MAKALAH
TRADISI BALIMAU
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Akhir pada mata kuliah : Islam Dan Budaya Minangkabau
Dosen Pengampu ;
Dr. Hoktaviandri, S.Hum, M.A
Disusun Oleh : Dinda Zahria Triyandini
2316050091
PROGAM STUDI PERBANKAN SYARIAH C FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG 2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tradisi Balimau” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangannya karena pengalaman yang penulis miliki sangatlah kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah.
Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada makalah ini saya mohon maaf. Penulis menerima kritik dan saran seluas luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
Padang, 09 Juni 2024
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...2
DAFTAR ISI...3
BAB I PENDAHULUAN...4
Latar Belakang...4
BAB II PEMBAHASAN...5
A. Tradisi Balimau di Minangkabau: Definisi dan Praktik Pensucian Diri...5
B. Menyelami Dua Jenis Tradisi Balimau: Balimau Como dan Balimau Kasai dalam Menyambut Bulan Suci Ramadan...6
C. Balimau dalam Perspektif Hukum Islam (Fiqh Thaharah)...7
D. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada Tradisi Balimau...9
E. Kontroversi dan Pergeseran Makna Tradisi Balimau di Minangkabau...9
BAB III PENUTUP...11
KESIMPULAN... 11
DAFTAR PUSTAKA...12
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan tradisi dan budaya. Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri yang tercermin dalam berbagai upacara adat dan tradisi yang dijalankan oleh masyarakatnya. Salah satu tradisi yang menarik perhatian adalah tradisi Balimau yang berasal dari Sumatera Barat, khususnya di kalangan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini memiliki nilai budaya dan spiritual yang mendalam, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat.
Tradisi Balimau adalah ritual mandi yang dilakukan sehari sebelum bulan Ramadan tiba. Kata "balimau" berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti mandi dengan menggunakan air yang dicampur dengan jeruk nipis atau limau.
Secara harfiah, Balimau berarti membersihkan diri secara fisik dan spiritual untuk menyambut bulan suci Ramadan. Seiring perkembangan zaman, tradisi Balimau mengalami berbagai perubahan, baik dari segi pelaksanaan maupun maknanya. Modernisasi dan globalisasi memberikan pengaruh signifikan terhadap cara masyarakat memandang dan menjalankan tradisi ini.
Studi mengenai tradisi Balimau penting dilakukan untuk memahami bagaimana tradisi ini berkembang dan bertahan di tengah perubahan sosial dan budaya. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai makna dan nilai yang terkandung dalam tradisi Balimau, serta bagaimana masyarakat Minangkabau menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka di era modern. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendokumentasikan proses dan ritual Balimau, sehingga generasi mendatang dapat memahami dan menghargai kekayaan budaya nenek moyang mereka.
BAB II PEMBAHASAN
A. Tradisi Balimau di Minangkabau: Definisi dan Praktik Pensucian Diri 1. Definisi Mandi Balimau
Secara etimologi, "mandi balimau" berarti mandi dengan menggunakan jeruk nipis atau limau, serta rempah-rempah seperti daun pandan dan aneka macam bunga. Kata Balimau merupakan istilah yang sering terdengar di tengah masyarakat Minangkabau. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kata balimau berarti memakai atau menggunakan jeruk. Jeruk yang digunakan biasanya jeruk purut, jeruk kapas, dan lain-lain. Jeruk yang digunakan tersebut biasanya dipotongpotong lalu dimasukkan ke dalam air yang sudah disediakan untuk mandi. Prosesi mandi dengan menggunakan jeruk inilah yang disebut dengan balimau. Kadang prosesi ini juga diiringi dengan bacaan-bacaan yang diyakini dapat membantu seseorang untuk mensucikan diri dari pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Inti dari prosesi ini adalah untuk pensucian lahir dan batin seseorang.
2. Praktik Di Minangkabau
Balimau biasanya dilakukan pada waktu akan memasuki bulan Ramadhan.
Tepatnya sehari menjelang berpuasa atau sehari menjelang hari raya Idul Fitri.
Menjelang hari-hari besar tersebut, berjalanlah ke tepi-tepi sungai, ke pantai, atau ke danau maka akan banyak ditemui orang yang sedang mandi-mandi di sana dengan tujuan balimau ini. Istilah Balimau juga dilakukan oleh wanita yang selesai masa haidnya. Tata cara balimau ini tidak lagi memakai jeruk beraroma, tetapi mengikuti tata cara bersuci dalam fikih. Wanita haid sekarang ini, tidak lagi balimau secara harfiah yakni mandi dengan menggunakan bermacam-macam jeruk.
Tetapi hanya menggunakan istilah balimau untuk istilah kegiatan bersuci yang dilakukan. Pada akhirnya balimau berhubungan dan melebur dengan ibadah.
