• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan sikap keberagamaan dengan kecerdasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan sikap keberagamaan dengan kecerdasan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SIKAP KEBERAGAMAAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMA PERTIWI 2 PADANG

ARTIKEL

CHAIRANDA PUTRA NPM : 11060315

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

HUBUNGAN SIKAP KEBERAGAMAAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMA PERTIWI 2 PADANG

By:

Chairanda Putra*

Dr. Yuzarion Zubir, S.Ag., S.Psi., M.Si **

Alfaiz, S.Psi. I., M,Pd.***

* Student

** Lecturers

Student Guidance and Counseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated by the phenomenon on the field there is a learners not prayer, being relaxed when the adzan, philantropist, there is not act of devotion and none to speak a greetings, pride comes too late, playing during prayer, and desperate when getting a bad score. The purpose of this study is religious attitude, emotional intelligence and the correlation between the variable to student in senior high school of Pertiwi 2 Padang.

This research was a descriptive quantitative approach thought correlation analyze. The population were a students SMA Pertiwi 2 Padang. Samples taken with cluster random sampling technique consits of 119 students. The data was analyze with correlation product moment and used program Microsoft Excel 2007 and SPSS 20.0.

Results of this study found that the religious attitude of students in high school Pertiwi 2 Padang showed that as many as 114 people fairly well (95.8 percent) and 4 well (4.2 percent), emotional intelligence in dicates that as many as 107 people are smart enough (89,9 percent), and 12 intelligent people (10.1 percent), and the presence of a significant relation ship between religious attitude swith emotional intelligence with r count of 0.222 r 0.195 df table117 at the 0.05 level or the level of confidence (95 percent) with the provisions of-1means the value of r≤ 0.222≤ 1 that in dicates the direction of a positive relation ship with low coefficients.

Keyword:Religious attitude and emotional intelligence

(3)

Pendahuluan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang terlahir memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya yaitu memiliki cara masing-masing dalam mengartikan, memaknai, dan menjalani kehidupan. Sebagai makhluk yang cerdas memiliki akal sehat dan hati nurani tentunya manusia memiliki keyakinan akan adanya Sang Pencipta yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Tentunya pemahaman mengenai adanya Sang Pencipta tidak didapat begitu saja ketika manusia lahir ke dunia tanpa adanya yang mendidik. Menurut Ki Hajar Dewan Tara (Sukarjo dan Komarudin, 2012:10) mengatakan bahwa mendidik adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Menurut Ketentuan Undang-Undang RI No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Imron, 2011:5) menjelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Sudarsono (2008:161) mengatakan bahwa Jika dianalisis dari segi ilmu jiwa, maka dapat diambil asumsi bahwa betapa gelisahnya remaja sebelum menerima didikan agama. Jika kita pahami dari pendapat di atas seorang remaja akan gelisah jika tidak mendapatkan didikan agama.

Perasaan gelisah ini adalah reaksi psikologis yang tampil dalam bentuk tingkah laku ataupun raut wajah seseorang yang disebut juga dengan emosi. Sesuai dengan pendapat Hatersall, 1985 (Prayitno, 2006:69) emosi sebagai situasi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dah tubuh. Menurut Goleman (Ali dan Asori, 2006:62) emosi adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, baik itu dalam kondisi biologis atau psikologis yang cenderung menentukan sebuah tindakan. Dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan suatu keadaan biologis dan psikologis yang dapat diamati dari tingkah laku dan raut wajah.

Sesuai dengan hasil observasi yang penulis temukan sewaktu Pelatihan Lapangan Kependidikan dan Pelatihan Lapangan Sekolah yaitu di SMA Pertiwi 2 Padang adanya peserta didik yang melalaikan shalat, adanya peserta didik yang bersikap santai sewaktu pengumuman untuk shalat, adanya peserta didik malas untuk berinfak, adanya peserta didik mengabaikan temanya yang sakit, adanya peserta didik yang membangkang saat diminta untuk melakukan shalat, adanya peserta didik yang terlambat tanpa membaca salam sewaktu masuk kelas, adanya peserta didik yang bangga datang terlambat, adanya peserta didik yang bermain- main sewaktu shalat, adanya peserta didik melonjak-lonjak di saat mendapatkan juara dalam perlombaan, dan adanya peserta didik yang putus asa saat mendapatkan nilai buruk.

