• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Definisi Operasional Variabel

Operasionalisasi (variabel) adalah mendefinisikan variabel dengan tegas, sehingga menjadi faktor-faktor yang dapat diukur dan dipahami oleh orang lain dan tidak membuat pemahaman yang berbeda-beda tentang variabel yang diteliti.

Adapun definisi operasional yang dimaksud dapat didefinisikan sebagai berikut:

39

1. Kosa kata

Kosa kata atau perbendaharaan kata adalah kemampuan semua kata-kata yang terdapat dalam suatu bahasa, dimengerti dan digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang, dipakai dalam suatu ilmu pengetahuan, disertai penjelasan sehingga dapat dipahami.

2. Kemampuan Membaca Permulaan

Membaca permulaan adalah suatu proses keterampilan dan proses kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan huruf dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penguasaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.

Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Tes Perlakuan

Tes perlakuan sebagai instrumen pengumpulan data berisi serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, minat bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

2. Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berdasarkan dokumen-dokumen tertulis seperti buku-buku, buku harian dan dokumen lainnya. Dalam penelitian korelasi ini peneliti menggunakan daftar nilai hasil belajar anak sebagai sumber data tertulis yang diolah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kusioner (angket) dan observasi serta dokumentasi.

1. Kusioner (Angket)

Kuesioner atau angket merupakan salah satu pengumpulan data yang terdiri dari berbagai pertanyaan yang diberikan pada responden.

Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2009: 199) menyatakan Kusioner (angket) merupakan teknik data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

2. Observasi

Observasi merupakan proses dimana seseorang atau peneliti harus mampu menggunakan observasi agar dapat memperoleh informasi tentang pembelajaran berupa materi yang akan dipelajari, sebagaimana dijelaskan oleh Richard and Lochart (2007: 12) dalam Dadang Iskandar dan Narsim (2015: 49) “Observasi yakni observation is suggested a way to gather all information about teaching yang berarti observasi adalah cara yang disarankan untuk memeperoleh semua informasi tentang pembelajaran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu data yang berupa gambar sebagai bukti yang relevan. Sebagaimana dijelaskan oleh Riduwan (2010: 58) dalam Dadang Iskandar dan Narsim (2015: 51) mengatakan bahwa dokumentasi ditunjukkan memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi

41

buku-buku relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film, dokumenter, dan data yang relevan dengan penelitian. Sependapat dengan Arikunto (2013: 274) dalam Dadang Iskandar dan Narsim (2015: 51) menyatakan bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku surat kabar, majalah prestasi, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan salah satu hal yang harus dilakukan dalam sebuah penelitian. Teknik analisis data menurut Sugiyono (2010) adalah proses penelitian pikiran yang kreatif dan kemampuan pengetahuan yang tinggi.

Dalam pandangannya dalam teknik analisis data tidak bisa disamakan antara satu penelitian dengan peneliti yang lainnya, terutama mengenai metode yang dipergunakan.

Di dalam menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka penulis melakuakan penganalisian data menggunakan uji dengan teknik korelasi sederhana. Yang dimaksud dengan teknik korelasi sederhana adalah pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau yang disebut dengan istilah bivariate correlation.

Adapun tujuan dilakukannya analisis korelasi antara lain adalah : 1) untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel, dan 2) untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti

(meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti (tidak signifikasikan) (Sambas Ali, 2007: 105)

Analisis dengan teknik korelasi product moment rumusnya yaitu :

  

N XN2 XY

 

X2

 

NX Y2Y

 

Y 2

r      

 

Keterangan

r = Koefisien korelasi

∑X = Jumlah skor dalam sebaran X

∑Y = Jumlah skor dalam sebaran Y

∑XY = Jumlah hasil skor X dengan skor Y yang berpasangan

∑X2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑Y2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y N = Banyaknya subjek skor X dan Y yang berpasangan

Untuk dapat mengetahui kuat lemahnya tingkat atau derajat keeratan hubungan antara variabel, secara sederhana berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi dari Guoford Emperical Rulesi berikut rumusnya (Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, 2007: 126) :