Misalnya ketika akan memasuki bulan Ramadhan masyarakat membiasakan balimau. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri. Hal ini relevan dengan hadis
nabi yang menganjurkan mandi menjelang memasuki bulan Ramadhan. Kemudian jika dikaitkan dengan wanita yang haid. Di dalam ajaran Islam, wanita yang selesai haid diwajibkan mandi untuk mensucikan hadas besar yang baru dikeluarkannya.1
B. Menyelami Dua Jenis Tradisi Balimau: Balimau Como dan Balimau Kasai dalam Menyambut Bulan Suci Ramadan
Balimau ada dua jenis, yaitu;
1. Belimau Como: tradisi masyarakat dalam menyambit bulan suci ramadhan ditepian sungai rokan, ujung batu rokan Hulu. Disebut dengan upacara turun belimau, yang dilaksnakan di masjid raya Ujung Batu. Upacara ini biasanya disertai dengan hiburan. Balimau Como dilaksnakan setiap tahun sebelum memasuki bulan ramadhan.
2. Belimau Kasai; upacara ini merupakan tradisi Kampar dalam menyambut bulan suci ramadhan sebagai simbol pembersihan diri dan luapan kegembiraan dalam menyambut datangnya bulan ramadhan. Dilaksanakan sehari sebelum masuknya bulan ramadhan. Tradisi ini mulai dilaksanakan secara besar-besaran sejak tahun 1935, dengan arak-arakan sampan hias disepanjang sungai Kampar. Upacara dilangsungkan dengan uparacara adat yang dipusatkan di desa Batu Belah, yang berjarak sekitar 58 km dari kota Pekanbaru.
Adapun perlengkapan yang harus dipersiapkan untuk upacara balimau kasai antara lain limau, limau pagar, kunyit, kencur, daun pandan, akar sisiak, akar kemunyang, bunga tanjung, bunga kenanga, bunga ros dan beras. Mulamula beras disangrai kemudian ditumbuk halus bersama kencur dan kunyit sebagai pewarna.
Buah limau dan limau pagar dibelah lalu diperas airnya. Didihkan air kemudian masukkan air perasan limau, akar sisiak dan kemunyang, serta daun pandan. Bahan bahan ini di rebus sampai mengeluarkan aroma harum yang khas. Setelah itu, air rebusan didinginkan dan ketika akan dipakai ditambahkan dengan bungan-bungaan
1 Fitra Yenti, Zelfeni Wimra, “DAKWAH DIALOGIS-BERKEARIFAN TERHADAP PURIFIKASI DAN SINKRETISASI TRADISI BAKAR KEMENYAN DAN BALIMAU”, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam.
Vol. XII No. 2, 2021, hal. 132-133
yang telah dipersiapkan. Bahan yang ditumbuk dengan beras ini disebut kasai dan dipakai dengan melulurkannya ke tangan dan kaki. Sedangkan bahan rebusan untuk membasuh rambut dan kepala. Bahan-bahan tersebut dipersiapkan secara perorangan maupun kelompok, yang kemudian dibawa dengan dulang atau talam ketempat upacara oleh para gadis diiringi dengan zikir, gubano atau berzanji.
Sebelum menuju tepian sungai para warga berkumpul di surau atau di masjid terdekat. Di sini mereka mendengarkan ninik-mamak memberikan petatah-petitih pada seluruh anak-kemenakan mengenai pentingnya memuliakan bulan ramadhan.
Pada kesempatan ini dihidangkan makanan tradisional seperti gelopuong, sri kayo, lopek, lomang (lemang), katupek (ketupat), goreng pisang, agar-agar (kue) lengkong, dan sebagainya. Setelah itu warga berangkat menuju tepian sungai Kampar dan mandi Bersama.2
C. Balimau dalam Perspektif Hukum Islam (Fiqh Thaharah)
Balimau, sebuah tradisi Minangkabau yang melibatkan mandi dengan menggunakan jeruk, tidak memiliki dasar dalam Al-Qur'an atau Hadits. Tradisi ini diperbolehkan dalam Islam selama tidak bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an dan Hadits, serta lebih banyak manfaatnya daripada mudharatnya. Dalam perspektif Maqashid Syari'ah, tujuan hukum adalah untuk kemaslahatan dan menghindarkan dari kemudharatan. Persiapan sebelum memasuki bulan Ramadhan yang diajarkan dalam Islam meliputi:
1. Persiapan nafsiyah : Menyucikan jiwa (tazkiyatun nafsi) untuk memiliki sifat ikhlas, sabar, dan tawakal.
2. Persiapan tsaqafiyah : Mendalami fiqih puasa agar memahami cara berpuasa sesuai tuntunan Rasulullah SAW dan mengetahui hal-hal yang membatalkan puasa.
