Hubungan Perilaku Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di
SMP Swasta Kota Bandung
Witha Widyaningsih1, Kusila Devia Rahayu2, Emma Aprilia Hastuti3
1,2,3Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Dharma Husada Bandung
Email: [email protected]
Abstrak
Buruknya perilaku vulva hygiene menjadi salah satu penyebab terjadinya keputihan. Angka kejadian keputihan di Jawa Barat sebanyak 27,60%. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Jenis penelitian korelasi melalui pendekatan cross sectional dengan populasi 190.043 remaja putri yang ada di kota Bandung dengan sampel sebanyak 100 orang remaja putri menggunakan teknik purposive sampling. Analisis univariat menjelaskan tentang karakteristik responden, perilaku vulva hygiene, kejadian keputihan dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Usia 10-12 tahun dan 13-15 tahun (50%), kelas VII dan VIII (50%), sudah mengalami menstruasi (100%), mengalami menstruasi sejak 1 tahun (61%), sumber informasi dari masyarakat tentang vulva hygiene (75%) dan kejadian keputihan (84%), memiliki perilaku vulva hygiene buruk (68%), banyak remaja yang mengalami kejadian keputihan (59%). Hasil uji chi-square, ada hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri dengan nilai sig 0,001 (< 0,05). Disarankan bagi petugas kesehatan dan pihak sekolah dapat bekerjasama untuk memberikan edukasi tentang perilaku vulva hygiene yang baik untuk mencegah terjadinya keputihan yang abnormal pada remaja putri.
Kata kunci: Perilaku vulva hygiene, keputihan, remaja putri
Abstract
Poor behavior of vulva hygiene is one of the causes of vaginal discharge. The incidence of vaginal discharge in West Java is 27.60%. The study aimed to determine the relationship between vulvar hygiene behavior and the incidence of vaginal discharge in adolescent girls. This type of correlation research through a cross sectional approach with a population of 190,043 adolescent girls in the city of Bandung with a sample of 100 adolescent girls using purposive sampling techniques. Univariate analysis explains the characteristics of respondents, vulvar hygiene behavior, incidence of vaginal discharge and bivariate analysis using the chi-square test to determine the relationship between vulvar hygiene behavior and the incidence of vaginal discharge in adolescent girls. Ages 10- 12 years and 13-15 years (50%), classes VII and VIII (50%), have menstruated (100%), menstruated since 1 year (61%), sources of information from the public about vulva hygiene (75%) and the incidence of vaginal discharge (84%), have poor vulva hygiene behavior (68%), experience the incidence of vaginal discharge (59%). The results of the chi-square test, there is a relationship between vulva hygiene behavior and the incidence of vaginal discharge in adolescent girls with sig values (0.001 < 0.05). It is recommended that health workers and schools can work together to provide education about good vulvar hygiene behavior to prevent abnormal vaginal discharge in adolescent girls.
Kata kunci: Vulva hygiene behavior, vaginal discharge, adolescent girls
Pendahuluan
Remaja merupakan peralihan dari usia anak menuju usia dewasa, dimana terjadi perubahan perkembangan yang meliputi aspek psikis, fisik dan psikososial. Pada masa tersebut terjadi perubahan fisik, pertumbuhan serta perubahan pada organ reproduksi menuju kematangan (Juliansyah & Zulfani, 2021). Rentang usia remaja menurut World Health Organization (2018) yaitu usia 10-19 tahun.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 25 (2014) menjelaskan bahwa usia remaja yaitu 10- 18 tahun. Sedangkan berdasarkan BKKBN (2020) menjelaskan bahwa usia remaja yaitu 10-24 tahun (Ningsih et al., 2021).
Berdasarkan WHO (2014) dalam jurnal Ekawati et al., (2021), menjelaskan bahwa jumlah remaja di dunia sebanyak 1,2 milyar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, (2022), di Indonesia urutan provinsi dengan jumlah penduduk remaja terbanyak berada di Jawa Barat, jumlah remaja berusia 10-19 tahun sebanyak 4.314,8 juta jiwa. Berdasarkan data (Badan Pusat Statistik, (2020), di Kota Bandung jumlah remaja berusia 10-19 tahun sebanyak 381.985 jiwa, dan jumlah remaja putri sebanyak 190.043 jiwa. Masih tingginya jumlah remaja putri di Indonesia, sehingga memerlukan perhatian khusus terutama mengenai kesehatan reproduksi.
