Dari judul di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat khususnya masyarakat awam masih kebingungan dalam memahami pengertian kriya dan ketrampilan. Jadi konsep kerajinan tangan (kerajinan tangan modern) dapat diartikan bahwa kerajinan tangan dalam penciptaannya lebih fokus pada pemenuhan nilai ekspresi, tidak lagi mempermasalahkan apakah benda tersebut masih mempunyai fungsi, apalagi fungsi praktisnya, tetapi dalam proses penciptaannya. ia menggunakan teknik kerajinan diam.
Kelahiran Kriya Seni
Sebenarnya kerajinan itu ada dan mencakup kedua disiplin ilmu, seni dan desain, sehingga bisa saja ada dua istilah seperti seni kerajinan dan desain kerajinan, atau seni kerajinan dan desain kerajinan. Belakangan ini, karena keinginan para akademisi untuk memasukkan ekspresi yang kuat dalam karyanya, muncullah istilah 'karya seni', yang meski masih banyak dicari, berbentuk lukisan atau pahatan dari kayu atau logam, yang merupakan materialnya. . yang sudah dikenal para empu (Soedarso.
Eksistensi Kriya Seni
Sebenarnya kriya tidak perlu diterjemahkan sebagai seni kriya yang serupa objeknya dengan seni rupa, atau sebagai seni lukis atau seni pahat dari kayu atau logam, yang merupakan bahan yang sudah lama dikenal oleh para perajin. Kerajinan tangan dapat berupa batik atau keramik yang dibuat sedemikian indahnya dengan motif atau bentuk yang merupakan kreasi baru (Soedarso.
KESIMPULAN
Ilau merupakan alat ritual dalam upacara adat kematian yang dilakukan karena ada anggota keluarga yang meninggal dunia di luar negeri. Misalnya saja seseorang meninggal di Jakarta, maka jenazahnya langsung dibawa ke tempat kelahirannya.
METODE PENELITIAN
Biasanya anggota keluarga yang meninggal di perantauan dan dilangsungkan upacara di Ilau (di-Ilaukan) adalah laki-laki dewasa. Fenomena tari Ilau sebagai representasi ritual kematian (tiruan) dapat dijadikan sebagai ajang seni pertunjukan masyarakat. Prosesi Ilau dilakukan di halaman rumah keluarga mendiang atau di lapangan terbuka, seperti pada perlintasan jalan dengan formasi melingkar.
Tradisi Ilau justru mengalami stagnasi, baik dari segi perkembangan maupun warisan budayanya sendiri.
PEMBAHASAN
Ilau dari Ritual Kematian Ke Seni Pertunjukan
Wawancara dilakukan langsung kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, seniman adat, penari Ilau, dan pejabat pemerintah yang terkait dengan kegiatan kesenian di Solok. 21 diserahkan kepada keluarga bako (keluarga ayah almarhum) karena dalam adat anumerta di Solok, pesta bako sangat fungsional, biasanya mereka datang sebagai bairiang (sekumpulan orang yang berjalan dalam arak-arakan) dan mengenakan pakaian adek jo tuduang nasi ( pakaian adat yang ditutupi tudung nasi). yang berbaring telentang), akan mengambil bagian dalam penampilan Ilau. Selanjutnya pihak keluarga menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk Ilau yaitu Bawak kering atau kulit sapi yang dijadikan alas pertunjukan Ilau, dan batang pisang yang diletakkan di tengah bedengan Bawak dijadikan alasnya. .
Tari Ilau Sebagai Imitasi Ritual Adat Kematian
Tari Ilau merupakan peniruan atau tiruan dari konsep Ilau sebagai alat ritual dalam upacara kematian zaman dahulu. Seluruh aspek pendukung pertunjukan masih mengacu atau meniru tradisi Ilau, seperti gerak, musik pengiring berupa gendang Ilau dan paduan suara ratok, serta setting 'lambang jenazah' yang dulunya terbuat dari batang pisang. , kini diganti dengan bantal guling yang dilapisi pakaian adat Datuak. Melalui gagasan seniman lokal, bentuk dan struktur tari Ilau dikemas sedemikian rupa dengan memperhatikan nilai estetika berbagai aspek pendukung sebuah seni pertunjukan yang mengandung nilai hiburan, seperti busana, musik pengiring. , pola lantai dan tempat pertunjukan serta lambang mayat yang menjadi latar yang digunakan dalam tari Ilau ini.
