anak (20,0%) cukup mampu. Berdasarkan diagram batang dan uraiannya, 13 anak (86,7%) mampu menyebutkan kata dengan sufiks, dan 2 anak (13,3%) mampu tuntas. Berdasarkan diagram batang dan uraiannya, 11 anak mampu mengulang kata, 73,3% mampu mengucapkan kata yang lebih sulit, dan 4 anak (26,7%) mampu tuntas.
Berdasarkan diagram batang dan uraiannya, anak mampu menyebutkan simbol huruf konsonan pada suatu kata yang masuk dalam kategori mulai melakukannya dengan bantuan guru (26,7%) dan dapat melakukannya tanpa bantuan guru. (73, 3%). Berdasarkan diagram batang dan uraian, 5 anak (33,3%) mampu menyebutkan kata dengan huruf awal yang sama, yang termasuk dalam kategori awal, 5 anak (33,3%), 9 anak (60,0%) yang tidak dapat menyebutkan nama guru. membantu, dan 9 anak (60,0%) mampu tanpa bantuan guru dan membantu temannya ada 1 anak (6,7%). Berdasarkan diagram batang dan uraiannya, anak mampu menyebutkan kata-kata yang memiliki suku awal sama termasuk dalam kategori mampu melakukannya dengan bantuan guru (33,3%0 dan mampu melakukannya tanpa bantuan guru). dari guru (66,7%).
Berdasarkan diagram batang dan gambaran anak yang dapat membaca namanya, terdapat 1 anak (6,7%) pada kategori dapat membaca dengan bantuan guru, 11 anak (80,0%) yang dapat membaca tanpa bantuan. bantuan guru dan 11 anak (80,0%) yang dapat mengelola tanpa bantuan guru dan 3 anak (20,0%) dengan bantuan teman. Anak yang mampu mengucapkan kata-kata yang berawalan sama mulai dapat mengucapkannya dengan bantuan guru, sebanyak 5 anak mampu mengucapkan kata-kata tersebut tanpa bantuan guru, sebanyak 9 anak mampu mengucapkannya tanpa bantuan guru. bantuan guru dan temannya sebanyak 1 orang anak.