HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA N 13 PADANG
JURNAL
DILA FARDILA NPM: 11060255
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2015
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 13 PADANG
By:
Dila Fardila *
Drs. Indra Ibrahim, M.si., Kons **
Rila Rahma Mulyani, M.Psi., Psikolog **
* Mahasiswa
** Pembimbing I
*** Pembimbing II
Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK
This research background are present the students who do not believe with their ability in doing a task, there are students who do not finished their school tasks with stand alone, there are students who getting easy to give up when faced difficulty in doing a task, there are students who still cheating when have a test although they had studied, there are students who doing homework at the school, there are students who did not use library facilities in the school, and there are students who do not have self efficacy and responsibilities in doing a task. This research is descriptive approach with correlational statistic analysis. The population in this research are students of XI and XII grade at SMA Negeri 13 Padang amount 407 persons. The sampling technique of this research is Proportional Stratified Random Sampling, the number of sample are 80 persons. The instrument using in this research to collecting data is questionare. The technique using in this research to analisys the data is using correlation technique. The result of this research’s correlation between self-efficacy and students stand alone learning at SMA Negeri 13 Padang are : (1) Students Self Efficacyis low category (2) Students’ stand alonelearning is low category, and (3) the significant correlation between self eficacy and students stand alone learning arercount>rtable
(0,346 > 0,220. Based on this research, the students are can increase their self efficacy especially in teaching learning process because with high of self efficacy will make the students better and more stand alone in learning.
Key words: Self efficacy and stand alone learning
Pendahuluan
Keyakinan akan kemampuan diri peserta didik menjadi aspek penting untuk menggerakkan proses belajar yang berkesinambungan. Keyakinan akan kemampuan diri pada siswa akan menggerakkan perilaku serta serangkaian tindakan dalam memenuhi tuntutan dari berbagai situasi. Keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu merujuk pada istilah self efficacy.
Bandura (Ghufron & Risnawati, 2010:73) menyatakan bahwa self efficacy merupakan keyakinan akan kemampuan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan
yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu.
Ormrod (2008:22) berpendapat bahwa siswa yang memiliki self efficacy yang tinggi lebih mungkin mengerahkan segenap tenaga ketika mencoba suatu tugas yang baru, merekabelajar bersamaan dengan proses juga lebih gigih dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi tantangan. Sebaliknya, siswa yang dengan self efficacy yang rendah akan bersikap setengah hati dan begitu cepat menyerah ketika menghadapi kesulitan sehingga peserta didik yang memiliki self efficacy yang rendah dapat mempengaruhi kemandirian belajarnya.
Fatimah (2006:143) mengemukakan
“kemandirian belajar merupakan sikap
individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dan individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya mampu berpikir dan bertindak sendiri”. Dengan kemandiriannya, seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang lebih mantap.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan pada tanggal 15 September sampai tanggal 18 Desember 2014 pada praktik lapangan di SMA Negeri 13 Padang terdapat permasalahan dari peserta didik yang sudah belajar tetapi masih menyontek pada saat ulangan, adanya peserta didik yang kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang ada di sekolah, adanya peserta didik yang mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sekolah, adanya peserta didik yang belum memiliki kepercayaan diri dan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, adanya peserta didik yang mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah, serta adanyapeserta didik yang tidak menyelesaikan tugas-tugas sekolah secara mandiri, adanya peserta didik yang tidak yakin dengan jawabannya sendiri saat ujian namun lebih yakin dengan jawaban temannya.
Sementara berdasarkan wawancara yang dilakukan pada salah satu peserta didik di SMA Negeri 13 Padang adanya anggapan peserta didik membaca buku diperpustakaan tidak mempengaruhi prestasi yang dicapainya, dan anggapan peserta didik yang tidak yakin dengan kemampuannya tetapi sebaliknya lebih yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh temannya sehingga peserta didik meminta temannya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Berdasarkan fenomena yang dipaparkan di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan antara Self Efficacy dengan Kemandirian Belajar peserta didik di SMA N 13 Padang”.
Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini dapat dibatasi sebagai berikut:
1. Gambaran self efficacy peserta didik di SMA N 13 Padang
2. Gambaran kemandirian belajar peserta didik di SMA N 13 Padang
3. Hubungan antara self efficacy dengan kemandirian belajarpeserta didik di SMA N 13 Padang.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
:
1. Gambaran self efficacy peserta didik di SMA N 13 Padang.
2. Gambaran kemandirian belajar peserta didik di SMA N 13 Padang 3. Hubungan antara self efficacy terhadap
kemandirian belajar peserta didik di SMA N 13 Padang.
