• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan posisi kerja janggal dengan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan posisi kerja janggal dengan"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia terkadang masih kurang mendapat perhatian yang ditunjukkan dengan tingginya angka kecelakaan kerja. Keadaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia pada umumnya dinilai masih rendah, padahal pekerjaan merupakan faktor penting bagi kegiatan perusahaan, karena perusahaan tidak dapat dipisahkan dari apa yang disebut pekerjaan. Menurut data Indonesia dalam Ramli (2010:28) pada tahun 2007 terjadi 89.000 kecelakaan kerja di seluruh perusahaan yang menjadi peserta Jamsostek yang mencakup 7 juta pekerja.

Jika jumlah pekerja di Indonesia mencapai 90 juta orang, maka jumlah kecelakaan diperkirakan lebih dari 700.000 kejadian setiap tahunnya. Ergonomi pada umumnya membahas tentang hubungan antara pekerja manusia dengan tugas dan pekerjaannya, serta rancangan benda-benda yang digunakan. Alasan utama mengapa penulis memutuskan untuk melakukan penelitian ini adalah karena banyak karyawan yang mengeluhkan penyakit tidak enak badan pada saat bekerja di perakitan besi bor, dan penulis tertarik dengan penelitian ini.

Dan penulis juga menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk menilai posisi kerja produsen besi bor pada proyek jalan tol Serpongcinere di PT. Waskita Karya adalah tingginya tingkat ketidaknyamanan otot yang dirasakan karyawan di seluruh bagian tubuh yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal (MSDs).

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Ergonomi

Tinjauan Umum Tentang Musculoskeletal Disorder (MSDs)

  • Definisi MSDs
  • Gejala MSDs
  • Keluhan MSDs
  • Nordic Body Map

Tinjauan Umum Tentang Faktor Risiko Yang Menyebabkan

  • Faktor Pekerjaan
  • Faktor Individu

Saat bekerja perlu diperhatikan posisi tubuh dalam keadaan seimbang, agar dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama. Posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan dari posisi normal selama bekerja dapat menyebabkan tekanan mekanis lokal pada otot, ligamen, dan persendian. Sikap kerja yang tidak wajar adalah sikap kerja yang menyebabkan bagian tubuh menyimpang dari posisi alamiahnya.

Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi keluhan otot rangka. Penyebab keluhan MSD pada perakit besi borepil adalah akibat postur kerja atau posisi tubuh saat melakukan aktivitas kerja dan memiliki. Masa kerja adalah waktu yang dihitung sejak pertama kali pekerja masuk kerja sampai penelitian dilakukan.

Waktu yang membentuk pengalaman seseorang, maka kehidupan kerja adalah waktu yang dihabiskan seorang pekerja sebagai pekerja/pegawai di suatu perusahaan. Semakin lama atau semakin tinggi kebiasaan merokok maka semakin tinggi pula tingkat masalah otot (Tarwaka, 2004).

Tinjauan Umum Tentang Rappid Entire Body Assesment

  • Definisi REBA

Beri nilai +2 jika posisi leher ditekuk dengan sudut lebih dari 200 atau dalam posisi ekstensi. Skor +2 jika lengan atas diperpanjang lebih dari 20° atau mengayun ke depan dengan sudut 20 hingga 45°. Skor +1 jika pergelangan tangan ditekuk dengan sudut antara 15° ke atas dan 15° ke bawah.

Skor +2 jika posisi pergelangan tangan ditekuk dengan sudut lebih dari 15° ke atas atau 15° ke bawah. Beri nilai +1 (fair) bila genggaman tangan atau persendian tidak ideal, tetapi masih dapat diterima, dapat diterima dengan bagian tubuh yang lain. Beri nilai +3 (tidak dapat diterima) jika tidak ada pegangan, posisi janggal, tidak aman untuk bagian tubuh lainnya.

Tambahkan nilai +1 jika posisi 1 atau lebih bagian tubuh lebih lama dari satu menit (statis).