(4)

Nasution (Arifin, 2008:14) menjelaskan bahwa agama berasal dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian, Religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a = tak, gama = kacau dapat disimpulkan bahwa agama itu adalah tidak kacau. James (Daradjat, 2008:22) menjelaskan sikap jiwa agama yang umum adalah sikap bersungguh-sungguh, jauh dari olok- olokan dan kekesalan. Jika seseorang menderita cobaan atau musibah, ia tidak akan mengeluh, karena di samping penderitaan itu, ia mempunyai jalan untuk terlepas dari kesukaran tersebut. Sebaliknya kalau gembira serta mendapat keuntungan, maka dia tidak akan melonjak-lonjak gembira, atau tertawa-tertawa. Sikap- sikap keberagamaan itu juga dijelaskan oleh Daradjat (2005:106) yaitu pada remaja ada 4 sikap yang ditampilkan: percaya turut-turutan, percaya dengan kesadaran, kebimbangan beragama, dan tidak percaya kepada Tuhan.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang: Hubungan Sikap Keberagamaan Dengan Kecerdasan Emosional Peserta Didik Di Sma Pertiwi 2 Padang. Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian ini maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Profil SMA Pertiwi 2 Padang.

2. Sikap keberagamaan peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang.

3. Kecerdasan emosional peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang.

4. Hubungan sikap keberagamaan dengan kecerdasan emosional peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu:

“Bagaimana hubungan sikap keberagamaan dengan kecerdasan emosional peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang?”.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif (Yusuf, 2007: 83). Populasi dalam penelitian ini seluruh peseta didik yang berada pada kelas X dan XI di SMA Pertiwi 2 Padang berjumlah 239 orang peserta didik. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Proposional Cluster Random Sampling Darmawan (2013:148), Peneliti mengambil sasaran yang akan diteliti yaitu peserta didik kelas X dan XI SMA Pertiwi 2 Padang.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 119 responden, untuk mencari sampel secara berstrata per- sesi menggunakan perhitungan dengan mencari sampel fraction (Umar, 2008: 89). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini merupakan instrumen hubungan sikap keberagamaan dengan kecerdasan emosional peserta didik, yang menggunakan skala likert.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Arikunto ( 2010: 159) menyatakan bahwa “variabel interval adalah variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel yang lain, sedangkan jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti misalnya suhu udara di luar. Agar pengumpulan data berjalan dengan

(5)

lancar maka peneliti menjalankan prosedur sebagai berikut:

1. Melakukan studi kepustakaan untuk mendalami teori-teori yang berkaitan dengan Hubungan Sikap

Keberagamaan dengan

Kecerdasan Emosional Peserta Didik di SMA Pertiwi 2 Padang.

2. Membuat kisi-kisi instrumen.

3. Menyusun atau merumuskan item.

4. Angket disusun dengan tiga alternatif jawaban, dimana jawaban menggunakan skor 0 - 4 pada kolom jawaban yang telah tersedia, maka skala pengukuran yang akan digunakan peneliti adalah dengan menggunakan

Skala Likert”. Peneliti menggunakan 5 alternatif jawaban yang telah disediakan dalam penelitian ini yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Cukup Sesuai, Tidak Sesuai, danSangat Tidak Sesuai.

5. Angket diuji ahli oleh 2 orang Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling (Prodi BK STKIP PGRI Sumbar).

6. Melakukan uji coba angket kepada 30 responden untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen.

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Memeriksa kelengkapan isi instrumen (angket) yang telah diterima dari sampel penelitian.

b) Membuat tabel pengolahan data berdasarkan item pernyataan penelitian yang telah dijawab responden.

c) Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukkan data ketabel pengolahan.

d) Perumusan kriterium Sturgess.

Sturgess (Mangkuatmodjo, 2003: 38) mengemukakan untuk mencari interval skor menggunakan rumus sebagai berikut:

Skor Tertinggi - Skor Terendah i =

Alternatif jawaban e) Menghitung masing-masing

frekuensi yang diperoleh dengan menggunakan teknik analisis persentase yang dikemukakan oleh Sudjana (2001: 50) sebagai berikut:

f

P = x100 N

Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi N = Jumlah sampel

101= Bilangan tetap

f) Menghitung Analisis dengan nilai r

Untuk perolehan taraf signifikan digunakan software IBM Statistical Package for the Social Sciences version 20 for windows (IBM SPSS Versi 20.0). Untuk melihat hubungan atau korelasi yang signifikan masing-masing variabel X dan Y dengan ketentuan nilai r tidak dari harga (-1 ≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatife sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.

