• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan sikap dan karakteristik teman sebaya dengan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan sikap dan karakteristik teman sebaya dengan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN SIKAP DAN KARAKTERISTIK TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA N 6 SAMARINDA

Tri Nurwati1, Andi Parellangi2, Evi Renita Br Lingga3

Penulis Korespondensi: Tri Nurwati, Jurusan Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan Samarinda, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur, Indonesia

E-mail : trinurwati97.tn@gmail.com, Phone: +6281346269221

INTISARI

Latar Belakang : Masa remaja adalah masa peralihan perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya (Karyadi, 2008; Hurlock, 2011). Remaja mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, salah satunya adalah keinginan menjadi seperti orang dewasa. Hal ini menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa termasuk yang berhubungan dengan masalah seksualitas (Azinar M., 2013). Dari hasil survei BKKBN di Tahun 2006 angka prevalensi seks pranikah sekitar 4%, lalu naik menjadi 6% (2009), kemudian turun kembali menjadi 3% (2011) dan naik kembali menjadi 5% (2016).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan, sebanyak 4,8% dari usia 10-14 tahun melakukan hubungan seks diluar nikah sebanyak 0,5% sampai 1,5% diantaranya hamil.

Sebesar 41,8% pada usia 15-19 tahun melakukan hubungan seks diluar nikah dan 13%

diantaranya hamil.

Tujuan Penelitian : mengetahui hubungan sikap dan karakteristik teman sebaya dengan perilaku seksual pra-nikah pada remaja

Desain Penelitian : korelasi dengan rancangan Cross Sectional dan dengan menggunakan kuisioner. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Proportionate Stratified Random Sampling dan didapatkan sampel sejumlah 226 responden. Penelitian ini menggunakan analisis Rank Spearman.

Hasil Penelitian : Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku seks pra nikah pada remaja kelas X dan XI di SMA Negeri 6 Samarinda, hal ini dapat dilihat dari hasil uji rank spearman yaitu nilai p value = 0,030. Dari beberapa indikator karakterikstik hanya indikator pengetahuan yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku seks pranikah pada remaja kelas X dan XI di SMA Negeri 6 Samarinda, hal ini dapat dilihat dari hasil uji rank spearman yaitu nilai p value = 0,023.

Kesimpulan Penelitian : Terdapat hubungan sikap dan salah satu indikator karakteristik teman sebaya (pengetahuan) dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMAN 6 Samarinda

Kata Kunci : Karakteristik Teman Sebaya, Sikap, Perilaku Seks Pranikah

1) Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Kebidanan, Poltekkes Kaltim

2) Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kaltim

3) Dosen Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kaltim

(2)

2

THE RELATIONSHIP ATTITUDES AND CHARACTERISTICS OF PEERS WITH PRE-MARITAL SEX BEHAVIOR IN ADOLESCENTS AT SMAN 6 SAMARINDA

Tri Nurwati1, Andi Parellangi2, Evi Renita Br Lingga3

* Correspondence Writer : Tri Nurwati, Jurusan Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan Samarinda, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur, Indonesia

E-mail : trinurwati97.tn@gmail.com, Phone: +6281346269221

ABSTRAK

Background: Adolescence is a transition between physical and psychological changes from childhood to adulthood where adolescents become unstable and easily affected by the surrounding environment (Karyadi, 2008; Hurlock, 2011). Teenagers have a high curiosity, one of which is the desire to be like an adult. This causes adolescents to try to do what is often done by adults, including those related to sexuality problems (Azinar M., 2013). From the 2006 BKKBN survey, the prevalence of premarital sex was around 4%, then rose to 6% (2009), then fell back to 3% (2011) and rose again to 5% (2016). The 2010 Basic Health Research Data (Riskesdas) showed that as 4.8% of 10-14-year-olds had sex outside of the marriage of 0.5%

to 1.5% of them were pregnant. 41.8% at the age of 15-19 years had sex outside of marriage and 13% of them were pregnant.

Research Objective: to determine the relationship between peer attitudes and characteristics with pre-marital sexual behavior in adolescents

Research Design: Correlation with Cross-Sectional design and by using questionnaires. The sample size was determined using the Proportionate Stratified Random Sampling formula and a sample of 226 respondents was obtained. This study uses Rank Spearman analysis.

