• Tidak ada hasil yang ditemukan

hukum wakaf uang dalam sistem hukum islam di indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hukum wakaf uang dalam sistem hukum islam di indonesia"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

Di Indonesia berlaku beberapa sistem hukum, salah satunya adalah sistem hukum Islam yang mempunyai ciri dan sistem tersendiri, tumbuh dan berkembang di masyarakat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedudukan sistem hukum ini ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dan dikembangkan oleh ilmu pengetahuan dan yurisprudensi. Hukum Islam sendiri juga menjadi sumber pembentukan hukum nasional di samping hukum-hukum lain yang sudah ada.

Undang-Undang Wakaf Uang merupakan salah satu subsistem Sistem Hukum Islam yang telah diakomodir dalam Sistem Hukum Nasional, yaitu dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan peraturan turunannya. Oleh karena itu pembahasan mengenai Hukum Wakaf Uang ini layak untuk dikaji sebagai khazanah keilmuan di bidang hukum. Buku ini merupakan hasil penelitian yang dapat dijadikan referensi dalam kajian Ilmu Hukum khususnya yang berkaitan dengan Sistem Hukum Islam.

Dalam buku ini, penulis mencoba mengkaji secara sistematis, rinci dan komprehensif tentang sistem hukum nasional dan eksistensi hukum Islam, sejarah dan positifnya UU Wakaf Uang di Indonesia, serta penerapan UU Wakaf Uang di Indonesia, berdasarkan undang-undang nomor 41. tahun ini. Wakaf uang dalam Islam konon telah dilakukan pada masa Nabi Muhammad SAW oleh Umar bin Khattab.

لص بينلل رمع لاق : لاق رمع نبا نعملسو هيلع الله ى

لى مهس ةئام نا

بريبخ

لاقف

اتهرثم لبسو اهلصا سبحا : معلص بينلا

ملسم و ىراخبلأ هاور(

ىتاف بريبخ اضرأ باصا باطلخا نبرمع نا امهنع الله ىضر رمع نب نع لع الله ىلص بينلا

هنم ىدنع سفنا طق لَّام بصألميربخ

تسبح تئش نا لاق هب هرمتأ امف

ثروي لَّو بهوي لَّو عابيلَّ هنارمع ابه قدصتف لاق ابه تقدصتو اهلصا و

لَّام لثأتم يرغ لاقف نييرس نبا هب تث دحف لاق لومتم

و ىراخبلأ هاور(

ملسم)

Penerapan hukum Islam di Indonesia sangat bergantung pada umat Islam yang merupakan pemeluk utamanya. Pertama, ciri-ciri hukum Islam Indonesia didominasi oleh kepribadian Arab (berorientasi Arab) dan lebih erat hubungannya. 37 Ahmad Amrullah, dkk., 1999, Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Gema Insani Press, hal.

Dalam konteks pembaharuan pemikiran hukum Islam di Indonesia, gerakan ijtihad menunjukkan metode dan kecenderungan yang berbeda-beda. Kedua, penyempurnaan konsepsi, strategi dan metode perumusan hukum Islam, sehingga hukum Islam yang dihasilkan tidak bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat serta sesuai dengan ciri tatanan hukum nasional yang dicita-citakan. Dalam perjalanan sistem hukum nasional, pemerintah telah menjadikan hukum Islam sebagai bagian dari hukum nasional.

Dalam bentangan sejarah hukum nasional, hukum Islam senantiasa mengukuhkan eksistensinya, sebagai hukum positif, tertulis maupun tidak tertulis, dalam berbagai bidang kehidupan hukum dan praktik hukum. 46 Imam Syaukani, 2006, Merekonstruksi Epistemologi Hukum Islam Indonesia dan Pentingnya Bagi Pembangunan Hukum Nasional, Jakarta: PT. Sebagai subsistem, hukum Islam dapat memberikan kontribusi yang dominan terhadap pengembangan dan pembaharuan hukum nasional.

Pertama, optimalisasi fungsi ijtihad dalam rangka mentransformasikan nilai-nilai hukum Islam ke dalam rumusan hukum yang bermanfaat dan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan hukum dan kesadaran hukum masyarakat Indonesia, serta terobosan integrasi hukum Islam ke dalam hukum nasional.

هآرَاَم إوُمِلإسُمإلا

Istilah wakaf uang belum dikenal pada zaman Rasulullah, wakaf uang baru dipraktikkan sejak awal abad kedua Hijriyah. Imam az Zuhri salah seorang ulama terkemuka menganjurkan wakaf dinar dan dirham untuk pengembangan dakwah Islam, sarana sosial dan pendidikan, dan lain-lain. Selain al-Zuhri, ulama mazhab Hanafi juga membolehkan wakaf dinar dan dirham berdasarkan Istihsan bi al-'Urfi, berdasarkan atsar Abdullah bin Mas'ud ra:.

وُهَ ف َدإنِع

Perumusan undang-undang wakaf uang dalam UU Wakaf pada dasarnya didasarkan pada aspek kemanfaatan dari undang-undang wakaf uang itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilihat dari sisi perkembangan peraturan perundang-undangan wakaf uang itu sendiri. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf tidak secara tegas menyebutkan istilah wakaf tunai atau wakaf uang.

Praktik wakaf tunai yang benar dilakukan melalui Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Tunai. Sertifikat wakaf tunai diterbitkan dan diserahkan oleh lembaga keuangan syariah kepada Wakif dan Nazir sebagai bukti pengalihan harta wakaf. Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Tunai (LKS-PWU) dalam menyampaikan keinginannya untuk wakaf tunai, selain itu Wakif juga harus menjelaskan kepemilikan dan asal usul uang yang akan diwakafkan, menyetorkan dana tunai kepada LKS PWU dan mengisi serangkaian formulir yang menyatakan keinginan Wakif yang dijadikan sebagai Akta Ikrar Wakaf (AIW).

Pengendalian dilakukan melalui laporan tahunan, pemantauan dan evaluasi terhadap pengelolaan dan pengembangan wakaf moneter yang dilakukan Nazir. Sebab implementasi UU Wakaf Uang di Indonesia masih belum sejalan dengan tujuan dibentuknya UU Wakaf. Oleh karena itu, untuk menyempurnakan peraturan tersebut, perlu dilakukan rekonstruksi ketentuan tentang wakaf moneter dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf.

PENUTUP

Terkait dengan penerapan UU Wakaf Uang, terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan penerapan UU Wakaf Uang di masyarakat. Dimana para pemangku kepentingan masih belum menjadikan wakaf moneter sebagai sarana negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penyelenggaraan wakaf moneter juga kurang berjalan baik karena adanya stigma kepercayaan dan adat istiadat yang ada di masyarakat.

Yakni sebagian besar umat Islam menganut cara berpikir Syafi’iyah, padahal wakaf uang ada karena ijtihad ulama Hanafi, sehingga masih ada keengganan untuk melakukan wakaf uang, meskipun sudah difasilitasi dalam peraturan di Indonesia. Selain itu, kebiasaan masyarakat yang sembunyi-sembunyi dan tidak mendaftarkan diri sebagai Wakif pada lembaga yang berwenang (Kementerian Agama dan BWI) membuat pelaksanaan wakaf uang tidak berjalan maksimal. Dalam hal ini, harta wakaf yang diwakafkan secara diam-diam dan/atau tidak didaftarkan tidak akan dapat didaftarkan, sehingga secara tidak langsung menimbulkan kerugian bagi penyelenggara wakaf atau wakaf uang dan pemangku kepentingan lainnya.

Dengan kondisi pelaksanaan wakaf uang yang seperti ini, dimana realita pelaksanaan wakaf uang di masyarakat dinilai kurang efektif, efisien dan belum maksimal, tidak menutup kemungkinan juga melalui peraturan wakaf itu sendiri. tidak disebabkan, dalam hal ini peraturan yang memuat ketentuan dan/atau aturan wakaf tunai. Abdul Shomad, 2010, Hukum Islam; Norma Prinsip-Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Kencana, 1st Cet, Ed. Ahmad Syukron, 2011, Rekonstruksi Hukum Islam: Kajian Sejarah Urgensi Pelembagaan Wakaf Produktif di Indonesia, Jurnal Penelitian Vol.

Bahtiar Effendi, 1998, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktek Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina. Imam Syaukani, 2006, Merekonstruksi Epistemologi Hukum Islam Indonesia dan Signifikansinya Bagi Pembangunan Hukum Nasional, Jakarta: PT. Sularno, 2006, Syariat Islam dan Upaya Penegakan Hukum Positif di Indonesia, Majalah Al-Mawarid Edisi XVI 2006.

Nawawi, 2010, “Wakaf Tunai sebagai Keuangan Islam: Dari Masalah Fiqhiyyah Menuju Hukum Positif”, Jurnal Kajian Islam, 2 Agustus 2010. Agustianto, “Wakaf Tunai dan Peningkatan Kemakmuran Umat”, https://shariaeconomics.wordpress . com/tag/wakaf -uang, diakses 10 Juni 2017. Badan Wakaf Indonesia, “Memahami Wakaf Tunai”, http://bwi.or.id/index.php/wakaf-uang-tangan-wakaf-57.html, diakses 10 Juni 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan meminjam inti dari 3 tiga perspektif hukum tersebut, maka secara teoritis dapatlah dikatakan apabila pemberdayaan wakaf uang uang dalam prespektif Hukum Islam dan Undang-Undang