Analisis signifikansi hubungan atau uji korelasi menggunakan nilai korelasi yang

(6)

dibuat oleh (Riduwan, 2012:138) sebagai berikut :

1. 0.00 – 0.20 korelasi keeratan sangat lemah 2. 0.21 – 0.40 korelasi

keeratan lemah

3. 0.41 – 0.70 korelasi keeratan kuat

4. 0.71 – 0.90 korelasi keeratan sangat kuat 5. 0.91 – 0.99 korelasi

keeratan sangat kuat sekali

6. 1 berarti korelasi keeratan sempurna

Hasil dan Pembahasan

1. Sikap Keberagamaan Peserta Didik

Secara umum gambaran dari 119 orang peserta didik yang dijadikan responden terdapat 118 orang berada pada kategori cukup baik (99,2 percent) dan berada pada kategori baik sebanyak 1 orang (0,8 percent).

Dengan demikian rata-rata persentase peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang berada pada kategori cukup baik. Keterangan di atas mengungkap bahwa identifikasi masalah serta keterangan yang peneliti dapatkan selama melakukan observasi terhadap sebelumnya tidak benar adanya. Tetapi hal tersebut terungkap dari hasil yang peneliti peroleh setelah mengolah data perindikator.

Seperti sikap tidak percaya terhadap agama peserta didik yaitu bahwa sebanyak 16 orang pada kategori sangat tidak percaya (13,4 percent), pada kategori tidak percaya sebanyak 61 orang peserta didik dengan

persentase (51,3 percent), pada kategori cukup percaya sebanyak 42 orang (35,3 percent). Walaupun sebagian besar data yang diperoleh mengungkap bahwa sebenarnya sikap keberagamaan peserta didik cenderung berada pada kategori cukup baik tetapi jika dilihat perindikator maka pada indikator sikap tidak percaya sama sekali terdapat 61 orang yang memiliki sikap tidak percaya sama sekali terhadap agama.

Itu membuktikan bahwa adanya peserta didik yang memiliki sikap keberagamaan yang tidak baik. Untuk peserta didik yang memiliki sikap tidak baik hendaknya mendapatkan perhatian serta bimbingan yang lebih oleh guru BK khususnya guru agama, agar dapat

memperbaiki sikap

keberagamaan yang kurang baik tersebut. Pada umumnya baik dan tidak baiknya sikap keberagamaan peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal peserta didik itu sendiri maupun faktor eksternalnya yang pada akhirnya melahirkan persepsi- persepsi terhadap agama yang mereka yakini sehingga

terbentuklah sikap

keberagamaan yang baik dan tidak baik.

Sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Daradjat (2005: 85) mengemukakan bahwa ada lima faktor yang

mempengaruhi sikap

keberagamaan peserta didik:

(7)

a. Pertumbuhan Mental Remaja

b. Masalah Pemahaman Mati dan Kekelan

c. Emosi

d. Perkembangan Moral

e. Kedudukan dalam Masayarakat

Maksud dari lima faktor di atas, yaitu bahwa terbentuknya sikap keberagamaan peserta didik menjadi baik dan tidak baik sangat didasarkan pada kelima faktor tersebut yaitu pengalaman beragama peserta didik itu sendiri. Apabila peserta didik memperoleh pengalaman yang membentuk mental yang positif, pemahaman tentang kehidupan, merasakan kenikmatan disaat beragama maka terbentuklah sikap keberagamaan yang baik.

Sebaliknya apabila peserta didik memperoleh pengalaman yang membentuk mental yang negatif, kurangnya pemahaman tentang kehidupan, tidak merasakan kenikmatan disaat beragama maka terbentuklah sikap keberagamaan yang tidak baik.

2. Kecerdasan Emosi Peserta Didik

Secara umum kecerdasan emosional peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang berada pada kategori cukup cerdas sebanyak 107 orang (89,9 percent), kategori cerdas sebanyak 12 orang (10,1 percent) maka rata- rata kecerdasan emosional peserta didik berada pada kategori cukup cerdas (89,9

percent). Hal ini

mengidentifikasikan bahwa sebagian besar peserta didik

cukup cerdas mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan. penjelasan di atas mengungkap bahwa identifikasi masalah serta keterangan yang peneliti dapatkan selama melakukan observasi terhadap sebelumnya tidak benar adanya.