43

Tabel 3.1

Tingkat Keeratan Hubungan

Nilai Korelasi Keterangan

0,00-<0,20

≥ 0,20<0,40

≥ 0,40 -< 0,70

≥ 0,70 -< 0,90

≥ 0,90 -≤ 1,00

Hubungan sangat lemah Hubungan rendah Hubungan sedang/cukup Hubungan kuat/tinggi

Hubungan sangat kuat/ sangat tinggi

Sedangkan untuk pengujian keberartian koefisien korelasi dalam penelitian ini kriteria yang digunakan adalah apabila nilai r lebih besar dari (>) nilai a tertentu maka hipotesis ditolak, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Sebaliknya apabila nilai r lebih kecil dari (<) nilai a tertentu maka hipotesis diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan (Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, 2007: 126).

44 A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Al Hidayah Anassappu yang terletak di Anassappu Desa Bontobiraeng Selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa. Taman kanak-kanak ini didirikan oleh Yayasan Swasta yang dipimpin oleh Muh. Yusuf. Memiliki 5 pegawai yang terdiri dari kepala sekolah Ibu St. Asma, S.Pd.I, 3 orang guru dan 1 Operator. Jumlah anak didik Taman kanak-kanak Al Hidayah Anassappu tahun ajaran 2020/2021 yaitu sebanyak 49 anak didik.

Memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai Taman kanak-kanak Al Hidayah Anassappu memiliki ruang belajar yang terdiri dari 2 ruangan kelas untuk kelompok A, B dan 1 ruangan serba guna. Selain itu juga memiliki 1 ruangan guru dan kepala sekolah, 1 dapur, 1 Wc. Program pendidikan di Taman kanak-kanak Al Hidayah Anassappu mengacu pada kurikulum 2013 yang dipadukan dengan materi sesuai dengan kebutuhan perkembanagan anak usia dini. Proses pembelajaran yang terlaksana di Taman kanak-kanak Al Hidayah Anassappu sesuai dengan RPPH dan RPPM dengan tema-tema pada semester 1 yaitu tema Diri sendiri, Lingkunganku, Kebutuhanku, Binatang, dan Tanaman. Sedangkan untuk semester 2 yaitu tema

45

Kendaraan, Pekerjaan, Air, Udara, Api, Alatkomunikasi, Tanah airku, dan Alam semesta.

2. Deskripsi Penguasaan Kosa Kata

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan melalui pemantauan kegiatan pembelajaran anak didik di kelompok B. Maka, hasil yang diperoleh yaitu kemampuan penguasaan kosa kata anak kelompok B masih rendah. Setelah mengetahui kondisi tersebut, selanjutnya kami melakukan tes perlakuan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar peneliti bisa mendapatkan penilaian awal mengenai aspek yang ingin dikembangkan dalam hal ini kemampuan membaca permulaan pada anak didik kelompok B di TK Al Hidayah Anassappu.

Adapun indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah : (1) Anak mampu menyebutkan kata benda, (2) Anak mampu menyebutkan kata kerja, (3) Anak mampu menyebutkan kata sifat, (4) Anak mampu menyebutkan kata bilangan, (5) Anak mampu kata ganti, (6) Anak mampu menyebutkan kata yang berhubungan dengan kekerabatan, (7) Anak mampu menyebutkan kata depan, (8) Anak mampu menyebutkan kata dengan imbuhan prefix, (9) Anak mampu menyebutkan kata dengan imbuhan sufiks, (10) Anak mampu menyebutkan kata dengan imbuhan infiksik dan (11) Anak mampu menyebutkan kata ulang.

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Benda

Rendah Sedang Tinggi

Anak mampu menyebutkan kata benda

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata benda yang termasuk kategori kurang mampu terdapat 2 anak (13,3%), cukup mampu 9 anak (60,0%) dan mampu terdapat 4 anak (26,7%).