Metode Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan analisis statistik korelasional. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian, yang terjadi pada saat sekarang (Noor, 2011:34). Studi korelasional mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel.
Penelitian inidilaksanakan pada tanggal 7 sampai 8 September 2015 di SMA Negeri 13 Padang, alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena sekolah ini merupakan sekolah tempat peneliti melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan Konseling Sekolah.Selain itu, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini peneliti temukan di SMA Negeri 13 Padang ini, sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 13 Padang.
Peneliti mengambil sasaran yang akan diteliti yaitu seluruhsiswa kelas XI dan siswa kelas XII di SMA Negeri 13 Padang. Populasi dari penelitian ini sebanyak 407 peserta didik dan sampel penelitiansebanyak80
responden.Dalampengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik Proportional Stratified Random Sampling (sampel acak berstrata).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval.
Menurut Riduwan (2010:85) data interval adalah “Data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama”. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalahberupa angket.
Menurut Riduwan (2010:71) “angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan
respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Proseduryang dilakukan sebelum pengadministrasian angket kepada peserta didik yang berkaitan dengan hubungan antara self efficacy dengan kemandirian belajar, yaitu:
1. Peneliti membaca berbagai sumber untuk menguatkan kajian teori sehingga memudahkan peneliti dalam mengembangkan instrumen penelitian.
2. Penyusunan kisi-kisi angket. Terlebih dahulu ditetapkan variabel, kemudian sub variabel, setelah itu menjadi beberapa indikator. Kisi-kisi angket tersebut diturunkan menjadi butir-butir pernyataan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan kemandirian belajar. Kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
3. Untuk menguji dan mengetahui validasi alat pengumpulan data atau instrumen maka dilakukan judge.
4. Uji validitas instrumen dapat dilakukan untuk melihat apakah instrument mampu mengukur variabel.
5. Setelah instrument dikonsultasikan dan direvisi, maka peneliti mencobakannya untuk menguji validitas dan menyeleksi pernyataan- pernyataan yang dapat dipakai untuk penelitian.
Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1. Memeriksa kelengkapan isi instrument(angket) yang telah diterima dari sampel penelitian.
2. Membuat tabel pengolahan databerdasarkan item pernyataan angket penelitian yang telah dijawab responden.
3. Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukkan data ke tabel pengolahan.
4. Perumusan kriterium Sturgess Menurut Sturgess (Mangkuatmodjo, 2003:37) mencari interval skor sebagai berikut:
Interval =
5. Menghitung persentase masingmasing
frekuensi yang diperoleh, dengan
menggunakan teknik
analisispersentase yang dikemukakan olehSudjana (2001:50) sebagai berikut:
P =F
n x 100%
Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi n = Jumlah sampel 100 = Bilangan tetap
Selanjutnya Analisis kolerasi teknik analisis data dalam menguji hipotesis penelitian ini menggunakan teknik Correlation Produck Moment.Analisis signifikansi hubungan atau uji korelasi menggunakan nilai korelasi yang dibuat oleh (Sujianto, 2009:40)
0.91 –0.99korelasi keeratan sempurna 0.71 – 0.90korelasi keeratan sangat kuat sekali0.41 – 0.70korelasi keeratan kuat.0.21 – 0.40korelasi keeratan lemah.
0.00 – 0.20korelasi keeratan sangat lemah
Hasil dan Pembahasan 1. Self efficcay
Berdasarkan hasil penelitian self efficacy11 dari 80peserta didik yang memiliki self efficacyyang cukup tinggi (CT) dengan presentase tetinggi 13,75%, kemudian 65 dari 80 peserta didik memiliki self efficacy yang rendah (R) dengan presentase 81,25%, dan 4 dari 80 peserta didik memilki self efficacy yang sangat rendah (SR) dengan presentase 5.00% dari keterangan di atas bahwa mayoritas peserta didik di SMA Negeri 13 Padang memiliki self efficacy yang rendah (R).
Peserta didik yang memiliki self efficacy yang cukup tinggi belum sepenuhnya yakin dengan kemampuanya dengan katalain masih mempunyai keraguan ketika melakukan sesuatu.