Tetapi hal tersebut terungkap dari hasil yang peneliti peroleh setelah mengolah data perindikator. Seperti kecerdasan emosional dilihat dari aspek membina hubungan dari sini terungkap bahwa 17 orang sangat tidak cerdas (14,3 percent), tidak cerdas 69 orang (58,0 percent), cukup cerdas 27 orang (22,7 percent), dan cerdas 6 orang (5,0 percent).

Walaupun sebagian besar data yang diperoleh mengungkap bahwa sebenarnya kecerdasan emosional peserta didik cenderung berada pada kategori cukup cerdas tetapi jika dilihat perindikator maka pada indikator membina hubungan terdapat 69 orang yang tidak cerdas secara emosionalnya dilihat dari aspek membina hubungan. Itu membuktikan bahwa adanya peserta didik yang tidak cerdas emosionalnya.

Untuk peserta didik yang memiliki tidak cerdas secara

emosional hendaknya

mendapatkan perhatian serta bimbingan yang lebih oleh guru BK, agar kecerdasan emosional peserta didikpun menjadi lebih cerdas.

(8)

Sesuai dengan pendapat Salovey (Goleman, 2007:57) aspek kecerdasan emosi dibagi menjadi lima yaitu:

1. mengenali emosi diri 2. mengelola emosi 3. memotivasi diri sendiri 4. mengenali emosi orang lain 5. membina hubungan.

Maksud dari kelima aspek tersebut adalah seseorang yang dikatakan cerdas emosionalnya maka cerdas dalam setiap aspek tersebut. Apabila salah satu aspek belum terpenuhi maka orang tersebut belum dapat dikatakan cerdas emosionalnya.

Setiap aspek tidak berpengaruh satu sama lainnya. Ada orang yang cerdas untuk mengenali emosi dirinya tapi kurang cerdas dalam mengenali emosi orang lain dan begitu juga dengan aspek-aspek lainnya.

3. Hubungan Sikap

Keberagamaan dengan Kecerdasan Emosional

Hubungan sikap

keberagamaan dengan

kecerdasan emosional peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang dapat di gambarkan bahwa diperoleh korelasi atau r hitung sebesar 0,222 dan rtabel sebesar 0,195 dengan ketentuan nilai r berarti -1 ≤ 0,222 ≤ 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) dapat diterima dan terdapat hubungan yang signifikan yang menunjukkan arah hubungan yang positif dengan koefisien rendah. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin baik sikap keberagamaan peserta didik

maka semakin cerdas emosional peserta didik, sebaliknya semakin rendah sikap keberagamaan peserta didik, maka semakin tidak cerdas emosional peserta didik.

Sesuai dengan pendapat James (Daradjat, 2005:22) menjelaskan sikap jiwa agama yang umum adalah sikap bersungguh-sungguh, jauh dari olok-olokan dan kekesalan. Jika seseorang menderita cobaan atau musibah, ia tidak akan mengeluh, karena di samping penderitaan itu, ia mempunyai jalan untuk terlepas dari kesukaran tersebut. Sebaliknya kalau gembira dan mendapat keuntungan, maka dia tidak akan melonjak-lonjak kegembiraan, atau tertawa-tawa.

Maksudnya agama memang memiliki hubungan dengan kecerdasan emosional seseorang.

Jika kita pahami sikap agama penuh kesadaran yang dijelaskan James di atas yaitu sikap agama yang baik. Apabila kita temukan adanya seseorang yang memiliki sikap keberagamaan seperti ini tentunya kita akan melihat keramahan, kesopanan, kelembutan, dan ketenangan emosi yang dimilikinya.

Tentunya semua itu tidak terlepas dengan adanya hubungan sikap keberagamaan tersebut dengan kecerdasan emosional yang dimilikinya.

