• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masa Iddah bagi Wanita Hamil dan Wanita yang Ditinggalkan Mati Suaminya dalam Keadaan Hamil

N/A
N/A
akun kuliah

Academic year: 2024

Membagikan "Masa Iddah bagi Wanita Hamil dan Wanita yang Ditinggalkan Mati Suaminya dalam Keadaan Hamil"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

MASA IDDAH WANITA YANG HAMIL DAN MASA IDDAH BAGI WANITA YANG DITINGGAL MATI SUAMINYA DALAM KEADAN

HAMIL

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah: Tafsir Ahkam

Dosen Pengampu: Dr. Tinggal Purwanto, M.S.I

Nama Penyusun:

Aji 2332024

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIHK ABDURRAHMAN SIDDIQ BANGKA BELITUNG

TAHUN AJARAN 2023/2024

(2)

Abstrack

According to M. Quraish Shihab, one of the aims of the revelation of the Qur'an was as a guide to Sharia law. One of the Sharia laws that is applied by a woman who has been divorced alive or after her husband died is observing al-'iddah. Imam Malik in the book Al-Muwatta states that the 'iddah for a wife whose husband has died while she is pregnant is the longest time between the two 'iddahs and based on the view of Imam Shafi'i and fiqh that the 'iddah for a wife whose husband has died while she is pregnant. Pregnancy is until she gives birth to her womb, even if the distance between her husband's death is very close. In the holy book Al-Qur'an there are several verses that discuss and explain 'iddah. The 'iddah period is determined based on the woman's condition at the time of divorce or a woman whose husband dies. In the Qur'an it is not explained why women who are left behind by their husbands die longer. To find out the explanation of this verse and Quraish Shihab's views on the benefits of 'iddah, the author examines this using Muhammad Quraish Shihab's interpretation in the book Al-Misbah.

Keyword: divorced, Pregnant, die

Abstrak

Menurut M. Quraish Shihab salah satu tujuan diturunkannya al Qur’an sebagai petunjuk hukum syari’at. Salah satu hukum syari’at yang diterapkan oleh seorang perempuan yang telah dicerai hidup atau cerai mati suaminya adalah menjalankan al-‘iddah. Imam malik dalam kitab Al-Muwatta bahwa ‘iddah bagi istri yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil yaitu dengan waktu yang paling lama antara dua 'iddah itu dan berdasarkan pandangan Imam Syafi’i dan fiqh bahwa 'iddah bagi istri yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil adalah sampai ia melahirkan kandungannya, walau jarak kematian suaminya yang sangat dekat sekalipun. Dalam kitab suci al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang membahas dan menjelaskan mengenai ‘iddah. Masa ‘iddah ditetapkan berdasarkan dengan keadaan perempuan pada waktu dicerai atau perempuan yang ditinggal wafat oleh

(3)

suaminya. Dalam al-Qur’an tidak dijelaskan mengapa perempuan yang ditinggal wafat oleh suaminya lebih lama. Untuk mengetahui penjelasan dari ayat tersebut dan pandangan Quraish Shihab tentang manfaat ‘iddah, maka penulis mengkaji hal tersebut menggunakan penafsiran Muhammad Quraish Shihab dalam kitab Al- Misbah.

Kata kunci: cerai, hamil, mati

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Muhammad Bagir Al-Habsyi iddah adalah masa menunggu yang harus dijalani oleh seorang mantan isteri yang ditalaq atau ditinggal mati oleh suaminya sebelum ia dibolehkan

Iddah adalah sebuah masa tunggu yang harus dijalani seorang wanita akibat dari putusnya perkawinan atau karena kematian suami. Ada beberapa keadaan dimana masa

Iddah yaitu waktu tunggu seorang wanita yang telah diceraikan oleh suaminya, di dalam agam Islam iddah didefinisikan dengan sebuah waktu bagi seorang wanita yang

Akan tetapi menggunakan media sosial bagi perempuan yang sedang mengalami masa iddah yang baru ditinggal mati oleh suami atau diceraikan oleh suaminya menjadi permasalahan

Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ulama, dapat ditarik kesimpulan bahwa ‘iddah adalah masa bagi perempuan yang ditalak atau ditinggal mati oleh

Hal serupa juga disampaikan oleh masyarakat Desa Kota Blangkeren, menurut pemahamannya bahwa berlakunya Iddah bagi seorang wanita karier karena cerai mati, yakni

Di dalam masa iddah tersebut para wanita yang diceraikan oleh suaminya tidak boleh kawin dengan laki-laki lain, karena pada masa itu bekas suaminya masih berhak

Seperti halnya pendapat ulama’ Syafi’iyyah dan Hanafiyyah wanita hamil di luar nikah tidak diwajibkan untuk menjalankan ‘iddah, karena ‘iddah bertujuan untuk menjaga nasab sementara