• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi E-Commerce di Indonesia

N/A
N/A
Sewajas Blitar

Academic year: 2024

Membagikan "Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi E-Commerce di Indonesia"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis Dosen Pengampu

Dr Susilo Wardani, S.H.,S.E.,M.Hum

Disusun Oleh : Amel Bela Puspita

NIM 2202010359

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2024

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME. Karena atas segala karunia, dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita Nabi Muhammad SAW. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang berjudul “HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE DI INDONESIA”.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Tuhan YME. Dan tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, makalah ini penyusun suguhkan kepada segenap pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan mendapat ridha Tuhan YME.

Purwokerto, 23 Desember 2024

Penulis

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Kepenulisan ... 2

BAB III PEMBAHASAN ... 3

A. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen ... 3

B. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen dalam E-Commerce ... 3

C. Tantangan dan Permasalahan dalam implementasi Konsumen dalam E-Commerce ... 5

D. Studi Kasus Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi E- Commerce di Indonesia ... 7

BAB III PENUTUP ... 9

A. Kesimpulan ... 9

B. Saran ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 10

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi digital telah mendorong pesatnya pertumbuhan e- commerce di Indonesia. Dengan kemudahan akses internet, konsumen dapat melakukan transaksi secara daring tanpa batas geografis. Namun, pertumbuhan ini juga memunculkan tantangan baru terkait perlindungan hak-hak konsumen. Masalah seperti penipuan, barang yang tidak sesuai deskripsi, hingga kebocoran data pribadi menjadi isu utama (Mahran 2023). Oleh karena itu, pengaturan hukum perlindungan konsumen dalam e-commerce menjadi semakin penting untuk menjamin keamanan dan kenyamanan konsumen.

Pemerintah Indonesia telah mengatur perlindungan konsumen melalui Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Meskipun regulasi ini memberikan dasar hukum yang cukup kuat, tantangan implementasinya masih cukup besar. Banyak konsumen yang belum memahami hak- hak mereka atau kesulitan mengakses mekanisme pengaduan. Selain itu, pelaku usaha e-commerce yang tidak bertanggung jawab sering memanfaatkan celah hukum untuk menghindari tanggung jawab. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan pengawasan yang lebih ketat dan regulasi tambahan yang relevan.

Kasus-kasus seperti penipuan diskon palsu, barang tidak dikirim, atau kebocoran data pribadi konsumen menunjukkan lemahnya perlindungan konsumen di sektor e- commerce. Pada kasus Grab Toko, misalnya, ratusan konsumen dirugikan hingga miliaran rupiah tanpa penyelesaian yang memadai. Di sisi lain, konsumen seringkali ragu untuk menuntut pelaku usaha karena prosedur hukum yang dianggap rumit dan memakan waktu. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian hukum yang merugikan konsumen. Maka, perlu ada pendekatan komprehensif untuk memastikan konsumen mendapatkan keadilan dan perlindungan hukum yang efektif.

(5)

2

Hukum perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce tidak hanya penting bagi konsumen tetapi juga untuk menciptakan kepercayaan dalam ekosistem digital.

Kepercayaan konsumen terhadap platform e-commerce akan mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan. Regulasi yang jelas, mekanisme pengaduan yang mudah diakses, dan penegakan hukum yang tegas adalah kunci untuk mencapai hal tersebut. Dengan demikian, perlindungan konsumen bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga pelaku usaha e-commerce dan masyarakat secara keseluruhan. Langkah kolaboratif ini diharapkan dapat menciptakan transaksi daring yang aman, adil, dan berkelanjutan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen?