Sudarsono (2008:120) menyatakan bahwa “remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahami norma agama bahkan mungkin lalai dalam

(9)

menunaikan perintah-perintah agama”. Dari pernyataan Sudarsono tersebut dapat dipahami bahwa tindakan kejahatan tidak akan terjadi apabila remaja cerdas emosional dan tidak memahami norma agama serta lalai dalam menunaikan perintah agama merupakan sikap keberagamaan yang tidak baik. Ternyata terdapat hubungan dari kedua hal tersebut dengan ditandai apabila remaja memiliki sikap keberagamaan yang tidak baik seperti tidak memahmai norma- norma agama dan lalai dalam menunaikan perintah agama cenderung tidak cerdas emosionalnya seperti melakukan tindakan kejahatan.

Jadi, logika dalam penelitian ini adalah antara sikap

keberagamaan dengan

kecerdasan emosional memiliki hubungan yang signifikan.

Apabila sikap keberagamaan terletak pada kategori baik maka kecerdasan emosional akan terletak pada kategori cerdas.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara sikap keberagamaan dengan kecerdasan emosi peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sikap keberagamaan peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang menunjukan bahwa sebanyak 114 orang peserta didik digolongkan cukup baik dan 5 orang digolongkan baik.

2. Kecerdasan emosional peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang

menunjukan bahwa sebanyak 107 orang peserta didik digolongkan cukup cerdas dan 12 orang peserta didik digolongkan baik.

3. Hubungan sikap keberagamaan dengan kecerdasan emosional peserta didik di SMA Pertiwi 2 Padang dapat di gambarkan bahwa diperoleh korelasi yaitu r

hitungsebesar 0,222≥ r tabelsebesar 0,195 df 117 dengan ketentuan nilai r berarti -1 ≤ 0,222 ≤ 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) dapat diterima karena dan terdapat hubungan yang signifikan yang menunjukkan arah hubungan yang positif dengan koefisien rendah.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti ingin mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Peserta Didik

Peserta didik diharapkan untuk terus mempertahankan sikap keberagmaan yang telah dimiliki saat ini dan menambahnya dengan sikap positif lainnya di dalam beragama sehingga sikap keberagmaan yang dimiliki peserta didik menjadi lebih baik lagi dan begitu juga kecerdasan emosional, khususnya dalam aspek membina hubungan dengan orang lain.

2. Guru Agama

Guru Agama diharapkan dapat meningkatkan sikap keberagamaan peserta didik dengan memberikan arahan, bimbingan, dorongan serta contoh tindakan yang dapat dilakukan peserta didik dalam meningkatkan

(10)

sikap keberagamaannya melalui proses belajar mengajar.

3. Guru BK

Guru BK diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosi dan kontrol diri peserta didik dengan memberikan arahan, bimbingan, dorongan serta contoh tindakan yang dapat dilakukan peserta didik dalam meningkatkan kecerdasan emosi dan kontrol diri peserta didik melalui pelaksanaan berbagai layanan Bimbingan dan Konseling

4. Kepala Sekolah

Kepala sekolah bersama personil sekolah lainnya diharapkan dapat lebih melanjutkan metode belajar yang mengarahkan kepada aspek sikap keberagmaan peserta didik dan aspek emosional secara baik dan bukan semata hasil akademik yang menjadi tuntutan.

5. Orang Tua

Orangtua sangat diharapkan membantu serta menfasilitasi peserta didik sebagai upaya pendorong untuk proses perkembangan pribadi peserta didik sehingga peserta didik menjadi seseorang yang bukan hanya cerdas dari aspek kognitif saja tetapi juga memiliki sikap yang positif dan berkembang.

6. Bagi Penelitian Selanjutnya Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosi terhadap kesuksesan karir seseorang.

Kepustakaan

Ali & Asrori, (2006). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, Bambang Syamsul.

(2008). Psikologi Agama.

Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. (2006).

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Daradjat, Zakiah. (2008). Ilmu Jiwa Agama . Jakarta: Bulan Bintang.

Goleman, Daniel. (2007). Emotional Intelligence, Mengapa EI lebih penting dari

Imron, Ali. (2011). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Mangkuatmodjo, Soegyarto. (2003).

Pengantar Statistik. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Priyatno, Dwi (2009). Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Servise Solusition). Jakarta: Buku Kita.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (2001). Metode Penelitian Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukardjo M & Komarudin. (2012).

Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Umar, Husein. (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi ke 2.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yusuf A. Muri. (2007). Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

PGE has treated these environmental activities in accordance with environmental accounting principles and PSAK 33, although management claims to have not understood the