Menurut WHO (2015), kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat menyeluruh baik fisik, mental, sosial yang utuh, terbebas dari penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi (Putri et al., 2022). Kesehatan reproduksi merupakan suatu unsur penting dalam kesehatan umum, baik pada perempuan maupun laki-laki. Menurut (Ningsih et al., 2021) masalah kesehatan reproduksi pada remaja putri diantaranya kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, penyakit menular seksual dan salah satunya yaitu keputihan.
Keputihan normal, yaitu terjadi sesuai siklus reproduksi wanita yang dapat dipengaruhi oleh hormon dengan cairan yang tidak terlalu banyak, berwarna bening dan tidak berbau. Keputihan abnormal yaitu kondisi dimana keluarnya cairan atau lendir dari vagina berwarna putih susu, kuning/kehijauan yang dapat disebabkan oleh kuman, berbau ataupun tidak berbau dan disertai rasa gatal setempat.
Keputihan dapat dialami pada wanita usia subur dan remaja putri. Menurut WHO (2018) dalam (Melina and Ringringringulu, 2021) angka kejadian keputihan di dunia sebanyak 75% wanita pasti akan mengalami keputihan sedikitnya sekali dalam seumur hidup dan 45% akan mengalami sebanyak 2 kali atau lebih. Berdasarkan data Survei KRRI (2018) dalam (Peronika, Destariyani and Yanniarti, 2022), angka kejadian keputihan pada wanita usia 15-24 tahun selalu mengalami kenaikan setiap tahun hingga 70% dan sebanyak 50% remaja putri mengalami keputihan. Menurut data statistik (2018) dalam (Trisnawati, 2018), wanita yang mengalami keputihan sebanyak 27,60% dari total jumlah penduduk Jawa Barat adalah usia remaja dan usia subur yang berusia 10-24 tahun. Keputihan abnormal dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu penggunaan antibiotik, kondisi stress, dan salah satunya yaitu perilaku vulva hygiene.
Vulva hygiene merupakan tindakan menjaga kebersihan dan kesehatan organ kewanitaan bagian luar agar terhindar dari infeksi. Apabila organ reproduksi luar terinfeksi bakteri atau mikroorganisme, maka akan membahayakan organ reproduksi lainnya dan menimbulkan masalah kesehatan reproduksi salah satunya yaitu keputihan (Humairoh et al., 2018). Vulva hygiene dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang kurang, sikap/kebiasaan buruk yang tetap dilakukan sehari-hari, dukungan keluarga yang kurang serta dukungan yang didapat dari teman sebaya (Humairoh et al., 2018).
Berdasarkan World Health Organization (2021) dalam (Hanifah, 2022), menjelaskan bahwa sebanyak 35% wanita di dunia mengalami gangguan kesehatan reproduksi akibat buruknya perilaku vulva hygiene. Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (2018) dalam (Peronika, Destariyani and Yanniarti, 2022), menjelaskan bahwa kejadian infeksi genital di Indonesia masih tinggi dimana sebanyak 50%
remaja putri mengalami keputihan akibat buruknya perilaku vulva hygiene. Menurut Depkes (2011) dalam (Arifiani and Samaria, 2021).
Yuliarti et al., (2021) dan Astuti et al., (2018) ada hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan p-value sebesar 0,001 < 0,05. Sedangkan menurut Izzah et al., (2022), ada hubungan pengetahuan dan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada mahasiswi dengan 0,035 < 0,05.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik, (2021), terdapat 195 SMP Swasta di Kota Bandung.
Berdasarkan survey peneliti pada 11 April 2023 yang dilakukan pada beberapa sekolah SMP Swasta di Kota Bandung. Hasil menunjukkan bahwa para siswi di sekolah belum mendapatkan edukasi mengenai cara membersihkan daerah kewanitaan yang baik maupun masalah yang dapat terjadi pada wanita seperti keputihan. Adapun Sarana dan prasarana di sekolah yang kurang memadai bagi siswi untuk membersihkan daerah kewanitaan secara baik, seperti hanya disediakannya 1 toilet wanita yang akan digunakan secara bersamaan dengan kondisi air yang ditampung menggunakan ember, tidak tersedianya sabun untuk mencuci tangan serta tidak tersedianya tisu untuk mengeringkan daerah kewanitaan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Swasta Kota Bandung.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11 April 2023, peneliti telah melakukan perbandingan antara beberapa sekolah SMP Negeri dan SMP Swasta diperoleh bahwa masalah sangat dominan terjadi di SMP Swasta. Sehingga peneliti melakukan berupa wawancara singkat mengenai pengertian keputihan, tanda gejala dan cara membersihkan daerah kewanitaan pada 20 orang siswi di beberapa SMP Swasta Kota Bandung. Sebagian besar siswi sudah mengetahui bahwa keputihan merupakan keluarnya cairan/lendir dari vagina berwarna putih susu/kekuningan, didapatkan 5 orang sering mengalami keputihan dengan keputihan berwarna bening transparan sebanyak 9 orang, berwarna putih susu sebanyak 6 orang, dan berwarna kekuningan sebanyak 5 orang, disertai gatal sebanyak 12 orang dan berbau sebanyak 8 orang. Cara membersihkan daerah kewanitaan, sebanyak 15 orang tidak pernah mencuci tangan sebelum maupun setelah menyentuh daerah kewanitaan dan seluruh remaja putri tidak pernah mengeringkan daerah kewanitaan setelah membersihkannya.