Tabel 2.2 Tabel B Lembar Kerja REBA
Tabel 2.2 Tabel B Lembar Kerja REBA

Struktur K3LMP

Penelitian ini dilakukan pada perakit besi proyek jalan tol Serpong – Cinere di PT.Waskita Karya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko posisi kerja tidak nyaman dan faktor yang berhubungan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada produsen besi cor. Dapat berkontribusi pada peningkatan risiko posisi pekerjaan karena pekerjaan pembentukan besi pelet bor dilakukan setiap hari kecuali hari libur.

Tingkat risiko terendah dari posisi kerja dengan skor REBA akhir 4 terdapat pada tahapan proses kerja pada fase pengukiran. Beban bongkar muat besi ukir bored pile adalah 15-20 kg, sehingga beban tersebut juga dapat memberikan kontribusi resiko postur kerja pada proses penyimpanan. Beban pelonggaran pemotongan mata bor adalah 5-10 kg sehingga beban tersebut juga dapat menyumbang resiko posisi kerja pada proses pengukiran.

54 Hasil perhitungan posisi kerja keempat proses kerja berdasarkan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk pekerja pembentuk besi borepile di proyek jalan tol Serpong – Cinere di PT.Waskita Karya dapat dilihat pada tabel 4.6. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan Musculoskeletal Disorders (MSD) sedangkan variabel bebasnya adalah posisi kerja ganjil, usia, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga. Tingkat risiko posisi kerja sulit pada penelitian ini merupakan hasil analisis risiko berdasarkan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) terhadap postur posisi tubuh responden (leher, bahu, lengan, punggung, pinggang, lengan bawah, betis ). memiliki sudut ekstrim dari posisi normalnya yaitu sejajar dengan batang tubuh pada saat aktivitas kerja.

Berdasarkan hasil analisis “Hubungan posisi kerja canggung dengan keluhan muskuloskeletal”, diketahui bahwa postur kerja merupakan salah satu variabel yang diduga mempengaruhi terjadinya keluhan muskuloskeletal. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada produsen besi bor di jalan tol Serpong-Cinere di PT.Waskita Karya. Penyebab keluhan muskuloskeletal disorders (MSDs) pada produsen besi bor adalah akibat postur kerja atau postur tubuh saat melakukan pekerjaan dan tekanan berulang pada otot pada posisi janggal, sehingga mengakibatkan

Tingkat risiko bagi pekerja dengan posisi kerja yang janggal berdasarkan metode REBA berada pada tingkat menengah (81,8%), membutuhkan inspeksi dan adaptasi kondisi berbahaya. Ada hubungan yang bermakna antara postur kerja canggung dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dengan nilai (p=0,000). Saya Rais, mahasiswi Stikes Binawan jurusan kesehatan dan keselamatan kerja, disini saya bermaksud melakukan penelitian “Hubungan Posisi Kerja Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Perakitan Besi Borepile di Proyek Jalan Tol Serpong – Cinere di PT. Waskita Karya".

Kerangka Teori

METODOLOGI PENELITIAN

  • Kerangka Konsep
  • Jenis dan Lokasi Penelitian
    • Jenis Penelitian
    • Lokasi Penelitian
  • Populasi dan Sampel Penelitian
    • Populasi
    • Sampel
  • Definisi Operasional
  • Metode Pengumpulan Data
  • Instrumen Penelitian
  • Validitas dan Realibilitas Instrumen
    • Validitas
    • Realibilitas
  • Teknik Pengelohan dan Analisis Data
    • Pengolahan Data
    • Analisa Data
    • Penyajian Data

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari tukang bor proyek jalan tol Serpong – Cinere di PT.Waskita Karya. Responden adalah karyawan tetap pada pekerjaan pemasangan bored pile proyek jalan tol Serpong – Cinere di PT.Waskita Karya. Postur kerja dalam penelitian ini adalah postur atau posisi tubuh responden (leher, dada, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki) yang pada saat melakukan pekerjaan membentuk sudut ekstrim terhadap postur normal, yaitu sejajar dengan batang tubuh.

