• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PHUBBING SMOMBIE DAN NOMOPHOBIA TERHADAP PERILAKU MANUSIA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN PHUBBING SMOMBIE DAN NOMOPHOBIA TERHADAP PERILAKU MANUSIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PHUBBING SMOMBIE DAN NOMOPHOBIA TERHADAP PERILAKU MANUSIA

Resha Khofila1, Muhammad Putra Dinata Saragi2, M Alif Erhanda Lubis3, Fildzah Ghaisani4

1,2,3,4

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Co-Author: [email protected] - 081362076198

Info Artikel

Masuk : 10/02/2023

Revisi : 15/05/2023

Diterima : 16/05/2023 Alamat Jurnal

https://ojs.uniska- bjm.ac.id/index.php/A N-NUR/index

Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia disseminated below https://creativecommons.

org/licenses/by/4.0/

Abstract : The use of gadgets that are not wise and proportional has caused a person's social, mental, and medical problems. Phubbing and smombies are one of the impacts of this problem. Phubbing stands for phone snubbing which refers to the behavior of people who are more focused on using gadgets than interacting with people or the environment around them.

Smombie is a person who constantly uses a smartphone, cellphone, or gadget while walking. Or pedestrians who focus on their cellphones without paying attention to their surroundings. While Nomophobia refers to

"anxiety about not having access to cell phones or cell phone services.

Human behavior is essentially a process of individual interaction with the environment as a biological manifestation that he is a living being. The behavior of someone who is exposed to phubbing, smombie, or nomophobia is the result of a response to the behavior of those who have been in the habit of using smartphones since childhood. Phubbing, smombie, and nomophobia greatly affect the life of everyone who experiences it such as safety, mental health, social interaction with other people, a person can be affected by this excessive use of cellphones.

Keywords: Phubbing, Smombie, Nomophobia, Human Behaviors

(2)

PENDAHULUAN

Handphone adalah alat telekomunikasi elektro 2 arah yang gampang buat dibawa kemana-mana & mempunyai kemampuan buat mengirimkan pesan berupa suara, gambar &

informasi. Dalam kehidupan sehari-hari waktu ini tentunya insan hampir saja tidak sanggup tanggal berdasarkan yang namanya handphone. Apalagi kini menggunakan perkembangan teknologi yang menciptakan handphone mempunyai banyak sekali manfaat & kegunaan pada saat yang bersamaan. Bukan hanya dipakai buat indera berkomunikasi tetapi kini ini handphone pula bisa dipakai buat media hiburan, usaha & pula bisa dipakai buat banyak sekali kegunaan lainnya. Bahkan waktu ini kata handphone atau telefon gengam sudah berubah sebagai smartphone lantaran mempunyai banyak sekali fungsi & pula manfaat cerdas yang bisa mempermudah segala urusan insan.

Mungkin seorang itu tidak bisa buat berjauhan sehari saja menurut ponsel mereka lantaran kebutuhan kabar & komunikasi. Akan tetapi, apabila rasa cemas & takut hiperbola jika kehilangan atau berada jauh menurut ponsel, syarat tadi adalah tanda-tanda nomofobia.

Semakin sophisticated ilmu pengetahuan & teknologi, seorang akan sebagai semakin tidak sanggup terpisahkan menurut eksistensi ponsel-ponsel pandai atau smartphone. Dimanapun

& kapanpun, hampir seluruh individu sentiasa sibuk menggunakan telefon genggam masing- masing, sebagai akibatnya mereka akan mencicipi kehilangan yg mendalam apabila tidak memegang ponselnya meskipun hanya pada saat sebentar.

Menurut output penelitian rakyat memakai alat teknologi komunikasi, misalnya handphone & internet menjadi alat multifungsi, lantaran rakyat bisa memakai teknologi ini secara positif ataupun negatif tergantung pada setiap individu. Sebagai model positif menurut penggunaan teknologi komunikasi merupakan memanfaatkan teknologi ini buat menolong mereka pada proses hubungan menggunakan famili & saudara-mara, proses ekonomi/perdaganngan atau usaha & jua proses pembelajaran atau terkait menggunakan pengembangan global pendidikan. Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang perlu dicemaskan pada penggunaan teknologi komunikasi sang rakyat misalnya penggunaan nir sinkron kondisi. Misalnya, menggunakan handphone ketika sedang berada dalam kelas untuk sms-an dengan pacar, menggunakan handphone saat berjalan atau bahkan mengabaikan keadaan sekitar hanya demi handphone. Tidak jarang juga banyak yang memakai fasilitas internet buat mengakses situs-situs porno, & lain-lain. Kemudian pula acapkali muncul konflik famili diakibatkan menggunakan adanya interaksi gelap (selingkuh), berawal berdasarkan adanya komunikasi melalui hanphone ataupun melalui sms tersebut.

Barangkali jika ditangan yang benar dan dengan penggunaan yang baik, handphone ini mempunyai manfaat yang besar sekaligus mempermudahkan kita buat mengakses segala bentuk kebutuhan hidup kita. Dalam arti yang lain, handphone ini seperti sebuah pisau yang dalam kegunaan dapat membantu memudahkan untuk memasak dan dapat membunuh serta berbahaya jika di tangan yang salah.

Berdasarkan penyalahgunaan handphone yang kita dapatkan pada masa sekarang ini membawa kita kepada istilah yang jarang didengar yaitu istilah phubbing, smombie, dan nomophobia. Ketiga istilah tersebut sangat berkaitan rapat antara satu sama lain mengenai kelakuan manusia yang tidak bisa mengkontrol diri mereka dari tidak menggunakan smartphone walau dalam waktu sehari saja. Istilah-istilah ini kedengaran sangat baru di negara Indonesia namun ia telah banyak mendapat perhatian dari negara Eropa sehingga ada

(3)

penelitian yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi perilaku yang berkaitan dengan istilah phubbing, smombie, dan nomophobia ini.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengkolaborasikan secara komprehensif terkait makna istilah phubbing, smombie, dan nomophobia agar dapat berguna untuk peneliti- peneliti yang akan mengkaji hal ini di masa depan. Jejaring sosial dan aplikasi pesan instan WhatsApp, Facebook, Instagram, dll, mereka adalah salah satu penyebab utama kecanduan ini di kalangan orang dewasa, remaja, dan bahkan anak-anak. Mereka memungkinkan kita untuk berkomunikasi kapan saja dengan siapa saja, menawarkan informasi yang luas tentang kehidupan kita, teman, hobi, kegiatan dan rutinitas yang kita ceritakan dan foto. Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan perilaku seseorang melalui ketiga istilah tersebut dan dampaknya bagi perilaku manusia, baik yang muda sampai yang sudah lanjut usia.