47

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Kerja

Rendah Sedang Tinggi

Anak mampu menyebutkan kata kerja

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata kerja yang termasuk kategori kurang mampu terdapat 3 anak ( 20,0%), cukup mampu terdapat 11 anak (73,3%), dan mampu terdapat 1 anak (6,7%).

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Sifat

Rendah Sedang

Anak mampu menyebutkan kata sifat

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata sifat yang termasuk kategori kurang mampu terdapat 4 anak (26,7%) dan cukup mampu terdapat 11 anak (73,3%).

49

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Bilangan

Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Anak mampu menyebutkan kata bilangan

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata bilangan yang termasuk kategori cukup mampu terdapat 1 anak (6,7%), mampu terdapat 12 anak (86,7%) dan sangat mampu terdapat 2 anak (13,3%).

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Ganti

Rendah Sedang

Anak mampu menyebutkan kata ganti

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata ganti yang termasuk kategori kurang mampu terdapat 4 anak (26,7%) dan cukup mampu terdapat 11 anak (73,3%).

51

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Yang Berhubungan Dengan Kekerabatan

Rendah Sedang

Anak mampu menyebutkan kata yang berhubungan dengan kekerabatan

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak yang mampu menyebutkan kata yang berhubungan dengan kekerabatan yang termasuk kategori kurang mampu terdapat 10 anak (66,7%) dan cukup mampu terdapat 5 anak (33,3%).

Tabel 4.7

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Depan

Rendah Sedang

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata depan yang termasuk kategori kurang mampu terdapat 13 anak (86,7%) dan cukup mampu terdapat 2 anak (13,3%).

Anak mampu menyebutkan kata depan

53

Tabel 4.8

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Dengan Imbuhan Prefix

Rendah Sedang

Anak mampu menyebutkan kata dengan imbuhan Prefix

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata dengan imbuhan prefix yang termasuk kategori kurang mampu (80,0%) dan cukup mampu (20,0%).

Tabel 4.9

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Dengan Imbuhan Sufiks

Rendah Sedang

Anak mampu menyebutkan kata dengan imbuhan Sufiks

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata dengan imbuhan sufiks yang termasuk kategori kurang mampu terdapat 12 anak (80,0%) dan cukup mampu terdapat 3 anak (20,0%).

55

Tabel 4.10

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Dengan Imbuhan Infiksik

Rendah Sedang

Anak mampu menyebutkan kata dengan imbuhan Infiksik

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata dengan imbuhan infiksik yang termasuk kategori kurang mampu terdapat 13 anak (86,7%) dan cukup mampu terdapat 2 anak (13,3%).

Tabel 4.11

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Ulang

Rendah Sedang

Anak mampu menyebutkan kata ulang

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata ulang yang termasuk kategori kurang mampu terdapat 11 anak 73,3% dan cukup mampu terdapat 4 anak (26,7%).

57

3. Deskripsi Kemampuan Membaca

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan melalui pemantauan kegiatan pembelajaran anak didik di kelompok B. Maka, hasil yang diperoleh yaitu kemampuan membaca anak kelompok B masih rendah. Setelah mengetahui kondisi tersebut, selanjutnya kami melakukan tes perlakuan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar peneliti bisa mendapatkan penilaian awal mengenai aspek yang ingin dikembangkan dalam hal ini kemampuan membaca permulaan pada pada anak didik kelompok B di TK Al Hidayah Anassappu. Adapun indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah : (1) Anak mampu menyebutkan simbol huruf vocal dalam sebuah kata, (2) Anak mampu menyebutkan simbol huruf konsonan dalam sebuah kata, (3) Anak mampu menyebutkan kata yang memiliki huruf awal yang sama, (4) Anak mampu menyebutkan kata yang memiliki suku kata awal yang sama, (5) Anak mampu membaca nama sendiri.

Tabel 4.12

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Simbol Huruf Vocal Dalam Sebuah Kata

Rendah Sedang

Anak mampu menyebutkan simbol huruf vocal dalam sebuah kata

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan simbol huruf vocal dalam sebuah kata yang termasuk kategori mulai bisa dengan bantuan guru 26,7% dan mampu tanpa bantuan guru (73,3%).