Berdasarkan tingginya angka kejadian keputihan dan buruknya cara remaja putri dalam membersihkan daerah kewanitaan yang telah diuraikan pada latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri di SMP Swasta Kota Bandung.
Metode
Jenis penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan analisis korelasi. Populasi penelitian adalah remaja putri yang ada di kota Bandung berjumlah 190.043 remaja putri. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 100 remaja putri. Intrument penelitian menggunakan kuisioner perilaku vulva hygiene sebanyak 10 soal dan kuisioner kejadian keputihan sebanyak 4 soal yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas pada 20 remaja putri. Analisis univariat menjelaskan tentang karakteristik responden, perilaku vulva hygiene, kejadian keputihan dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n: 100)
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Usia
10-12 tahun 50 50.0
13-15 tahun 50 50.0
Kelas
VII 50 50.0
VIII 50 50.0
Menstruasi
Sudah 100 100.0
Belum 0 0
Pertama Menstruasi
Sejak 1 tahun yang lalu 61 61.0
Sejak >1 tahun yang lalu 39 39.0
Sumber Informasi Vulva Hygiene
Masyarakat (Orangtua, guru, teman) 75 75.0
Petugas kesehatan 17 27.0
Media sosial (TV, Instagram, Twitter, Radio, Facebook, Tiktok, dll)
8 8.0
Sumber Informasi Keputihan
Masyarakat (Orangtua, guru, teman) 84 84.0
Petugas kesehatan 9 9.0
Media social (TV, Instagram, Twitter, Radio, Facebook, Tiktok, dll)
7 7.0
Total 100 100.0
Pada Tabel 4.1 diketahui responden usia 10-12 tahun dan 13-15 tahun masing-masing sebesar (50%), responden kelas VII dan VIII masing-masing sebesar (50%), seluruh responden sudah mengalami menstruasi sebesar (100%), lebih dari separuh responden yang pertama kali mengalami menstruasi sejak 1 tahun yang lalu sebesar (61%), lebih dari separuh responden mendapatkan informasi tentang vulva hygiene dari masyarakat (orangtua, guru, teman) sebesar (75%) dan lebih dari separuh responden mendapatkan informasi tentang keputihan dari masyarakat (orangtua, guru, teman) sebesar (84%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perilaku Vulva Hygiene (n: 100)
Perilaku Vulva Hygiene Frekuensi Presentase (%)
Buruk 68 68.0
Baik 32 32.0
Total 100.0 100.0
Pada Tabel 4.2 diketahui lebih dari separuh responden dengan perilaku vulva hygiene buruk sebesar (68%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan (n: 100)
Kejadian Keputihan Frekuensi Presentase (%)
Tidak mengalami keputihan 41 41.0
Mengalami keputihan 59 59.0
Total 100.0 100.0
Pada Tabel 4.3 diketahui lebih dari separuh responden yang mengalami keputihan sebesar (59%).
Pembahasan
1. Perilaku Vulva Hygiene
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui, lebih dari separuh responden memiliki perilaku vulva hygiene buruk sebesar (68%). Lebih dari separuh responden mendapatkan informasi tentang vulva hygiene dari orangtua saja dan masih kurangnya sarana prasarana yang disediakan sekolah untuk melakukan vulva hygiene yang baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Fatkhuli Janah et al., (2016) yang menjelaskan bahwa keberadaan sarana prasana menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam perilaku vulva hygiene, karena dengan adanya sarana prasarana yang memadai akan mendukung seseorang untuk berperilaku vulva hygiene yang baik.
