• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok pada Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Karang Asam Ilir Samarinda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok pada Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Karang Asam Ilir Samarinda"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

19 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini, yang dilakukan mulai Maret hingga April tahun 2023 menghasilkan temuan sebagai berikut :

3.1.1 Analisis Univariat

Analisis univariat memberikan penjelasan tentang karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Analisis ini menunjukkan lokasi penelitian, jenis kelamin, pendidikan, usia, dan tingkat pengetahuan variabel, serta perilaku merokok.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Karang Asam Ilir yang berlokasi di Jl. Ulin dan Jl. Slamet Riyadi di Kelurahan Karang Asam Ilir. Peresentase luas wilayah Kelurahan Karang Asam Ilir yaitu 18.02 Km2. Sarana dan prasarana ekonomi terbanyak di Kelurahan Karang Asam Ilir adalah Toko/Warung Kelontong, yaitu sebanyak 250 dan 10 Restoran/warung makan.

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :

(2)

1) Usia

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori usia digambarkan pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik Frekuensi Presentase (%)

17-25 Tahun 25 20.7

26-35 Tahun 46 38.0

36-45 Tahun 23 19.0

46-55 Tahun 13 10.7

56-65 Tahun 14 11.6

Total 121 100.0

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa responden paling banyak yaitu pada rentang usia 26-35 tahun sebanyak 46 orang (38%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu pada rentang usia 46-55 tahun sebanyak 13 orang (10,7%).

2) Jenis Kelamin

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori jenis kelamin digambarkan pada tabel 3 berikut :

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik Frekuensi Presentase (%)

Laki-Laki 79 65.3

Perempuan 42 34.7

Total 121 100.0

(3)

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah Laki-laki sebanyak 79 orang (65,3%) dan selebihnya adalah perempuan sebanyak 42 orang (34,7%).

3) Pendidikan

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pendidikan digambarkan pada tabel 4 berikut :

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Karakteristik Frekuensi Presentase (%)

SD 20 16.5

SMP 25 20.7

SMA 51 42.1

D3 12 9.9

S1 13 10.7

Total 121 100.0

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa responden paling banyak yaitu pendidikan terakhirnya SMA sebanyak 51 orang (42,1%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu Pendidikan terakhirnya D3 sebanyak 12 orang (9,9%).

C. Tingkat Pengetahuan

Hasil mengenai tingkat pengetahuan responden tentang bahaya rokok ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Kategori Frekuensi Presentase (%)

Kurang Baik 57 47.1

Baik 64 52.9

Total 121 100.0

(4)

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa Sebagian besar responden tingkat pengetahuannya pada kategori Baik sebanyak 64 orang (52,9%) dan selebihnya yaitu tingkat pengetahuannya pada kategori Kurang Baik sebanyak 57 orang (47,1%).

D. Perilaku Merokok

Hasil mengenai perilaku merokok responden ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Responden

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berperilaku Merokok yaitu sebanyak 86 orang (71,1%) dan sisanya berperilaku Tidak Merokok sebanyak 35 orang (28,9%).

3.1.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah hasil analisis hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil pengolahan data Hubungan Tingkat

Pengetahuan dengan Perilaku Merokok pada Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Karang Asam Ilir Samarinda disajikan berikut:

Perilaku Merokok Frekuensi Presentase (%)

Tidak Merokok 35 28.9

Merokok 86 71.1

Total 121 100.0

(5)

A. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok

Hasil pengolahan data dari responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 7. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok

Tingkat Pengetahuan

Perilaku Merokok

Jumlah p value Tidak Merokok Merokok

f % f % f %

Kurang Baik 22 38,6 35 61,4 57 100

0,04

Baik 13 20,3 51 79,7 64 100

Jumlah 35 28,9 86 71,1 121 100

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa dari 57 orang pedagang kaki lima yang berpengetahuan kurang baik, terdapat 35 orang (61,4%) yang berperilaku merokok dan 22 orang (38,6%) yang tidak merokok. Kemudian dari 64 orang pedagang kaki lima yang berpengetahuan baik, terdapat 51 orang (79,7%) yang berperilaku merokok dan 13 orang (20,3%) yang tidak merokok.

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa nilai p

= 0,04 < α = 0,05. Dengan demikian, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima, yang menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara tingkat pengetahuan dan perilaku merokok pedagang kaki lima.