METODE

Untuk menemukan pemahaman tentang phubbing, smombie dan nomophobia penulis disini menggunakan pendekatan penelitian dengan metode penelitian kualitatif.

Koentjaraninggrat menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan kajian pada bidang ilmu umani dan humanisme menggunakan aktivitas menurut disiplin ilmiah buat mengumpulkan, mengkelaskan, menganalisis, & menafsirkan warta-warta dan interaksi- interaksi antara warta-warta alam, masyarakat, kelakuan & rohani insan buat menemukan prinsip-prinsip pengetahuan & metode-metode baru pada bisnis menggapai hal-hal tersebut.

Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat naratif & cenderung memakai analisis menggunakan pendekatan induktif. Penonjolan proses penelitian & pemanfaatan landasan teori dilakukan supaya fokus penelitian sinkron menggunakan keterangan di lapangan. Selain itu landasan teori jua berguna buat menaruh citra generik mengenai latar belakang penelitian & menjadi bahan pembahasan output penelitian. Metode penelitian ini memakai metode kualitatif. Jenis pendekatan yang dipakai merupakan pendekatan studi kasus. Di sini peneliti menggunakan pendekatan studi kasus intrinsik, yaitu penelitian yang dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian peneliti terhadap suatu kasus khusus.

Penelitian ini dilakukan guna memahami secara jelas tentang kasus tersebut, tanpa harus dimaksudkannya untuk menghasilkan teori.

Dengan metode kulitatif tersebut maka data yang diperoleh akan lebih menyeluruh dan bermakna, sehingga tujuan dari penelitian ini bisa tercapai dengan baik. Selain itu juga, data berupa proses kerja, perasaan, norma, keyakinan, sikap mental dana budaya yang dianut oleh tiap-tiap anak maupun kelompok yang ada di lokasi penelitian dapat ditemukan dengan metode kualitatif ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian ini mendapatkan bahwa perilaku seseorang yang terkena phubbing, smombie, atau nomophobia ini adalah hasil tindak balas dari kelakuan mereka yang sudah kebiasaan menggunakan smartphone sejak kecil lagi. Sehingga, sudah sulit bagi mereka untuk berjauhan dari kebiasaan tersebut. Perilaku ini sangat mempengaruhi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial karena menjejaskan hubungan mereka dengan orang sekitar mereka. Perilaku manusia merupakan kondisi yang situasional dimana perilaku seseorang

(4)

akan berbeda pada situasi yang berbeda. Ciri perilaku manusia ini ada kaitannya dengan phubbing, smombie, dan nomophobia yang dialami seseorang. Manusia yang mengalami ketiga masalah ini, sudah tentu mempunyai kepekaan sosial yang kurang memuaskan.

Artinya di sini mereka tidak dapat menjalin hubungan baik dengan orang sekeliling mereka dan tidak pandai berkomunikasi dengan orang lain.

Pembahasan

Kemajuan sains, teknologi liputan & komunikasi sudah membawa perubahan dalam seluruh dimensi kehidupan insan khususnya generasi Z ketika ini cita rasanya seluruh aspek kepentingan hidup secara simpelnya telah terdapat pada handphone mulai berdasarkan berkomunikasi sampai pesan kuliner dan tiket perjalanan. Sejatinya, produk teknologi diciptakan buat membantu mempermudah & menuntaskan perkara kehidupan insan. Di sisi lain, teknologi jua bisa menghadirkan rumpun problema sosial, mental, & medikal. Bukanlah sebagai suatu hal yang menghairankan, sekarang sudah lahir persimpangan gagasan terkait progrestivitas dalam kemajuan & pragmatisme dalam pemanfaatan produk teknologi.

Generasi Z (1995-2012) sebagai subjek empuk pengguna gadget yang rawan pada masa kini.

Situasi tersebut digambarkan melalui beberapa istilah yang diberikan kepada individu yang mengalami masalah itu seperti istilah phubbing, smombie, dan nomophobia. Istilah phubbing, smombie, dan nomofobia sendiri belum banyak dikenal dalam kalangan masyarakat serta belum banyak kajian penelitian yang dilakukan keatas istilah-istilah ini di negara Indonesia sendiri. Namun pada hakikat dasarnya, istilah-istilah ini sudah melekat pada diri tiap masyarakat tanpa disadari.

Phubbing

Istilah phubbing atau singkatan dari kata “phone” dan “snubbing” bisa dimaknai sebagai kelakuan yang mengabaikan orang lain karena perhatiannya lebih tertumpu kepada telefon genggam yang dipegangnya. Fenomena baru ini wujud karena ketergantungan insan terhadap smartphone sampai membuat masyarakat sebagai lebih apatis terhadap lingkungan karena terlalu fokus menggunakan apa yang terdapat pada tangannya. kenyataan phubbing akibat keluarnya smartphone dapat dianalisis dengan memakai teori ketergantungan media.

Secara sederhana, teori ini ingin menegaskan bahwa semakin seseorang mengandalkan kebutuhannya waktu memakai media, semakin penting kiprah media pada kehidupan seseorang, hal ini akan menaruh dampak yang lebih besar dalam individu yang bersangkutan.

Meskipun media yang diacu teori ini adalah media massa, namun dalam perkembangannya media baru misalnya smartphone jua mempunyai ciri yang seperti dengan media massa.

Konvergensi Media membuat Media Massa Menyenangkan Melalui Media smartphone.

Selain itu, phubbing sering terjadi karena pengguna smartphone tidak mampu menggunakan teknologi dengan bijak akibat kebosanan dan percakapan yang tidak menarik.

Hampir semua dari beberapa ahli mengungkap definisi dari phone snubbing, mengarah kepada "tindakan yang mengabaikan orang lain saat berkomunikasi dengan mengalihkan perhatian mereka ke gadget". Phubbing didefinisikan sebagai perilaku mengabaikan ketika berkomunikasi dengan orang lain dengan beralih ke gadget (ponsel, ponsel pintar, laptop dan lain-lain) hanya untuk memeriksa pesan, melihat media sosial dan hanya membuka gadget tanpa ada tujuan. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2018, berkenaan dimensi phubbing menemukan sekurang-kurangnya ada tiga dimensi phubbing dan indikator

(5)

perilakunya. Dimensi phubbing yang pertama adalah mengabaikan orang lain dan beralih ke gadget. Perilaku mengabaikan orang lain ini memiliki indikator perilaku seperti:

1) Tidak mau memulai bicara dengan orang lain dan memilih bermain handphone, 2) Tidak bisa menjadi pendengar yang baik dan memilih handphone;

3) Tidak menanggapi orang lain saat pembicaraan dengan mereka dan memilih gadget.