2. Jelaskan Dasar Hukum Perlindungan Konsumen dalam E-Commerce?

3. Jelaskan Tantangan dan Permasalahan dalam implementasi Konsumen dalam E- Commerce?

4. Jelaskan Studi Kasus Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi E- Commerce di Indonesia?

C. Tujuan Kepenulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen 2. Untuk mengetahui dan memahami Dasar Hukum Perlindungan Konsumen dalam

E-Commerce

3. Untuk mengetahui dan memahami Tantangan dan Permasalahan dalam implementasi Konsumen dalam E-Commerce

4. Untuk mengetahui dan memahami Studi Kasus Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi E-Commerce di Indonesia

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum perlindungan konsumen adalah cabang hukum yang mengatur hubungan antara konsumen dan pelaku usaha, dengan tujuan utama melindungi hak-hak konsumen dari praktik bisnis yang merugikan. Hukum ini memberikan pedoman bagi pelaku usaha untuk menjalankan usahanya sesuai dengan standar yang adil, transparan, dan bertanggung jawab (Susi 2024). Di sisi lain, hukum perlindungan konsumen juga berfungsi memberikan keadilan bagi konsumen, terutama dalam mengatasi ketidakseimbangan posisi antara konsumen yang sering kali kurang informasi dengan pelaku usaha yang memiliki sumber daya lebih besar. Di Indonesia, hukum perlindungan konsumen diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).

Undang-undang ini mencakup berbagai aspek, seperti hak-hak konsumen, kewajiban pelaku usaha, penyelesaian sengketa, serta sanksi administratif, perdata, dan pidana bagi pelanggaran. Selain itu, UUPK menegaskan bahwa konsumen memiliki hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan di pasar. Dalam konteks internasional, hukum perlindungan konsumen mengacu pada prinsip-prinsip dasar yang diakui secara global, seperti yang tertuang dalam United Nations Guidelines for Consumer Protection (UNGCP). Prinsip-prinsip ini meliputi hak atas informasi, keamanan, ganti rugi, dan perlakuan adil dalam transaksi. Dengan landasan hukum yang kuat, hukum perlindungan konsumen bertujuan menciptakan keseimbangan antara kepentingan konsumen dan pelaku usaha dalam kegiatan ekonomi.

B. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen dalam E-Commerce

Perkembangan e-commerce membawa peluang besar sekaligus tantangan baru dalam konteks perlindungan konsumen. Untuk mengatur aktivitas transaksi elektronik, Indonesia telah menetapkan dasar hukum yang mengatur perlindungan konsumen di sektor ini. Berikut adalah dasar-dasar hukumnya (Afrineldi 2021):

(7)

4

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) UUPK menjadi landasan utama yang melindungi konsumen dari tindakan pelaku usaha yang merugikan, termasuk dalam transaksi e-commerce. Pasal-pasal dalam UUPK mengatur hak konsumen untuk mendapatkan informasi yang benar, keamanan dalam transaksi, serta ganti rugi jika terjadi kerugian akibat produk atau layanan yang tidak sesuai.

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)

UU ITE memberikan kerangka hukum bagi pelaksanaan transaksi elektronik, termasuk e-commerce. Pasal-pasal dalam UU ini mengatur tanggung jawab pelaku usaha dalam memberikan informasi yang akurat dan melindungi data pribadi konsumen. Selain itu, UU ITE memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen dari penipuan, pelanggaran hak privasi, dan penyalahgunaan data dalam transaksi daring.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PP PMSE)

PP PMSE secara khusus mengatur tata cara perdagangan elektronik, termasuk tanggung jawab pelaku usaha e-commerce. Peraturan ini mewajibkan pelaku usaha untuk memberikan informasi yang jelas terkait identitas, produk, dan syarat transaksi kepada konsumen. PP ini juga mengatur mekanisme penyelesaian sengketa antara konsumen dan pelaku usaha dalam transaksi elektronik.

4. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020

Peraturan ini mengatur tentang izin usaha, kewajiban pencatatan transaksi, dan pengawasan pelaku usaha dalam perdagangan elektronik. Pelaku usaha e- commerce diwajibkan untuk mencantumkan informasi produk, harga, metode pembayaran, serta layanan purna jual secara transparan kepada konsumen.

