• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan tingkat pengetahuan suami dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan tingkat pengetahuan suami dengan"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan suami dengan dukungan emosional terhadap pemberian vaksinasi pada bayi di Desa Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016. Kerangka Konseptual “Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami dengan Dukungan untuk pemberian vaksinasi pada bayi di Desa Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Kabupaten Tapanuli Selatan Lubang 2016” adalah sebagai berikut. Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan dukungan laki-laki dalam memberikan vaksinasi pada bayi di Desa Sipagimbar.

Ho: Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan dukungan suami dalam pemberian vaksinasi bayi di desa Sipagimbar. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan emosional dalam pemberian vaksinasi pada bayi di Desa Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2016. Hasil yang diperoleh dari survei mengenai pengetahuan laki-laki terhadap jadwal vaksinasi polio sebanyak 34,2% responden menjawab sebanyak 4 kali.

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami Dengan Dukungan Emosional Dalam Memberikan Vaksinasi Bayi Di Desa Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016. Dari Hasil Penelitian Hubungan Suami tingkat pengetahuan dan dukungan emosional dalam memberikan vaksinasi bayi di Desa Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2016.

Tujuan Penelititian

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber informasi bagi pendidikan kesehatan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan pendidikan khususnya terkait imunisasi bayi. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan masukan bagi masyarakat khususnya bagi pria yang memiliki bayi.

TINJAUAN PUSTAKA

Dukungan Suami

Imunisasi

Kerangka konseptual

METODOLOGI PENELITIAN

  • Waktu dan Tempat Penelitian
  • Populasi dan Sampel penelitian
  • Alat Pengumpulan Data
  • Prosedur Pengumpulan Data
  • Teknik dan Analisa Data

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan suami dengan dukungan emosional dalam memberikan vaksinasi pada bayi melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 14 Januari – 31 Januari 2016 terhadap 38 responden di Desa Sipagimbar Kecamatan Saipar Lubang Dolok Tapanuli Selatan Daerah. Dari tabel distribusi frekuensi hubungan tingkat pengetahuan suami dengan dukungan pemberian vaksinasi pada bayi di Kelurahan Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2016 terlihat bahwa 7 orang (58,3%) mempunyai status baik. pengetahuan dalam kategori dukungan baik, dan pengetahuan baik sebanyak 7 responden (58,3%), dukungan kurang sebanyak 5 orang (41,7%). Hasil survei yang diperoleh mengenai pengetahuan pasangan mengenai imunisasi polio adalah sebesar 63,2%, dengan mayoritas responden menjawab imunisasi polio dapat memberikan kekebalan terhadap kelumpuhan pada anak.

Hasil survei yang diperoleh mengenai pengetahuan pasangan terhadap vaksinasi campak adalah sebesar 44,7%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mayoritas responden mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, sedangkan Notoadmodjo (2007) menyatakan semakin tinggi pendidikan yang dimiliki seseorang. Hasil survei yang diperoleh mengenai pengetahuan pasangan mengenai imunisasi hepatitis B adalah 55,3% responden menjawab kebal terhadap penyakit menular yang dapat merusak hati. Hasil survei pengetahuan pasangan terhadap jadwal vaksinasi BCG sebesar 42,1%, hal ini disebabkan karena responden kurang memahami penjelasan petugas imunisasi, hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan responden.

Hasil survey yang diperoleh mengenai pengetahuan suami mengenai jadwal imunisasi DPT adalah : 50,0% responden menjawab imunisasi DPT diberikan sebanyak tiga kali, hal ini sesuai dengan Proverawati (2010) yang menyatakan bahwa imunisasi diberikan sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 2, Bulan ke 4, ke 6. Hasil survei yang diperoleh mengenai pengetahuan suami mengenai jadwal vaksinasi campak dijawab satu kali oleh 60,5% responden. Hasil survei yang diperoleh mengenai pengetahuan pasangan terhadap usia pemberian imunisasi DPT adalah 39,5%. Menurut Proverawati (2010), imunisasi DPT diberikan (biasa dilakukan) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.

Temuan penelitian yang diperoleh mengenai pengetahuan laki-laki tentang usia pemberian vaksinasi campak adalah sebesar 36,8% menurut Proverawati (2010) yang menyatakan bahwa vaksinasi campak diberikan satu kali pada usia 9 bulan dan dianjurkan untuk diberikan. sesuai dengan jadwal. Menurut Proverawati (2010), hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengetahuan pria terhadap efek samping yang terjadi setelah pemberian BCG adalah sebesar 39,5% yang menunjukkan adanya pembengkakan kelenjar getah bening di dalam tubuh. Hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengetahuan pria terhadap efek samping yang terjadi setelah pemberian vaksinasi polio adalah sebesar 36,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan pria terhadap efek samping pemberian polio masih perlu ditingkatkan untuk menghindari terjadinya kelumpuhan pada bayi.

Hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengetahuan pria mengenai efek samping yang timbul setelah diberikan imunisasi campak adalah 34,2% Rendahnya pengetahuan pria tentang imunisasi campak berdampak buruk bagi kesehatan bayi karena penyakit ini sangat akut. Hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengetahuan pria mengenai efek samping yang timbul setelah diberikan imunisasi hepatitis B adalah 47,4%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan pria tentang imunisasi dengan dukungan emosional dalam memberikan imunisasi pada bayi dengan nilai p=0,002 (α) sebesar 0,05 (p< 0,005) yang berarti semakin baik maka Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang imunisasi maka semakin baik pula dukungan emosional dalam memberikan imunisasi pada bayi, hal ini sejalan dengan pendapat Ayubi (2009) yang menyatakan bahwa.