Kemudian, dimensi yang kedua adalah ketergantungan pada gadget. Ketergantungan pada gadget ini memiliki indikator perilaku seperti:

1) Tidak bisa tanpa gadget;

2) Luangkan lebih banyak waktu untuk gadget.

Dan ketiga, dimensi phubbing adalah keterputusan sosial. Keterputusan sosial yang memiliki indikator perilaku seperti seperti:

1) Tidak tertarik dengan kegiatan sosial dan lebih tertarik pada gadget;

2) Menghindari pergaulan situasi interaksi dan lebih suka bermain dengan gadget mereka.

Setiap dimensi telepon snubbing ini memiliki indikator perilaku yang menunjukkan seseorang ditunjukkan sebagai phubber atau orang yang melakukan phubbing.

Smombie

Kata 'smartphone' dan 'zombie' (smombie) merupakan istilah baru yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan dimana seseorang akan menjadi seperti 'zombie' saat sedang dengan ponselnya, sehingga tidak peduli dengan lingkungan sekitar di sekeliling mereka. Ketergantungan pada smartphone untuk aktivitas sehari-hari terus meningkat, dan sejumlah besar pejalan kaki saat ini terus-menerus terpaku pada layar smartphone mereka.

Mereka rentan untuk berjalan dari trotoar atau bertabrakan dengan pejalan kaki lainnya dan berkurangnya perhatian atau kesadaran situasional terhadap keadaan mereka ketika itu.

Golongan ini tidak menyadari potensi risiko saat menggunakan handphone mereka ketika berjalan atau mengemudi. Dilansir dari laman web Woman Indonesia, (2019) smombie ini berpotensi mendapatkan kecelakaan di jalan karena mereka tidak fokus pada keadaan mereka ketika itu. Pada tahun 2017, menurut data dari Sistem Analisis Kecelakaan Lalu Lintas, lebih dari 1.600 pejalan kaki terbunuh dalam kecelakaan terkait mobil, yaitu sekitar jumlah 40 persen dari total kematian lalu lintas.

Kecanduan smartphone telah menjadi kenyataan yang diterima oleh semua orang.

Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penggunaan smartphone di jalan sambil berjalan sangat umum di kalangan populasi muda. Istilah "smombie" atau smartphone zombie telah diciptakan untuk perilaku ini. Perilaku seperti itu menyebabkan berkurangnya perhatian yang diberikan kepada pejalan kaki dan pengemudi lain serta dapat mengakibatkan kecelakaan atau tabrakan. Namun, tidak ada data pasti tentang seberapa banyak orang yang menggunakan telepon saat mereka sedang berjalan di jalan.

Di negara China, ada istilah lain yang diberikan kepada seseorang yang menjadi smombie, yaitu istilah ‘suku kepala tertunduk’. Istilah ini dilihat Memanfaatkan bahasa sosial dibanding penyakit medis, & pula terasa lebih dekat menggunakan pengalaman kehidupan kita. Bukan sekedar itu, beberapa kata lain turut diberikan misalnya mǔ zhǐ zú (拇指) atau 'suku jempol' yaitu gelaran buat orang yang tidak pernah berhenti mengetik. Terminologi itu asal berdasarkan Jepang, yang mana oyayubizoku (拇指族) - 'klan jempol' - pertama kali timbul buat menggambarkan remaja yang lebih lancar menulis pesan daripada berbicara.

(6)

Istilah-kata ini serupa menggunakan kata smombie yang mendeskripsikan seorang yang lengket menggunakan handphone mereka. Istilah smombie meraih Youth Word of the Year (Kata Anak Muda buat Tahun 2015) pada Jerman, meskipun sebenarnya kata itu lebih poly dipakai sang orang yang lebih tua buat menggambarkan hal yang jelek dillakukan anak muda.

Negara Jerman sebagai negara pertama pada global yang memasang lampu kemudian lintas pada trotoar, yang dirancang buat menghentikan 'smombies' berjalan pada depan bis.

Keintiman smartphone & penggunanya telah mencapai dalam klimaks yang amat mengkhawatirkan. Menurut data yang diliris Consumer Product Safety Commission pada Amerika Serikat setidaknya dalam tahun 2014 masih ada lebih menurut 2500 pejalan kaki yang wajib dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) buat menerima penanganan medis terkait kecelakaan yang dialami saat terlalu asyik memakai smartphone sambil berjalan. Tidak hanya benjol & memar, tetapi para smombie ini jua mengalami tegang otot, diskolasi sendi bahkan patah tulang. Hakikatnya, kelakuan terlalu asyik menggunakan smartphone tidak lagi hanya menciptakan batrei habis, tetapi jua sanggup menciptakan seorang patah tulang bahkan maut. Fenomena smombie ini bisa dianggap jua menggunakan kata yang lebih kekinian yaitu FOMO (Fear of Missing Out) yaitu sebuah ketakutan yang meluas ketika orang lain mungkin memiliki pengalaman berharga, menarik dan menyenangkan. FOMO ditandai dengan keinginan untuk terus terhubung agar Mengetahui apa saja yang dilakukan sang orang lain memalui smartphone & media sosial.

Fenomena mewabahnya smombie ini ditanggulangi menggunakan beberapa kebijakan yang menarik pada beberapa negara. Misalnya, pada Amerika Serikat, sentra perbelanjaan atau perkantoran mulai memperkerjakan seseorang petugas yang spesifik mengawasi para smombie yang berlalu lalang pada depan pintu masuk parkiran. Petugas ini memperingatkan para pengendara yang ingin masuk ke areal parkir supaya tidak menabrak para smombie yang begitu khidmat memandang layar smartphone mereka. Di negara Swedia juga sudah dipasang beberapa marka jalan yang memperingatkan pengendara bahwa mereka wajib berhati-hati &

mengurangi kecepatan lantaran memasuki tempat smombie. Layaknya marka jalan pada zona kondusif sekolah yang acapkali kita temui saat mengantar anak, saudara termuda atau sekedar mengagumi bunda belia yang mengantar anaknya ke sekolah. Sementara itu pada China, trotoar yang sejatinya buat pejalan kaki dibagi sebagai 2 jalur. Jalur cepat buat pejalan kaki saja & jalur lambat buat para smombie, penjalan kaki yang tawaf menggunakan khusyuk beserta smartphone mereka.