Vulva hygiene merupakan hal yang sangat penting bagi wanita dan sangat penting untuk dipelajari sejak dini agar memiliki pengetahuan yang baik, karena pengetahuan yang baik akan mempengaruhi perilaku seseorang sehingga dapat mengurangi terjadinya keputihan pada remaja putri (Yuliarti, Wahyudi and Wahyudi, 2021). Faktor yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene menurut
Dilapanga & Mantiri, (2021) yaitu : 1) faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan tradisi, 2) faktor pemungkin (presipitasi) antara lain usia, status ekonomi, pendidikan, sumber daya serta sarana dan prasarana 3) faktor pendorong atau penguat antara lain tokoh yang menjadi panutan seperti tokoh agama, masyarakat, dan kesehatan. Faktor predisposisi dan faktor presipitasi memiliki keterkaitan, dimana pengetahuan yang baik tentang vulva hygiene tidak akan berjalan baik jika keadaan sarana prasarana kurang memadai.
Selain hal tersebut, vulva hygiene juga dapat dipengaruhi oleh usia dan pendidikan. Pada penelitian usia 10-15 tahun, remaja merupakan kelas VII dan VIII dimana remaja masih memiliki informasi yang sedikit tentang kebersihan area kewanitaan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Hamidah et al., (2021) yang menjelaskan bahwa usia remaja mempengaruhi personal hygiene, dimana remaja putri berusia 16-19 tahun memiliki perilaku personal hygiene yang lebih baik dibandingkan dengan usia kurang dari 16 tahun karena semakin bertambahnya usia akan memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih banyak.
2. Tingkat Kejadian Keputihan
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui lebih dari separuh responden mengalami keputihan sebesar (59%). Beberapa responden mengatakan mengalami keputihan seperti berwarna kekuningan disertai bau tidak sedap. Keputihan merupakan kondisi dimana keluarnya cairan atau lendir dari vagina berwarna putih susu, kuning/kehijauan yang dapat disebabkan oleh kuman (Salamah, Kusumo and Mulyana, 2020).
Penyebab keputihan yaitu, kurang menjaga kebersihan area vagina, stress yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan hormon, penggunaan obat-obatan berlebih seperti antibiotik dalam jangka lama dan juga dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, virus, parasit (Suminar et al., 2020). Lebih dari separuh responden mengalami keputihan dan memiliki perilaku vulva hygiene buruk karena kurangnya pengetahuan tentang vulva hygiene serta kurangnya sarana prasana yang mendukung. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Astuti et al., (2018) bahwa banyak wanita yang tidak menghiraukan persoalan keputihan, padahal keputihan dapat menyebabkan kemandulan, suatu gejala awal kanker rahim yang dapat berujung kematian dan dapat menekan kejiwaan seseorang.
Keputihan normal dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri wanita dan keputihan patologis yang berlangsung secara terus menerus dapat menggangu fungsi reproduksi wanita terutama pada bagian indung telur yang dapat menyebabkan infertilitas (Setyarini et al., 2023). Pada penelitian ini diketahui bahwa lebih dari separuh responden mengalami keputihan karena kurang menjaga kebersihan area kewanitaan. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Kholisotin et al., (2021) yang menjelaskan bahwa tidak menjaga kebersihan alat reproduksi akan menimbulkan dampak yaitu terkena jamur/kutu, rasa gatal yang menyebabkan rasa tidak nyaman, keputihan, resiko terjadi kanker rahim.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Setyarini et al., (2023) bahwa terdapat cara untuk mencegah keputihan yaitu : 1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh daerah kewanitaan, 2) Menggunakan air bersih yang mengalir, 3) Menjaga kebersihan alat kelamin (membersihkan dari depan ke belakang atau vagina ke anus), 4) Menjaga kebersihan pakaian dalam, 5) Menjaga daerah kewanitaan tetap kering dan tidak bertukar handuk, 6) Hindari menggunakan celana dalam yang ketat dan gunakan celana berbahan katun, 7) Mengganti celana dalam sehari 2 kali, 8) Lakukan penggantian pembalut secara sering dan saat dirasa sudah penuh (tidak lebih dari 6 jam), 9) Hindari penggunaan pantyliner yang terlalu lama, 10) Mencukur bulu kemaluan secara berkala (1-2 bulan sekali), 11) Melakukan pola hidup sehat, 12) Menghindari stress berkepanjangan.
