• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum dan Legalisasi Bisnis

N/A
N/A
Fitroh Satrio

Academic year: 2023

Membagikan "Hukum dan Legalisasi Bisnis"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB 23 LINDUNGI BISNIS ANDA DENGAN BADAN HUKUM

Transaksi melalui web adalah salah satu fasilitas yang sangat mudah dan menarik.

Anda sebagai seorang pengusaha, pedagang (vendor) ataupun korporasi dapat mendisplay atau memostingkan iklan atau informasi mengenai produk-produk yang anda miliki melalui sebuah website atau situs, baik melalui situs anda sendiri atau melalui penyedia layanan website komersial lainnya. Jika tertarik, konsumen dapat menghubungi melalui website atau guestbook yang tersedia dalam situs

(3)

tersebut dan memprosesnya lewat website tersebut.

Namun di samping beberapa keuntungan yang ditawarkan, transaksi e-commerce juga menyodorkan beberapa permasalahan yang bersifat hukum. Permasalahan yang bersifat hukum, masalah yang muncul biasanya mengenai legal certainty atau kepastian hukum. Permasalahan tersebut misalnya mengenai keabsahan transaksi bisnis dari aspek hukum perdata (misalnya apabila dilakukan oleh orang yang belum cakap/dewasa), masalah tanda tangan digital atau tanda tangan elektronik dan data massage. Selain itu permasalahan lain yang timbul misalnya berkenaan dengan

(4)

jaminan keaslian data, kerahasiaan dokumen, perlindungan konsumen, hukum yang ditunjuk jika terjadi pelanggaran perjanjian atau kontrak (breach of contract), masalah yurisdiksi hukum dan juga masalah hukum yang harus diterapkan (aplicable law) bila terjadi sengketa.

Khusus mengenai pembayaran misalnya ada resiko yang timbul karena pihak konsumen biasanya memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu (advanced payment), sementara ia tidak bisa melihat kebenaran serta kualitas barang yang dipesan dan tidak adanya jaminan kepastian bahwa barang yang dipesan akan dikirim sesuai pesanan. Lebih jauh lagi

(5)

pembayaran melalui pengisian nomor kartu kredit di dalam suatu jaringan publik (open public network) seperti misalnya internet juga mengandung resiko yang tidak kecil, karena membuka peluang terjadinya kecurangan baik secara perdata maupun pidana.

Hal ini disebabkan karena di dalam transaksi e-commerce, para pihak yang melakukan kegiatan perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu jaringan publik yang terbuka. Koneksi ke dalam jaringan internet sebagai jaringan publik merupakan koneksi yang tidak aman, sehingga hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa transaksi e-commerce yang dilakukan dengan koneksi

(6)

ke internet adalah bentuk transaksi beresiko tinggi yang dilakukan di media dan perlu memiliki kapabilitas high security.

Walaupun demikian, salah seorang pakar internet Indonesia, Budi Raharjo, menilai bahwa Indonesia memiliki potensi dan prospek yang cukup menjanjikan untuk pengembangan e-commerce.

Di bawah ini akan diuraikan mengenai pranata atau pengaturan hukum yang dapat memberikan perlindungan terhadap konsumen dalam transaksi e-commerce.

23.1 Cara Melindungi Ide Bisnis Dari Praktik Plagiat

(7)

Banyak pelaku bisnis yang tidak memiliki ide-ide yang kuat maupun etika bisnis yang memadai. Hal ini menciptakan peluang untuk melakukan hal yang tidak anda kehendaki, karena tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut mampu menyebabkan kerugian hingga berpeluang terjadinya tindakan pencurian ide atau hak cipta orang lain (dalam bisnis biasa disebut hak kekayaan intelektual) bahkan memata-matai langkah pemasaran yang dilakukan perusahaan pesaingnya.

Untuk menjaga anda agar tidak terjebak dalam tindakan pencurian ide atau merek yang berkaitan dengan bisnis yang anda

(8)

kerjakan, segera lakukan proteksi terhadap bisnis Anda dengan lima cara berikut:

Catat dan simpan. Catatlah dengan detail dari ide yang anda miliki, termasuk kepada siapa dan kapan anda membagi ide tersebut. Simpan di komputer atau ponsel, dalam file yang diproteksi dengan password. Sebagai back-up, kirim email berisi file ide tersebut ke alamat email Anda yang lain, supaya dapat mengetahui kapan anda pertama kali membuat catatan mengenai ide tersebut.

(9)

Daftarkan ide bisnis dan merek anda. Langkah real dan resmi dapat anda lakukan dengan melakukan pendaftaran ide bisnis dan merek anda melalui website Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Dirjen Hak Kekayaan Intelektual

(www.dgip.go.id) yang

mengidentifikasi tipe hak kekayaan intelektual apa yang anda miliki. Anda dapat menemukan tata cara melakukan hak paten, hak merek, atau hak cipta, dan melakukan registrasi secara online. Selain itu, anda juga mengecek apakah merek yang anda buat sudah pernah didaftarkan oleh

(10)

orang lain dan merek anda sudah tidak eksklusif.

Lakukan penguatan hak-hak anda.

Setelah anda mendaftarkan ide-ide yang anda miliki, langkah selanjutnya adalah menguatkan hak-hak Anda. Hal ini bertujuan demi kemudahan bagi kepemilikan ide dan merek yang anda miliki.

Lakukan Perjanjian. Gunakan perjanjian dengan vendor, investor, atau karyawan, untuk tidak membocorkan rahasia dan melakukan persaingan usaha yang sehat

(11)

(misalnya, tidak memasang harga di bawah harga pasar). Hal tersebut merupakan salah satu hal yang penting untuk dilakukan untuk menjaga sportivitas antara anda dan pemilik bisnis lainnya.