Nomophobia

Sedangkan istilah nomophobia menurut Oxford English Dictionary, adalah mengacu pada "kecemasan karena tidak memiliki akses ke ponsel atau layanan ponsel. Istilah nomophobia diciptakan oleh United Kingdom (UK) pada tahun 2008, sebuah organisasi penelitian yang berbasis di Inggris Raya. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengevaluasi kemungkinan kecemasan gangguan terjadi karena terlalu sering menggunakan ponsel. Istilah nomophobia merupakan kependekkan dari kata ‘No Mobile Phone Phobia’

yang digunakan untuk menunjukkan keadaan psikologi seseorang yang merasa takut atau cemas apabila tidak menggunakan konektivitas phone mereka. Istilah nomophobia dibangun berdasarkan definisi yang dijelaskan dalam DSM-IV, yang telah diberi label sebagai "fobia untuk hal-hal tertentu/spesifik". Terdapat beberapa faktor psikologis yang terlibat ketika seseorang terlalu kerap menggunakan ponsel misalnya harga diri yang rendah ataupun

(7)

gangguan kepribadian yang seperti ekstrovet. Selain itu, apa yang memicu kepada gejala nomophobic adalah gangguan mental lainnya seperti fobia sosial atau kecemasan sosial dan gangguan panik. Sebenarnya, sulit untuk membedakan apakah seseorang itu menjadi nomophobic karena kecanduan bermain smartphone mereka atau karena gangguan kecemasan yang terjadi apabila tidak memegang smartphone mereka.

Nomophobia adalah jenis fobia yang ditandai dengan ketakutan berlebihan akan kehilangan ponsel. Orang yang menderita nomophobia selalu hidup dalam kekhawatiran dan selalu waspada untuk meletakkan ponsel mereka, sehingga mereka selalu membawanya kemanapun mereka pergi. Penderita nomophobia bahkan bisa memeriksa ponselnya hingga 34 kali sehari dan sering membawanya ke toilet. Ketakutan ini termasuk kehabisan baterai, melewatkan panggilan atau pesan teks, dan kehilangan informasi penting dari jejaring sosial.

Penelitian dari SecurEnvoy menemukan bahwa sekitar 66 persen pengguna ponsel memiliki nomophobia. Tetapi tingkat nomofobia berbeda dari orang ke orang.

Nomophobia dianggap sebagai suatu gangguan di dunia modern yang telah digunakan untuk menggambarkan ketidaknyamanan atau kecemasan yang disebabkan karena tidak tersedianya ponsel, PC, atau perangkat komunikasi virtual lainnya pada penggunanya.

Nomophobia merupakan istilah yang baru, karena hanya dapat dirasakan pada adanya kemajuan teknologi terutama smartphone sebagai alat komunikasi dan membantu dalam melakukan segala sesuatu. Nomophobia memjadikan penggunanya tidak biasa dalam perilaku dan berdampak terhadap lingkungan sekitar, seperti ketakutan tidak dapat berkomunikasi melalui teknologi mereka, berada jauh dari smartphone, atau tidak terhubung ke situs web.

Pengaruh Phubbing, Smombie dan Nomophobia Terhadap Perilaku Manusia

Membahas mengenai manusia pada dasarnya tidak akan ada penghujungnya karena perilaku manusia sebagaimana yang dinyatakan dalam teori Psikoanalisa Sigmund Freud, bahwa ia sangat dominan dipengaruhi oleh masa lampau, alam bawah sadar, dan dorongan- dorongan biologis yang selalu menginginkan kebahagian yang diimpikan untuk segera tercapai. Teori Freud ini berpendapat bahwa hakikat manusia itu adalah buruk, penuh nafsu, dan berpandukan pada keperluan yang bersifat jasmani. Pernyataan tersebut berbeda pula dengan aliran humanistik yang menyatakan bahwa pada dasarnya manusia itu memiliki kemampuan-kemampuan yang baik. Intinya manusia itu banyak baiknya berbanding buruknya. Manusia dipandang sebagai suatu makhluk yang mempunyai kepemilikan atas kehidupan yang dijalani dirinya sendiri.

Manusia merupakan makhluk individual dan berfungsi sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individual, manusia dilengkapi dengan berbagai potensi, yang satu individu dengan individu lainnya mempunyai sifat, sikap, perilaku dan motivasi yang berbeda. Setiap individu sejak kecil sudah mulai menjalin hubungan psikologis dengan lingkungan sosialnya. Adanya perbedaan individu pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan situasi lingkungan yang dihadapi masing-masing. Termasuklah budaya yang dianggap menjadi faktor utama dalam menumbuhkan sikap dan perilaku termasuk dalam pengamalan agamanya.

Perilaku adalah sekumpulan kegiatan, aktivitas, reaksi, perbuatan, tanggapan, kombinasi gerakan, dan jawaban yang dilakukan oleh seseorang. Contohnya adalah seperti bekerja, proses berfikir, melakukan hubungan seks, dan sebagainya. Perilaku juga diartikan sebagai himpunan dari kegiatan apresiasi dan pengaruh proses perhatian, pengamatan, pemikiran, kekuatan untuk mengingat dan berfantasi tentang seseorang. Meskipun perilaku

(8)

adalah totalitas jawaban, tetapi semua jawabannya sangat tergantung pada karakteristik individu. Pembeda respon terhadap rangsangan yang berbeda disebut determinan perilaku.

Lalu, bagaimana hubungan phubbing, smombie, dan nomophobia terhadap perilaku seseorang?

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mendapatkan bahwa sebanyak 70% orang di lingkungan sekitar penelitian masih dapat mengkontrol dirinya dari ketergantungan terhadap penggunaan handphone di kehidupan sehari-hari. Menurut beberapa hasil wawancara, mengatakan bahwa mereka menggunakan handphone sebatas penggunaan tertentu seperti berkomunikasi dengan orang jauh melalui aplikasi Whatsapp, melakukan research di Google, melakukan transaksi pembelian barang secara online, dan sebagainya. Sedangkan 30% orang lagi tidak dapat mengkontrol dirinya dari penggunaan handphone yang berlebihan. Mereka merasakan kejanggalan jika tidak memegang atau memeriksa handphone dalam waktu yang singkat. Sehingga kekamar mandi saja untuk membuang air besar mereka harus membawa ponsel dengan alasan mereka merasa sunyi jika tidak memegang handphone dan melayari internet.

Hasil dari pengamatan penulis di berbagai tempat mulai dari keluar rumah sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan, sekolah, kantor, mall sampai kendaraan umum, begitu banyak orang disibukkan dengan gadget-nya. Telepon genggam menjadi magnet yang sangat menarik dan menjadi candu, sehingga berkomunikasi melalui dunia maya menjadi kewajiban setiap hari dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Dengan handphone, interaksi sosial yang idealnya harus bertatap muka sekarang tidak harus bertatap muka. Interaksi antar manusia pun kini secara perlahan tergantikan dengan interaksi manusia dengan telepon.