59

Tabel 4.13

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Simbol Huruf Konsonan Dalam Sebuah Kata

Rendah Sedang

Anak mampu menyebutkan simbol huruf konsonan dalam sebuah kata

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan simbol huruf konsonan dalam sebuah kata yang termasuk kategori mulai bisa dengan bantuan guru (26,7%) dan mampu tanpa bantuan guru (73,3%).

Tabel 4.14

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Yang Memiliki Huruf Awal Yang Sama

Rendah Sedang Tinggi

Anak mampu menyebutkan kata yang memiliki huruf awal yang sama

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata yang memiliki huruf awal yang sama yang termasuk kategori mulai bisa dengan bantuan guru terdapat 5 anak (33,3%), mampu tanpa bantuan guru terdapat 9 anak (60,0%) dan mampu tanpa bantuan guru dan membantu temannya terdapat 1 anak (6,7%).

61

Tabel 4.15

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Menyebutkan Kata Yang Memilki Suku Kata Awal Yang Sama

Rendah Sedang

Anak mampu menyebutkan kata yang memiliki suku kata awal yang sama

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu menyebutkan kata yang memiliki suku kata awal yang sama yang termasuk kategori mulai bisa dengan bantuan guru (33,3%0 dan mampu tanpa bantuan guru (66,7%).

Tabel 4.16

Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Kemampuan Membaca Nama Sendiri

Rendah Sedang Tinggi

Anak mampu membaca nama sendiri

Berdasarkan diagram batang dan deskripsi anak mampu membaca nama sendiri yang termasuk kategori mulai bisa dengan bantuan guru terdapat 1 anak (6,7%), mampu tanpa bantuan guru terdapat 11 anak (80,0%) dan mampu tanpa bantuan guru dan membantu temannya terdapat 3 anak (20,0).

63

Correlations

Total Skor Penguasaan

Kosa Kata

Total Skor Kemampuan

Membaca

Spearman's rho

Total Skor Penguasaan Kosa Kata

Correlation Coefficient

1,000 ,444*

Sig. (1-tailed) . ,049

N 15 15

Total Skor Kemampuan Membaca

Correlation Coefficient

,444* 1,000

Sig. (1-tailed) ,049 .

N 15 15

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Interpretasi Uji Korelasi menggunakan aplikasi SPSS 20:

Ketentuan Uji Korelasi Spearman:

a. Jika nilai signifikansi > 0,05 , maka H0 diterima dan H1 ditolak b. Jika nilai signifikansi < 0,05 , maka H0 ditolak dan H1 diterima

Interpretasi Uji Korelasi menggunakan aplikasi SPSS 20:

a. Melihat apakah hubungan tersebut signifikan atau tidak

Berdasarkan output di atas, diketahui nilai signifikansi atau Sig sebanyak 0,049. Nilai Sig tersebut 0,049 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel penguasaan kosa kata dengan kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak- kanak Al Hidayah Anassappu Kab. Gowa

b. Melihat Tingkat Kekuatan Hubungan

Berdasarkan output di atas, nilai koefisien korelasi sebesar 0,444*. Nilai tersebut berada pada interval korelasi 0,40 -< 0,70. Artinya, tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel penguasaan kosa kata dengan kemampuan membaca adalah sebesar 0,444 atau cukup berarti.

c. Melihat Arah Hubungan

Angka koefisien korelasi pada hasil di atas sebesar 0,444 bernilai positif, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat penguasaan kosa kata, semakin tinggi pula tingkat kemampuan membaca pada anak di Taman Kanak-kanak Al Hidayah Anassappu Kab. Gowa.

Kesimpulan Uji Korelasi:

Penguasaan kosa kata dan kemampuan membaca anak di Taman Kanak- kanak Al Hidayah Anassappu Desa Bontobiraeng Selatan Kec.

Bontonompo Kab. Gowa memiliki hubungan yang positif dan signifikan.