Berbeda dengan peserta didik yang mengalami self efficacy yang rendah cenderung akan mudah yakin dan percaya dengan kemampuan orang lain dari pada dengan kemampuannya sendiri, apalagi saat ujian peserta didik yang memiliki self efficacy yang rendah ketika mereka mengetahui jawabannya berbeda dengan teman-temannya mereka akan memilih
yakin dengan kemampuan temannya tersebut meski jawaban temannya belum tentu benar.
Begitu juga dengan peserta didik yang memiliki self efficacy yang sangat rendah akan lebih sepenuhnya percaya dengan kemampuan orang lain dari pada kemampuannnya sendiri, apalagi saat dihadapkan pada tugas-tugas sekolah mereka akan lebih memilih menyontek dari pada mengerjakannya sendiri, selanjutnya peserta didik yang memiliki self efficacy yang sangat rendah cenderung akan dihantui oleh rasa takut dan kesulitan di saat mereka dihadapkan pada tugas-tugas sekolah yang sedang mereka hadapi.
Terkait dengan self efficacy Bandura (Ghufron & Risnawati, 2010:73) menjelaskan self efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Namun dari hasil penelitian yang penulis lakukan self efficacy peserta didik di SMA Negeri 13 Padang termasuk pada kategori yang rendah, karena peserta didik masih banyak yang belum yakin dengan kemampuan yang dimilikinya dalam proses pembelajaran.
2. Kemandirian belajar
Berdasarkarkan hasil penelitian, kemandirian belajar 27 dari 80peserta didik yang memiliki kemandirian belajaryang cukup tinggi (CT) dengan presentase tetinggi 33,75%, 50 dari 80 peserta didik memiliki kemandirian belajar yang rendah (R) dengan presentase 62,50%, serta 3 dari 80 peserta didik memiliki kemandirian belajar yang sangat rendah (SR) dengan presentase 3,75%. Dari keterangan diatas mayoritas peserta didik di SMA Negeri 13 Padang memiliki kemandirian belajar yang masih rendah(R).
Peserta didik yang memiliki kemandirian belajar yang cukup tinggi sudah dapat dikatakan mandiri dalam mengerjakan tugas, namun jika menemukan kesulitan mereka akan mudah menyerah dan meminta bantuan orang lain untuk mengerjakannya.
Sedangkan peserta didik yang memiliki kemandirian belajar yang rendah akan memilih untuk menyontek saat ujian karena merasa tidak mampu untuk mengatasi hambatan dan masalah yang dihadapinya saat ujian serta peserta didik
yang memiliki kemandirian belajar yang rendah juga akan menunda-nunda waktu untuk mengerjakan semua tugas yang diberikan guru.
Begitu juga dengan peserta didik yang memiliki kemandirian belajar yang sangat rendah akan lebih mengandalkan bantuan orang lain tanpa mereka berusaha terlebih dahulu, mereka juga tidak mempunyai inisiatif dalam mengatasi masalah. jika mereka dihadapkan pada suatu tugas mereka akan merasa takut dan kesulitan dalam mengerjakannya tanpa bantuan dari orang lain.
Terkait dengan kemandirian belajar, Barnadib (Fatimah, 2006:142) menjelaskan bahwa kemandirian belajar meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Dari penjelasan para ahli diatas dapat dikatakan sikap dan tanggung jawab peserta didik di SMA Negeri 13 Padang masih rendah karena peserta didik sendiri belum mampu mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah tanpa bantuan orang lain.
3. Hubungan Self efficacy dengan kemandirian belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan self efficacy dengan kemandirian belajar di SMA Negeri 13 Padang dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara self efficacy dengan kemandirian belajar dengan r hitung 0.346 > r tabel 0.220 dengan keeratan kolerasi lemah.
Maka dapat disimpulkan bahwa self efficacy teridentifikasi memang mempunyai hubungan dengan kemandirian belajar belajar peserta didik SMA Negeri 13 Padang, namun kolerasinya hanya 0,346 dengan keeratan kolerasi lemah, itu berarti self efficacy ini tidak terlalu besar hubungannya dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang.
Terkait dengan self efficacy Ormrod (2008:22) menjelaskan peserta didik yang memiliki self efficacy yang tinggi lebih mungkin mengerahkan segenap tenaga ketika mencoba suatu tugas yang baru.
Mereka juga lebih gigih dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi tantangan.