Kapanpun dan dimanapun orang selalu tergantung dengan handphone-nya. Banyak orang yang lebih asyik dengan handphone-nya ketimbang berinteraksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Orang lebih suka cari teman di media sosial ketimbang berkenalan dengan teman satu bangku di kendaraan umum. Terkadang kita berada dalam satu ruangan yang sama namun tidak terlibat dalam sebuah pembicaraan, sibuk dengan handphone masing-masing, asyik dengan dunianya sendiri.

Perilaku tersebut menunjukkan bahwa golongan inilah yang ditunjukkan sebagai pengidap phubbing, smombie, dan nomophobia. Menurut Skinner, perilaku merupakan sebuah respon dari diri sendiri terhadap suatu objek atau benda yang ada disekitarnya. Bisa dipahami di sini bahwa manusia yang mengalami perilaku phubbing, smombie, dan nomophobia adalah hasil dari penggunaan handphone sebagai objek yang mereka gunakan setiap waktu. Mereka yang mengalami keadaan phubbing, smombie, dan nomophobia ini telah berada di luar kawalan diri mereka akibat dari kebiasaan yang telah dilakukan sejak kecil lagi. Perilaku diartikan sebagai aktivitas manusia yang timbul karena adanya stimulasi dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenai individu atau organisme itu.

Berdasarkan makna perilaku di atas, penulis berpendapat bahwa perilaku seseorang yang terkena phubbing, smombie, atau nomophobia ini adalah hasil tindak balas dari kelakuan mereka yang sudah kebiasaan menggunakan smartphone sejak kecil lagi. Sehingga, sudah sulit bagi mereka untuk berjauhan dari kebiasaan tersebut. Ibaratnya, keadaan dimana seorang wanita sudah terbiasa memakai jilbab sejak kecil pasti akan merasa janggal jika

(9)

disuruh untuk membuka jilbabnya dihadapan orang ramai terlepas itu perintah dari Allah Subhanahuwaata’ala terhadap hamba-Nya. Sama dengan individu yang sudah ketagihan bermain dengan telefon genggamnya, jika disuruh untuk tidak membuka atau memeriksa handphone mereka dalam waktu singkat, pasti akan merasa resah dan gelisah karena itu telah menjadi kebiasaan mereka.

Selanjutnya, banyak orang yang suka meng-update statusnya di jejaring sosial yang mendapat simpati ataupun komentar dari teman-temanya di dunia maya. Hal inilah yang membuat seseorang mempunyai perilaku phubbing. Kami merasa mempunyai poly sahabat, serta meskipun kami bisa menjadi orang yang berkomentar dan bersimpati pada global maya, mereka bahkan tak peduli satu sama lain saat kami bertemu. Kita tentu mencicipi perbedaan saat hubungan sosial terjadi secara pribadi daripada hanya secara virtual. Mimik muka, bahasa tubuh, sentuhan, mungkin tidak mampu kita rasakan secara konkret. Menurut salah satu sampel cara ia untuk membagi waktunya antara gadget dan dunia nyata adalah dengan membagi waktu, lima jam dalam sehari untuk bermain handphone dan sisanya berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Menurutnya hal ini sangat membatu ia dalam meminimalisir keadaan agar ia tidak terpengaruh pada handphone. Selain itu, perilaku tidak sopan seperti phubbing ini juga dapat dihindari apabila seseorang pintar mengawal penggunaan handphone mereka.

Konsep smombie mengacu pada pejalan kaki yang menggunakan smartphone sambil berjalan, dengan fisik atau kognitif konsekuensi yang mungkin dimiliki oleh jenis perilaku ini. Perilaku seperti ini sudah jelas dapat memberikan efek yang membahayakan pejalan kaki atau orang lain yang sedang beredar di saat itu, dimana kurangnya keamanan. Efek lain dari perilaku ini mungkin berhubungan langsung dengan cara seseorang berjalan dan terlibat langsung dalam kecelakaan lalu lintas dibandingkan dengan orang yang tidak menggunakan smartphone mereka saat berjalan. Pada tingkat kognitif, kurangnya perhatian saat berjalan dan menggunakan smartphone menyiratkan kurangnya pengakuan terhadap yang lain pejalan kaki, kapasitas kognitif yang lebih rendah, dan perhatian yang lebih besar defisit. Dapat diperdebatkan apakah perilaku smombie mewakili suatu bentuk penggunaan smartphone bermasalah itu sendiri atau tidak. Namun, tidak ada keraguan bahwa perilaku ini merupakan risiko keselamatan. Sepertinya fenomena ini semakin banyak dipelajari di negara dan konteks yang berbeda dan bukti tentang efek dan konsekuensi dari pola perilaku ini adalah meningkat.

Salah satu ciri-ciri perilaku manusia yang dapat membedakan mereka dengan makhluk lain adalah kepekaan sosial. Kepekaan sosial merupakan suatu kemampuan untuk dapat menyesuaikan perilakunya sesuai harapan dan penilaian orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan teman untuk berbicara, berinteraksi, dan bekerja sama dengan orang lain. Perilaku manusia merupakan kondisi yang situasional dimana perilaku seseorang akan berbeda pada situasi yang berbeda. Ciri perilaku manusia ini ada kaitannya dengan phubbing, smombie, dan nomophobia yang dialami seseorang. Manusia yang mengalami ketiga masalah ini, sudah tentu mempunyai kepekaan sosial yang kurang memuaskan. Artinya di sini mereka tidak dapat menjalin hubungan baik dengan orang sekeliling mereka dan tidak pandai berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya, seseorang yang menjadi phubber, yaitu orang mengabaikan teman bicaranya dengan bermain handphone di saat mereka sedang berbicara, menjadikan teman bicaranya itu berkecil hati karena merasa tidak hihormati. Kesannya, akan timbul perselisihan antara mereka akibat kelakuan si phubber tadi.

(10)

Tidak hanya itu, sebagai seorang manusia yang ada di muka bumi ini, perilaku manusia selalu mempunyai orientasi pada suatu tugas tertentu. Perilaku setiap individu akan sangat bersesuain dengan peran mereka kepada masyarakat atau kelompok individu tersebut.

Sebagai contoh, tugas seorang anak adalah mentaati perintah kedua orang tuanya dan melaksanakan arahan yang diberi kepada mereka. Namun, jika seorang anak itu mengalami nomophobia misalnya, yang sering bergantung kepada handphone pada setiap masa sehingga lupa akan tanggungjawab mereka sebagai anak seperti belajar, berbakti kepada orang tua, dan lain-lain pasti tidak akan menjalankan tanggungjawab mereka sebagai anak tersebut.