65

B. Pembahasan

Hasil penelitian berdasarkan observasi yang dilakukan sebelumnya bahwa subjek yang digunakan di TK Al Hidayah Anassappu Desa Bontobiraeng Selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa dengan jumlah 15 anak pada kelompok B.

Berdasarkan penelitian hasil pengamatan penguasaan kosa kata anak diperoleh bahwa pemberian pembelajaran dengan media kartu kata bergambar dapat memperluas penguasaan kosa kata anak. Sejalan dengan tahapan teori yang dikemukakan oleh Tarigan (1986:2) menyatakan bahwa kualitas berbahasa seseorang tergantung pada kualitas kosa kata yang dimiliki. Makin kaya kosa kata yang dimiliki maka makin besar pula kemungkinan terampil berbahasa. Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa kosa kata adalah kata-kata yang dimiliki suatu bahasa atau seseorang yang membentuk bahasa yang bersangkutan atau dipakai oleh orang atau kelompok masyarakat yang bersangkutan. Pada masa kanak-kanak awal, penguasaan kata juga bertambah. Pada usia tiga tahun, perbendaharaan katanya sekitar 1.000 dan sekitar 80 persen diucapkan dengan jelas bahkan untuk yang masih asing. Tata bahasa yang lebih kompleks juga dapat diucapkan walaupun tidak seperti pada orang dewasa dan masih sering terjadi kesalahan. Ciri lain, anak sudah dapat mengatakan kata-kata yang menggambarkan waktu yang akan datang, misalnya “nanti aku akan sekolah,” “besok kalo besar aku akan menjadi pilot pesawat terbang.” Dan kata ganti, misalnya saya, kamu, dan kita.

Menurut Lado (1979: 121-126), ada beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kosa kata yaitu: (1) mendengarkan kata, (2) mengucapkan kata, (3) memahami makna, (4) membuat ilustrasi dalam bentuk kalimat, (5) melakukan 10 latihan dalam pengekspresian makna, (6) mengucapkan kata tersebut dengan suara keras, dan (7) menulis kata- kata tersebut. Sitorus (1993: 3) menyatakan bahwa kata-kata yang terdapat dalam kelompok, golongan-golongan, dan dalam suatu perangkat- perangkat selalu lebih mudah untuk dipelajari. Pada usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai dengan delapan kata. Anak- anak ini biasanya memiliki kosa kata pembicaraan sekitar 2.600 kata dan memahami lebih dari 20.000 kata (Papalia dkk., 2008). Mereka sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, mengetahui lawan kata, serta sudah dapat menggunakan kata penghubung, kata depan, dan kata sandang. Hetherington dan Park (2000) menyatakan bahwa pada masa prasekolah ini anak mempunyai kemampuan mempelajari setiap bahasa dengan lebih mudah dibandingkan usia sebelum maupun bila ia telah dewasa. Menurut Carey dan Clark (dalam Santrock, 2007), pada usia 6 tahun kosa kata pembicaraannya berkisar 8.000 sampai dengan 14.000 kata, dan rata-rata mereka mempelajari 22 kata baru perhari.

Berdasarkan penelitian kemampuan membaca anak diperoleh bahwa dengan pengenalan kosa kata anak dapat mengenal berbagai huruf dan penguasaan makna suatu kata. Sejalan dengan tahapan pendapat yang dikemukakan oleh Tampubolon (1993: 62) bahwa Membaca pada

67

hakekatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf- huruf. Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian-bagian tubuh, khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental karena bagian- bagian pikiran, khususnya persepsi dan ingatan terlibat didalamnya.

Sedangkan menurut Nuryati dalam Juwita (2018: 1402) “Membaca permulaan adalah suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang fonem, proses kognitif menggunakan lambang fonem untuk memahami makna suatu kata atau kalimat”. Membaca dilakukan dengan adanya keterampilan yang dimiliki oleh siswa serta kognitifnya dengan mengeluarkan bunyi dalam membaca untuk memahami isi dan makna bacaan.