Sebaliknya, siswa yang dengan self efficacy yang rendah akan bersikap setengah hati dan begitu cepat menyerah
ketika menghadapi kesulitan sehingga siswa yang memiliki selfefficacy yang rendah dapat mempengaruhi kemandirian belajar siswa
Bandura (Ghurfron & Risnawati, 2010:73) Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki (self efficacy) memegang peran penting dalam menggerakkan aktivitas peserta didik dalam perkembangan kemandiriannya, self efficacy yang kuat akan menjadi dasar bagi peserta didik untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang lain terutama terhadap orangtua. Peserta didik mulai memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat mencapai keberhasilan dengan segenap kemampuan yang dimilikinya.
4. Hubungan Subvaribel dengan Variabel a. Hubungan Mastery Experience (Pengalaman Keberhasilan) dengan Kemandirian Belajar
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa terdapat hubungan antara mastery experience (pengalaman keberhasilan peserta didik sendiri) dengan kemandirian belajar dengan r hitung 0.227 > r tabel 0.220 dengan keeratan kolerasi lemah.
Maka dapat disimpulkan bahwa mastery experience (pengalaman keberhasilan) peserta didik teridentifikasi memang mempunyai hubungan dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang, namun kolerasinya hanya 0,227 dengan keeratan kolerasi lemah, itu berarti mastery experience (pengalaman keberhasilan) ini tidak terlalu besar hubungannya dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang.
Terkait dengan mastery experience menurut Bandura (Ghufron
& Risnawati, 2010:78) Peserta didik yang berhasil di masa lalu cenderung akan yakin untuk memperoleh keberhasilan kedepannya, namun peserta didik yang gagal akan membuat self efficacynya rendah dan tidak akan yakin dengan kemampuan sendiri dalam menyelesaikan tugas yang ada.
b. Hubungan Vicarious Experience (Pengalaman orang lain) dengan Kemandirian Belajar
Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubunganvicariousexperience (pengalaman orang lain atau ungkapan tentang keberhasilan dan kegagalan) dengan kemandirian belajar peserta didik dengan r hitung 0.246 > r tabel 0.220 dengan keeratan kolerasi lemah. Maka dapat
disimpulkan bahwa
vicariousexperience (pengalaman orang lain atau ungkapan tentang keberhasilan dan kegagalan) peserta didik teridentifikasi memang mempunyai hubungan dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang, namun kolerasinya hanya 0,246 dengan keeratan kolerasi lemah, itu berarti vicariousexperience (pengalaman orang lain atau ungkapan tentang keberhasilan dan kegagalan) ini tidak terlalu besar hubungannya dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang.
Terkait dengan vicarious experience menurut Bandura (Ghufron & Risnawati, 2010:78) keberhasilan dan kegagalan orang lain atau teman dekat peserta didik terhadap suatu tindakan atau tugas akan mendorong tingginya self efficacy peserta didik, namun sebaliknya kegagalan teman dan orang terdekat juga dapat melemahkan self efficacy peserta didik sehingga juga membuat kemandirian belajar peserta didik rendah.
c. Hubungan Verbal Persuasion (Persuasi Verbal) dengan Kemandirian Belajar
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa hubungan verbal persuasion (ungkapan orang lain berisi dorongan untuk melakukan sesuatu) dengan kemandirian belajar peserta didik dengan 0.256 > r tabel 0.220 dengan keeratan kolerasi lemah.
Maka dapat disimpulkan bahwa verbal persuasion (ungkapan orang lain berisi dorongan untuk melakukan sesuatu) peserta didik teridentifikasi memang mempunyai hubungan dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang, namun kolerasinya hanya 0,256 dengan keeratan kolerasi lemah, itu
berarti verbal persuasion (ungkapan orang lain berisi dorongan untuk melakukan sesuatu) ini tidak terlalu besar hubungannya dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang.
Terkait dengan verbal persuasion menurut Bandura (Ghufron
& Risnawati, 2010:78) Saran dan bimbingan dari orang lain dapat
meningkatkan kemampuan-
kemampuaan yang dimilikinya dalam mencapai tujuan. Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha secara mandiri lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan.
d. Hubungan Physiological State
(Kondisi Fisiologis)
denganKemandirian Belajar
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa hubungan physiological state (kondisi fisiologis, tingkat ketakutan dan perasaan) dengan kemandirian belajar peserta didik dengan 0.240 >
r tabel 0.220 dengan keeratan kolerasi lemah. Maka dapat disimpulkan bahwa physiological state (kondisi fisiologis, tingkat ketakutan dan perasaan) peserta didik teridentifikasi memang mempunyai hubungan dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang, namun kolerasinya hanya 0,240 dengan keeratan kolerasi lemah, itu berarti physiological state (kondisi fisiologis, tingkat ketakutan dan perasaan) ini tidak terlalu besar hubungannya dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang.