Dampak Buruk Phubbing, Smombie, Nomophobia Bagi Kehidupan

Hakikatnya, manusia di dunia ini sering melakukan segala sesuatu secara berlebihan, baik itu ketika bekerja, berlebihan ketika makan, bermain bersama teman, atau melakukan kegiatan-kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sedangkan seperti yang kita ketahui, segala sesuatu yang dilakukan secara berlebihan itu tidak baik karena dapat merugikan manusia pada akhirnya walaupun ia adalah sesuatu yang baik pada mulanya.

Misalnya, seorang kutu buku yang berlebihan dalam menelaah pelajaran, sehingga mengabaikan waktu makan dan selalu tidur lewat setiap hari. Kebiasaan seperti itu pada akhirnya akan mengakibatkan ia terkena serangan maag, asam lambung, strok, dan bisa berpengaruh terhadap aktivitas sehari hari mirip, menurunkan daya tahan tubuh, produktivitas menurun, kurangnya konsentrasi, serta emosi tidak stabil. Itulah alasan mengapa kita tidak boleh berlebihan dalam melakukan sesuatu perkara.

Kemudian, setiap perkara yang kita lakukan mempunyai sisi baik dan buruknya masing-masing. Ada kesan baik dan ada kesan buruk. Termasuklah bermain handphone.

Kesan baik handphone membantu dalam kemudahan manusia untuk berkomunikasi dengan orang jauh. Bukan itu saja, manusia menggunakan handphone di mana saja dan kapan pun.

Apalagi masyarakat sekarang sedang hidup di zaman milenial yang membutuhkan kecanggihan teknologi dalam melakukan banyak perkara termasuk berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, seiring dengan majunya perkembangan teknologi ini, telepon genggam juga mengalami perkembangan yang pada awalnya hanya digunakan untuk mengirim dan menerima pesan atau melakukan panggilan maupun menerima panggilan masuk, kini telah dilengkapi dengan fitur internet dan dapat bekerja seperti komputer dan sebab itu ia dianggap sebagai telepon pintar.

Namun begitu, kesan buruk yang diberikan akibat penggunaan handphone yang berlebihan dan tidak dikontrol dengan baik juga tak kalah hebatnya dengan kesan baik dari penggunaannya. Di sinilah timbul istilah phubbing, smombie, dan nomophobia yang menjadi salah satu alasan mengapa handphone tidak baik digunakan secara berlebihan. Seperti yang telah dibahas pada bagian awal pembahasan tadi, istilah phubbing, smombie, dan nomophobia mengacu pada suatu kelakuan manusia yang tidak boleh berjauhan dari handphone karena akan menimbulkan keresahan dalam diri mereka. Tentu saja itu suatu perkara tidak baik karena bisa berdampak pada kesehatan mental, interaksi sosial, dan juga keselamatan diri mereka.

Kita mulai dengan dampak phubbing di mana suatu istilah yang menunjukkan kepada perilaku seseorang yang lebih fokus ke ponselnya walaupun sedang berbicara dengan orang lain pada ketika itu. Perilaku tersebut dianggap tidak mempunyai kesopanan karena tidak menghormati lawan bicara walaupun ia mendengar dan memberi respon kepadanya.

(11)

Hasilnya, orang yang sedang berbicara dengan seseorang yang melakukan phubbing merasa terhina dan tidak dihargai. Perkara ini akan menjejaskan hubungan antara kedua pihak ini baik itu antara teman, orang tua, pasangan kekasih, suami istri, atau siapa pun itu sehinnga menciptakan masalah serius dalam hubungan mereka. Phubbing menimbulkan kecemasan bagi pihak yang terkena phubbing. Misalnya seperti yang terdapat dalam sebuah studi, pasangan yang saling phubbing mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi karena mereka merasa tidak senang dicuekin pasangan mereka. Akibatnya, terjadi perceraian anatar mereka karena karena sudah tidak sepahaman lagi.

Selanjutnya, Orang yang terpapar phubbing menganggap diri mereka tidak bermanfaat serta sangat buruk, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Applied Social Psychology. bagi orang lain. Hal tersebut terjadi karena perasaan si korban phubbing didorong oleh empat ‘kebutuhan mendasar’ yaitu rasa memiliki, harga diri, keberadaan dirinya yang dianggap berarti dan kontrol diri. Di saat seseorang mem-phubbing dirinya, ia akan merasa tidak penting, ditolak, dan dikucilkan orang lain. Kesannya, kesehatan mental si korban terjejas akibat dari kelakuan si phubber tadi. Kemudian, dampak dari perilaku smombie pula mengarah pada keselamatan sseseorang. Smombie atau smartphone zombie adalah suatu perilaku seseorang yang berjalan dengan menatap smartphone-nya dan mereka terlihat berjalan pelan dengan arah kurang beraturan layaknya zombie. Efek umum yang kita ketahui akibat penggunaan handphone yang berlebihan adalah terkena efek blue light, postur tubuh buruk yang membebani leher, dan sebagainya.

Smombie dapat menimbulkan sifat anti sosial, keterasingan diri, kurang komunikasi dan interaksi pribadi maupun sosial serta apatis akan keselamatan dirinya. Misalnya, ketika ia sedang bermain handphone dijalan tanpa menghiraukan lingkungan yang memungkinkan membahayakan keselamatan dirinya, fokusnya hanya tertuju pada satu titik yaitu handphone.

Maka tanpa secara sadar tak sadar ia menghiraukan yang lainnya sehingga memungkinkan ia terkena kecelakaan seperti ditabrak mobil ketika sedang menyebrang, terjatuh dalam parit ketika sedang berjalan, atau juga terhantuk di palang atau bangunan yang ada di sepanjang jalan. Selain itu, ketidakfokusan yang terjadi akibat dari smombie ini akan menjadi fatal apabila orang tersebut sedang melakukan aktivitas berbahaya seperti berkendara, mengoperasikan alat berat, dan lain sebagainya.

Selanjutnya, dampak dari nomophobia, atau kepanjangannya no mobile phone phobia merupakan kondisi seseorang yang secara psikologis selalu merasa takut, gelisah atau tidak nyaman saat tidak memegang ponsel. Salah satu efek dari nomophobia adalah insomnia atau gangguan tidur yang terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur. Rasa tidak mau berpisah dengan smartphone pada malam hari kemudian memberi sugesti pada otak agar terus menerus menggunakannya sehingga mengusir rasa kantuk. Penderita nomophobia biasanya tidak bisa jauh dari smartphone ketika beranjak tidur. Bukan itu saja, nomophobia bisa mengurangkan tahap produktifitas seseorang di kehidupannya. Terlalu sering menggunakan smartphone saat bekerja dapat berpotensi menggangu konsentrasi dalam beraktivitas. Tentunya konsentrasi akan terbagi antara aktivitas dengan aplikasi atau fitur pada smartphone. Akibatnya, banyak pekerjaan yang seharusnya disiapkan pada waktu tertentu tertunda karena tidak dikerjakan.