Menurut Anderson (1972: 209) pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya karena masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah anak dituntut menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa. Untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu (a) kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosa kata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

68 A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, pengolahan data serta analisis data. Maka penulis selanjutnya dapat menarik kesimpulan dari penelitian berjudul

“Hubungan penguasaan kosa kata dengan kemampuan membaca permulaan di TK Al Hidayah Anassappu” sebagai berikut :

1. Penguasaan kosa kata, semakin tinggi tingkat penguasaan kosa kata semakin tinggi pula tingkat kemampuan membaca pada anak di Taman Kanak-kanak Al Hidayah Anassappu.

2. Kemampuan membaca permulaan anak di Taman Kanak-kanak Al Hidayah Anassappu Desa Bontobiraeng Selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa, anak yang mampu menyebutkan huruf vocal dalam sebuah kata mulai bisa dengan bantuan guru sebanyak 4 anak dan mampu tanpa bantuan guru sebanyak 11 anak. Anak yang mampu menyebutkan simbol huruf konsonan dalam sebuah kata mulai bisa dengan bantuan guru sebanyak 4 anak dan mampu tanpa bantuan guru sebanyak 11. Anak yang mampu menyebutkan kata yang memiliki huruf awal yang sama mulai bisa dengan bantuan guru sebanyak 5 anak mampu tanpa bantuan guru sebanyak 9 anak dan mampu tanpa bantuan guru dan temannya sebanyak 1 anak. Anak

69

yang mampu menyebutkan kata yang memiliki suku kata awal yang sama mulai bisa dengan bantuan guru sebanyak 5 anak dan mampu tanpa bantuan sebanyak 10 anak. Anak mampu membaca nama sendiri mulai bisa dengan bantuan guru dan membantu temannya sebanyak 3 anak.

3. Hubungan penguasaan kosa kata dengan kemampuan membaca terdapat hubungan yang signifikan antara variabel penguasaan kosa kata dengan kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dijelaskan beberapa saran sebagai berikut

1. Bagi guru, penguasaan kosa kata dalam pembelajaran perlu ditingkatkan, dikarenakan mampu meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak.

2. Bagi peneliti, diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut, tentang penguasaan kosa kata dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak, dilakukan penelitian ulang yang dapat melibatkan jumlah sampel yang lebih banyak dengan harapan dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan diharapkan dalam penelitian yang lain dapat menilai aspek yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrrahman, Sambas Ali Muhidin dan Maman.(2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan jalur dalam Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Abu Bakar Sulaiman., A. Gani. & Syafri K. (1986).Kosa kata bahasa Melayu Riau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Aisyah Siti, dkk. (2007). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.

Anggraeni, Sri Wulan. Alfian Yayan. (2020). Membaca Permulaan Dengan Team Games Tournament (TGT). Jawa Timur. Qiara Media.

Aulina, C. N. (2012). Pengaruh permainan dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun. PEDAGOGIA:

Jurnal Pendidikan, 1(2), 131–144.

Badudu & Zain. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar Harapan.

Dardjowidjojo, S. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indosia

Dhieni, N., Fridani, L., Muis, A., & Yarmi, G. (2014). Metode pengembangan bahasa.

Dhieni, Nurbiana. 2018. Metode Pengembangan Bahasa. Banten : Universitas Terbuka

Fatmawati, S. R. (2015). Pemerolehan bahasa pertama anak menurut tinjauan psikolinguistik. Lentera, 17(1).

Grainger, J. 2003. Problem Perilaku, Perhatian, dan Membaca Pada Anak Strategi Intervensi Berbasis Sekolah (Alih Bahasa: Enny Irawati). Jakarta : Grasindo

Hainstock, E. G. 2002. Montessori untuk Anak Prasekolah. Jakarta: Pustaka Delaprasta

Hasugian, J. (2006). Penggunaan bahasa alamiah dan kosa kata terkendali dalam sistem temu balik informasi berbasis teks

Indah, R. N. (2011). Proses Pemerolehan Bahasa: Dari Kemampuan hingga Kekurangmampuan Berbahasa. LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra, 3(1).

Dokumen terkait