MASA IDDAH WANITA YANG HAMIL DAN MASA IDDAH BAGI WANITA YANG DITINGGAL MATI SUAMINYA DALAM KEADAN
HAMIL
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah: Tafsir Ahkam
Dosen Pengampu: Dr. Tinggal Purwanto, M.S.I
Nama Penyusun:
Aji 2332024
HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIHK ABDURRAHMAN SIDDIQ BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2023/2024
Abstrack
According to M. Quraish Shihab, one of the aims of the revelation of the Qur'an was as a guide to Sharia law. One of the Sharia laws that is applied by a woman who has been divorced alive or after her husband died is observing al-'iddah. Imam Malik in the book Al-Muwatta states that the 'iddah for a wife whose husband has died while she is pregnant is the longest time between the two 'iddahs and based on the view of Imam Shafi'i and fiqh that the 'iddah for a wife whose husband has died while she is pregnant. Pregnancy is until she gives birth to her womb, even if the distance between her husband's death is very close. In the holy book Al-Qur'an there are several verses that discuss and explain 'iddah. The 'iddah period is determined based on the woman's condition at the time of divorce or a woman whose husband dies. In the Qur'an it is not explained why women who are left behind by their husbands die longer. To find out the explanation of this verse and Quraish Shihab's views on the benefits of 'iddah, the author examines this using Muhammad Quraish Shihab's interpretation in the book Al-Misbah.
Keyword: divorced, Pregnant, die
Abstrak
Menurut M. Quraish Shihab salah satu tujuan diturunkannya al Qur’an sebagai petunjuk hukum syari’at. Salah satu hukum syari’at yang diterapkan oleh seorang perempuan yang telah dicerai hidup atau cerai mati suaminya adalah menjalankan al-‘iddah. Imam malik dalam kitab Al-Muwatta bahwa ‘iddah bagi istri yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil yaitu dengan waktu yang paling lama antara dua 'iddah itu dan berdasarkan pandangan Imam Syafi’i dan fiqh bahwa 'iddah bagi istri yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil adalah sampai ia melahirkan kandungannya, walau jarak kematian suaminya yang sangat dekat sekalipun. Dalam kitab suci al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang membahas dan menjelaskan mengenai ‘iddah. Masa ‘iddah ditetapkan berdasarkan dengan keadaan perempuan pada waktu dicerai atau perempuan yang ditinggal wafat oleh
suaminya. Dalam al-Qur’an tidak dijelaskan mengapa perempuan yang ditinggal wafat oleh suaminya lebih lama. Untuk mengetahui penjelasan dari ayat tersebut dan pandangan Quraish Shihab tentang manfaat ‘iddah, maka penulis mengkaji hal tersebut menggunakan penafsiran Muhammad Quraish Shihab dalam kitab Al- Misbah.
Kata kunci: cerai, hamil, mati