Bentuk Penyajian Tari Ilau
Sebab, hanya ibu-ibu saja yang bisa mengeksplorasi emosi atau perasaan sedih yang terdapat dalam tari Ilau. Macam-macam gerak yang terdapat dalam tari Ilau (gerakan marantak dan gerak manapiek dado), merupakan gerak sederhana, tidak banyak variasinya dan dilakukan dalam bentuk pengulangan. Unsur komposisi tari Ilau disusun dengan memperhatikan nilai estetika sehingga dapat dinikmati sebagai hiburan bagi penontonnya.
Dengan demikian, produksi tari Ilau dengan mempertimbangkan nilai estetika hendaknya dinikmati hanya sebagai pertunjukan panggung.
PENUTUP
Panggung proscenium merupakan panggung yang berbentuk panggung yang ditinggikan, hanya dapat dilihat dari satu arah dan mempunyai jarak antara pementas dengan penonton. Fenomena Globalisasi dan Kebudayaan Melayu Dalam Konteks Pendidikan Seni Tradisional”, dalam Mahdi Bahar (ed), Seni Tradisional Menantang Perubahan, STSI Padangpanjang Press. Abstrak: Seni tenun masyarakat Iban Saribas mempunyai motif alam yang terinspirasi dari fauna, flora dan terinspirasi secara kosmis.
They create these motifs based on ritualistic and mystical traditional practices from the belief system of animism.
PENDAHULUAN
Kebanyakan masyarakat Iban masih tinggal di rumah panjang dan secara tradisinya rumah panjang dibina di tebing sungai kerana dahulu sungai merupakan laluan pengangkutan yang sangat penting sebelum pembinaan jalan raya dilakukan oleh kerajaan negeri Sarawak atau persekutuan Malaysia. Rumah panjang ialah sebuah perkampungan yang dibina di bawah satu bumbung (Morrison:1962) dan setiap rumah panjang mempunyai bilik dan bilik-bilik tersebut merupakan kediaman sebuah keluarga (Freeman:1992). Oleh itu, jika terdapat tiga puluh keluarga di rumah panjang, maka rumah panjang itu dikatakan mempunyai tiga puluh pintu atau tiga puluh bilik.
Tidak dapat dinafikan terdapat persamaan budaya antara Iban Saribas dengan kumpulan Iban lain seperti Iban Balau, Iban Batang Ai dan juga Iban Rajang.
PEMBAHASAN
Motif Bulan
Antu rua ialah sejenis roh jahat yang dipercayai oleh tradisi Iban Saribas menyebabkan makanan cepat habis dan oleh itu ia juga dipercayai menyebabkan orang ramai kelaparan. Terdapat juga dalam kalangan Iban Saribas yang tinggal di bahagian hilir sungai, suka makan temakul dan mudah menangkap temakul itu perlu dilakukan pada waktu malam antara 27-30 hari bulan kerana malam itu sangat gelap. Jika Iban Saribas ingin membina rumah panjang, biasanya mereka mula mendirikan tiang utama rumah panjang itu pada hari ke-8 bulan lunar.
Terdapat juga beberapa mitos tradisional Iban Saribas dan cerita rakyat yang dikaitkan dengan bulan.
Motif Senulau dan Motif Senagir
Iban Saribas menggunakan motif bintang dalam seni visual (tenunan) kerana bintang mempunyai pengaruh yang begitu mendalam dalam kehidupan masyarakat dan memainkan peranan dalam penanaman padi bukit. Apabila Iban Saribas ingin mula menanam benih padi bukit, mereka perlu melihat bintang dan terdapat dua jenis bintang yang berperanan dalam penanaman padi bukit iaitu bintang banyak atau tujuh bintang dan juga bintang tiga. Menurut Sandin (1962), terdapat juga cerita mitos oleh Iban Saribas tentang puteri bintang tujuh yang dipanggil Bintang Tujuh atau Bintang Bintang dan cerita tersebut berkait rapat dengan kawasan penanaman padi bukit seperti yang disebutkan di atas.
Oleh itu, Puteri Bongsu mengajar Jeleggai berpandukan kedudukan tujuh bintang ketika hendak menanam padi, dan nasihat ini diikuti oleh Iban Saribas seperti yang disebutkan di atas.