Pada penelitian ini validasi dipertahankan dengan menilai posisi kerja yang janggal menggunakan metode Rapid Whole Body Assessment (REBA) yang telah dibakukan dan merupakan metode universal. Coding = 0 jika dalam perhitungan REBA tingkat risiko pekerjaan responden dalam bekerja berada dalam kondisi sangat rendah dengan skor 1.  Coding = 1, jika dalam perhitungan REBA tingkat risiko pekerjaan responden dalam kondisi buruk dengan skor 2-3. 36. Pemberian kode = 2 apabila dalam perhitungan REBA tingkat risiko tempat kerja responden dalam kondisi sedang dengan skor 4-7.  Coding = 3 jika dalam perhitungan REBA tingkat resiko posisi kerja responden dalam kondisi tinggi dengan skor 8-10.

Coding = 4, jika dalam perhitungan REBA tingkat resiko posisi kerja responden pada saat bekerja berada pada kondisi sangat tinggi dengan skor 11-15. a) Mengedit. Bagi peneliti selanjutnya agar mendesain ulang peralatan kerja yang digunakan dan menganalisis posisi kerja dengan metode selain REBA.

HASIL DAN PENELITIAN

Hasil Penelitian dan Pembahasan

  • Gambaran Umum Lokasi Penelitian
  • Karakteristik Responden
  • Penilaian Tingkat Risiko Posisi Kerja Berdasarkan
  • Analisis Univariat
  • Analisis Bivariat

Pekerjaan yang menjadi objek observasi peneliti adalah kolektor besi batang bor pada proyek jalan tol Serpong – Cinere di PT.Waskita Karya. Menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 44 responden yang bekerja sebagai pengepul batang bor pada proyek jalan tol Serpong – Cinere di PT.Waskita Karya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 44 responden yang bekerja sebagai produsen batang bor di proyek jalan tol Serpong – Cinere di PT.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan  MSDs Pada Pekerja
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan MSDs Pada Pekerja

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ada hubungan yang bermakna antara faktor individu dengan keluhan penyakit muskuloskeletal (MSD), umur (p=0,050), lama pengalaman kerja (p=0,021), kebiasaan merokok (p=0,006) dan kebiasaan fisik (p=0,000).

Saran

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Penjahit Daerah Langmark Kota Kendari Tahun 2016”. Gambaran Keluhan Musculoskeletal Pada Pengemudi Bus Trans Sulawesi Pada Angkutan Orang (PO) Alam Indah Makasar Tahun 2012. Hubungan antara Faktor Individu dengan faktor pekerjaan dengan keluhan musculoskeletal akibat bekerja (studi pada nelayan di Desa Puger Wetan Kecamatan Puger Kabupaten Jember).

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Mebel Di Kelurahan Benda Kota Tangerang Tahun 2011”. Deskripsi Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif Terhadap Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Penjahit Sektor Informal Di Kawasan Home Industri RW 6 Kelurahan Cipadu Larangan Kabupaten, Kota Tangerang Tahun 2012". Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders Pada Segmen Lengan, Bahu Dan Kaki Pada Pekerja Tenun Ikat Industri X Kabupaten Jepara.

Penyelidikan ini merupakan sebahagian daripada tesis bagi memenuhi syarat untuk mendapatkan ijazah Sarjana, maka pengkaji mengharapkan penyertaan anda dalam melengkapkan soal selidik ini. Untuk keperluan ini, anda diharapkan bersedia dan bersungguh-sungguh untuk menjawab soalan dengan jujur ​​- jujur ​​kerana kejujuran jawapan yang anda berikan sangat mempengaruhi proses carian.

Gambar

Gambar 2.1 Pembagian Tubuh Nordic Body Map  Sumber: Hasrianti 2016
Tabel 2.2 Tabel B Lembar Kerja REBA
Tabel 4.1. Alur Proses Pekerja
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan  MSDs Pada Pekerja
+6

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Postur Kerja dan Faktor yang Berhubungandengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Beton Sektor Informal di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu