• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM KEPEMILUAN & FORMAT SISTEM KEPARTAIAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "HUKUM KEPEMILUAN & FORMAT SISTEM KEPARTAIAN"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

Hak ekonomi adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk memperoleh manfaat ekonomi dari Ciptaan. Terkadang sangat jelas terlihat bagaimana kepentingan politik begitu dominan mewarnai perubahan undang-undang pemilu dan sistem kepartaian.

PENDAHULUAN

22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Daerah. 32 Tahun 2004 juga tidak memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi calon perseorangan dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.

PEMILU LEGISLATIF

Pemilu di bawah Rezim Orde Baru

Pemilih dalam pemilu Orde Baru hanya memukul lambang partai politik, sehingga hak mutlak untuk mendapatkan kursi menjadi milik partai politik yang bersangkutan. Oleh karena itu, pemilu di bawah rezim Orde Baru seringkali dikatakan memenuhi syarat formal sebagai negara demokrasi.

Tabel Nomor: 1
Tabel Nomor: 1

Pemilu di Era Reformasi

  • Undang-Undang No.10 Tahun 2008 sebelum Putusan MK
  • DEMOKRAT 10.87057 7, 77% 54

10 Tahun 2008 adalah; “Penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota dari partai politik. Pemilihan calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari partai politik peserta pemilu dilakukan dengan perolehan kursi partai politik peserta pemilu di suatu daerah pemilihan dengan ketentuan sebagai berikut:

Pemilu Perseorangan Untuk Pengisian Keanggotaan DPD

Undang-Undang Pemilihan menetapkan bahwa daerah pemilihan calon anggota DPD meliputi provinsi untuk memperebutkan 4 (empat) kursi. Demikian pula, penghapusan syarat nonpartai bagi calon anggota DPD bertentangan dengan semangat Pasal 22E ayat 3 dan 4, UUD 1945. Namun, seluruh calon anggota DPD peserta pemilu diwajibkan berdomisili di provinsi tempat mereka mencalonkan diri.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu tidak secara tegas mengatur tentang larangan calon anggota DPD terkait dengan partai politik sebagaimana diatur dalam pasal 182. Mahkamah Konstitusi juga menegaskan pengenaan larangan pengurus partai politik menjadi calon anggota DPD mulai Pemilu 2019 Sesuai ketentuan Pasal 60A ayat (1); Syarat menjadi calon anggota DPD adalah tidak menjadi anggota partai politik di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

Selain itu, dalam ketentuan Pasal 60A ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) disebutkan bahwa calon yang terdaftar sebagai anggota DPD dapat tetap menjadi calon anggota DPD apabila mengajukan surat pengunduran diri dari pimpinan partai. 1 (satu) hari sebelum penetapan Daftar Calon Sementara anggota DPD dan keputusan partai politik tentang pemberhentian calon tersebut.

PEMILU PRESIDEN

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Menurut UUD 1945 (asli)

Sidang Umum MPR RI tahun 1973 berhasil menyelesaikan tugasnya, antara lain dengan terpilihnya seorang Presiden dan Wakil Presiden, yaitu Soeharto sebagai Presiden dan Sultan Hamengkubuwon IX sebagai Wakil Presiden. Pada masa rezim Orde Baru, meskipun ketentuan alinea kedua Pasal 6 UUD 1945 diberlakukan, namun konstelasi politik nasional pada saat itu tidak memungkinkan dilaksanakannya pemilihan presiden dan wakil presiden, sebagaimana seharusnya proses pemilu. . Berdasarkan kondisi politik yang demikian, Pemilu 1977 disusul dengan rapat umum MPR yang diadakan pada Maret 1978. MPR mengangkat kembali Soeharto sebagai presiden secara aklamasi, sedangkan Adam Malik terpilih sebagai wakil presiden.

Karena itu, pada saat pemilihan umum kembali berlangsung pada tahun 1982 dan diadakannya Sidang Umum MPR pada bulan Maret 1983, Soeharto terpilih kembali dan diangkat menjadi Presiden secara aklamasi, sedangkan Umar Wirahadikusumah diangkat menjadi Wakil Presiden. Demikian pula keadaan yang sama terulang pada Pemilu 1987 dan Sidang Umum MPR pada 1988, yakni Soeharto terpilih kembali sebagai Presiden, sedangkan Soedarmono diangkat sebagai Wakil Presiden. Pada Sidang Umum tahun 1992 dan Sidang Umum MPR tahun 1993, jabatan Wakil Presiden diisi oleh Try Sutrisno, dan pada Sidang Umum tahun 1997 dan Sidang Umum MPR tahun 1998, jabatan Wakil Presiden dipercayakan kepada B.J.