Nomophobia bisa terjadi karena seseorang berada di bawah tekanan dari teknologi akibat penggunaan kompulsif yang menyebabkan mereka keasyikan, kegagalan untuk mengontrol atau menghentikan penggunaan, nyaman, kehilangan kendali, mengabaikan

(12)

kehidupan lain, berbohong kepada orang-orang lain, dan digunakan sebagai bentuk pelarian ketika suasana hati sedang tidak kondusif. Disebutkan dalam penelitian Gladden (2018) bahwa masalah utama yang dihadapi kebanyakan pengguna smartphone adalah mereka tidak bisa lagi berinteraksi langsung dan lebih suka berkomunikasi melalui perangkat yang ada di berbagai platform. Bahkan orang yang berlebihan dalam menggunakan smartphone memicu kecemasan sosial dan dianggap sebagai pribadi yang kesepian.

Para peneliti mengamati bahwa semakin tinggi tingkat nomophobia yang dialami, semakin besar kemungkinan mereka untuk melakukan tindakan berbahaya atau bahkan ilegal.

Terdapat empat dari 10 peserta menghabiskan rata-rata lebih dari tiga jam sehari menggunakan smartphone mereka, dan penggunaan yang tinggi secara langsung terkait dengan tingkat nomophobia dan risiko masalah kecanduan. Bukanlah suatu perkara yang mengherankan, responden berusia 18-25 tahun memiliki tingkat nomofobia tertinggi, dan pria dua kali lebih mungkin terlibat dalam penggunaan smartphone yang berbahaya daripada wanita. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa orang dengan nomophobia 10 kali lebih mungkin menggunakan ponsel mereka di tempat terlarang, dan 14 kali lebih mungkin menggunakannya dengan cara yang berbahaya, seperti saat mengemudi.

Oleh yang demikian, setelah dilihat secara lebih luas, penggunaan gadget pada anak terdapat sisi positif dan negatifnya, namun apabila dari orang tua sendiri membiarkan anak terus-terusan bermain ponselnya tentu akan tidak baik bagi anak itu sendiri, hal ini akan mempengaruhi aspek sosial dan budaya dimana mereka akan merasa asik dan melupakan perkembangan budaya yang ada di sekitarnya, anak akan terus berfokus pada gadgetnya selama berjam-jam, berfokus dengan dunia maya sehingga tak heran banyak anak sampai orang tua yang meniru budaya kebarat-baratan karena pengaruh gadget yang dimainkan dan penyajian yang ada didalam ponsel tersebut, sehingga apabila dibiarkan terus menerus moral bangsa akan menjadi rusak, rasa peduli terhadap bangsanya sendiri menjadi berkurang bahkan kebudayaan-kebudayaan daerah di bangsa ini bisa saja lenyap sebab masyarakatnya sejak dini sudah tidak meperdulikan atau tidak mengembangkan budaya yang ada.

Penelitian terdahulu terdapat beberapa dampak dari penggunaan gadget, baik dampak positif yang ditimbulkan maupun dampak negatif. Penelitian (ari pratiwi) menjabarkan bahwa penerapan gadget juga memiliki dampak positif bagi remaja, dikarnakan pentingnya gadget bagi pembelajaran siswa bahkan mahasiswa selaku perguruan tinggi yang juga mengandalkan pembelajaran menggunakan gadget. Terdapat pula pada penelitian (nuke aliyya) mencantumkan positif nya penggunaan gadget ialah memudahkan komunikasi bersosial individu, dikarnakan zaman modern di era yang sangat gencar menggunakan gadget sebagai alat komunikasi yang efesien, efektif dan mudah digunakan bagi kalangan manapun. Dampak buruk yang bisa saja ditimbulkan dari remaja kecanduan gadget ialah mampu melanggar aturan disekolahnya, melalaikan setiap aktifitas maupun rutinitas di sekolah, gadget juga mampu mengurangi kinerja konsentrasi anak pada pembelajaran dan mampu memberikan dampak buruk lainnya (diyah oktasari).

Pada intinya penulis mendapatkan bahwa phubbing, smombie, dan nomophobia sangat mempengaruhi kehidupan setiap orang yang mengalaminya. Seperti yang telah dipaparkan di pembahasan tadi, berbagai aspek seperti keselamatan, kesehatan mental, interaksi sosial dengan orang lain seseorang dapat terjejas akibat dari penggunaan handphone yang berlebihan ini. Ini menjadi sesuatu perkara yang perlu dikhawatirkan karena berkait langsung

(13)

dengan keadaan seseorang yang bersangkutan dengan nyawa, tingkah laku mereka sebagai makhluk yang hidup di muka bumi ini.

PENUTUP

Istilah phubbing (phone snubbing), smombie (smartphone zombie), dan nomophobia (no mobile phone phobia) dicipta untuk menggambarkan perilaku orang-orang yang kecanduan bermain handphone, dan merasa resah jika tidak memegang handphonenya dalam waktu sebentar. Istilah ini menunjukkan perilaku seseorang yang sudah terbiasa dengan telefon genggam mereka sehingga menimbulkan kelakuan-kelakuan yang tidak baik.

Misalnya, phubbing, dilakukan ketika seseorang merespon dan berbicara dengan lawan bicaranya namun mata dan jarinya terfokus kepada handphone yang ia pegang. Kesannya, ia dilihat tidak menghargai lawan bicaranya karena tidak memberikan sepenuh perhatian kepada apa yang mereka bicarakan. Kemudian, istilah smombie diberikan kepada seseorang yang sibuk menatap layar handphonenya ketika sedang berjalan kaki. Akibatnya, ia mungkin terkena kecelakaan jika tidak fokus ke arah jalan dan keadaan sekitarnya. Nomophobia pula merupakan istilah untuk orang yang phobia atau merasa takut dan gelisah jika tidak memegang atau memeriksa telefon genggam mereka.