(6)

3.2 Pembahasan

3.2.1 Karakteristik Responden A. Usia

Dari hasil penelitian yang didapat menunjukan bahwa untuk karakteristik responden berdasarkan usia yang paling banyak terdapat pada rentang usia 26-35 tahun sebanyak 46 orang (38%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu pada rentang usia 46-55 tahun sebanyak 13 orang (10,7%).

Tingkat kematangan mental dan kemampuan bertindak seseorang akan meningkat seiring bertambahnya usia (Pramestia Utari, 2018). Dalam kelompok usia 26 hingga 35 tahun, responden memiliki tanggung jawab penuh terhadap diri mereka sendiri, yang menentukan apakah mereka merokok atau tidak.

B. Jenis Kelamin

Pada kategori jenis kelamin, responden Laki-laki sebanyak 79 orang (65,3%) dan perempuan sebanyak 42 orang (34,7%). Responden yang merokok Sebagian besar adalah laki-laki. Laki-laki umumnya lebih berani mengambil risiko, termasuk masalah kesehatan, daripada perempuan (Mulyani et al., 2015).

Dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa laki-laki lebih cenderung mempunyai kebiasaan merokok

(7)

dibandingkan dengan perempuan. Perilaku merokok bagi laki- laki dianggap sebagai suatu simbol kejantanan sehingga dianggap normal dan dapat diterima oleh masyarakat, berbeda dengan perempuan yang berperilaku merokok karena dianggap sebagai suatu penyimpangan oleh masyarakat (Purnomo et al., 2018).

C. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Sebagian besar dari responden (42,1%) dengan Pendidikan menengah atas (SMA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan bukan faktor utama yang berkontribusi pada perilaku merokok responden. Ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak menjamin bahwa seseorang tidak merokok. ini sudah normal bagi orang-orang yang berpendidikan tinggi tetapi tidak dapat mengubah perilaku mereka untuk menghindari merokok.

Pendidikan melindungi kesehatan, menurut banyak penelitian. Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan adalah suatu kegiatan proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian mereka, Ross dan Mirowsky (2017) menemukan bahwa lamanya (tahun)

(8)

pendidikan memiliki dampak positif pada kesehatan yang konsisten.

Pendidikan tinggi mengajarkan orang berpikir lebih rasional dan logis, untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dan untuk menggunakan analisis yang lebih baik untuk memecahkan masalah. Pendidikan tinggi juga mengajarkan mereka keterampilan kognitif yang diperlukan untuk terus belajar di luar sekolah. Menurut penelitian Kenkel (2017), perilaku merokok, konsumsi alkohol, dan olahraga adalah yang paling terkait dengan pengetahuan tentang kesehatan.

3.2.2 Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian dari 121 responden dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuannya pada kategori Baik sebanyak 64 orang (52,9%). Sedangkan yang tingkat pengetahuannya pada kategori Kurang Baik sebanyak 57 orang (47,1%). Pengetahuan tidak dapat dilepaskan dari bersikap dan berperilaku. Faktor dominan yang tidak dapat dipisahkan adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Pengetahuan akan menuntun orang untuk bersikap, dan sikap akan menuntun mereka untuk berperilaku. Bersikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dalam lingkungan

(9)

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.

(Nur et al., 2022).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti et al.

(2017), pengetahuan memiliki korelasi dengan perilaku merokok.

Pengetahuan ini dianggap sebagai komponen yang mendorong seseorang untuk merokok. Menurut Dewi (2019), hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar santriwan memiliki pengetahuan yang baik tentang rokok (57,70%).

Meskipun sebagian besar responden sudah tahu tentang rokok, ada beberapa yang kurang pengetahuannya (14,40%).

Responden dalam penelitian ini mayoritas berpengetahuan baik, yang mana hal ini diasumsikan terkait dengan latar belakang pendidikan terakhirnya sebagaimana presentase terbesarnya adalah SMA. karena pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal melainkan juga dari pendidikan non-formal, seperti media elektronik, sehingga mereka memiliki kemampuan dan pemahaman yang baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shabir (2020) yang melihat bagaimana remaja di SMA Negeri 1 Galis Pamekasan mengetahui bahaya merokok dan perilaku merokok. Tingkat pengetahuan berkorelasi positif dengan kejadian merokok.

Terlepas dari kesadaran umum terhadap merokok, perilaku merokok masih ada.