3. Persiapan jasadiyah : Mempersiapkan fisik untuk kegiatan ibadah seperti puasa, shalat tarawih, dan lainnya.
2 Miftah Ulya, “BUDAYA MELAYU RIAU PERSPEKTIF AL-QURAN”, Program Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 2020, hal. 117-118
Tradisi balimau dapat meningkatkan syiar Islam dan dakwah jika dilakukan dengan benar, menghindari praktik-praktik negatif seperti pacaran dan mencampur tempat mandi laki-laki dan perempuan. Tokoh agama dan adat perlu berperan aktif dalam mengislamkan tradisi ini dengan menanamkan nilai-nilai Islam. Jika balimau hanya menjadi ajang bertamasya dan hura-hura tanpa manfaat, sebaiknya tradisi ini ditinggalkan karena lebih banyak mendatangkan mudharat. Pada zaman Rasulullah SAW, menjelang Ramadhan, beliau menyambutnya dengan ucapan "marhaban bil muthahhir" (selamat datang wahai pembersih). Ramadhan membersihkan umat dari dosa dan maksiat, dan Rasulullah SAW mengajarkan untuk menyambutnya dengan bahagia. Sebagian tokoh agama melarang balimau karena tidak ada dalam ajaran Islam dan bisa menodai Ramadhan. Tradisi balimau saat ini sering tidak memberikan manfaat yang jelas dan sebagian tokoh agama mengharamkan mandi yang bercampur antara laki-laki dan perempuan karena bertentangan dengan ajaran Islam.
M. Sayuti Datuak Rajo Panghulu menyatakan bahwa dalam adat Minangkabau tidak ada kewajiban menjalankan balimau di sungai atau tempat terbuka, sebaiknya dilakukan di rumah dengan niat dan pelaksanaan yang khusyu’.
Makna tradisi balimau harus dikembalikan pada tujuannya semula: membersihkan diri secara lahiriah dengan jeruk dan secara batiniah dengan saling memaafkan.
Meskipun sebagian masyarakat masih melestarikan balimau, nilai-nilai yang terkandung dalam upacara ini telah berubah seiring perkembangan zaman, sehingga menimbulkan pandangan negatif. Pengawasan oleh petugas keamanan seperti SATPOL PP dan Kepolisian diperlukan agar tradisi ini tidak menyimpang dari nilai-nilai Islam. Kemajuan zaman berdampak pada distorsi sejarah dan salah interpretasi nilai-nilai adat, termasuk dalam tradisi balimau.3
D. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada Tradisi Balimau
Setiap tradisi memiliki makna sakral bagi masyarakat setempat. Tradisi mandi balimau, misalnya, merupakan simbol penyucian diri dan penguatan tali
3Aswir dkk, “BUNGA RAMPAI Seminar Nasional Hukum Adat Dan Islam Minangkabau”, 2021, hal.
288-291
kebersamaan dalam masyarakat. Meskipun tradisi ini tidak diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW, ia memiliki nilai-nilai penting yang patut diajarkan kepada generasi mendatang. Beberapa nilai penting yang bisa dipetik dari tradisi ini adalah:
1. Tradisi ini melambangkan pensucian diri, baik secara lahir maupun batin, menjelang bulan puasa. Dalam ajaran Islam, kita dianjurkan untuk membersihkan hati atau bertobat menjelang puasa. Agar Ramadhan dapat dijalani dengan baik dan diampuni Allah SWT, kita sebaiknya memperbanyak taubat, seperti membersihkan padi sebelum dibawa ke rumah.
2. Tradisi ini mengumpulkan masyarakat untuk saling memaafkan dan bersilaturahmi menjelang Ramadhan. Tradisi ini berfungsi untuk menyatukan masyarakat dan menjadi momen untuk bermaaf-maafan dalam menyambut bulan suci Ramadhan, sehingga memiliki fungsi religius dan sosial.
3. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur dan kegembiraan atas kedatangan bulan Ramadhan. Makna sebenarnya dari mandi balimau adalah mandi taubat, yang merupakan ungkapan syukur atas nikmat Allah yang telah diterima, disertai niat untuk bertaubat kepada Allah SWT.4
E. Kontroversi dan Pergeseran Makna Tradisi Balimau di Minangkabau Tradisi mandi balimau telah diwariskan dari generasi ke generasi dan diyakini telah berlangsung selama berabad-abad di Sumatera Barat. Kegiatan ini dilakukan sebelum Maghrib dan berakhir sebelum adzan Maghrib. Dahulu, tradisi ini bertujuan untuk membersihkan diri sebelum memasuki bulan puasa. Di Kota Padang, ada 12 lokasi yang menjadi tempat mandi balimau, seperti Pantai Padang, Pantai Aia Manih, Pantai Pasir Jambak, Lubuak Tampuruang, dan Lubuak Paraku.