Perilaku phubbing, smombie, dan nomophobia sangat mempengaruhi kehidupan setiap orang yang mengalaminya dan menjadi akibat yang tidak baik. Seperti yang telah dipaparkan di pembahasan tadi, berbagai aspek seperti keselamatan, kesehatan mental, interaksi sosial dengan orang lain seseorang dapat terjejas akibat dari penggunaan handphone yang berlebihan ini. Ini menjadi sesuatu perkara yang perlu dikhawatirkan karena berkait langsung dengan keadaan seseorang yang bersangkutan dengan nyawa, tingkah laku mereka sebagai makhluk yang hidup di muka bumi ini.

Penelitian ini merupakan studi yang berfokus pada satu aspek investigasi mengenai bagaimana hubungan perilaku seseorang manusia terhadap phubbing, smombie, dan nomophobia. Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini tidak melakukan generalisasi atas sejumlah kasus yang telah dikaji, namun lebih kepada menambah pengetahuan para peneliti kualitatif bahwa penelitian ini menegaskan kebenaran tentang dampak yang muncul akibat perilaku phubbing, smombie, dan nomophobia terhadap kehidupan manusia yang menjadi makhluk sosial di dunia ini, seperti tidak pandai berkomunikasi, menanam sikap tidak sopan terhadap lawan bicara, keselamatan terjejas, kesehatan mental yang menurun, jam makan dan tidur yang tidak beraturan, dan sebagainya.

Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada penelitian-penelitian di masa akan datang untuk menginvestigasi sampel dan responden yang lebih banyak untuk mencari tau langkah-langkah yang tepat untuk menangani masalah phubbing, smombie, dan nomophobia dalam kalangan masyarakat. Bukan hanya itu, peneliti berharap agar penelitian-penelitian yang akan datang bisa mewawancarai responden-responden dengan menggunakan seperangkat data yang memadai untuk mendapatkan hasil referensi yang lebih tepat dan akurat bertujuan untuk membangun pengetahuan dan teori tentang bahaya phubbing, smombie, dan nomophobia.

REFERENSI

Adliyani, & Nur, Z. O. (2015). “Pengaruh Perilaku Individu Terhadap Hidup Sehat”

Perubahan Perilaku Dan Konsep Diri Remaja Yang Sulit Bergaul Setelah Menjalani

(14)

Pelatihan Keterampilan Sosial. 4, No. 2, 109–114.

Ahn, I.-S., Myung-Jin, & Bae., S.-G. (2018). A Study on The Accident Warning Sound System of the Smombie Driver. Journal of Engineering and Applied Sciences, 59, No.

13.

Bhattacharya, Sudip, Bashar, M., Srivastava, A., & Singh, and A. (2019). NOMOPHOBIA:

NO MObile PHone PhoBIA. Journal of Family Medicine and Primary Care, 8, No. 4, 1297.

BKT713. (2016). Peringatan Untuk Semua Pejalan Kaki : SMOMBIE APOCALYPSE IS COMING. Parapop.Net. https://parapop.net/peringatan-untuk-semua-pejalan-kaki- smombie-apocalypse-is-coming/

Cahya, I. (2017). 5 Bukti Bahwa Smartphone Ubah Manusia Jadi ‘Zombie.’

Www.Merdeka.Com. https://www.merdeka.com/teknologi/5-bukti-bahwa-smartphone- ubah-manusia-jadi-zombie.html.

Ester Sondang. (n.d.). Mengenal Phubbing Saat Seseorang Lebih Fokus Kepada Ponsel Daripada Orang Sekitar. Id.Theasianparent.Com. Retrieved October 24, 2022, from https://id.theasianparent.com/phubbing

Fahturosi, D. (2017). Dampak Kebiasaan Begadang Terhadap Pola Tidur dan Kesehatan.

Aritcel, 22, 1–5.

Fernández, César, Vicente, M. A., Carrillo, I., Guilabert, M., & Mira, and J. J. (2020).

Factors Influencing the Smartphone Usage Behavior of Pedestrians: Observational Study on ‘Spanish Smombies’’.’ Journal of Medical Internet Research, 22, No. 8, 1–19.

Hanika, I. M. (2015). FENOMENA PHUBBING DI ERA MILENIAL (Ketergantungan Seseorang Pada Smartphone Terhadap Lingkungannya). Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 1, No. 4, 42–51.

Hidayatullah, A. (2020). Perbedaan Kecendrungan Perilaku Nomophobia Ditinjau Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Mahasiswauin Ar-Raniry Banda Aceh.

Octasari, Diyah. Yandri, Hengki. Juliawati.(2020). Analisis Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Oleh Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jurnal BK- AN NUR, 2, No 6. 16-21.

Oktori, Riyan, A., & Hafizallah, Y. (2022). Pandemi Covid-19, Perilaku Manusia, Dan Psikologi Sosial. Counselle| Journal of Islamic Guidance and Counseling, 1, No. 2, 152–166.

Prakoso, Dwi, G., & Mohammad Zainal Fatah. (2018). Analisis Pengaruh Sikap, Kontrol Perilaku, Dan Norma Subjektif Terhadap Perilaku Safety. Jurnal PROMKES, 5, No. 2, 193.

Pratiwi , Ari dan Ernawati Asih . (2021). Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh Selama Masa Pandemi Covid 19 Pada Siswa Kelas 5 SDN Sokaraja Kulon. Jurnal Mahasiswa BK-AN Nur, 7, No 2, 7-11

Rahman, A. (2021). Nomophobia Dapat Akibatkan Perilaku Berbahaya Terhadap Orang Lain. Www.Obsessionnews.Com. https://www.obsessionnews.com/nomophobia-dapat- akibatkan-perilaku-berbahaya-terhadap-orang-lain/

Reza, & Fani, I. (2021). Phone Snubbing Scale (Phub-S) : A Phubbing Measurement For Young Moslem In Industry 4.0. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 6, No. 2, 179–195.

Rusmanto. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Dan Perilaku Masyarakat

(15)

Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Filaria Di RW II Kelurahan Pondok Aren.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24113/1/RUSMANTO- fkik.pdf

Syamaun Syukri. (2019). Pengaruh Budaya Terhadap Sikap Dan Perilaku Keberagaman.

Jurnal At-Taujih Bimbingan Dan Konseling Islam, 2, No. 2, 81–95.

Tama, A, Nuke dan Murdiningrum, Rahayu Sri. (2022). Strategi Komunikas Interpersonal Media Instagram Dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Selama Pandemi Covid 19. Jurnal Mahasiswa BK- An NUR , 8, no 1. 79-86

Tom Chatfield. (2016). Kata-Kata Baru Yang Mengungkap Bagaimana Teknologi Telah Mengubah Kita. Www.Bbc.Com. https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-38207150

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai faktor yang menjadi kendala orang tua dalam menanamkan perilaku prososial anak dari orang tua anak pertama, kedua dan ketiga yang