Research Results: There is a significant relationship between attitudes to premarital sex behavior in adolescents of class X and XI in Samarinda Public High School 6, this can be seen from the results of the Spearman rank test that is p-value = 0.030. From a number of character indicators only indicators of knowledge that have a significant relationship with premarital sex behavior in adolescents of class X and XI at Samarinda State Senior High School, this can be seen from the results of the Spearman rank test which is p-value = 0.023.

Research Conclusion: There is a relationship between attitudes and one indicator of the characteristics of peers (knowledge) with premarital sex behavior in adolescents at SMAN 6 Samarinda.

Keywords: Peers' Characteristics, Attitudes, Premarital Sex Behavior

1) Students of the Midwifery Applied Bachelor Study Program, East Kalimantan Polytechnic

2) Lecturer in Nursing Department, East Kalimantan Polytechnic

3) Lecturer in Midwifery Department, East Kalimantan Polytechnic

(3)

3 PENDAHULUAN

Remaja merupakan sumber daya manusia (SDM) yang paling potensial sebagai tunas dan penerus bagi bangsa.

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam proses perkembangan. Pengaruh teman sebaya dalam pengembangan dan pembentukan identitas dirinya tidak bisa di anggap tidak penting karena dengan teman sebayalah biasanya remaja banyak menghabiskan waktunya untuk saling bertukar informasi tentang dunia luarnya. Hal ini akan berpengaruh pada pemikiran remaja dalam mengembangkan siapa dirinya dan apa yang harus dia lakukan menjadi seseorang. (Hurlock, 2011)

Masa remaja adalah masa peralihan perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya (Karyadi, 2008;

Hurlock, 2011). Untuk itu diperlukan pemahaman mengenai (1) pemeliharaan kebersihan alat reproduksi, (2) proses reproduksi serta (3) dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan penyakit menular seksual lainnya yang sampai saat ini belum dapat untuk dipecahkan (Irianti dan Herlina,2012).

Penyebab perilaku seksual pranikah pada remaja antara lain: 1) faktor personal: pengetahuan, sikap terhadap layanan kesehatan, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri dan variable demografi seperti, usia, agama; 2) karakteristik lingkungan, antara lain

akses dan kontak dengan sumber informasi, social budaya, nilai dan norma sebagai pendukung social untuk perilaku tertentu, 3) karakteristik keluarga: status orang tua dan pendidikan orang tua; 4) karakteristik teman sebaya antara lain perilaku seksual teman sebaya (Suryoputro, 2006; Jackson, 2011). Simanjuntak (Prastawa & Lailatushifah, 2009) menyatakan bahwa prilaku seksual pranikah adalah segala macam tindakan seperti bergandengan tangan, berciuman sampai dengan bersenggama yang dilakukan dengan adanya dorongan hasrat seksual yang dilakukan sebelum ada ikatan pernikahan yang sah.

Remaja mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, salah satunya adalah keinginan menjadi seperti orang dewasa. Hal ini menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa termasuk yang berhubungan dengan masalah seksualitas (Azinar M., 2013). Mereka sudah mulai mencari tahu informasi tentang seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya. Hal ini terlihat dalam penelitian yang dilakukan Dewi (2012) didapatkan bahwa remaja berusaha untuk mencari informasi tentang seks (72%), berdasarkan sumber yang paling banyak remaja untuk mencari informasi tentang seks yakni dari internet (37%).

Kelompok teman sebaya dapat menjadi suatu ancaman bagi perkembangan remaja apabila remaja tidak dapat memilah dengan baik kelompok teman sebaya (Yusuf, 2014).

Dalam penelitian Dewi (2012)

(4)

4 menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual remaja.

Remaja dengan pengaruh teman sebaya memiliki kecendrungan berperilaku seksual beresiko sebanyak 1,73 kali daripada remaja tanpa pengaruh teman sebaya. Hal ini menunjukkan semakin besar pengaruh teman sebaya maka remaja semakin memiliki kecendrungan untuk melakukan perilaku seksual pranikah.

Data WHO 2007 menunjukkan 44

% wanita dan lebih dari 70% pria usia remaja mengaku pernah melakukan hubungan seksual. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRR) yang dikutip dalam studi kasus (Israwati, 2013) menunjukkan bahwa usia pertama kali remaja Indonesia berpacaran yaitu pada usia 12 tahun.