Namun, tradisi ini menimbulkan kontroversi karena bercampurnya laki-laki dan perempuan di satu tempat, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kekhawatiran
4 Sri Mawarti, “TRADISI MANDI BALIMAU”, Journal for Southeast Asian Islamic Studies Vol.16 No.
1, 2020, hal. 5-6
akan terjadi pelecehan juga menjadi perhatian Walikota. Seiring waktu, nilai sakral mandi balimau mengalami pergeseran. Pada awalnya, mandi balimau dilakukan dengan siraman air dari rendaman bunga tujuh rupa yang dicampur dengan jeruk nipis. Namun, kini banyak yang melakukan balimau hanya untuk bersenang-senang atau bertemu pasangan lawan jenis, terutama di kalangan generasi muda.
Walaupun para ulama dan tokoh masyarakat telah melarang praktik ini karena dianggap melanggar ajaran Islam, tradisi ini tetap dilaksanakan. Banyak tempat wisata pemandian dijadikan lokasi balimau. Selain itu, insiden anak-anak hanyut tanpa pengawasan orangtua juga kerap terjadi. Tokoh adat, agama, dan pemerintah kota Padang berupaya menjaga tradisi ini agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Mereka meminta pengelola tempat wisata untuk memasang pagar pembatas antara laki-laki dan perempuan, serta memperketat pengamanan dengan mengerahkan anggota Satpol PP di berbagai titik pemandian. Walaupun tradisi ini masih dilaksanakan, kegiatan mandi bersama yang bercampur antara laki-laki dan perempuan dinilai kurang pantas. Meskipun asal-usul tradisi ini tidak jelas, diyakini bahwa tradisi ini merupakan warisan dari kebudayaan Hindu, hasil akulturasi dengan budaya Minangkabau.5
BAB III PENUTUP
5Sulis Anggraini Lopa dkk, “Mandi Balimau Sebagai Tradisi Masyrakat di Minangkabau”, Jurnal Ilmiah Langue And Parole Vol. 7 No. 1, 2023, hal. 18-19
KESIMPULAN
Balimau merupakan tradisi mandi dengan menggunakan jeruk, baik jeruk purut maupun jenis jeruk lainnya. Proses ini dianggap sebagai cara untuk mensucikan diri secara lahir dan batin, dan sering dilakukan menjelang bulan Ramadhan atau setelah wanita selesai masa haid. Ada dua jenis Balimau yang dibahas, yaitu Balimau Como dan Balimau Kasai. Kedua tradisi ini memiliki perbedaan dalam praktik dan lokasi pelaksanaannya, tetapi sama-sama bermaksud untuk membersihkan diri dan menyambut bulan suci Ramadhan. Meskipun Balimau tidak memiliki dasar dalam Al-Qur'an atau Hadits, tradisi ini diperbolehkan dalam Islam selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan lebih banyak memberikan manfaat daripada mudharat. Tradisi ini dapat meningkatkan syiar Islam dan dakwah jika dilakukan dengan benar.
Tradisi Balimau mengandung nilai-nilai penting dalam pendidikan agama Islam, seperti pensucian diri, silaturrahmi, taubat, dan syukur atas datangnya bulan Ramadhan. Meskipun tradisi Balimau telah ada sejak lama dan dianggap sakral, namun ada kontroversi terkait bercampurnya laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaannya. Beberapa pihak menganggap tradisi ini tidak pantas dilanjutkan jika tidak dilakukan dengan benar sesuai nilai-nilai Islam. Tradisi Balimau, meskipun memiliki nilai-nilai yang penting dalam konteks agama dan budaya, perlu dijaga agar tidak melenceng dari ajaran Islam. Pengawasan dan pemahaman yang benar mengenai tujuan sebenarnya dari tradisi ini sangat diperlukan agar tradisi ini tetap memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat Minangkabau.
DAFTAR PUSTAKA
Aswir, d. (2021, November). BUNGA RAMPAI Seminar Nasional Hukum Adat Dan Islam Minangkabau. (M. Dr. Endri Yenti, Ed.) 288-291.
Fitra Yanti, Z. W. (2021, Juli-Desember). DAKWAH DIOLOGIS-BERKEARIFAN TERHADAP PURIFIKASI DAN SINKRETISASI TRADISI BAKAR
KEMENYAN DAN BALIMAU. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Volume XII Nomor 2, 132-133.
Mawarti, S. (2020, Juni). TRADISI MANDI BALIMAU. Journal for Southeast Asian Islamic Studies, Vol. 16, No. 1, 5-6.
Sulis Anggraini Lopa, D. E. (2023). Mandi Balimau Sebagai Tradisi Masyarakat di Minangkabau. Jurnal Ilmiah Langue and Paloe, Volume 7 Nomor 1, 18-19.
Ulya, M. (2020, Agustus). BUDAYA MELAYU RIAU PERSPEKTIF AL-QURAN.
117-118.