3. Hubungan Perilaku Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di beberapa SMP Swasta Kota Bandung dengan 100 responden, diketahui pada tabel 4.4 menunjukan bahwa lebih dari separuh responden memiliki perilaku vulva hygiene buruk dan mengalami keputihan sebesar (54%) serta respoden yang memiliki perilaku vulva hygiene baik dan mengalami keputihan sebesar (28%). Hasil uji chi-square didapatkan nilai signifikan 0,001 (<0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMP Swasta Kota Bandung.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Yuliarti et al., (2021) bahwa ada hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi SMA dengan p-value sebesar 0,001. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti et al., (2018) menunjukan bahwa ada hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada mahasiswi dengan p-value sebesar 0,001.
Menurut penelitian Izzah et al., (2022) terdapat hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada mahasiswi dengan p-value 0,035.
Keputihan merupakan kondisi dimana keluarnya cairan dari vagina berwarna putih susu, kuning/kehijauan yang dapat disebabkan oleh kuman (Salamah, Kusumo and Mulyana, 2020).
Keputihan dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan area kewanitaan. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Kholisotin et al., (2021) yang menjelaskan bahwa tidak menjaga kebersihan alat reproduksi akan menimbulkan dampak yaitu terkena jamur/kutu, rasa gatal yang menyebabkan rasa tidak nyaman, keputihan, resiko terjadi kanker rahim.
Vulva hygiene dapat dilakukan dengan cara membersihkan area kewanitaan dengan air bersih, menggunakan air yang mengalir, membasuh vagina dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) untuk menurunkan resiko terjadinya keputihan pada remaja (Astuti, Wiyono and Chandrawati, 2018). Oleh karena itu edukasi mengenai vulva hygiene dan keputihan sangat baik dilakukan untuk manambah pengetahuan remaja putri dan memperbaiki perilaku vulva hygiene yang buruk. Vulva hygiene memiliki manfaat yaitu : 1) Menjaga vagina dan daerah sekitar vagina tetap bersih dan nyaman, 2) Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap, dan gatal-gatal, 3) Menjaga pH vagina tetap normal (3,5-4,5) . Adanya hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan, dikarenakan kurangnya menjaga
kebersihan area kewanitaan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor pengetahuan, usia, sarana dan prasarana yang dapat menimbulkan dampak salah satunya yaitu keputihan. Adapun upaya atau strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian keputihan pada remaja putri, dengan melakukan kerjasama antara petugas kesehatan dan pihak sekolah untuk mengedukasi remaja tentang vulva hygiene dan kejadian keputihan.
Bagian ini menyajikan hasil penelitian. Hasil penelitian dapat dilengkapi dengan tabel, grafik (gambar), dan/atau bagan. Bagian pembahasan memaparkan hasil pengolahan data, menginterpretasikan penemuan secara logis, mengaitkan dengan sumber rujukan yang relevan.
Setiap tabel atau gambar diberi nomor urut, judul, yang sesuai dengan isi tabel dan gambar, dan sumber kutipan jika ada. Sumber kutipan ditulis di bawah gambar atau tabel, jenis huruf Times New Roman ukuran 10. Judul tabel ditulis di atas tabel dan judul gambar ditulis di bawah gambar. Tabel atau gambar harus diletakkan di dalam body text dan memenuhi standar untuk dicetak.
KESIMPULAN
Hasil uji Chi-Square diperoleh sig 0,001(<0,05), ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMP Swasta Kota Bandung.
Daftar Pustaka
Afriani, D. (2022) Pendidikan Seks Bagi Remaja. Penerbit NEM.
Arifiani, I.R.D. And Samaria, D. (2021) ‘Gambaran Pegetahuan, Sikap, Dan Motivasi Terkait Vulva Hygiene Pada Remaja Wanita Di Rw 02 Bojong Menteng, Bekasi’, Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 5(1), P. 30. Available At: Https://Doi.Org/10.52020/Jkwgi.V5i1.2579
Astuti, H., Wiyono, J. And Chandrawati, E. (2018) ‘Hubungan Perilaku Vaginal Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Di Asrama Putri PSIK UNITRI Malang’, Nursing News, 3.
BPS (2020) ‘Jumlah Penduduk Kota Bandung 2018-2020’. Available At:
Https://Bandungkota.Bps.Go.Id/Indicator/12/32/1/Jumlah-Penduduk.Html.
BPS (2021) ‘Jumlah Sekolah SMP 2019-2021’. Available At:
Https://Bandungkota.Bps.Go.Id/Indicator/28/581/1/Jumlah-Sekolah-Smp.Html.