Perilaku pacaran remaja yang tidak sehat sebanyak 92% remaja pernah berpegangan tangan saat berpacaran, 82% remaja pernah melakukan ciuman, 63% remaja saling meraba bagian sensitive dengan pasangan pada saat pacaran. Adanya perilaku pacaran yang tidak sehat dapat menimbulkan remaja untuk mengarah pada hubungan seks bebas pranikah (Israwati, 2013). Data kesehatan reproduksi remaja Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (KRR SDKI tahun 2012). Data tersebut menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak yang melakukan hubungan seksual pranikah dan menyetujui hubungan seksual pranikah.

Survei BKKBN pada Tahun 2006 angka prevalensi seks pranikah sekitar 4%, lalu naik menjadi 6% (2009), kemudian turun kembali menjadi 3%

(2011) dan naik kembali menjadi 5%

(2016). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan, sebanyak 4,8% dari usia 10-14 tahun melakukan hubungan seks diluar nikah sebanyak 0,5% sampai 1,5%

diantaranya hamil. Sebesar 41,8% pada usia 15-19 tahun melakukan hubungan seks diluar nikah dan 13% diantaranya hamil.

Dampak adanya perilaku seksual pranikah pada remaja adalah dapat menimbulkan rasa bersalah, takut, cemas, apabila terjadi kehamilan dapat dikucilkan di masyarakat, timbul perasaan malu dan depresi. Dampak fisiologis perilaku seksual pranikah adalah dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan sehingga melakukan tindakan aborsi, dan tertular penyakit seksual seperti HIV AIDS, sifilis, (Sarwono, 2011).

Penelitian yang dilakukan Wibawa (2006) yang meneliti siswa SMA N 2 Tangerang, menerangkan bahwa pendidikan seks melalui layanan bimbingan klasikal sangat efektif untuk siswa agar mampu belajar memahami, belajar mengelola dorongan seksual secara sehat seperti menunda berhubungan seksual sebelum menikah dengan cara mengendalikan atau mengalihkan pada kegiatan yang positif dan sehat seperti organisasi, olahraga, seni dan pramuka. Sedangkan Febriansyah (2006) juga menerangkan bimbingan seksualitas dapat menurunkan sikap siswa SMA Kuantan Tengah terhadap hubungan seks pranikah. Hayati (2016) juga menerangkan bahwa pendidikan seks melalui layanan bimbiningan di kelas dan dibantu oleh orang tua di rumah

(5)

5 dapat mencegah siswa SLTP Kabupaten Dairi Sumatra Utara untuk tidak melakukan hubungan seks pranikah.

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimanakah hubungn sikap dan karakteristik teman sebaya dengan perilaku seks pra-nikah pada remaja di SMA Negeri 6 Samarinda

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap dan karakteristik teman sebaya dengan perilaku seks pra-nikah pada remaja

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menambah informasi, ilmu pengetahuan dan wawasan tentang sikap dan karakteristik teman sebaya dengan perilaku seks pra-nikah pada remaja.

METODE

Metode korelasi deskriptif analitik, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peritiwa penting yang terjadi pada setiap variabel penelitian dan kemudian menganalisis hubungan antar variabel penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu jenis penelitian

yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen (variabel bebas) dan dependen (variabel terikat) hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011).

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 22, 25, dan 27 April 2019.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Samarinda.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas X dan

XI di SMA Negeri 6 Samarinda yang berjumlah 516 orang.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Dimana teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2006).Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 226 responden.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap dan karakteristik teman sebaya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku seksual pra nikah.

Penilaian tiap variabel dengan menggunakan angket yaitu memberikan kuesioner pada responden, sebelum kuesioner digunakan telah dilakukan uji validitas dan reabilitas.

Pengolahan data adalah data yang terkumpul diolah/dilakukan analisis setelah kuesioner diisi lengkap oleh responden. Analisa data bertujuan mengubah data menjadi informasi.