Pada Mei 1998, Soeharto menyatakan berhenti secara resmi sebagai presiden, dan sesuai mekanisme pasal 8 UUD 1945, wakil presiden B.J.

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Di Masa Transisi Reformasi

Kuatnya gerakan reformasi yang melibatkan hampir seluruh lapisan masyarakat mengakibatkan Soeharto harus melakukan upaya penyelesaian secara politik, dan langkah penyelesaian politik secara damai adalah dengan mundur dari jabatan presiden. Bahasa hukum yang digunakan saat itu adalah Soeharto membuat pernyataan resmi untuk “pensiun” sebagai presiden sesuai dengan ketentuan Pasal 8 UUD 1945. Habibie menyatakan karena pertanggungjawaban ditolak oleh MPR, maka akan menjadi tidak etis. jika memaksakan diri untuk mencalonkan diri sebagai presiden.51 Golkar dihadapkan pada realitas politik yang demikian tidak siap dengan tokoh alternatif yang akan diajukan sebagai calon setelah B.J.

Akhirnya, Golkar melakukan gerakan politik yang cepat untuk mendukung Poros Tengah, yang mencalonkan Abdurrahman Wahid sebagai presiden. Memasuki pemilihan wakil presiden tahap kedua, Abdurrahman Wahid sebagai presiden terpilih melakukan lobi politik dengan PDI-P agar Megawati Soekarnoputri bersedia mencalonkan diri sebagai wakil presiden dan meyakinkan PDI-P dan mitra koalisinya bahwa sebagian politik partai-partai yang merupakan bagian dari Poros Tengah akan memberikan dukungan. Hasil akhir pemilihan wakil presiden adalah Megawati Soekarnoputri, sehingga pasangan yang terpilih pada masa transisi reformasi adalah Abdurrahman Wahid sebagai presiden didampingi oleh Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden.

Bagaimanapun, dalam perkembangan politik selanjutnya, tempoh perkhidmatan Abdurrahman Wahid sebagai presiden tidak bertahan lama.

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Era Reformasi

  • Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009
  • Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014

Setelah dilakukan pemeriksaan administratif terhadap enam pasangan capres dan cawapres, ternyata ada satu pasangan yang tidak memenuhi syarat. Setelah putusan MK keluar, KPU melanjutkan persiapan pemilihan presiden dan wakil presiden putaran kedua. Berdasarkan hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden putaran kedua tersebut di atas, pasangan H.

Hasil evaluasi pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden merekomendasikan perlunya perbaikan dan penyempurnaan undang-undang pemilihan presiden. Untuk mencapai tujuan tersebut, di antara perubahan yang dianggap penting oleh legislator adalah yang terkait dengan persyaratan pencalonan pasangan calon presiden dan wakil presiden. Kemunculan ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden tersebut di atas melalui proses dan dinamika yang cukup mencekam di peta politik nasional.

UU no. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden masih berlaku dalam penyelenggaraan pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014.

  • Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019 Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun

Setelah KPU secara resmi mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih, sebagaimana tertuang dalam keputusan KPU RI nomor: 535/Kpts/. Persaingan politik perebutan kursi presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2019 sudah memanas sejak awal. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi, penetapan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2019 didasarkan pada hasil pemilihan badan legislatif pada Pemilu 2014.

Antusiasme masyarakat pemilih tak lepas dari keinginan untuk mendukung calon presiden dan wakil presiden yang mereka pilih. Persyaratan ini juga memberikan dorongan dan semangat kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk bersaing memperebutkan dukungan rakyat di seluruh nusantara. Ketentuan dalam Pasal 6A ayat 4, norma konstitusi yang menyatakan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden dipilih berdasarkan suara terbanyak, setidaknya memiliki dua interpretasi.

Perselisihan hasil pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019 didaftarkan ke Mahkamah Konstitusi dengan nomor: 1/PHPU-PRES/IX/2019.

PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah

Menurut undang-undang ini, kepala daerah menjadi ketua dewan pemerintah daerah sekaligus menjadi anggota (Pasal 2 ayat 3). Walikota provinsi diangkat oleh presiden dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi. Sistem UU No. 5 Tahun 1974 tentang pemilihan dan pengangkatan kepala daerah dikatakan memperhatikan dua kepentingan.

Pada awal reformasi sistem pemilihan kepala daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 dinilai tidak secara substantif mencerminkan aspirasi masyarakat setempat. Pengisian jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilakukan oleh DPRD melalui pemilihan serentak. Artinya, mekanisme pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilaksanakan dalam satu paket.

Mekanisme pemilihan dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana diatur dalam UU No.

Pemilihan Secara Langsung

Pilihan legislator untuk menerapkan mekanisme pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam UU No. Mekanisme pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, meskipun dilakukan secara langsung oleh pemilih, tidak termasuk dalam rezim pemilihan. Para legislator beralasan pemilihan kepala daerah yang diatur dalam UU No.

Akhirnya disepakati bahwa penyelenggara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diserahkan kepada KPU yang diatur dalam UU No. Lebih lanjut disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada hakekatnya adalah pemilihan kepala daerah. perangkat eksekutif di bawah presiden. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dikategorikan sebagai bagian dari sistem pemerintahan daerah dan tidak termasuk dalam rezim pemilihan.

Karena semua sengketa menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

Calon Perseorangan

Dalam pertimbangan hukumnya, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa sebenarnya tata cara pemilihan kepala daerah yang tertuang dalam UU No. Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah Konstitusi dalam putusannya menyatakan bahwa UU Pemda harus membuka peluang bagi calon perseorangan yang memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Lebih lanjut, dikatakan tidak relevan jika tata cara pemilihan kepala daerah di Nanggroe Aceh Darussalam yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dijadikan pembanding, apalagi acuan.

Dengan demikian, perbedaan ini tidak akan terulang pada pilkada mendatang. Mekanisme penetapan pasangan calon walikota dan wakil walikota yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik, diatur dalam Pasal 56 juncto ayat ketiga Pasal 59 UU Pemerintahan Daerah, sesuai dengan ketentuan Pasal 3 6A (1) dan (2) alinea UUD 1945 Kemungkinan calon perseorangan ikut dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur pasca putusan Mahkamah Konstitusi menimbulkan pertanyaan besar.

Perubahan persyaratan calon perseorangan yang ingin mencalonkan diri sebagai Gubernur/Wakil Gubernur atau Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota dalam pemilihan walikota daerah sebagaimana tertuang dalam undang-undang nomor 10 tahun 2016 tersebut di atas, sebenarnya lebih berat daripada itu. dalam undang – undang no.

Calon Tunggal

Ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 yang kemudian diperluas secara teknis dalam PKPU Nomor 12 Tahun 2015 secara tegas mewajibkan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah harus diikuti paling banyak. Akibatnya, ada beberapa daerah yang pemilukadanya harus ditunda jadwalnya menjadi pilkada serentak. Oleh karena itu akan terjadi celah hukum apabila syarat minimal dua pasangan calon tidak terpenuhi dimana celah hukum tersebut akan mengakibatkan tidak terselenggaranya pemilihan kepala daerah.

Timbul pertanyaan, untuk menjamin terpenuhinya hak konstitusional warga negara untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan kepala daerah, apakah secara konstitusional dimungkinkan untuk tetap menyelenggarakan pemilihan kepala daerah tanpa kehilangan sifat demokratisnya jika terjadi hanya satu pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dengan kata lain, untuk menjamin penghormatan terhadap hak konstitusional warga negara, pemilihan kepala daerah harus tetap dilaksanakan, meskipun hanya sedikit calon kepala daerah, sekalipun telah diupayakan sebelumnya untuk mendapatkan minimal dua pasangan. kandidat. kandidat. Jika suara terbanyak ternyata lebih berpihak pada "Setuju", maka terpilihlah pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Sebaliknya, jika ternyata mayoritas masyarakat memberikan suara “Tidak Setuju”, maka pemilihan akan diundur ke pemilihan kepala daerah serentak berikutnya dalam keadaan demikian.

Perkembangan Sistem Kepartaian

Gambar

Tabel Nomor: 1
Tabel Nomor: 2
Tabel Nomor: 7
Tabel Nomor: 8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terkecuali koperasi yang berada di wilayah Provinsi Gorontalo, permasalahan partisipasi anggota dan kinerja koperasi merupakan permasalahan yang cukup rumit, oleh sebab itu