Motif Burung
44 Gambaran motif tradisional dalam anyaman di atas merupakan contoh pelbagai jenis motif burung dalam seni anyaman Iban Saribas. Oleh itu, tradisi Iban Saribas yang mengamalkan kepercayaan animisme tidak mahu memberikan benih padi kepada orang ramai kerana takut kebahagiaan mereka akan dirampas oleh orang yang diberi. Terdapat juga seekor burung yang sangat kecil yang orang Iban Saribas memanggil burung kucei kerana bunyinya: "kucei, kucei, kucei...".
48 memberitahu orang perkara buruk atau suka membuka rahsia dan Iban Saribas amat membenci orang yang bertindak sedemikian.
PENUTUP
Kriya Seni
Istilah craftmanship sering disamakan dengan craftmanship, namun masih banyak orang yang mempunyai arti berbeda-beda menurut sudut pandangnya masing-masing. Ketika lahir jurusan kerajinan di ASRI Yogyakarta pada tahun 1950, istilah tersebut belum digunakan dan jurusan ini dinamakan jurusan seni pertukangan. Menurut Suwaji Bastomi, konsep kerajinan tangan adalah : Benda-benda hasil karya tangan seniman tidak lagi digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan fisik, namun karena nilai estetikanya maka kerajinan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan psikis.
Oleh karena itu, istilah seni artisanal (modern artisanal art) dapat diartikan sedemikian rupa sehingga seni artisanal dalam penciptaannya lebih menitikberatkan pada pemenuhan nilai ekspresi, tanpa memperhatikan apakah benda tersebut masih mempunyai fungsi tertentu.
Kelahiran Kriya Seni
Pada masa kemunculannya, konsep seni lukis dipahami sebagai istilah untuk karya seni yang penciptaannya berorientasi pada kepuasan batin penciptanya dan mengutamakan nilai seninya. Pada kenyataannya kriya mempunyai fleksibilitas yang tinggi, berada pada posisi antara seni dan desain. - Karya kriya yang sebelumnya hanya berorientasi pada aspek fungsional praktis dan keindahan ornamen, kini menunjukkan perubahan pada karya personal yang lebih dinamis, konseptual, kreatif dan inovatif (Andono.
Kerajinan keramik berbentuk teko, namun sudah tidak bisa lagi dijadikan teko dan lebih mementingkan unsur estetika.
Eksistensi Kriya Seni
Kehadiran seni kriya dewasa ini telah menunjukkan bentuk yang kaya akan muatan ekspresi, karena karya yang dihasilkan bertumpu pada kepentingan ekspresi. Keberadaan kerajinan seni tersebut merupakan adaptasi para perajin terhadap kebebasan zaman saat ini, yang memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk berkreasi seni sesuai dengan kebutuhannya, dengan hati nuraninya, dan tidak perlu memikirkan pertanyaan tersebut. apakah karya yang dihasilkan menyerupai karya seni murni, sedangkan yang membedakan karya seni dengan karya seni murni adalah media (bahan) yang digunakan sesuai dengan pengertian seni menurut Akhdiat K Miharja. Seni adalah aktivitas spiritual manusia yang mencerminkan realitas dalam sebuah karya, yang berkat bentuk dan isinya, mempunyai kekuatan untuk membangkitkan pengalaman spiritual tertentu pada diri Penerimanya. Barang seni artisan seringkali tergeser oleh barang buatan pabrik dengan harga yang sangat terjangkau dibandingkan barang artisanal. Jika terlihat lebih indah dari karya seni kriya, maka dampaknya adalah berkurangnya kemampuan perajin dalam menciptakan karya seni kriya. dirantai sehingga para perajin menghasilkan banyak kerajinan, seni untuk memenuhi keindahan dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat yang memakai keris tidak lagi merasa kebal, namun merasa lebih percaya diri, karena keris merupakan aksesoris pakaian kerajaan yang dikenakan pada saat mengikuti upacara pengantin atau upacara akbar lainnya, sehingga menyebabkan harga barang-barang kerajinan seni meroket (Bastomi ;2003.78).
Dikatakan bahwa saat ini ada kecenderungan kerajinan tangan menempatkan dirinya sejajar dengan seni rupa pada umumnya.
KESIMPULAN