Pada data yang terkumpul selanjutnya data diorganisir atau diklasifikasikan sesuai tujuan penelitian dengan langkah - langkah sebagai berikut: Editing, Codding, Scoring, Entry Data, dan Tabulasi. (Riyanto, 2011)

Teknik Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan analisa univariat dan analisa bivariat untuk menganalisis hubungan dua variabel. Uji yang di gunakan dalam penelitian ini adalah uji spearman rank.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:

(6)

6 Tabel 4.1Karakteristik responden pada

siswa/i di SMA Negeri 6 Kota Samarinda Kalimantan Timur Tahun 2019

No Karakteristik f % Jumlah 1. Usia

12-14 tahun 15-17 tahun 18-21 tahun

4 219

3 1,8 96,9

1,3

f

%

226 100

2 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

81 145

35,8 64,2

226 100

Sumber : Data primer Tahun 2019 Pada tabel 4.1 dari 226 responden, berdasarkan usia diketahui bahwa hampir seluruhnya responden berusia 15-17 tahun sebanyak 219 (96,9%) dan sebagian kecil responden berusia 18 tahun sebanyak 3 (1,3 %). Berdasarkan jenis kelamin diketahui sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 145 (64,2%) dan hanya hampir sebagian responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 81 (35,8%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja di SMA Negeri 6 Kota Samarinda Kalimantan Timur Tahun 2019

Variabel Sikap

F %

Positif Negatif

112 114

49,6 50,4 Total 226 100 Sumber : Data primer Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.2 hasil analisis sikap remaja terhadap 226 responden diperoleh data bahwa sebagian responden yaitu 114 (50,4%) memiliki sikap negatif dan hampir sebagian responden memiliki sikap positif yaitu 112 (49,6%)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja di SMA Negeri 6 Kota Samarinda Kalimantan Timur Tahun 2019 Variabel

Karakteristik

F % Jumlah a. Minat

Berminat Tidak berminat

78 148

34,5 65,5

226 100 b. Sikap diri

Positif Negatif

55 171

24,3 75,7

226 100 c. Kebutuhan

Tinggi Rendah

101 125

44,7 55,3

226 100 d. Kemampuan

Bagus Kurang

84 142

37,2 62,8

226 100 e. Pengetahuan

Tinggi Rendah

160 66

70,8 29,2

226 100 f. Emosi/Perasaan

Kuat Lemah

78 148

34,5 65,5

226 100 Sumber : Data primer Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis karakteristik remaja terhadap 226 responden diperoleh data bahwa sebagian besar responden yaitu 148 (65,5%) tidak berminat dengan perilaku seks dan hampir sebagian responden berminat dengan perilaku seks yaitu 78 (34,5%). Sebagian besar responden yaitu 171 (75,7%) memiliki sikap diri negatif dan sebagian kecil responden memiliki sikap diri positif yaitu 55 (24,3%).Sebagian responden yaitu 125 (55,3%) memiliki kebutuhan rendah terhadap perilaku seks dan hampir sebagian responden memiliki kebutuhan tinggi terhadap perilaku seks yaitu 101 (44,7%). Sebagian besar responden yaitu 142 (62,8%) memiliki

(7)

7 kemampuan yang kurang mengenai perilaku seks dan hampir sebagian responden memiliki kemampuan yang bagus mengenai perilaku seks yaitu 84 (37,2%). Sebagian besar responden yaitu 160 (70,8%) memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai perilaku seks dan hampir sebagian responden memiliki pengetahuan kurang mengenai perilaku seks yaitu 66 (29,2%). Sebagian besar responden yaitu 148 (65,5%) memiliki emosi/perasaan yang lemah dan hampir sebagian responden memiliki emosi/perasaan yang kuat yaitu 78 (34,5%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Seks pada siswa/i di SMA Negeri 6 Kota Samarinda Kalimantan Timur Tahun 2019

Perilaku Seks F % Tidak melakukan 97 42,9 Pernah melakukan 129 57,1 Total 226 100 % Sumber : Data primer Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis variabel perilaku terhadap 226 responden, diketahui sebagian besar responden yaitu 129 orang (57,1%) pernah melakukan, hampir sebagian responden yaitu sebanyak 97 orang (42,9%) tidak melakukan.

Tabel 4.5 Analisa Hubungan Variabel Sikap dan Variabel Perilaku

Sumber : Data primer Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.5 pada variabel sikap hasil uji rank spearman menunjukkan ada hubungan sikap dengan perilaku seksual dan secara statistik signifikan (p < 0,030).