BPS (2022) ‘Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi Interim Di Provinsi Jawa Barat 2021-2023’. Available At: Https://Jabar.Bps.Go.Id/Indicator/12/731/1/Jumlah-Penduduk-Hasil-Proyeksi-Interim-Di- Provinsi-Jawa-Barat-Menurut-Kabupaten-Kota-Dan-Jenis-Kelamin.Html.
Dilapanga And Mantiri, J. (2021) Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish.
Ekawati, D. Et Al. (2021) ‘Efektivitas Penyuluhan Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa Di SDN No.29 Cini Ayo Jeneponto’, Jurnal Inovasi Penelitian, 2(7), Pp. 2057–2064.
Fatkhuli Janah, A., Sampurno Ridwan, E. And Wahyuningsih, W. (2016) ‘Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta’, Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 1(2), P. 66. Available At:
Https://Doi.Org/10.21927/Jnki.2013.1(2).66-70.
Hamidah, E.N.H., Realita, F. And Kusumaningsih, M.R. (2021) ‘Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Putri’, Community Of Publishing In Nursing, 10, Pp. 258–265.
Hanifah, N.N. (2022) ‘Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene Di Pondok Pesantren Budi Utomo Surakarta’, SEHATMAS: Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 1(4), Pp.
679–686. Available At: Https://Doi.Org/10.55123/Sehatmas.V1i4.974.
Humairoh, F., Musthofa, S.B. And Widagdo, L. (2018) ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Vulva Hygiene Pada Remaja Putri Panti Asuhan Di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang’, Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal), 6(1), Pp. 745–752.
Izzah, I., Setianingrum, P.D. And Kotimah, A. (2022) ‘Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Vulva Hygiene Dengan Kejadian Flour Albus (Keputihan) Pada Mahasiswa Santri Pondok Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta Tahun 2022’, 1(November).
Juliansyah And Zulfani, S. (2021) ‘Upaya Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri Melalui Penyuluhan Keputihan (Flour Albus) Pada Siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sintang’, Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 1(2), Pp. 228–240.
Kholisotin, K. Et Al. (2021) ‘PKM Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri Mengenai Vulva Hygiene Dalam Upaya Promotif Dan Preventif Di SMP Nurul Jadid’, GUYUB: Journal Of Community Engagement, 2(3), Pp. 601–618. Available At: Https://Doi.Org/10.33650/Guyub.V2i3.2762.
Lewaherilla, N.C. Et Al. (2022) Perilaku Organisasi (Konsep, Teori, Dan Aplikasi). Edited By Hartini.
Bandung: Media Sains Indonesia.
Melina, F. And Ringringringulu, N.M. (2021) ‘Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta’, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta [Preprint].
Ningsih, E.S., Susila, I. And Safitri, O.D. (2021) Kesehatan Reproduksi Remaja. Media Sains Indonesia.
Peronika, C., Destariyani, E. And Yanniarti, S. (2022) ‘Hubungan Pengetahuan Personal Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri’, Jurnal Besurek Jidan [Preprint], (2018).
Prisusanti, R.D. Et Al. (2022) Keterampilan Klinik Praktek Kebidanan. Edited By S. Andarwulan. Aceh:
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Salamah, U., Kusumo, D.W. And Mulyana, D.N. (2020) ‘Faktor Perilaku Meningkatkan Resiko Keputihan’, Jurnal Kebidanan, 9(1), P. 7. Available At: Https://Doi.Org/10.26714.
Setyarini, A.I. Et Al. (2023) Obstetri Dan Ginekologi Untuk Kebidanan. 1st Edn. Edited By N. Sulung And I. Melisa. PT Global Eksekutif Teknologi Anggota IKAPI No.033/SBA/2022.
Suminar, E.R. Et Al. (2020) Keputihan Pada Remaja. Yogyakarta: Penerbit K-Media (1).
Susilawati, E. Et Al. (2022) Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dan Perimenopause. Edited By R.
Widyastuti. Bandung: Media Sains Indonesia.
Trisnawati, I. (2018) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputihan Patologis Pada Wanita Usia Subur Yang Bekerja Di PT Unilever Cikarang Bekasi’, Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 9(1), Pp. 45–50.
Wahyuningrum, A.D. Et Al. (2022) Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Prakonsepsi. Edited By Y.S.
Rosyad. Bandung: Media Sains Indonesia.
Yuliarti, N.D., Wahyudi And Wahyudi, C.T. (2021) ‘Hubungan Perilaku Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi SMA’, Journal Of Nursing Research, 1(1), Pp. 9–14.