5. Peraturan Perlindungan Data Pribadi (Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi)

Dalam e-commerce, data pribadi konsumen sering menjadi target penyalahgunaan. Undang-undang ini memberikan perlindungan terhadap data

(8)

5

pribadi konsumen, termasuk kewajiban pelaku usaha untuk menjaga kerahasiaan data dan memastikan penggunaannya sesuai dengan persetujuan konsumen.

C. Tantangan dan Permasalahan dalam implementasi Konsumen dalam E- Commerce

Tantangan

Perkembangan e-commerce menghadirkan kemudahan bagi konsumen, tetapi juga menimbulkan berbagai tantangan dan permasalahan dalam implementasi perlindungan konsumen (Rahman et al. 2023). Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi:

1. Kurangnya Kepatuhan Pelaku Usaha

a. Banyak pelaku usaha e-commerce yang tidak mematuhi peraturan terkait informasi produk dan keamanan transaksi.

b. Beberapa pelaku usaha menawarkan produk palsu atau tidak sesuai dengan deskripsi, sehingga merugikan konsumen.

c. Minimnya layanan purna jual, seperti pengembalian produk atau pengembalian uang, menjadi kendala dalam melindungi hak konsumen.

2. Penyalahgunaan Data Pribadi Konsumen

a. Data pribadi konsumen sering kali disalahgunakan untuk tujuan pemasaran tanpa izin atau bahkan dijual kepada pihak ketiga

b. Pelaku usaha e-commerce belum sepenuhnya menerapkan langkah-langkah keamanan data yang memadai, sehingga rentan terhadap peretasan dan kebocoran data.

3. Kurangnya Kesadaran Konsumen

a. Banyak konsumen yang belum memahami hak-hak mereka dalam transaksi e- commerce, seperti hak atas informasi, keamanan, dan ganti rugi.

b. Konsumen sering kali tidak membaca atau memahami syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh pelaku usaha, sehingga rentan dirugikan.

4. Kendala Penyelesaian Sengketa

a. Mekanisme penyelesaian sengketa dalam transaksi e-commerce sering kali tidak efektif, terutama bagi konsumen yang berada di daerah terpencil.

(9)

6

b. Kurangnya akses ke lembaga penyelesaian sengketa seperti Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) atau mekanisme alternatif lainnya membuat konsumen sulit mendapatkan keadilan.

5. Transaksi Lintas Negara

a. Dalam transaksi e-commerce internasional, konsumen menghadapi tantangan terkait perbedaan hukum antarnegara.

b. Kesulitan dalam melacak pelaku usaha asing yang tidak memiliki kantor perwakilan di Indonesia menjadi kendala besar dalam menegakkan hukum.

6. Pengawasan yang Lemah

a. Pengawasan terhadap platform e-commerce oleh otoritas terkait masih kurang optimal, terutama dalam mengidentifikasi dan menindak pelanggaran.

b. Jumlah transaksi yang sangat besar di e-commerce membuat pengawasan menjadi tantangan teknis dan administratif.

Upaya Mengatasi Tantangan

1. Edukasi Konsumen: Meningkatkan kesadaran konsumen mengenai hak-hak mereka dan pentingnya memahami syarat dan ketentuan transaksi.

2. Penguatan Regulasi dan Pengawasan: Meningkatkan pengawasan terhadap platform e-commerce dan memperkuat implementasi peraturan.

3. Kolaborasi Internasional: Menjalin kerja sama antarnegara untuk menyelesaikan sengketa dalam transaksi lintas batas.

4. Peningkatan Keamanan Data: Mewajibkan pelaku usaha untuk menerapkan sistem keamanan yang ketat terhadap data konsumen.

5. Peningkatan Mekanisme Penyelesaian Sengketa: Memberikan akses yang lebih luas kepada konsumen untuk menyelesaikan sengketa secara cepat dan murah.