Tabel 4.6 Analisa Hubungan Variabel Karakteristik dan Variabel Perilaku

Variabel (X)

Variabel (Y)

p

Karakteristik a. Minat b. Sikap diri c. Kebutuhan d. Kemampuan e. Pengetahuan f. Emosi/Perasaan

Perilaku Perilaku Perilaku Perilaku Perilaku Perilaku

0,486 0,456 0,087 0,398 0,023 0,893 Sumber : Data primer Tahun 2019

Pada variabel minat hasil uji rank spearman menunjukkan tidak ada hubungan minat dengan perilaku seksual dan secara statistik signifikan (p < 0,486).

Pada variabel sikap diri hasil uji rank spearman menunjukkan tidak ada hubungan sikap diri dengan perilaku seksual dan secara statistik signifikan (p <

0,456).

Pada variabel kebutuhan hasil uji rank spearman menunjukkan tidak ada hubungan kebutuhan dengan perilaku seksual dan secara statistik signifikan (p <

0,087).

Pada variabel kemampuan hasil uji rank spearman menunjukkan tidak ada hubungan kemampuan dengan perilaku seksual dan secara statistik signifikan (p <

0,398).

Pada variabel pengetahuan hasil uji rank spearman menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan perilaku seksual dan secara statistik signifikan (p <

0,023).

Perilaku

Total p

Baik buruk

Sikap positif n 40 72 112

> 0,030

% 35.7% 64.3% 100.0%

negatif n 57 57 114

% 50.0% 50.0% 100.0%

Total n 97 129 226

% 42.9% 57.1% 100.0%

(8)

8 Pada variabel emosi/perasaan hasil uji rank spearman menunjukkan tidak ada hubungan emosi/perasaan dengan perilaku seksual dan secara statistik signifikan (p <

0,893).

Hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku seks pada siswa di SMAN 6 Samarinda, nilai p value 0,030 (p<0,05). Pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu (1) faktor internal (individu itu sendiri) adalah cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak dan (2) faktor eksternal adalah keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sosilowati (2009) yang menyatakan ada hubungan signifikan antara sikap tentang masalah kesehatan reproduksi dan perilaku seks pranikah di Yogyakarta.

Hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara minat dengan perilaku seks pada siswa di SMAN 6 Samarinda, nilai p value 0,486 (p>0,05).

Minat adalah sikap yang membuat orang senang akan objek situasi atau ide-ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi itu. Secara garis besar, minat memiliki dua pengertian, Pertama, usaha dan kemauan untuk mempelajari (Learning) dan mencari sesuatu, Kedua merupakan dorongan pribadi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Sebagaimana

yang dikutip oleh Abdul Rachman Abror, menurut Crow and Crow mengatakan bahwa minat (Interest) bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang olah kegiatan itu sendiri.

Faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya perilaku seksual adalah meningkatnya libido dalam seksualitas, umur perkawinan yang tertunda, pengetahuan yang kurang serta semakin banyaknya faktor luar yang mempengaruhi seperti semakin banyaknya pergaulan bebas (Soetjiningsih, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Stoebenau et al (2013), mengungkapkan bahwa ada indikasi hubungan antara perilaku seksual dan minat gaya hidup, budaya, dan kondisi ketidakpastian ekonomi pada suatu keluarga

Hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap diri sendiri dengan perilaku seks pada siswa di SMAN 6 Samarinda, nilai p value 0,456 (p>0,05). Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Desi Rusmiati dan Sutanto Priyo Hastono yang berjudul

“Sikap Remaja terhadap Keperawanan dan Perilaku Seksual dalam Berpacaran” menyatakan bahwa sikap tumbuh diawali dari pengetahuan yang dipersepsikan sebagai sesuatu hal yang baik/positif maupun tidak baik/negatif, kemudian diinternalisasikan ke dalam dirinya.

Hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara

(9)

9 kebutuhan individu dengan perilaku seks pada siswa di SMAN 6 Samarinda, nilai p value 0,087 (p>0,05).

Kebutuhan remaja dapat dikontrol dengan dengan banyak cara yaitu salah satunya karena adanya superego atau kata hati yang sesuai dengan moral dan ideal yang ada di masyarakat sehingga remaja dapat menentukan sesuatu yang benar-benar ia butuhkan dan tidak hanya mengikuti ego. Hal ini mendukung penelitian Nita Istiqomah dan Hari Basuki Notobroto (2016) yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan, Kontrol Diri terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Kalangan Remaja SMK di Surabaya” yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh pengetahuan, kontrol diri terhadap perilaku seksual pranikah remaja SMK di Surabaya.

Hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara kemampuan dan kompetensi diri dengan perilaku seks pada siswa di SMAN 6 Samarinda, nilai p value 0,389 (p>0,05).

Kemampuan mengontrol diri berhubungan dengan cara seorang individu dalam mengendalikan emosi atau dorongan yang timbul dalam dirinya. Oleh karena itu pada saat seseorang memiliki kontrol diri tinggi terhadap dorongan seksual dari dalam diri maupun yang datang dari luar maka individu tersebut memiliki kontrol terhadap perilaku seksualnya sehingga mencegah dirinya terjerumus dalam terjadinya perilaku menyimpang terhadap adanya perilaku seksual. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mahfi ana (2009) yang menjelaskan bahwa kontrol diri yang kurang pada remaja menjadi salah satu penyebab

maraknya perilaku seksual pranikah yang menyimpang dari norma agama

Hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku seks pada siswa di SMAN 6 Samarinda, nilai p value 0,023 (p<0,05). Seperti yang diungkapkan oleh Darmasih (2009) semakin tinggi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi seksual yang dimiliki remaja maka semakin rendah perilaku seksualnya. Sebaliknya jika semakin tinggi perilaku seksual pranikah maka semakin rendah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi seksual yang dimiliki oleh remaja. Pengetahuan akan meningkat jika individu mendapatkan informasi dengan benar dan bertanggung jawab Notoatmodjo (2003).

Hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara emosi /perasaan dengan perilaku seks pada siswa di SMAN 6 Samarinda, nilai p value 0,893 (p>0,05).Emosi, suasana hati, serta keyakinan merupakan faktor yang mendasar untuk seseorang itu memutuskan sesuatu selain dengan mempertimbangkan dari beberapa informasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Nita Istiqomah dan Hari Basuki Notobroto (2016) yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan, Kontrol Diri terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Kalangan Remaja SMK di Surabaya” menyatakan bahwa pada remaja yang memiliki kontrol diri yang tinggi maka remaja tersebut memiliki perilaku seksual dengan risiko rendah.

Sebaliknya pada remaja yang memiliki kontrol diri yang rendah maka remaja tersebut memiliki perilaku seksual dengan risiko tinggi. Kontrol diri

(10)

10 berhubungan dengan cara seorang individu dalam mengendalikan emosi atau dorongan yang timbul dalam dirinya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku seks pra nikah pada remaja kelas X dan XI di SMA Negeri 6 Samarinda. Dari beberapa indikator karakterikstik hanya indikator pengetahuan yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku seks pranikah pada remaja kelas X dan XI di SMA Negeri 6 Samarinda.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ardana, I Komalang. 2009.

Perilaku Keorganisasian.

Yogyakarta : Graha Ilmu

2. Ardiani, R. A. D., 2014. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Dukungan Sosial Keluarga dengan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Surabya.

Tesis, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

3. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta:

Rineka Cipta.

4. Arlinda, S. 2008. Statistika Kedokteran dengan disertai Aplikasi dengan SPSS, Edisi I.

Medan.

5. Azinar M. 2013. Perilaku Seksual Pranikah Berisiko Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan.

KEMAS Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol (no):8(2). pp153- 160. Yogyakarta: Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakul-tas Ilmu Keolahragaan Uni-versitas Negeri Semarang, Indonesia.

6. Azwar, S.2011. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

7. BKKBN. 2010. Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan. Seri I No.6/Pusdu- BKKBN/. Diakses tanggal 24 Oktober 2018.

8. Depkes, Poltekkes. 2010.

Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Salemba Medika:

Jakarta

9. Desmita, 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.

Bandung:Rosda Karya

10. Dewi, A.P. (2012). Hubungan karakteristik remaja, peran teman sebaya dan paparan pornografi dengan perilaku seksual remaja di Kelurahan Pasir Gunung Selatan

Depok. Tesis: tidak

dipublikasikan.

11. Ferry, Effendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika

12. Hargiyati, I. A., Hayati, S. &

Maidartati, 2016. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Usia (15-18) Tahun Di SMA X Kabupaten Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan, pp. 4 (2) : 129-140.

13. Hastono, S.P. 2007. Analisis Data Dasar. Jakarta: FKM UI.

14. Hidayat, A. 2008. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

15. Hurlock, E.B. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

(11)

11 16. Imran. 2009. Perkembangan

Seksualitas Remaja. Jakarta:

PKBI, IPPF, BKKBN, UNFPA.