(10)

3.2.3 Perilaku Merokok

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 121 responden, sebanyak 86 orang (71,1%) mempunyai perilaku merokok dan sebanyak 35 orang (28,9%) mempunyai perilaku tidak merokok. Ketika seseorang merokok secara aktif selama minimal enam bulan, selama survei dilakukan mereka dianggap merokok (Rosita Damayanti, 2021). Remaja adalah masa transisi antara anak-anak dan dewasa di mana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbulnya ciri-ciri sekunder, mencapai fertilitas, dan perubahan psikologis dan kognitif. Perubahan- perubahan ini mendorong remaja untuk mencoba hal-hal baru seperti merokok. (Nurlaeli et al., 2021).

Beberapa alasan responden merokok adalah karena orang tua mereka yang merokok, teman sebaya mereka yang merokok, aspek kepribadian mereka, dan pengaruh iklan. Menurut peneliti, ketika responden mengetahui tentang merokok, mereka akan sangat tertarik untuk merokok dan secara tidak langsung berpotensi memulai beberapa tahap menjadi perokok, seperti persiapan, memulai, menjadi perokok, dan mempertahankan merokok, sebelum akhirnya menjadi perokok (Rara, 2019).

Hal ini didukung oleh jurnal penelitian Bringham (2017).

Penelitian ini dilakukan pada 128 responden putra di SMA Negeri I Tompasobaru, sebuah sekolah menengah atas di provinsi

(11)

Sulawesi Utara, yang berusia antara 15 dan 18 tahun. Mereka adalah siswa kelas X dan XI. dari total responden, 76 orang (59,4%) memiliki perilaku tidak merokok, dan 56 orang (40,6%) memiliki perilaku merokok. Perilaku merokok dilakukan responden sebagai kompensasi, dan remaja melakukannya sebagai simbolisasi. simbol kekuatan, kematangan, kepemimpinan, dan daya tarik wanita.

3.2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari dari 57 orang pedagang kaki lima yang berpengetahuan kurang baik, terdapat 35 orang (61,4%) yang berperilaku merokok dan 22 orang (38,6%) yang tidak merokok. Kemudian dari 64 orang pedagang kaki lima yang berpengetahuan baik, terdapat 51 orang (79,7%) yang berperilaku merokok dan 13 orang (20,3%) yang tidak merokok. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,04 < α = 0,05. Dengan demikian, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima, yang menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara tingkat pengetahuan dan perilaku merokok pedagang kaki lima.

Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadar et al. (2017), yang meneliti hubungan antara pengetahuan tentang bahaya rokok dan perilaku merokok siswa laki-laki di Fakultas Kedokteran. Hasil penelitian ini

(12)

menunjukkan bahwa, dengan p-value 0,016, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku merokok. Andika et al.

(2017) melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan kejadian merokok pada siswa SMPN 1 Pariaman.

Hasilnya menunjukkan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku merokok, dengan p-value 0,002. Sejalan dengan penelitian Mukuan (2012), Ada korelasi signifikan antara pengetahuan tentang bahaya merokok bagi kesehatan dan kebiasaan merokok.

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa sejumlah besar responden yang berpengetahuan luas atau baik juga merokok.

Sejalan dengan penelitian Lomboan (2017), menyatakan perilaku merokok lebih sering ditemukan pada responden dengan pengetahuan baik (57,9%) dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan kurang baik (42,1%). Ini bertentangan dengan teori Lawrence Green (2021) yang menyatakan bahwa banyak faktor memengaruhi perilaku seseorang, salah satunya adalah pengetahuan. Lewin (2017) (dalam Komalasari dan Helmi) menyatakan bahwa baik lingkungan maupun individu memengaruhi perilaku merokok individu. Faktor lingkungan dapat berasal dari keluarga, tempat tinggal, atau bahkan bahasa yang digunakan seseorang. Jadi, merokok tidak selalu disebabkan oleh pengetahuan seseorang,

(13)

tetapi banyak faktor lain yang dapat menyebabkannya. Ini menunjukkan bahwa merokok seseorang yang berpengetahuan luas tidak menjamin bahwa mereka juga akan memiliki sikap dan perilaku yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

From data analysis of nautical terms in the Greyhound film, it is shown that in this study there are approximately 70 nautical terms of Captain Krause and using

Prevention services targeted at high-risk groups have been intensified since 2003 with support from the Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria.1 In Mongolia,