Dengan mengatasi tantangan-tantangan tersebut, perlindungan konsumen dalam e-commerce dapat diimplementasikan secara lebih efektif, menciptakan ekosistem perdagangan digital yang aman dan adil.

(10)

7 D. Studi Kasus

Perkembangan e-commerce di Indonesia telah memberikan kemudahan bagi konsumen dalam bertransaksi. Namun, beberapa kasus menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap perlindungan konsumen dalam transaksi daring. Berikut adalah beberapa studi kasus yang menyoroti permasalahan tersebut (Wibowo, 2024):

1. Kasus Grab Toko (2021)

Pada awal tahun 2021, platform e-commerce Grab Toko menawarkan diskon besar hingga 90% untuk berbagai produk elektronik. Namun, banyak konsumen yang telah melakukan pembayaran tidak menerima barang yang dipesan. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menerima sekitar 300 aduan dengan total kerugian mencapai Rp1,1 miliar. Kasus ini menyoroti pentingnya pengawasan terhadap platform e-commerce dan perlindungan konsumen dari penipuan daring.

2. Kebocoran Data Pribadi Konsumen (2021)

Pada tahun 2021, terjadi beberapa insiden kebocoran data pribadi konsumen dari platform e-commerce besar di Indonesia. Data konsumen yang bocor dijual oleh pihak tidak bertanggung jawab, menimbulkan kekhawatiran tentang perlindungan data pribadi dalam transaksi daring. Meskipun Indonesia memiliki beberapa peraturan terkait perlindungan data, belum ada undang-undang khusus yang mengatur perlindungan data pribadi secara komprehensif.

3. Kasus Tokopedia (2018)

Pada tahun 2018, beberapa karyawan Tokopedia terlibat dalam kecurangan selama program promosi flash sale dengan menahan dan membeli produk untuk kepentingan pribadi, sehingga merugikan konsumen yang seharusnya mendapatkan kesempatan yang sama. Tokopedia mengambil tindakan tegas dengan memecat karyawan yang terlibat untuk melindungi kepentingan konsumen sesuai dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

(11)

8 Analisis

Kasus-kasus di atas menunjukkan tantangan dalam melindungi konsumen dalam transaksi e-commerce di Indonesia, termasuk penipuan, kebocoran data pribadi, dan kecurangan internal. Meskipun terdapat peraturan seperti Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, implementasi dan pengawasan yang lebih ketat diperlukan untuk memastikan perlindungan konsumen yang efektif.

Rekomendasi

1. Penguatan Regulasi: Menyusun undang-undang khusus yang mengatur perlindungan data pribadi dan transaksi e-commerce secara komprehensif.

2. Peningkatan Pengawasan: Memperkuat peran lembaga pengawas seperti BPKN dalam memantau dan menindak pelanggaran dalam e-commerce.

3. Edukasi Konsumen: Meningkatkan kesadaran konsumen tentang hak-hak mereka dan cara bertransaksi aman secara daring.

4. Tanggung Jawab Platform: Mewajibkan platform e-commerce untuk menerapkan standar keamanan data yang tinggi dan mekanisme pengaduan yang efektif bagi konsumen.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce di Indonesia dapat ditingkatkan, menciptakan ekosistem perdagangan daring yang aman dan terpercaya.

(12)

9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce di Indonesia merupakan aspek krusial yang harus diatur secara tegas untuk menjamin hak-hak konsumen dari potensi kerugian. Melalui berbagai regulasi seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan peraturan terkait lainnya, pemerintah telah menyediakan landasan hukum yang memadai. Namun, tantangan implementasi masih besar, terutama dalam hal kepatuhan pelaku usaha, pengamanan data pribadi, dan efektifitas penyelesaian sengketa.