Table 2. Defenisi Operasional No Variabel Defenisi
Table 2. Defenisi Operasional No Variabel Defenisi

HASIL PENELITIA

Analisa Univariat

Berdasarkan tabel 4.1, dari 38 responden, saran terbesar responden berdasarkan usia adalah kelompok umur 20-30 tahun (71,1%), saran responden berdasarkan pendidikan terbesar adalah pendidikan menengah pertama (39,5%) dan saran terbesar responden berdasarkan pekerjaan petani (42,1%).

Tabel 4.1 Diteribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016.
Tabel 4.1 Diteribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016.

Analisa Bivariat

Ketidaktahuan pasangan mengenai imunisasi disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan informasi pasangan mengenai imunisasi pada bayi.Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar pendidikan pasangan di Desa Sipagimbar adalah SMA sebesar 39,5%. dari tingkat pendidikan. masih dianggap rendah. Ranuh (2008) mengatakan bahwa rendahnya pengetahuan laki-laki tentang imunisasi disebabkan oleh rendahnya kesadaran laki-laki untuk membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi lengkap karena takut anaknya sakit, menurut persepsi laki-laki tersebut. Sedangkan sebagian responden yang tidak mengetahui jadwal imunisasi DPT dapat disebabkan karena kurangnya pengalaman responden dalam memberikan imunisasi DPT, sedangkan menurut Notoadmodjo (2007) yang menyatakan jika.

Hasil tersebut menjelaskan bahwa sebagian responden tidak mengetahui pada usia berapa imunisasi BCG diberikan, hal ini disebabkan karena kurangnya pengalaman responden, meskipun menurut Notoadmodjo (2007) mengatakan bahwa pengalaman terhadap suatu objek yang menyenangkan, secara psikologis akan menimbulkan rasa sakit. kesan yang sangat mendalam dan meninggalkan kesan pada emosi mentalnya dan pada akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam hidup pula. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan laki-laki mengenai usia pemberian imunisasi polio masih kurang, meskipun menurut Atikah (2010) antara dua sampai lima persen penderita polio akan meninggal karena penyakit ini dan sekitar 50% pasien yang bertahan hidup. menderita kelumpuhan seumur hidup. Hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengetahuan pria mengenai usia pemberian imunisasi hepatitis B adalah sebesar 44,7%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan pria mengenai usia pemberian imunisasi hepatitis B masih kurang meskipun menurut Ranuh (2010) menyatakan bahwa daerah mempunyai prevalensi infeksi virus hepatitis B yang tinggi. , infeksi terjadi pada anak usia dini.

Diperoleh hasil survei mengenai pengetahuan suami terhadap efek samping yang terjadi pasca pemberian DPT sebesar 42,1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan laki-laki terhadap efek samping pemberian DPT perlu lebih ditingkatkan agar tidak terjadi ketakutan laki-laki terhadap efek samping imunisasi DPT. . Kurangnya pengetahuan suami mengenai efek samping vaksinasi hepatitis B mungkin disebabkan oleh kurangnya informasi dari tenaga kesehatan sehingga berdampak sangat negatif pada anak. Hal lain yang ditemukan oleh Sabrina (2009) adalah bahwa pengetahuan sebagian besar responden sudah memadai, namun dukungan emosional untuk memastikan vaksinasi bayi masih kurang.

Dari data diatas terlihat bahwa masih banyak laki-laki yang belum paham dan paham tentang imunisasi pada bayi, banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan laki-laki tersebut seperti rendahnya pendidikan, dan kekhawatiran laki-laki terhadap anaknya yang sakit akan diberikan. setelah divaksin, dan laki-laki juga belum memahami pentingnya imunisasi bagi kesehatan bayinya, karena selama ini anaknya dalam keadaan sehat dan laki-laki tersebut belum mendapat informasi apapun. Hasil penelitian dengan menggunakan chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan pria tentang imunisasi dengan dukungan emosional dalam memberikan imunisasi pada bayi dengan nilai p=0,002 (α) sebesar 0,05 (p<0,05) yang berarti semakin baik Pengetahuan pria tentang imunisasi maka semakin baik pula dukungan emosionalnya terhadap pemberian vaksinasi pada bayi. Disarankan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai imunisasi bayi pada siswa Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan.

PEMBAHASAN

Dukungan Emosional Terhadap Pemberian Imunisasi

Hal ini terlihat dari responden yang berpengetahuan baik mempunyai dukungan emosional yang baik sebesar 58,3% dan responden yang berpengetahuan buruk juga mempunyai dukungan emosional yang buruk sebesar 11,5%. Disarankan kepada Puskesmas dan Puskesmas di lokasi penelitian untuk lebih meningkatkan mutu dan pendidikan kesehatan masyarakat khususnya bagi laki-laki yang mempunyai bayi dan posyandu di Desa Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan. 3 Apakah suami peduli atau khawatir atau memahami perasaan ibu seperti rasa cemas dan takut terhadap vaksinasi anak?

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Dukungan

Keterbatasan Penelitian

Pengukuran pengetahuan dan dukungan responden hanya berdasarkan kuesioner yang memberikan pilihan jawaban dan tidak dilakukan wawancara mendalam. Kuesioner yang digunakan belum menggunakan kuesioner standar yang dapat digunakan secara universal untuk menilai dukungan responden. Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling benar dan sesuai dengan apa yang Anda ketahui.

Gambar

Table 1. Waktu Penelitian
Table 2. Defenisi Operasional No Variabel Defenisi
Tabel 4.1 Diteribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan suami tentang imunisasi di Kelurahan Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2016 .

Referensi

Dokumen terkait

Narcotics Law and Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 4 of 2021 concerning changes to the classification of narcotics which is