Terkait dengan physiological statemenurut Bandura (Ghufron &
Risnawati, 2010:78) Peserta didik yang mendasarkan informasi mengenai kondisi fisiologis mereka untuk menilai kemampuannya.
Maksudnya bahwa ketegangan fisik dalam situasi yang menekan dipandang peserta didik sebagai ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan performansi kerja peserta didik.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terungkap bahwa kondisi self efficacy peserta didik di SMA Negeri 13 Padang dalam proses pembelajaran pada umumnya berada pada kategori rendah, karena peserta didik masih banyak yang meragukan kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dan sebagainya. Begitu juga dengan kemandirian belajar peserta SMA Negeri 13 Padang dari hasil penelitian kemadirian belajar peserta didik pada umumnya berada pada kategori rendah, peserta didik masih banyak yang belum mampu mengerjakan tugas sekolah tanpa bantuan orang lain. Untuk hubungan korelasi yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang dengan keeratan kolerasi lemah, itu berarti self efficacy ini tidak terlalu besar hubungannya dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang. selain self efficacy yang mempunyai hubungan dengan kemandirian belajar peserta didik di SMA Negeri 13 Padang, juga ada faktor lain yang pengaruhnya mungkin lebih besar dengan kemandirian belajar seperti pola asuh orang tua yang tidak terungkap oleh peneliti melalui penelitian ini. Hubungan subvariabel dengan variabel sebagai berikut:
a. Terdapat hubungan
masteryexperience(pengalamankebe rhasilan) dengan kemandirian belajar b. Terdapat hubungan vicarious experience (pengalaman orang lain) dengan kemandirian belajar
c. Terdapat hubungan verbal persuasion (persuasi verbal) dengan kemandirian belajar
d. Terdapat hubungan physiological state(kondisifisiologis)
dengankemandirian belajar Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yaitu :
1. Peserta didik yang memiliki self efficacy yang cukup tinggi, rendah dan sangat rendah diharapkan dapat meningkatkan self efficacy nyaterutama dalam proses pembelajaran karena dengan self efficacy yang tinggi akan membuat
peserta didik lebih mandiri dalam belajar.
2. Guru BK, agar lebih memperhatikan self efficacy dan kemandirian belajar peserta didiknya di sekolah. dengan mengetahui bagaimana self efficacy dan kemandirian belajar peserta didik (rendah atau tinggi) maka guru BK dapat memberikan layanan bimbingan konseling untuk lebih meningkatkan self efficacy peserta didik terhadap kemandirian belajarnya.
3. Program studi BK, agar terus mempersiapkan Guru BK yang berkualitas yang kaya akan wawasan dan keterampilan untuk dapat terjun di lapangan sebagai guru BK yang bermartabat.
4. Peneliti selanjutnya, semoga dapat menjadi langkah awal bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan terkait faktor lain yang mempunyai hubungan yang lebih erat dengan kemandirian belajar seperti pola asuh orang tua dengan kajian yang lebih mendalam karena peneliti baru meneliti tentang self efficacy dengan kemandirian belajar.
Kepustakaan
Ali, Mohammad & Mohammad Asrori.
2006. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik).
Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana.
Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rodakarya.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Pustaka Setia.
Ghufron M. Nur & Risnawati Rini S.
2010. Teori-teori Psikologi.
Jogyakarta: AR-ruzz media.
Mangkuatmodjo.2003. Pengantar Statisti Jakarta : PT Rineka Cipta.
Mujiman, Haris. 2011. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Myers G. David. 2012. Psikologi Sosial (Aliya Tusyani Dkk.
Terjemahan). Jakarta: Salemba Humanika. Buku asli diterbitkan tahun 2010.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah).
Jakarta: Kencana.
Ormrod ,Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Erlangga.
Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yangMempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
.
Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Sujianto, Agus Eko 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 2.0.
Jkarta: Prestasi Pustaka Sudjana. 2001. Metode Penelitian
Statistika. Bandung: Parsito Sugiyono.2011.“Metodelogi Penelitian
Kuantiatif Kualititatif dan R&D”.Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Tirtarahardja& Sulo. 2011. Pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta
Umar, Husein . 2008. ”Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis ”.Edisi ke. 2 Jakarta: Raja Grafindo Persada Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi
PenelitianDasar–dasar
Penyelidikan Ilmiah. Padang:
UNP Press.
Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian.Padang : UNP Press.