Berbagai studi kasus seperti Grab Toko, kebocoran data pribadi, dan kecurangan dalam promosi menunjukkan masih lemahnya pengawasan dan penerapan regulasi di lapangan. Meskipun demikian, langkah-langkah seperti edukasi konsumen, penguatan regulasi, dan peningkatan pengawasan dapat menjadi solusi untuk memperbaiki sistem perlindungan konsumen. Dengan pengelolaan yang tepat, e-commerce dapat menjadi ekosistem perdagangan yang lebih aman dan transparan bagi semua pihak.

B. Saran

Untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan konsumen. Pemerintah perlu memperkuat pengawasan dan menyusun regulasi yang lebih spesifik, terutama terkait perlindungan data pribadi dan mekanisme penyelesaian sengketa. Pelaku usaha harus meningkatkan kepatuhan terhadap aturan, menyediakan informasi yang jelas, dan menjaga keamanan data konsumen. Konsumen juga perlu diedukasi untuk lebih memahami hak-hak mereka dan memilih platform yang terpercaya. Dengan upaya bersama, diharapkan ekosistem e-commerce di Indonesia dapat berkembang secara lebih sehat dan adil.

(13)

10

DAFTAR PUSTAKA

Afrineldi. 2021. “Perlindungan Konsumen Dalam Perdagangan Elektronik (E- Commerce).” Jurnal Ilmiah Publika 9 (1): 101–11.

https://jurnal.globalscients.com/index.php/jkhpk/article/view/118/120.

Mahran, Zahra Afina, and Muhammad Hasan Sebyar. 2023. “Pengaruh Peraturan Menteri Perdagangan (PERMENDAG) Nomor 31 Tahun 2023 Terhadap Perkembangan E- Commerce Di Indonesia.” Jurnal Ilmu Hukum Dan Sosial 1 (4): 51–67.

https://doi.org/10.51903/hakim.v1i4.1440.

Rahman, Irsan, Sahrul, Riezka Eka Mayasari, Tia Nurapriyanti, and Yuliana. 2023.

“Hukum Perlindungan Konsumen Di Era E-Commerce: Menavigasi Tantangan Perlindungan Konsumen Dalam Lingkungan Perdagangan Digital.” Jurnal Hukum Dan HAM Wara Sains 2 (08): 704–12. https://doi.org/10.58812/jhhws.v2i08.605.

Susi. 2024. “Tinjauan Hukum Perdata Pada Perlindungan Hak Konsumen Dalam Kontrak Sewa Menyewa.” Innovative: Journal Of Social Science Research 4 (3): 17872–83.

https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/view/12670/8571.

Wibowo, Elang, Niken Wahyuning, and Retno Mumpuni. 2024. “Consumer Legal Protection in E-Commerce Transactions : A Case Study of Grab Toko Platform Keywords Abstrak Kata Kunci Pendahuluan” 4 (1).

https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jurisprudence/article/view/26104.

Referensi

Dokumen terkait

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen karena pelaku.. usaha e-commerce sangat

perlindungan hukum yang dapat ditawarkan bagi konsumen dalam.. kontrak baku e-commerce lintas negara di Indonesia dalam hal. terjadinya sengketa dengan pelaku usaha.

Untuk mengetahui dan memperoleh data penyelesaian sengketa yang diatur di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang terkait dengan transaksi elektronik..

Terkait dengan Perlindungan Konsumen dan Transaksi Elektronik Indonesia telah memiliki Undang- Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang- Undang

Barkatullah, Abdul Halim, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Transaksi E- Commerce Lintas Negara Di Indonesia, Fh UII Press, Yogyakarta, 2009..

Hartono, Sri Redjeki, 2000, Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Pada Era Perdagangan Bebas Dalam Hukum Perlindungan Konsumen , Bandung, Mandar Maju.. Indrajit, 2001,

Perlindungan konsumen yang seharusnya ada dalam e-commerce dan merupakan aspek yang penting untuk diper- hatikan, karena beberapa karakteristik khas e-com- merce akan menempatkan

Pengawasan e-commerce di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perdagangan dan Undang-Undang Perlindungan