Dapatkan penasihat hukum. Ketika usaha yang anda rintis sudah makin berkembang, pekerjakan seorang pengacara yang berspesialisasi di bidang kekayaan intelektual. Anda akan sangat terbantu ketika berniat menjalani suatu prosedur hukum, karena ada ahli yang selalu membimbing langkah-langkah Anda,

(12)

sekaligus memberikan saran-saran mengenai apa yang harus Anda lakukan.

23.2 Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam anda berbisnis termasuk bisnis online telah ada peraturan

yang memberikan perlindungan bagi konsumen yang melakukan

kegiatan sebagai buyer online. Pendekatan utama pada yang digunakan untuk melindungi konsumen adalah Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UU PK”) dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan

(13)

Transaksi Elektronik (“PP PSTE”). PP PSTE sendiri merupakan turunan dari Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elekronik (“UU ITE”).

Pendekatan Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Jual Beli/Belanja secara Online. Dengan pendekatan UU PK, kasus yang Anda sampaikan tersebut dapat kami simpulkan sebagai salah satu pelanggaran terhadap hak konsumen.

Pasal 4 UU PK menyebutkan bahwa hak konsumen adalah :

1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

(14)

2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

(15)

6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.

(16)

Di sisi lain, kewajiban bagi pelaku usaha (dalam hal ini adalah penjual online), sesuai Pasal 7 UU PK adalah:

1. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

4. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan

(17)

ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang

dibuat dan/atau yang

diperdagangkan;

6. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

(18)

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

23.3 Pidana Penipuan dalam Transaksi Jual Beli Secara Online

Hal yang perlu diingat adalah bahwa jual beli secara online pada prinsipnya adalah sama dengan jual beli secara faktual pada umumnya. Hukum perlindungan konsumen terkait transaksi jual beli online pun sebagaimana kami jelaskan sebelumnya tidak berbeda dengan hukum yang berlaku dalam transaksi jual beli secara nyata.

Pembedanya hanya pada penggunaan sarana internet atau sarana telekomunikasi

(19)

lainnya. Akibatnya adalah dalam transaksi jual beli secara online sulit dilakukan eksekusi ataupun tindakan nyata apabila terjadi sengketa maupun tindak pidana penipuan. Sifat siber dalam transaksi secara elektronis memungkinkan setiap orang baik penjual maupun pembeli menyamarkan atau memalsukan identitas dalam setiap transaksi maupun perjanjian jual beli.

Dalam hal pelaku usaha atau penjual ternyata menggunakan identitas palsu dalam jual beli online tersebut, maka pelaku usaha dapat juga dipidana berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) tentang penipuan dan

(20)

Pasal 28 ayat (1) UU ITE tentang menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

Bunyi selengkapnya Pasal 378 KUHP adalah sebagai berikut:

“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang

lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan

orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi

(21)

hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana

penjara paling lama empat tahun”

Bunyi selengkapnya Pasal 28 ayat (1) UU ITE adalah sebagai berikut:

“Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan

menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi

Elektronik”

23.4 Rangkuman tentang Transaksi Secara Online

(22)

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman kami, prinsip utama transaksi secara online di Indonesia masih lebih mengedepankan aspek kepercayaan atau “trust” terhadap penjual maupun pembeli. Prinsip keamanan infrastruktur transaksi secara online seperti jaminan atas kebenaran identitas penjual/pembeli, jaminan keamanan jalur pembayaran (payment gateway), jaminan keamanan dan keandalan web site electronic commerce belum menjadi perhatian utama bagi penjual maupun pembeli, terlebih pada transaksi berskala kecil sampai medium dengan nilai nominal transaksi yang tidak terlalu besar (misalnya transaksi jual beli melalui jejaring sosial, komunitas online,

(23)

toko online, maupun blog). Salah satu indikasinya adalah banyaknya laporan pengaduan tentang penipuan melalui media internet maupun media telekomunikasi lainnya yang diterima oleh kepolisian maupun penyidik Kementerian Kominfo.

Dengan kondisi demikian, ada baiknya anda lebih selektif lagi dalam melakukan transaksi secara online dan mengedepankan aspek keamanan transaksi serta kehati-hatian sebagai pertimbangan utama dalam melakukan transaksi jual beli secara online.

Sehingga, jaminan barang yang didapatkans sesuai dengan keinginan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum bagi konsumen berkaitan dengan transaksi jual beli online shop “OLX.co.id” Cabang Semarang dan

3.1. Ketentuan Hukum Terhadap Transaksi Jual-Beli Online Di Indonesia Sebagaimana kegiatan jual-beli antara penjual dan konsumen secara konvensional perlu diawasi, tentu

Transaksi offline maupun online tetap diatur di dalam undang-undang perlindungan konsumen karena undang-undang ini ditujukan untuk melindungi konsumen dalam transaksi jual

8 Tahun 1999 terhadap konsumen yang dirugikan dalam transaksi jual beli produk kosmetik secara online , berbagai upaya perlindungan hukum yang dilakukan oleh Balai

Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen yang dirugikan akibat melakukan transaksi jual beli online melalui media

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Transaksi Jual Beli perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif Di Indonesia; Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Negeri

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGEMBALIAN DANA (REFUND) KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MEDIA INTERNET OLEH LAMIDO WEB PORTAL INDONESIA. Prosedur Jual Beli Internet

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum bagi konsumen akibat penipuan jual beli online, menimbulkan tanggung jawab atas kerugian konsumen dalam transaksi