17. Irianti dan Herlina.. Buku Ajar Psikologi untuk Mahasiswa Kebidanan. EGC. Jakarta. 2009 18. Irsyad, M. 2012. Tanggapan

Mahasiswa Terhadap Perilaku Hubungan Seks Pranikah, Survei Kampus Akademik Kebidanan Sandi Karsa. Skripsi. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

19. Israwati. 2013. Perilaku Seks Pra- Pranikah Mahasiswa pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Bangsa Kendari. (Studi Kasus). Skripsi:

Universitas Hasanuddin.

20. Jackson, Kintu. (2011). Causes And Characteristics Of Pre-Marital Sex Among The Youths Of Madudu Subcounty, Mubende District. Research Report Submitted To The Department Of Distance Education, Institute Of Adult And Continuing Education In Partial Fulfilment Of The Requirement Of The Award Of Diploma In Common Wealth Youth Development Programme Of Makerere University.

21. Jernih, F. 2010. “Mengapa Hubungan Seks PraNikah Harus Dihindari”.

22. Kartono, K. (2008). Patologi sosial 2 kenakalan remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

23. Karyadi. 2008. Hubungan Pola Asuh Keluarga Terhadap Perilaku pada Remaja di Desa Kenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten

Boyolali Tahun 2007. Skripsi.

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

24. Lailatushifah, S.N.F, Prastawa, D.P. 2009. “Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri”. UIN Journal Psikologi, Vol.2

25. Lestari, W. & Dewi, Y.I. (2013).

Pengetahuan dan sikap remaja tentang seksualitas didaerah pesisir sungai siak. Artikel keperawatan maternitas. Lestary, H. (2007).

Perilaku beresiko

26. Marantika, R. Yosi. 2015. Dampak Hamil Diluar Nikah Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga di Desa Budegan Wonosari Gunung Kidul. Jurnal Penelitian

27. Notoadmodjo, S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

28. Notoatmodjo, S. (2010).

Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta:Rineka Cipta

29. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

30. Nursalam (2011). Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2.

Jakarta: Salemba Medika

31. Pratiwi, A. Anggun. 2012.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Dampak Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Remaja di Desa Kweni Sewon

(12)

12 Bantul Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah PSIK FKIK UMY.

32. Rahman, A dan Hirmaningsih.

2013. Pacaran Sehat. Panduan Ceramah. Yogyakarta: Sahabat Remaja.

33. Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta: Nuha Medika

34. Santrock. (2011). Remaja Jilid 1.

Jakarta: Erlangga

35. Sarwono W.S. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta: Grafindo Persada.

36. Sarwono, Sarlito. (2012). Psikilogi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.

37. Sarwono, W,S. 2011. Psikologi Remaja. Edisi revisi cetakan 14.

Jakarta: PT. Rajawali Grafi ndo Persada.

38. Sastroasmoro, S., Ismael, S.

(2010). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis Ed.3 Cet.2.

Jakarta : Sagung Seto.

39. Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2) Yogyakarta:

Graha Ilmu

40. Sinaga, S. Natalia. 2012. FAktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Akademi Kesehatan X di Kabupaten Lebak. Skripsi 41. Soetjiningsih.(2010). Buku Ajar:

Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.

42. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta 43. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

44. Suryoputro A., Nicholas J.F., Zahroh S., (2006). Faktor-faktor yang mempengaruhiPerilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah:

Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Makara Kesehatan. vol.10. no.1 juni 2006:

29-40.

45. Taufik. 2013. Perilaku seks di surakarta. Skripsi Diakses tanggal 20 Oktober 2018.

46. Tristiadi, F. A. 2016. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Karya Tulis Ilmiah PSIK FKIK UMY

47. Ulfa, K. 2012. Pengambilan Keputusan Menjadi Pelacur Freelance Di Kota Pekanbaru.

Skripsi, tidak dipublikasikan.

Universitas Riau.

48. Wahyuningsih, R. (2008).

Hubungan antara konsep diri dan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah pada siswa kelas xi SMA Negri 1 Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang:

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri.

49. Yusuf, S. 2014. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Konformitas teman sebaya yang tinggi ditunjukkan dengan sikap atau perilaku individu yang berubah untuk memenuhi harapan kelompok agar dapat diterima dan juga karena pengaruh atau